Anda di halaman 1dari 63

i

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSAMEDIS TUBERKULOSIS PARU
DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI TENTANG
OKSIGENASI DI RUANG GARDENIA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

DI SUSUN OLEH :

Armeliati
2018.c.10a.0959

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Armeliati
NIM : 2018.C.10a.0959
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis
Tuberkulosis Dan Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Oksigenasi Di Ruang
Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Nia Pristina .,S.Kep.,Ners Erika Sihombing.,S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Dan
Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Oksigenasi Di Ruang Gardenia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya” laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung bJawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Nia Pristina ., S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Flamboyan.
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu,
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 08 Juni 2020


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis.................................................................4
2.1.1 Definisi Tuberkulosis.........................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................4
2.1.3 Etiologi Tuberkulosis.........................................................................9
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis..................................................................10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways)..................................................................11
2.16 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)............................................14
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................17
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi).....................................19
2.2.1 Konsep Oksigenasi...........................................................................19
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................30
2.3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................31
2.3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................33

iv
2.3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................33
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................34
3.1 Pengkajian...............................................................................................34
3.2 Diagnosa..................................................................................................45
3.3 Intervensi.................................................................................................46
3.4 Implementasi...........................................................................................48
3.5 Evaluasi...................................................................................................48
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................51
4.1 Kesimpulan..............................................................................................51
4.2 Saran........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam


20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang
tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi angka kejadian
tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru namun dapat
menyerang organ lain termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen
infeksius utama dari penyakit ini adalah mycobacterium tuberculosis yang
merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultraviolet . ( DiGiulio, M., Jackson, D., & Keogh, J.
2014). Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobic yang tahan terhadap asam, yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2013). Menurut Depkes RI penyakit tbc adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ lain.

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian


global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat
peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun
2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2014
yang hanya 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi dengan

1
2

jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah
(Kemenkes RI, 2016).

Sedangkan untu daerah kalimantan tengah yang di sampaikan pihak dari


Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat pada tahun
2017 tercatat penderita tuberkulosis (TB) mencapai 7.560 kasus. Data tersebut
disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Yayuk Indriati
saat membacakan laporan panitia rapat kerja kesehatan daerah (Rakerja) di
Palangka Raya.( Sumber: BORNEONEWS, Palangka Raya  )

Berdasarkan data dan juga fenomena yang terjadi maka penulis tertarik
untuk membuat sebuah laporan pedahuluan beserta asuhan keperawatan mengenai
tuberkulosis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.s Dengan Diagnosa
Medis Tuberkulosis Dan Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Oksigenasi Di
Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


masalah yaitu : Bagaimana cara pemberian Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia pada Ny.S dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis dan gangguan
Pemenuhan Oksigenasi di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus palangka
Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman


langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan dan pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi pada Ny.S dengan diagnosa medis
Tuberkulosis di ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya .

1.3.2 Tujuan Khusus


3

1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan


diagnosa medis Tuberkulosis Paru dan kebutuhan dasar manusia
Oksigenasi.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.S dengan Diagnosa
Medis Tuberkulosis Paru dan gangguan Pemenuhan Oksigenasi di ruang
Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya .
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis.
1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Tuberkulosis


secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.

1.4.3 Bagi Institusi

1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan


4

Sebagai sumber bacaan dan referensi tentang Atresia Bilier dan Asuhan
Keperawatannya.

1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan


Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
Atresia Bilier melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.

1.4.4 Bagi IPTEK

Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis


2.1.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru namun dapat menyerang organ
lain termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama dari
penyakit ini adalah mycobacterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet (Smelter & Suzanne, 2015).

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobic yang tahan terhadap asam, yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2013).

Menurut Depkes RI penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular


langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ lain.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TB adalah


penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang
ditularkan melalui udara yang umumnya menyerang paru tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lain.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
Oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida
keluar dari tubuh. ( Syaifuddin; 2014 ). Manusia dalam bernapas menghirup
oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. istem
respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan
saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung,
6

faring dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru. Berikut adalah beberapa organ pada sistem respirasi.

Gambar 1.1 Anatomi Sistem Respirasi

2.1.2.1 Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung
7

Gambar 2.1 Rongga Hidung

2.1.2.2 Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan


percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan
dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.Pada bagian belakang
faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara.Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan
makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat
tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar
peristiwa menelan,bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga
mengakibatkan gangguan kesehatan.Fungsi utama faring adalah menyediakan
saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan
minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk
suara percakapan
8

Gambar 2.3 Faring (Tenggorokan)

2.1.2.3 Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di


leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-
silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan.
Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang
lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus
berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
9

Gambar 1.4 Batang Tenggorokan (Trakea)

2.1.2.4 Pangkal Tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring.
Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar
masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok
terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya
pada saat bicara.

Gambar 1.5 Pangkal Tenggorokan (laring)

2.1.2.5 Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan


dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
10

bercabang- cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang


menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua
bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus
sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau
alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler
darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi
utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-
paru.

Gambar 1.6 Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)


2.1.2.6 Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru- paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
11

mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian


ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus.

Gambar 1.7 Paru-paru (Pulmo)

2.1.3 Etiologi Tuberkulosis

Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman


ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena
adalah organ paru (Abd. Wahid, 2013). Proses terjadi infeksi oleh
Mycobacterium. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru
merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya.
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung
droplet. Nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk
berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA) (Amin &
Bahar, 2007)

Satu satunya yang diketahui menyebabkan tuberkulosis adalah infeksi


mycobacterium tuberculosis, dan ini dapat terjadi dengan menghirup droplet yang
ditularkan di udara yang mengandung nukleus organisme atau menghirup nukleus
kering yang di pindahkan melalui aliran udara. Ini dapat terjadi di tempat belanja
ketika penjamu berjalan melewati anda dan batuk atau bersin. Berbicara, tertawa,
atau menyanyi dapat mengeluarkan droplet yang terinfeksi ke udara. Tidak setiap
12

orang akan terkena Tb, karena organisme nukleus harus sampai ke bagian jalan
napas yang berlebih untuk dapat tersangkut di dalam alveoli tempaat nukleus
tersebut berkembang biak (Hurst, 2015).

