DI SUSUN OLEH :
Armeliati
2018.c.10a.0959
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Juga Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis Dan
Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Oksigenasi Di Ruang Gardenia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya” laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung bJawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Nia Pristina ., S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Flamboyan.
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan
ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu,
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis.................................................................4
2.1.1 Definisi Tuberkulosis.........................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi..............................................................................4
2.1.3 Etiologi Tuberkulosis.........................................................................9
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis..................................................................10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways)..................................................................11
2.16 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)............................................14
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................17
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi).....................................19
2.2.1 Konsep Oksigenasi...........................................................................19
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................30
2.3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................31
2.3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................33
iv
2.3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................33
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................34
3.1 Pengkajian...............................................................................................34
3.2 Diagnosa..................................................................................................45
3.3 Intervensi.................................................................................................46
3.4 Implementasi...........................................................................................48
3.5 Evaluasi...................................................................................................48
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................51
4.1 Kesimpulan..............................................................................................51
4.2 Saran........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah
(Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dan juga fenomena yang terjadi maka penulis tertarik
untuk membuat sebuah laporan pedahuluan beserta asuhan keperawatan mengenai
tuberkulosis yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.s Dengan Diagnosa
Medis Tuberkulosis Dan Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Oksigenasi Di
Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”.
Sebagai sumber bacaan dan referensi tentang Atresia Bilier dan Asuhan
Keperawatannya.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
faring dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru. Berikut adalah beberapa organ pada sistem respirasi.
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring.
Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar
masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok
terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya
pada saat bicara.
orang akan terkena Tb, karena organisme nukleus harus sampai ke bagian jalan
napas yang berlebih untuk dapat tersangkut di dalam alveoli tempaat nukleus
tersebut berkembang biak (Hurst, 2015).
Ketika seorang pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat
lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan
angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei
terbang ke udara. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar diudara selama beberapa
jam. Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang
menghindari sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada
alveolus atau bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena kuman
14
Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil
tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada
sinar-X. Pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB.
Jika respons tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi.
Terkadang, infeksi dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang
luas. Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktivasikembali.
Tuberkulosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia, penyakit,
atau penggunnaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi
kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel rupture, basili menyebar ke
jalan napas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia
tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru massif dapat menyebabkan kematian,
atau proses yang lebih kronik pembentukan tuberkel dan kavitasi dapat
terjadi.Orang yang mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M. tuberculosis
ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain (Pricilla LeMone, 2015).
Reaksi infeksi/inflamasi yang terjadi pada penderita tuberculosis paru akan
membentuk kavitas dan merusak parenkim paru lalu menimbulkan edema
trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh darah jalan
napas dan mengakibatkan batuk produktif, batuk darah, sesak napas, penurunan
kemampuan batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).
15
16
Kuman Tuberkulosis
(Myc[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[[
Batuk, bersin
TB PARU
Sel mukus berlebih Menginfeksi jaringan jantung Konsentas plasma Penyebaran Kurang nafsu makan
Menginfeksi tulang
darah hematgen belakang
Peningkatan produsi anoreksia
Penyumbatan pembuluh darah Kerusakan jaringan
mukus Merangsang
Nyeri
Hipotalamus
meningkatkan Penurunan kemampuan Penurunan berat
Alira darah turun
Akumulasi sekret pada saluran patokan suhu ginjal badan Kelemahan
pernapasan meningkat
Suplai O2 turun
Menggigil, menigkatkan Gangguan Defisit Nutrisi Intoleransi Aktivitas
Bersihan Jalan Napas suhu basal Eliminasi
Tidak Efektif Iskemik
Urine
Hipertermi
Perfusi Perifer Tidak
Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Adapun manifestasi klinis dari penderita tuberkylosis adalah :
1. Batuk/ Batuk darah
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini benyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Berat ringannnya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Darah
yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak- bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak (Abd. Wahid, 2013).
2. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain (Abd. Wahid,
2013).
3. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena (Abd. Wahid, 2013).