2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi tuberkulosis dibagi menjadi dua yaitu tuberkulosis paru dan


tuberkulosis ekstra paru.

2.1.4.1 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,


tidak termasuk pleura. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) tuberkulosis paru
dibagi atas :
1. Tuberkulosis paru BTA (+)
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2. Tuberkulosis paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto


rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB paru BTA negatif
rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced” atau millier),
dan/atau keadaan umum penderita baik.

Berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan


sebelumnya. Ada beberapa jenis pasien yaitu :
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
2. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
13

atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobadengan hasil


pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
3. Kasus droped out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1
bulan dan tidak mengambil obat 2
4. bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
5. Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
6. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
7. Kasus bekas TB adalah hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga
negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang
tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
2.1.4.2 Tuberkulosis Extra Paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya kelenjar getah bening , selaput otak, tulang ,ginjal, saluran kencing dan
lain-lain. Diagnosis sebaiknya atas kultur positif atau anatomi patologi dari
tempat lesi.
2.1.5 Patofisiologi

Ketika seorang pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei
terbang ke udara. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar diudara selama beberapa
jam. Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang
menghindari sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada
alveolus atau bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena kuman
14

memperbanyak diri, mereka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons


inflamasi membawa neutrofil dan makrofag ke tempat tersebut. Mycobacterium
tuberculosis terus memperbanyak diri secara lambat beberapa masuk sistem
limfatik untuk menstimulasi respons imun. Neutrofil dan makrofag mengisolasi
bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya. Lesi granulomatosa disebut
tuberkel, koloni basil yang terlindungi, terbentuk. Dalam tuberkel¸ jaringan
terinfeksi mati, membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis
degenerasi jaringan mati.

Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil
tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada
sinar-X. Pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB.
Jika respons tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi.
Terkadang, infeksi dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang
luas. Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktivasikembali.
Tuberkulosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia, penyakit,
atau penggunnaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi
kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel rupture, basili menyebar ke
jalan napas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia
tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru massif dapat menyebabkan kematian,
atau proses yang lebih kronik pembentukan tuberkel dan kavitasi dapat
terjadi.Orang yang mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M. tuberculosis
ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain (Pricilla LeMone, 2015).
Reaksi infeksi/inflamasi yang terjadi pada penderita tuberculosis paru akan
membentuk kavitas dan merusak parenkim paru lalu menimbulkan edema
trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh darah jalan
napas dan mengakibatkan batuk produktif, batuk darah, sesak napas, penurunan
kemampuan batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).
15
16

WOC TUBERKULOSIS PARU

Kuman Tuberkulosis
(Myc[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[
Batuk, bersin

Percikan dahak (droplet)

Mencapai lobus paru

TB PARU

B1 (Breathing) B2 (Bleeding) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Sel mukus berlebih Menginfeksi jaringan jantung Konsentas plasma Penyebaran Kurang nafsu makan
Menginfeksi tulang
darah hematgen belakang
Peningkatan produsi anoreksia
Penyumbatan pembuluh darah Kerusakan jaringan
mukus Merangsang
Nyeri
Hipotalamus
meningkatkan Penurunan kemampuan Penurunan berat
Alira darah turun
Akumulasi sekret pada saluran patokan suhu ginjal badan Kelemahan
pernapasan meningkat
Suplai O2 turun
Menggigil, menigkatkan Gangguan Defisit Nutrisi Intoleransi Aktivitas
Bersihan Jalan Napas suhu basal Eliminasi
Tidak Efektif Iskemik
Urine
Hipertermi
Perfusi Perifer Tidak
Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Adapun manifestasi klinis dari penderita tuberkylosis adalah :
1. Batuk/ Batuk darah
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini benyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Berat ringannnya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Darah
yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak- bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak (Abd. Wahid, 2013).
2. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain (Abd. Wahid,
2013).
3. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena (Abd. Wahid, 2013).
4. Demam
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza. Tapi kadang-kadang panas bahkan
dapat mencapai 40-41 ºC, keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk (Abd.
Wahid, 2013).
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam (Abd. Wahid, 2013).
18

2.1.7 Komplikasi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit dengan media penularan melalui udara
dan biasanya menyerang paru. Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu gangguan
kesehatan yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia. Sayangnya, banyak orang
yang belum memahami risiko dari komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit
satu ini. Anggapan umum tentang tuberkulosis yang hanya menyerang paru seakan
sudah mengakar kuat di benak masyarakat. Padahal, bakteri mycobacterium
tuberculosis juga dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan komplikasi
yang cukup serius di berbagai organ vital lainnya selain di organ paru.
Meski komplikasi tuberkulosis dapat terjadi hampir pada semua organ manusia,
namun ada beberapa komplikasi yang paling sering terjadi dan perlu diwaspadai,
seperti komplikasi TB yang terjadi pada beberapa organ di bawah ini :

1. Kerusakan pada Otak
Jika tidak ditangani dengan baik, bakteri penyebab TB dapat menyebar
melalui aliran darah sehingga menimbulkan dampak kesehatan serius terhadap
organ tubuh lainnya. Salah satu organ yang paling rawan terkena dampaknya
adalah otak. Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menyerang cincin tulang
belakang dan selaput sekeliling otak (meninges). Kondisi tersebut dikenal
sebagai meningitis tuberkulosis. Gejala umum yang muncul akibat komplikasi
TB otak adalah hilangnya kemampuan mendengar, meningkatnya tekanan
pada otak, stroke, penurunan kesadaran, bahkan kematian.
2. Gangguan Fungsi Penglihatan
Bakteri penyebab TB yang sudah menyebar melalui aliran darah juga dapat
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada mata. Hal tersebut dapat terjadi
melalui infeksi langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa bagian mata
yang paling sering diserang, seperti konjungtiva, kornea, dan sklera. Jika hal
ini terjadi, gejala awal yang akan dialami adalah pandangan yang mengabur
dan kondisi mata yang tiba-tiba menjadi terlalu sensitif terhadap cahaya.
3. Kerusakan pada Tulang dan Sendi
19

Komplikasi pada tulang dan sendi menjadi salah satu kasus komplikasi yang
paling sering terjadi akibat penyebaran bakteri penyebab TB yang tidak
terkendali. Sebagian besar kasus komplikasi TB tulang dan sendi menyerang
tulang belakang sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan serius,
kerusakan saraf, hingga rusaknya bentuk tulang belakang.
4. Kerusakan Fungsi Hati
Hati menjadi bagian tubuh yang rawan terkena komplikasi bakteri penyebab
tuberkulosis. Aliran darah yang terkontaminasi dapat menyebabkan hepatic
tuberculosis dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan lain, mulai dari
pembengkakan pada hati hingga menguningnya kulit dan lapisan mukosa
akibat ketidakseimbangan bilirubin.
5. Kerusakan pada Ginjal
Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar
(cortex) yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam
(medula). Kondisi ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan
kalsium, hipertensi, pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
6. Kerusakan pada Jantung
Tuberkulosis pada jantung merupakan kasus yang tidak terlalu sering terjadi.
Pada kondisi ini, bakteri akan menyerang pericardium, myocardium atau
bahkan katup jantung. Komplikasi TB pada jantung, jika tidak ditangani
dengan baik, maka dapat menyebabkan gagal jantung yang berujung pada
kematian.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan
dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak
sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka
20

dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka
pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan
bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2. Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3. Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4. Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5. Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan
6. Berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
e. Rongen Dada
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
h. Pemeriksaan Elektrolit
i. Analisa gas dara
j. Pemeriksaan fungsi paru

2.1.9 Penatalaksanaan Medis Penderita Tuberkulosis Paru


Pentalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang
meliputi cara-cara seperti berikut ini
1.      Pencegahan
2.      Penyuluhan
3.      Pemberian obat-obatan seperti
a.       OAT (Obat Anti-Tuberkulosis)
b.      Bronkodilator
21

c.       OBH; dan
d.      Vitamin
4.      Fisioterapi dan rehabilitasi
5.      Konsultasi secara teratur
Obat-obat Anti-Tuberkulosis
a.       Isoniazid(INH/H)
Dosis: 5mg/kgBB, per oral
Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas
b.      Ethambutol hydrochloride (EMB/E)
Dengan dosis sebagai berikut:
 Dewasa: 15 mg/kgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25
mg/kgBB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hari
 Anak (6-12 tahun): 10-15 mg/BB/hari
Efek samping: optic neuritis (efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash
c.       Rimfampin/rimfapisin (RFP/R)
Dosis: 10 mg/kgBB/hari per oral
Efek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea, dan vomiting
d.      Pyrazinamide (PZA/Z)
Dosis: 15-30 mg/kgBB per oral
Efek samping: hiperurisemia, hepatotoxicity, skin rash, artralgia, distress
gastrointestinal.
Dengan ditemukannya Rimfapisin paduan obat yang diberikan untuk klien
tuberculosis adalah INH + Rimfapisin + Streptomisin atau Etambutol setiap hari (fase
awal) dan diteruskan pada fase lanjut dengan INH + Rimfapisin atau Etambutol.
Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek, dengan
memberikan INH + Rimfapisin + Streptomisin  atau Etambutol atau Pyrazimide
setiap hari sebagai fase awal selama 1- 2 bulan dilanjutkan dengan INH + Rimfapisin
atau Etambutol atau Streptomisin 2-3 kali per minggu selama 4-7 bulan sehingga
lama pengobatan seluruhnya 6-9 bulan.
22

Panduan obat yang digunakan di Indonesia dan dianjurkan pula oleh WHO
adalah 2 RHZ/4 RH dengan variasi 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3, 2 RHS/ 4 R2H2.
Ada tiga prinsip dalam pengobatan TB yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitive terhadap
mikroorganisme.
2. obat-obatan harus diminum secara teratur,
3. Terapi obat harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman dalam waktu
singkat.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)


2.2.1 Konsep Oksigenasi
Oksigenisasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenisasi merupakan kebutuha dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupny, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
berbagai orgn atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc
oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0.5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan fungsi
respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisme yang
berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2 (hasil
pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernapasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat ke dalam darah sambil menurunkan upaya bernapas
dan mengurangi stress pada miokardium (Brunner & Suddarth 2014).
2.2.2 Anatomi Fisiologi
A. Sistem pernafasan atas
23

Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.
1) hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, himudifikasi dan
pengahangantan.
2) faring merupsksn seluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
3) faring terdiri atasa nosafaring dan orafaring yang kaya akan jaringan
lifoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman photogen
yang masuk bersama udara. Laring merupakan struktur yang merupai
tulang rawan yang bisa disebut jakun.selain berperan sebagai penghasil
suara laring juga berfungsi untuk menjaga kepatenan dan melindungi
jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
B. Sistem pernfasan bawah
Sistem pernfasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, brenkiolus, alvealus, jaringan kapiler paru dan pleura.
1) Trakea merupakan pipa mambran yang dikosongkan oleh cincinkartilago yang
mehubungkan laring dan bronkus utama kanan kiri
2) Paru-paru ada daua buah terletak disebelah kanan kiri.masing-masing paru
terdiri atas beberapa(paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus)dan dipasok oleh
satu bronkus.jaringan-jaringan paru sendiri terdiri serangakaiam jalam nafas
yang bercabang cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan
ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang
disebut pleura. pleura prental membatasi torlak dan permukaan diagfragm,
sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna
mencegah gerakan friksi selama bernafas.
C. Berdasarkan tempatnya proses pernafasan dibagi dua yaitu:
1) Pernapasan eksternal
Pernafasan ekternal (pernapasan plumoner) mengacu kepada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
peroses ini berlangsung dalam tiga langkah yakni:
a. Ventilasi pulmoner
24