4. Demam
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza. Tapi kadang-kadang panas bahkan
dapat mencapai 40-41 ºC, keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk (Abd.
Wahid, 2013).
5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam (Abd. Wahid, 2013).
18
2.1.7 Komplikasi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit dengan media penularan melalui udara
dan biasanya menyerang paru. Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu gangguan
kesehatan yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia. Sayangnya, banyak orang
yang belum memahami risiko dari komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit
satu ini. Anggapan umum tentang tuberkulosis yang hanya menyerang paru seakan
sudah mengakar kuat di benak masyarakat. Padahal, bakteri mycobacterium
tuberculosis juga dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan komplikasi
yang cukup serius di berbagai organ vital lainnya selain di organ paru.
Meski komplikasi tuberkulosis dapat terjadi hampir pada semua organ manusia,
namun ada beberapa komplikasi yang paling sering terjadi dan perlu diwaspadai,
seperti komplikasi TB yang terjadi pada beberapa organ di bawah ini :
1. Kerusakan pada Otak
Jika tidak ditangani dengan baik, bakteri penyebab TB dapat menyebar
melalui aliran darah sehingga menimbulkan dampak kesehatan serius terhadap
organ tubuh lainnya. Salah satu organ yang paling rawan terkena dampaknya
adalah otak. Bakteri penyebab tuberkulosis dapat menyerang cincin tulang
belakang dan selaput sekeliling otak (meninges). Kondisi tersebut dikenal
sebagai meningitis tuberkulosis. Gejala umum yang muncul akibat komplikasi
TB otak adalah hilangnya kemampuan mendengar, meningkatnya tekanan
pada otak, stroke, penurunan kesadaran, bahkan kematian.
2. Gangguan Fungsi Penglihatan
Bakteri penyebab TB yang sudah menyebar melalui aliran darah juga dapat
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada mata. Hal tersebut dapat terjadi
melalui infeksi langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa bagian mata
yang paling sering diserang, seperti konjungtiva, kornea, dan sklera. Jika hal
ini terjadi, gejala awal yang akan dialami adalah pandangan yang mengabur
dan kondisi mata yang tiba-tiba menjadi terlalu sensitif terhadap cahaya.
3. Kerusakan pada Tulang dan Sendi
19
Komplikasi pada tulang dan sendi menjadi salah satu kasus komplikasi yang
paling sering terjadi akibat penyebaran bakteri penyebab TB yang tidak
terkendali. Sebagian besar kasus komplikasi TB tulang dan sendi menyerang
tulang belakang sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan serius,
kerusakan saraf, hingga rusaknya bentuk tulang belakang.
4. Kerusakan Fungsi Hati
Hati menjadi bagian tubuh yang rawan terkena komplikasi bakteri penyebab
tuberkulosis. Aliran darah yang terkontaminasi dapat menyebabkan hepatic
tuberculosis dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan lain, mulai dari
pembengkakan pada hati hingga menguningnya kulit dan lapisan mukosa
akibat ketidakseimbangan bilirubin.
5. Kerusakan pada Ginjal
Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar
(cortex) yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam
(medula). Kondisi ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan
kalsium, hipertensi, pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
6. Kerusakan pada Jantung
Tuberkulosis pada jantung merupakan kasus yang tidak terlalu sering terjadi.
Pada kondisi ini, bakteri akan menyerang pericardium, myocardium atau
bahkan katup jantung. Komplikasi TB pada jantung, jika tidak ditangani
dengan baik, maka dapat menyebabkan gagal jantung yang berujung pada
kematian.
dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka
pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan
bakteri taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2. Indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3. Indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4. Indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5. Reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan
6. Berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
e. Rongen Dada
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
h. Pemeriksaan Elektrolit
i. Analisa gas dara
j. Pemeriksaan fungsi paru
c. OBH; dan
d. Vitamin
4. Fisioterapi dan rehabilitasi
5. Konsultasi secara teratur
Obat-obat Anti-Tuberkulosis
a. Isoniazid(INH/H)
Dosis: 5mg/kgBB, per oral
Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas
b. Ethambutol hydrochloride (EMB/E)
Dengan dosis sebagai berikut:
Dewasa: 15 mg/kgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25
mg/kgBB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hari
Anak (6-12 tahun): 10-15 mg/BB/hari
Efek samping: optic neuritis (efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash
c. Rimfampin/rimfapisin (RFP/R)
Dosis: 10 mg/kgBB/hari per oral
Efek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea, dan vomiting
d. Pyrazinamide (PZA/Z)
Dosis: 15-30 mg/kgBB per oral
Efek samping: hiperurisemia, hepatotoxicity, skin rash, artralgia, distress
gastrointestinal.
Dengan ditemukannya Rimfapisin paduan obat yang diberikan untuk klien
tuberculosis adalah INH + Rimfapisin + Streptomisin atau Etambutol setiap hari (fase
awal) dan diteruskan pada fase lanjut dengan INH + Rimfapisin atau Etambutol.
Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek, dengan
memberikan INH + Rimfapisin + Streptomisin atau Etambutol atau Pyrazimide
setiap hari sebagai fase awal selama 1- 2 bulan dilanjutkan dengan INH + Rimfapisin
atau Etambutol atau Streptomisin 2-3 kali per minggu selama 4-7 bulan sehingga
lama pengobatan seluruhnya 6-9 bulan.
22
Panduan obat yang digunakan di Indonesia dan dianjurkan pula oleh WHO
adalah 2 RHZ/4 RH dengan variasi 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3, 2 RHS/ 4 R2H2.
Ada tiga prinsip dalam pengobatan TB yang berdasarkan pada:
1. Regimen harus termasuk obat-obat multiple yang sensitive terhadap
mikroorganisme.
2. obat-obatan harus diminum secara teratur,
3. Terapi obat harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang cukup untuk
menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman dalam waktu
singkat.
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.
1) hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, himudifikasi dan
pengahangantan.
2) faring merupsksn seluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
3) faring terdiri atasa nosafaring dan orafaring yang kaya akan jaringan
lifoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman photogen
yang masuk bersama udara. Laring merupakan struktur yang merupai
tulang rawan yang bisa disebut jakun.selain berperan sebagai penghasil
suara laring juga berfungsi untuk menjaga kepatenan dan melindungi
jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
B. Sistem pernfasan bawah
Sistem pernfasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, brenkiolus, alvealus, jaringan kapiler paru dan pleura.
1) Trakea merupakan pipa mambran yang dikosongkan oleh cincinkartilago yang
mehubungkan laring dan bronkus utama kanan kiri
2) Paru-paru ada daua buah terletak disebelah kanan kiri.masing-masing paru
terdiri atas beberapa(paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus)dan dipasok oleh
satu bronkus.jaringan-jaringan paru sendiri terdiri serangakaiam jalam nafas
yang bercabang cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan
ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang
disebut pleura. pleura prental membatasi torlak dan permukaan diagfragm,
sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna
mencegah gerakan friksi selama bernafas.
C. Berdasarkan tempatnya proses pernafasan dibagi dua yaitu:
1) Pernapasan eksternal
Pernafasan ekternal (pernapasan plumoner) mengacu kepada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
peroses ini berlangsung dalam tiga langkah yakni:
a. Ventilasi pulmoner
24
2.2.5 Patofisiologi
26
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersulur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
aveoli ke jaringan) yang ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahn volume sekuncup, afterload, preload, dan kontaktilitis miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas. (Brunner & Suddarth 2014)
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Penurunan kesadaran.
2.2.7.2 Hipoksia.
2.2.7.3 Cemas dan gelisah.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
ganguan oksigenasi yaitu :
1) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2) Pemeriksaan gas darah arteri
27
1) Identitas Pasien
Penyakit tuberculosis dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi, sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim
(Wahid & Suprapto, 2013).
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak Napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-
lain (Muttaqin, 2008)
29
Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena TB (Muttaqin, 2008).
Keluhan Sistemis, meliputi:
Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari
mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang
serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek (Muttaqin,
2008).