Saat bernafas,udara bergatian masuk keluar melalui proses ventilasi sehingga


terjadi pertukaran gas anatar lingkungan ekternal dan alvelous.proses ventilasi
ini dipanaruhi oleh beberapa factor yaitu jalan nafas yang bersih, system syraf
pusat dan system penapasan yang utuh, rongga torax yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik,serta komplins paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveoral
Setelah oksigen masuk alveoral,proses-proses pernapasan berikutnya adalah
disfungsi oksigen dari alvelous ke pembuluh darah pulmoner.
c. Transfor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ketiga proses pernapasan adalah tranfor gas-gas pernapasan. Pada proses
ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkutdari jaringan kembali menuju paru.
2) Pernapasan Internal
Pernapasan internal (pernpasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme
intara sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigendan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi melekul nutrient. Pada proses ini
darah banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh sehingga mencapai
kapiler sistemetik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler
sistemetik dan sel jaringan.
2.2.3 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menbabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
meenurut NANDA (2013), yaitu hiperventelasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri ,cemas, penurunan energy/kelelahan, kerusakan neurumoscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif/ persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis keselahan otot pernafasan dan adanya perubahan mambrane
kapiler-alveoli.
2.2.3.1 Faktor fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya kosentrasi O2 yang diispiransi seperti pada obstruksi saluran
pernapasan bagian atas.
25

3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan


terganggunya oksigen.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka dan lain
lain.
5) Kondisi yang mempengaruhi pegerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas,muskulur sekeletal yang abnorma.
2.2.3.2 Faktor prilaku
1) Nutrisi, misalnya kurang gizi yang buruk menjadi anemia sehinnga daya
ikat oksigen berkurang.
2) Execise, akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok ,menyebabkan vesokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4) Alkohol dan obat obatan akan menyebabkan intake nutrisi/Fe
mengakibatkan penurunan hemaglobin,alkohol dapat menyebabkan
depresi pusat pernapasan
5) Kecemsan dapat mengakibatkan metabolisme meningkat.
2.2.4 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
2) Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler dan
paru CO2, dikapiler dengan alveoli.
3) Tranportasi Gas
Tranportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.

2.2.5 Patofisiologi
26

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersulur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
aveoli ke jaringan) yang ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahn volume sekuncup, afterload, preload, dan kontaktilitis miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas. (Brunner & Suddarth 2014)

2.2.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala pasien yang membutuhkan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
adalah :
1) Suara nafas tidak normal.
2) Perubahan jumlah pernafasan.
3) Batuk disertai dahak
4) Penggunaan otot tambahan pernafasan.
5) Dipsnea.
6) Penurunan haluran urin.
7) Penurunan ekspansi paru.

2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Penurunan kesadaran.
2.2.7.2 Hipoksia.
2.2.7.3 Cemas dan gelisah.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
ganguan oksigenasi yaitu :
1) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2) Pemeriksaan gas darah arteri
27

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler


alveolar dan keadekuatan oksigen.
3) Oksimetri
Untuk mengatur saturasi oksigen kapiler.
4) Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5) Bronkoskopi.
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel suputum/benda asing
yang menghambat jalan napas.
6) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7) Fluoroskopi
Untuk mengetahui metabolisme radiopulmonal, misal : kerja jantung dan
kontraksi paru.
8) CT-Scan Untuk meninfikasi adanya massa abnormal
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
2.2.9.1 Bersihan Jalan Napas Tidk Efektif
1) Pembersihan jalan naapas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan napas buatan
2.2.9.2 Pola Napas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
2.2.9.3 Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan (Pemeriksaan Fisik B1-B6)
A. Identitas
28

1) Identitas Pasien

Penyakit tuberculosis dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi, sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim
(Wahid & Suprapto, 2013).

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

Tuberkulosis dijuluki the great imitator, suatu penyakit yang mempunyai


banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti
lemah dan demam. Pada sejumlah pasien yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimptomatik (Muttaqin, 2008)
Keluhan yang sering menyebabkan pasien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (Muttaqin,
2008):
2. Keluhan Respiratori, meliputi :
 Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat
nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah (Muttaqin, 2008)
Batuk Darah. Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut
klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan seberapa
banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-
bercak darah (Muttaqin, 2008).

 Sesak Napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-
lain (Muttaqin, 2008)
29

 Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena TB (Muttaqin, 2008).
 Keluhan Sistemis, meliputi:
Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang
serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek (Muttaqin,
2008).
 Keluhan Sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggu bulan. Akan tetapi penanmpilan akut dengan batuk, panas,
dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia
(Muttaqin, 2008).
C. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian ini dialkukan untuk mendukung keluhan utama. Pengkajian yang
ringkas dengan PQRST dapat memudahkan perawat untuk melengkapi data
pengkajian. Apabila, keluhan utama klien adalah sesak napas, maka perawat perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Sesak
napas yang ditimbulkan oleh TB paru, biasanya akan ditemukan gejala jika tingkat
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertainya
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain- lain. Pengkajian ringkas
dengan menggunakan PQRST yaitu, Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang
menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila istirahat.
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien,
apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan pernapasan.
Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan. Severity of Pain: seberapa
jauh rasa sesak yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala sesak sesuai klasifikasi
sesak napas dan klien menerangkan seberapa jauh sesak napas memengaruhi aktivitas
30

sehari-hari. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari, sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah
gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah gejala timbul
secara terus menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan
klien pada saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama
kali muncul, dan apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
(Muttaqin, 2008).

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Menurut (Muttaqin, 2008) pengkajian yang mendukung adalah dengan
mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama
pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit
lain yang memperberat TB paru seperti diabetes melitus. Tanyakan mengenai obat-
obat yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan, obat-
obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu. Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul.
Sering kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih
dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang disebabkan karena
meminum OAT (Muttaqin, 2008).
E Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut (Muttaqin, 2008) secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi
perawat menanykan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan didalam rumah.
F. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh presepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan
perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat
perlunya pengkajian psiko-sosio-spritual yang seksama. Pada kondisi klinis, pasien
31

dengan Tuberkulosis sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan


yang dialaminya. Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman pasien
bertempat tinggal. Hal ini penting, mengngat TB paru sangat rentan dialami oleh
mereka yang bertempat tinggal dipemukiman padat dan kumuh karena populasi
bakteri TB paru lebih mudah hidup ditempat kumuh dengan ventilasi dan
pencahayaan sinar matahari yang kurang. TB paru merupakan penyakit yang pada
umumnya menyerang masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya
tahan tubuh nonspesifik dan mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan juga
tidak mampu untuk membeli obat, ditambah lagi kemiskinan membuat pasien
diharuskan bekerja bekerja secara fisik sehingga mempersulit penyembuhan
penyakitnya. Pasien TB kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering
kali tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal
yang penting. Padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan
kesehatan pada umumnya dan dalam menghadapi infeksi pada khususnya (Muttaqin,
2008)

G. Pola-pola Fungsi Kesehatan


Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan
penggunaan obat-obatan steroid bisa menjadi faktor resiko timbulnya penyakit
(Doenges, 2000). Menurut Kemenkes RI (2013) tujuan pemberian pengobatan
adalah : menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien,
mencegah kamatian akibat TBC, menurunkan tingkat penularan TBC kepada orang
lain.
1. Pola Hubungan dan Peran
Gangguan pada pernapasan sangat membatasi pasien untuk menjalani
kehidupan secra normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya dengan
hubungan dan peran pasien, baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat
ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah pasien
mengalami gangguan pernapasan (Muttaqin, 2008). Menurut DiGiulio (2014)
32

menjelaskan bahwa pasien dengan TB Paru akan mengalami perasaan isolasi


karena menderita penyakit menular.

2. Pola Reproduksi Seksual


Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan
terganggu karena pasien mengalami ketidakmampuan umum (Doenges,
2000). Menurut Efendi, 2009, menjelaskan bahwa pada penderita TB Paru
akan mengalami perubahan pola reproduksi dan seksual karena kelemahan
dan nyeri dada.
3. Pola Penanggulangan Stress
Pada pasien dapat ditemukan banyak stessor. Perlu dikaji penyebab terjadinya
stress, frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan pasien serta cara
penanggulangan terhadap stressor (Doenges, 2000). Menurut Efendi 2009,
menjelaskan bahwa dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita penyakit TB Paru.
4. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia di percaya dapat
meningkatkan kekuatan pasien. Keyakinan pasien terhadap Tuhan dan
mendekatkan diri Kepada-Nya merupakan metode penanggulangan stress
yang konstruktif (Muttaqin, 2008). Karena mengalami sesak nafas dan nyeri
dada biasanya penderita TB Paru sering terganggu ibadahnya (Efendi, 2009).
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru meliputi pemeriksaan fisik head to toe
dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, serta
pemeriksaan yang fokus dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernapasan
(Muttaqin, 2008).
 Pola Nutrisi dan Metabolik
Pasien dengan tuberkulosis paru biasanya kehilangan nafsu makan (Doenges,
2000). Menurut Muttaqin 2008, bahwa pada pola nutrisi, pasien TB paru akan
33

mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat


badan.
 Pola Eliminasi
Dapat ditemukan adanya oliguria. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi
(Doenges, 2000). Menurut Muttaqin 2008, bahwa pada saat BAK warna urine
pasien akan berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal
masih normal jika pasien TB sudah mendapatkan OAT.
 Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dapat mengalami kelemahan umum, napas pendek karena kerja,
takikaria, takipnea atau dispnea pada kerja, kelemahan otot dan nyeri
(Doenges, 2000). Menurut Muttaqin, 2008, menjelaskan bahwa gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga yang tidak teratur.
 Pola sensori dan Kognitif
Dalam keadaan kronis perubahan mental (bingung) mungkin dapat terjadi
(Doenges, 2000). Menurut Muttaqin, 2008, menjelaskan bahwa Pasien dengan
TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering kali
tidak menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal
yang sangat penting.
 Pola Tidur dan Istirahat
Pasien yang mengalami TB paru harus banyak tirah baring dan membatasi
aktivitas (Doenges, 2000).
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah
dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri
yang salah juga akan menjadi stressor dalam kehidupan pasien (Muttaqin,
2008).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan Sesuai dgn WOC Lihat SDKI Kode dan Hal.
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien TB paru
diantaranya sebagai berikut.
34

1. Bersihan jalan nafas tidak Efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, hemoptosis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
tracheal/faringeal (Kode D.0001 Hal.18)
2. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membrane
alveolar-kapiler
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya
batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) yang berhubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)
6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancam kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
7. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
8. Resiko terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko pathogen
2.3.3 Intervensi Keperawatan SIKI
2.3.3.1 Bersihan jalan nafas tidak Efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, hemoptosis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal
Tujuan :
Kriteria Hasil:
Intervensi Keperawatan:

Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Bersihan Jalan Napas tindakan keperawatan
1. Posisikan pasien
35

berhubungan dengan dan jalan napas pasien untuk


retensi sekret, mukus paten memaksimal
berlebih. kan ventilasi
Ktriteria Hasil:

1. Batuk efektif 2. Buang sekret


Defi dengan
2. Mengeluarkan
nisi: memotivasi
sekret secara
Ketidakefektifan pasien untuk
efektif
bersihan jalan napas melakukan
adalah ketidak 3. Mempunyai batuk atau
mampuanuntuk jalan napas yang menyedot
membersihkan sekret paten lender
atau obstruksi saluran 4. Pada 3. Memotivasi
napas guna pemeriksaan pasien untuk
mempertahankan jalan auskultasi bernapas
napas yang bersih memiliki suara pelan,
(Wilkinson, 2015). napas yang dalam,
jernih berputar dan

5. Mempunyai batuk

irama dan dan 4. Intruksikan


frekuensi bagaimana
pernapasan agar bisa
dalam rentang melakukan batuk
normal efektif

6. Mempunyai 5. Posisikan pasien


fungsi paru untuk
dalam batas meringankan
normal sesak napas

7. Mampu 6. Monitor status


mendeskripsika
36

n rencana pernapasan
untuk perawatan dan
di rumah oksigenasi,
sebagaimana
mestinya

Pengisapan Lendir
pada Jalan Napas
1. Tentukan
perlunya
suksion
mulut atau
trachea

2. Auskultasi
suara nafas
sebelum dan
setelah
tindakan
suksion

Terapi Oksigen

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
37

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2005).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(US. Midar H, dkk, 1989).
38

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Armeliati


NIM : 2018.C.10a.0959
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 08-13 Juni 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 08 Juni 2020 pukul : 08:00 WIB

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 22 Tahun
TTL : Palangka Raya, 22 Desember 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Punai III No. 10, Palangka Raya
Tgl MRS : 07 Juni 2020
Diagnosa Medis : Tuberkulosis
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan batuk selama kurang lebih 1 bulan yang disertai dengan
dahak .
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 05-6- 2020 pasien mengalami keluhan seak napas,badan
lemas,serta batuk selama 1 bulan dan pada tanggal 19-4-2020 klien pernah berobat di
puskesmas kereng bangkirai selama 3 bulan tetapi tidak ada perubahan kemudian
klien di bawa ke RS Doris Sylvanus Palangka Raya dan di IGD mendapatkan terapi
infus Hydromal di tangan sebelah kanan kemudian di bawa ke ruang Gardenia untuk

34
39

rawat inap dan pengobatan lebih lanjut dan pada tanggal 07-06-2020. klien
mengatakan batuk dan susah mengeluarkan dahaknya serta badan lemas.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rs.Mumadiyah dengan penyakit thypes
dan tidak pernah di operasi
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya pernah menderita penyakit tuberculosis.

Genogram Keluarga

3.1 Bagan genogram Keluarga

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki

: Klien

: Meninggal dunia

: Tinggal serumah

: Ikatan Keluarga
40

3.1.3 Pemeriksaan fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien Berpakaian cukup rapi,kesadaran compos menthis,pasien tampak lemas,pasien
berbaring dengan posisi supinasi/semi fowler dan terpasang infus cairan Hydromal
sebelah tangan kanan.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar, bentuk badan klien kurus,
cara berbaring supinasi / semi fowler klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu
berbicara dengan jelas , penampilan klien cukup rapi. Klien dalam keadaan sadar
sehingga dapat dilakukan pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat
membedakan waktu pagi,siang,malam) , orientasi orang (Klien dapat membedakan
perawat dan keluarga), orientasi tempat (Klien mengetahui sekarang di RS),
mekanisme pertahanan klien adaftif Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,80C  Axilla
Nadi/HR : 96x/mt
Pernapasan/RR : 20x/tm
Tekanan Darah/BP : 100/60mm Hg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, batuk Batuk sejak 1 bulan
(tanggal 11 juli 2016 ), seputum berwaran putih sianosis tidak ada, nyeri dada tidak
ada, sesak napas tidak ada, tipe pernafasan perut dan dada , irama pernafasan teratur,
suara nafas tidak ada, suara nafas tambahan ronchi basah. Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak
ada, terdapat oedema tidak ada, vena jugularis tidak meningkat. Keluhan lain tidak
ada, masalah keperawatan tidak ada.
41

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)


Nilai GCS Ny.S E : 4 V:5, M: 6 total nilai GCS: 15. Kesadaran klien compos
menthis , pupil isokor, reaksi cahaya kanan dan kiri positif.

Uji syaraf kranial:

Nervus Kranial I : Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih


dan alkohol
Nervus Kranial II : Klien dapat membaca dengan jelas
Nervus Kranial III : Pupil pada mata klien bergerak dengan baik
Nervus Kranial IV : Klien dapat menggerakkan bola matanya keatas
dan kebawah
Nervus Kranial V : Klien dapat mengubah makanan yang di makanya
Nervus Kranial VI : Klien dapat menggerkkan bola mata ke samping
Nervus Kranial VII : Klien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Klien dapat mendengar perkataan perawat
Nervus Kranial IX : Klien dapat menelan dengan baik
Nervus Kranial X : Klien dapat berbicara dengan jelas
Nervus Kranial XI : Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya
Nervus Kranial XII : Klien dapat menggerakkan lidahnya
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung
tidak dilakukan, ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji
kestabilan tubuh tidak dilakukan. Keluhan lainnya tidak ada.

3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)


Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak),
klien dapat BAK dengan lancar dan tidak ada masalah. Keluhan lain tidak ada.

3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)


Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap , gusi
klien baik merah muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur berwarna
putih , mukosa klien baik tidak ada peradangan, tonsil klien baik tidak meradang,
rectum baik, klien tidak memiliki hemoroid. Klien dapat buang air besar setiap hari
42

sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian abdomen tidak ada, tidak ada benjolan.
Keluhan lain tidak ada, masalah keperawatan tidak ada masalah.