Keluhan Sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggu bulan. Akan tetapi penanmpilan akut dengan batuk, panas,
dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia
(Muttaqin, 2008).
C. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian ini dialkukan untuk mendukung keluhan utama. Pengkajian yang
ringkas dengan PQRST dapat memudahkan perawat untuk melengkapi data
pengkajian. Apabila, keluhan utama klien adalah sesak napas, maka perawat perlu
mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan antara sesak napas
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Sesak
napas yang ditimbulkan oleh TB paru, biasanya akan ditemukan gejala jika tingkat
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertainya
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain- lain. Pengkajian ringkas
dengan menggunakan PQRST yaitu, Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang
menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila istirahat.
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien,
apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan pernapasan.
Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan. Severity of Pain: seberapa
jauh rasa sesak yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala sesak sesuai klasifikasi
sesak napas dan klien menerangkan seberapa jauh sesak napas memengaruhi aktivitas
30
sehari-hari. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari, sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah
gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah gejala timbul
secara terus menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan
klien pada saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama
kali muncul, dan apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
(Muttaqin, 2008).
1. Bersihan jalan nafas tidak Efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, hemoptosis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
tracheal/faringeal (Kode D.0001 Hal.18)
2. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membrane
alveolar-kapiler
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya
batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) yang berhubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)
6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancam kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
7. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
8. Resiko terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko pathogen
2.3.3 Intervensi Keperawatan SIKI
2.3.3.1 Bersihan jalan nafas tidak Efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, hemoptosis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal
Tujuan :
Kriteria Hasil:
Intervensi Keperawatan:
5. Mempunyai batuk
n rencana pernapasan
untuk perawatan dan
di rumah oksigenasi,
sebagaimana
mestinya
Pengisapan Lendir
pada Jalan Napas
1. Tentukan
perlunya
suksion
mulut atau
trachea
2. Auskultasi
suara nafas
sebelum dan
setelah
tindakan
suksion
Terapi Oksigen
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2005).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(US. Midar H, dkk, 1989).
38
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
34
39
rawat inap dan pengobatan lebih lanjut dan pada tanggal 07-06-2020. klien
mengatakan batuk dan susah mengeluarkan dahaknya serta badan lemas.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rs.Mumadiyah dengan penyakit thypes
dan tidak pernah di operasi
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya pernah menderita penyakit tuberculosis.
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Ikatan Keluarga
40
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, batuk Batuk sejak 1 bulan
(tanggal 11 juli 2016 ), seputum berwaran putih sianosis tidak ada, nyeri dada tidak
ada, sesak napas tidak ada, tipe pernafasan perut dan dada , irama pernafasan teratur,
suara nafas tidak ada, suara nafas tambahan ronchi basah. Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak
ada, terdapat oedema tidak ada, vena jugularis tidak meningkat. Keluhan lain tidak
ada, masalah keperawatan tidak ada.
41
sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian abdomen tidak ada, tidak ada benjolan.
Keluhan lain tidak ada, masalah keperawatan tidak ada masalah.
Mata dan penglihatan, fungsi penglihatan klien baik, bola mata dapat bergerak
secara normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, scklera normal/putih,
konjunctiva merah muda, kornea bening klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, tidak ada nyeri, keluhan lain tidak ada. Fungsi pendengaran klien baik
normal. Fungsi hidung/penciuman, simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.
Masalah keperawatan tidak ada.
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien
menyadri bahwa klien sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik
dan berdoa selalu untuk kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan tidur,
sedangkan saat sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri.
Masalah keperawatan tidak ada.
3.1.5 Sosial-Spiritual
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia
dan jawa .