3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)


Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan
otot klien ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan,
perlukaan dan patah tulang, tulang belakang klien normal.
3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat
Rimfampicin), makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik
( Tidak ada) atau yang lainnya. Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal,
turgor kulit cukup, tekstur kasar, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tekstur
rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata , bentuk kuku simetris, kuku klien
tampak pendek. Keluhan lainnya bintik-bintik berwarna hitam di kedua tangan
3.1.3.11 Sistem Pengindraan

Mata dan penglihatan, fungsi penglihatan klien baik, bola mata dapat bergerak
secara normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, scklera normal/putih,
konjunctiva merah muda, kornea bening klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, tidak ada nyeri, keluhan lain tidak ada. Fungsi pendengaran klien baik
normal. Fungsi hidung/penciuman, simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.
Masalah keperawatan tidak ada.
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi

Pada sistem reproduksi tidak ada di lakukan pengkajian


43

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan

3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan


Klien mengatakan kesehatan itu sangat penting dan penyakit adalah keadaan yang
tidak nyaman
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Klien memiliki tinggi badan 153 Cm, berat badan sekarang 40, berat badan
sebelum sakit 65 Kg, klien diberikan diet biasar , mual muntah tidak ada, kesukaran
menelan tidak ada, tidak ada keluhan lainnya.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x Sehari 3x Sehari
Porsi setengah Porsi 1 Porsi
Nafsu makan berkurang Baik
Jenis Makanan Nasi, Sayur, ikan, Nasi, Sayur,
buah ikan, buah
Jenis Minuman Air Putih,teh Air Putih,teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 5-4 gelas 6-10 gelas
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
3.1 Tabel pola makan sehari-hari

Masalah Keperawatan : tidak ada

3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit (tidur siang + 1-2 jam dan tidur malam + 6- 8 Jam ) dana
sesudah sakit ( tidur siang 1 jam dan tidur malam + 7 -8 jam )
3.1.4.4 Kognitif
klien mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita saat ini. Masalah
keperawatan: kurang pengetahuan.
44

3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien
menyadri bahwa klien sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik
dan berdoa selalu untuk kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan tidur,
sedangkan saat sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri.
Masalah keperawatan tidak ada.

3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres


Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan

Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-nilai/keyakinan


yang bertentangan dengan proses keperawatan. Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.5 Sosial-Spiritual

3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi

Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.

3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari

Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia
dan jawa .

3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga

Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain

Hubungan dengan petugas kesehatan baik


3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
45

Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang

Tidur dan mengobrol kepada keluarga

3.1.5.7 Kegiatan Beribadah

Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di
tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 07 Juni 2020
Ureum 34 N: 21-53 mg/dl
Creatinin 0,60 mg/dl N :0,17-1,5mg/dl
SGOT 37 u/L N : L <37, P, <31
SGPT 18 u/L N : L<42, P < 32
WBC : 12.75X10 3/UL N : 4.00-10.000 ul/dl
RBC : 3.52x10^6/ uL N : 3.50-5.50 ul/dl
HCB : 19.19/DL N : 11.0-16.0 g/dl
PLT : 376X10 3/UL N :11.0-16.0 g/dl

Hasil Radiologi

Hasil Pemeriksaan Dahak

3.1.7 Penatalaksanaan Medis

Pada tanggal 07 Juni 2020

Infus : Livamin : Hydromal 20 tetes permenit


Obat oral :
 4 FDC
 Cetirizine
46

 MP 4 Mg
 Cotrimoxazole 960 mg
 Fluconazole 200mg
 Candistatin drop 4x1cc
Obat injeksi :

 Ranitidin 2x50 gram


 Ceftriaxone 2x1 gram

no Nama obat dosis rute indikasi kontraindikasi

Palangka Raya, 08 Juni 2020


Mahasiswa,

Armeliati
NIM: 2018.C.10a.0959
47

ANALISA DATA
48

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: klien mengatakan
batuk berdahak dan
susah mengeluarkan
dahaknya.

DO: -klien tampak


sering batuk
-tampak sulit
mengeluarkan
dahaknya
-batuk 1 bulan
-suaran napas
tambahan : ronchi Penumpukan sekret,sekret Bersihan jalan nafas
basah tertahan tidak efektif
Hasil TTV: TD: 100/60
mmHg
N:96X/M
RR:20x/m
S: 36,8O C
Hasil Radiologi
Hasil Pemeriksaan
Dahak
Diagnosa Medis
Riwayat Penyakit
sebelumnya TB paru
DS: Pasien mengatakan
kurang nafsu makan
DO: BB sebelum sakit
60 kg
-BB sesudah sakit 40 kg
-porsi makan sebelum
sakit 1 porsi
-porsi makan sesudah
sakit setengah porsi
-terpasang infus
Hydromal sebelah
kanan
-IMT :17,09
49

ANTROPOMETRI
TB BB IMT

BIOKIMIA
HASIL LAB YG
MENUNJANG Batuk yang sering,intake
NUTRIS nutrisi tidak adekuat

CLINIS
TANDA”NYA

DIET
POLA MAKAN
MAKAN
BERPA PORSI

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Klien mengatakan
tidak tahu tentang kurang terpaparnya Kurang pengetahuan
penyakitnya informasi

DO: -Klien tampak


binggung
-Klien tampak bertanya
tentang penyakitnya
PENDIDIK
TERKAHIR
50
51

PRIORITAS MASALAH

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret Di tandai dengan d sekret
tertahan, pasien tampak susah

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d batuk yang sering
d/d penuranan inatake tubuh.

3.kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1.Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan 1.kaji TTV pasien 1.untuk mengetahui keadaan
b/d penumpukan sekret,sekret keperawatan selama 1x 7 jam di 2.Ajarkan klien batuk fektif umum klien
tertahan harapkan bersihan jalan nafas 3. Anjurkan klien minum air 2.untuk membantu klien
kembali efektif dengan kriteria hangat mengeluarkan dahak
hasil : 4.lakukan tindakan pengambilan 3.membantu mengencerkan dahak
-Klien mengatakan tidak batuk dara di vena antekubiti 4.untuk dilakukan pemeriksaan
berdahak lagi 5.lakukan tindakan nebulizer laboratorium
-Tidak adanya sekret 6.kolaborasi dalam pemberian obat 5.untuk membantu mengencerkan
-Klien tampak rileks dan tanang dahak klien
-RR :16-24 X/mnt 6. untuk mempercepat proses
penyembuhan

2. Gangguan pemenuhan nutrisi Setelah di lakukan tindakan 1.Kaji ttv pasien 1.untuk menegetahui
keperawatan selama 1x 7 jam di 2.Kaji input dan output pasien perkembangan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh b/d
harapkan pemenuhan nutrisi pada 3.Anjurkan pasien makan sedikit 2.mengetahui keseimbangan input
batuk yang sering,penuranan pasien terpenuhi dengan kriteria tapi sering dan output
hasil: - hidangkan makanan yang hangat 3.meningkatkan nafsu makan dan
inatake tubuh.
-Pasien mengatakan nafsu makan -anjurkan makanan yang tinggi menecegah terjadinya mual
mengkat protein dan karbohidrat 4.untuk memberikan makanan dan
-Porsi makan habis 4.Kolaborasi dengan ahli gizi diet yang tepat
-Tidak adanya mual-muntah dalam pemberian makanan
-BB ideal
-IMT : 18,7-23,9
3. Kurang pengetahuan b/d kurang Setelah dilakukan penyuluhan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. untuk mengetahui sejauh mana
terpaparnya informasi kesehatan selama 15 menit 2. jelaskan tentang penyakit yang pengetahuan klien
tentang penyakit tuberculosis di dialami klien 2.untuk menambah pengetahuan
harapkan pengetahuan klien 3. tanyakan sejauh mana klien
bertambah dengan kriteria hasil : pengetahuan klien tentang 3. untuk mengetahui tingkat
-Klien mengatakan mengerti penjelasan yang sudah di penkes pengetahuan klien
tentang penyakitnya 4.Jelaskan kembali tentang apa 4. memberikan penjelasan yang
53

-klien tidak bertanya lagi tentang yang belum di mengerti belum di mengerti
penyakitnya
-klien tampak mengerti
54

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat
DX.1 Senin,08 juni 2020 1.Mengkaji TTV pasien S: Klien mengatakan masih batuk
2.Mengajarkan pasien batuk dan sulit mengeluarkan sekretnya
Jam :09:00 wib
efektif o:-Hasil TTV
3.Menganjurkan pasien minum air klien tampak masih batuk
hangat -tampak sulit mengeluarkan sekret
4.Melakukan pengambilan darah -tampak rilek dan tenang
di vena antekubiti untuk Pemberian
pemeriksaan laboratorium A: Masalah belum teratasi
5..Melakukan tindakan Nebulizer P: Lanjutkan Intervensi No berapa
6.Kolaborasi dalam pemberian
obat (Ranitidin 2x50
gram,ceftriaxone 2x 1 gram )

DX.2 Senin,08 juni 2020 1.Mengkaji ttv pasien S: Pasien mengatakan nafsu
2. Mengkaji input dan output makan sudah meningkat
Jam : 11.00 Wib
pasien O: -nafsu makan tampak
3.Menganjurkan pasien makan meningkat
sedikit tapi sering -satu porsi makan habis
- Menghidangkan makanan yang -tidak ada mual –muntah
hangat A: Masalah teratasi
-Menganjurkan makanan yang P: Intervensi dihentikan
tinggi protein dan karbohidrat
4.Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian makanan

DX.3 Senin,08 juni 2020 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S: Pasien mengatakan sudah
55

Jam : 11.30 Wib klien mengerti tentang penyakitnya


2. Menjelaskan tentang penyakit O : -pasien tampak mengerti
yang dialami klien -pasien sudah mengetahui tentang
3.Menanyakan sejauh mana penyakitnya
pengetahuan klien tentang -pasien tampak rileks dan tenang
penjelasan yang sudah di penkes A: Masalah teratasi
4.Menjelaskan kembali tentang P:intervensi dihentikan
apa yang belum di mengerti
BAB 4
PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
olehM. tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui
terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang
yang terinfeksi.Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis
paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong
dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah : M. Tuberculosae
1. Varian Asian
2. Varian African I
3. Varian African II
4. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri
tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es).
Masukkan kesimpulan kasus ya

4.1.2 Saran

50
57

4.2.1 Bagi Mahasiswa


Saran bagi mahasiswa agar laporan studi kasus ini berguna untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan mampu mempelajari asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis Tuberkulosis paru dan sebagai acuan atau referensi untuk
mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa dalam
membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis
paru ( TBC) pada masa mendatang.
4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Untuk RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang Gardenia
(penyakit paru), laporan ini dapat memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Tuberkulosis paru (TBC) dan
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Tuberkulosis paru (TBC).
58

DAFTAR PUSTAKA
Asih, N. (2003).Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

DiGiulio, M., Jackson, D., & Keogh, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta: Rapha Publishing.


Isselbacher, B. W. (2015). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam (13 ed.).
Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehaan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Tuberkulosis:


Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusadatin.

Syarief, A. P. (2013, February 27). Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.


Retrieved October 23, 2016, from Pembedahan pada Tuberkulosis
Paru: http://rsparurotinsulu.org/detailpost/pembedahan-pada-
tuberkulosis-paru
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC
Werner, D., Thuman, C., & Maxwell, J. (2010). Apa yang Anda Lakukan Bila
Tidak Ada Dokter. Yogyakarta: ANDI.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga.

52

Anda mungkin juga menyukai