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di
tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 07 Juni 2020
Ureum 34 N: 21-53 mg/dl
Creatinin 0,60 mg/dl N :0,17-1,5mg/dl
SGOT 37 u/L N : L <37, P, <31
SGPT 18 u/L N : L<42, P < 32
WBC : 12.75X10 3/UL N : 4.00-10.000 ul/dl
RBC : 3.52x10^6/ uL N : 3.50-5.50 ul/dl
HCB : 19.19/DL N : 11.0-16.0 g/dl
PLT : 376X10 3/UL N :11.0-16.0 g/dl
Hasil Radiologi
MP 4 Mg
Cotrimoxazole 960 mg
Fluconazole 200mg
Candistatin drop 4x1cc
Obat injeksi :
Armeliati
NIM: 2018.C.10a.0959
47
ANALISA DATA
48
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: klien mengatakan
batuk berdahak dan
susah mengeluarkan
dahaknya.
ANTROPOMETRI
TB BB IMT
BIOKIMIA
HASIL LAB YG
MENUNJANG Batuk yang sering,intake
NUTRIS nutrisi tidak adekuat
CLINIS
TANDA”NYA
DIET
POLA MAKAN
MAKAN
BERPA PORSI
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Klien mengatakan
tidak tahu tentang kurang terpaparnya Kurang pengetahuan
penyakitnya informasi
PRIORITAS MASALAH
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret Di tandai dengan d sekret
tertahan, pasien tampak susah
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d batuk yang sering
d/d penuranan inatake tubuh.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi Setelah di lakukan tindakan 1.Kaji ttv pasien 1.untuk menegetahui
keperawatan selama 1x 7 jam di 2.Kaji input dan output pasien perkembangan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh b/d
harapkan pemenuhan nutrisi pada 3.Anjurkan pasien makan sedikit 2.mengetahui keseimbangan input
batuk yang sering,penuranan pasien terpenuhi dengan kriteria tapi sering dan output
hasil: - hidangkan makanan yang hangat 3.meningkatkan nafsu makan dan
inatake tubuh.
-Pasien mengatakan nafsu makan -anjurkan makanan yang tinggi menecegah terjadinya mual
mengkat protein dan karbohidrat 4.untuk memberikan makanan dan
-Porsi makan habis 4.Kolaborasi dengan ahli gizi diet yang tepat
-Tidak adanya mual-muntah dalam pemberian makanan
-BB ideal
-IMT : 18,7-23,9
3. Kurang pengetahuan b/d kurang Setelah dilakukan penyuluhan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. untuk mengetahui sejauh mana
terpaparnya informasi kesehatan selama 15 menit 2. jelaskan tentang penyakit yang pengetahuan klien
tentang penyakit tuberculosis di dialami klien 2.untuk menambah pengetahuan
harapkan pengetahuan klien 3. tanyakan sejauh mana klien
bertambah dengan kriteria hasil : pengetahuan klien tentang 3. untuk mengetahui tingkat
-Klien mengatakan mengerti penjelasan yang sudah di penkes pengetahuan klien
tentang penyakitnya 4.Jelaskan kembali tentang apa 4. memberikan penjelasan yang
53
-klien tidak bertanya lagi tentang yang belum di mengerti belum di mengerti
penyakitnya
-klien tampak mengerti
54
DX.2 Senin,08 juni 2020 1.Mengkaji ttv pasien S: Pasien mengatakan nafsu
2. Mengkaji input dan output makan sudah meningkat
Jam : 11.00 Wib
pasien O: -nafsu makan tampak
3.Menganjurkan pasien makan meningkat
sedikit tapi sering -satu porsi makan habis
- Menghidangkan makanan yang -tidak ada mual –muntah
hangat A: Masalah teratasi
-Menganjurkan makanan yang P: Intervensi dihentikan
tinggi protein dan karbohidrat
4.Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian makanan
DX.3 Senin,08 juni 2020 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S: Pasien mengatakan sudah
55
4.1.1 Kesimpulan
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
olehM. tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui
terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang
yang terinfeksi.Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis
paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong
dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah : M. Tuberculosae
1. Varian Asian
2. Varian African I
3. Varian African II
4. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri
tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es).
Masukkan kesimpulan kasus ya
4.1.2 Saran
50
57
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N. (2003).Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
DiGiulio, M., Jackson, D., & Keogh, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
52