N
DENGAN MASALAH SPONDILITIS TUBERKOLOSIS
DI RUANG RAWAT INAP GARDENIA RSUD ARIFIN ACHMAD
Mata Kuliah:
Preseptor Akademik:
Preseptor Klinik:
Oleh Kelompok 5:
KATA PENGANTAR
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
2.1. Definisi.....................................................................................................2
2.2. Etiologi....................................................................................................2
2.4. Pengkajian................................................................................................
3.1. Pengkajian..............................................................................................2
BAB IV PENUTUP................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk mengembangkan
pelayanan keperawatan klien denganSpondilitis TB serta dapat
dijadikan dasar dalam memberikan materi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan Spondilitis TB
1.6. Etiologi
Penyakit_ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus).
Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium
tuberculosis, Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari
tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh
mikrobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe
bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosis atipik. Walaupun
spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai
penyebabnya, seperti Mycobacterium africanum (penyebab paling sering
tuberkulosa di Afrika Barat), bovine tubercle accilus, ataupun non-
tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada penderita HIV).
Perbedaan jenis spesies ini menjadi penting karena sangat mempengaruhi
pola resistensi obat.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang
yang bersifat acid-fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik
melalui cara yang konvensional. Dipergunakan teknik Z iehl-Nielson untuk
memvisualisasikannya. Bakteri_ tubuh secara lambat dalam media egg-
enriched dengan periode 6-8 minggu. Produksi niasin merupakan
karakteristik Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk
membedakannnya dengan spesies lain. Lokasi spondilitis tuberkulosis
terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga di
duga adanya infeksi sekunder dari suatu teberkulosis traktus urinaris, yang
penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena peravertebralis.
1.7. Klasifikasi
Klasifikasi spondilitis TB menurut Gulhane Askeru Tip Akademisi (GATA)
dalam Zuwanda (2013) berdasarkan kriteria klinis radiologis, yaitu:
a. Tipe IA
Lesi vertebra dan degenerasi diskus 1 segmen, tanpa kolaps, abses,
ataupun defisit neurologis
b. Tipe IB
Adanya cold abscess, degenerasi diskus 1 atau lebih, tanpa kolaps
ataupun defisit neurologis
c. Tipe II
Kolaps vertebra, cold abscess, kifosis, deformitas stabil dengan/tanpa
defisit neurologis angulasi sagital <20°
d. Tipe III
Kolaps vertebra berat, cold abscess, kifosis berat, deformitas tidak stabil
dengan atau tanpa defisit neurologis angulasi sagital >20°
1. Laboratorium
Laju endap darah meningkat (namun tidak spesifik), dari 20
sampai lebih dari 100mm/jam.
Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein
Derivative (PPD) positif. Hasil yang positif dapat timbul pada
kondisi pemaparan dahulu maupun yang baru terjadi oleh
mycobacterium.
Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam untuk mendeteksi
bakteri Mycobaterium tuberculosis, namun hasil yang didapat
seringnya negatif pada kasus Spondilitis Tuberkulosis
2. Sinar X
Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari
bukti adanya tuberkulosa di paru (2/3 kasus mempunyai foto rontgen
yang abnormal). Hanya 50% pasien dengan tuberkulosis tulang dan
sendi didapatkan gambaran infeksi tuberkulosis pada foto sinar X, dan
foto ini juga dapat mengaburkan diagnosis. Foto polos seluruh tulang
belakang juga diperlukan untuk mencari bukti adanya tuberkulosa di
tulang belakang. Tanda radiologis baru dapat terlihat setelah 3-8
minggu onset penyakit.
Gambar 2.1 Foto polos rontgen anteroposterior (a) dan lateral (b)
lumbal pasien 17 tahun spondilitis TB dengan keluhan low back
pain. Menunjukkan hilangnya tinggi corpus vertebra (tanda panah
pada gambar (a), sklerosis end plate dan terjadi skaloping anterior
(panah pada gambar b)
2) Terapi operatif
Indikasi dilakukannya tindakan operasi adalah:
a) Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi
dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
b) Adanya abses yang besar sehingga diperiukan drainase abses secara
terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.
c) Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi
ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan
langsung pada meduila spinalis.Walaupun pengobatan kemoterapi
merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis tulang
belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting
dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi
tuberkulosa, paraplegia dan kifosis.
(1) Abses Dingin (Cold Abses)
Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh
karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan pemberian
tuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.
Ada tiga cara menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:
(a) Debrideman fokal
(b) Kosto-transveresektomi
(c) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian
depan. Paraplegia
(2) Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
(a) Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata
(b) Laminektomi
(c) Kosto-transveresektomi
(d) Operasi radikal
(e) Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
(3) Kifosis
Operasi pada pasien kifosis dilakukan dengan 2 cara:
(a) Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat.
Kifosis mempunyai tendensi untuk bertambah berat terutama
pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi posterior
atau melalui operasi radikal.
(b) Operasi PSSW
Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan
pengobatan tbc tulang belakang yang disebut total
treatment.Metode ini mengobati tbc tulang belakang
berdasarkan masalah dan bukan hanya sebagai infeksi tbc yang
dapat dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya, penyembuhan
TBC tulang belakang dengan tulang belakang yang stabil,
tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas yang menyolok dan
dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita dapat
kembali ke dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan
keluarganya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan
dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan (Dinarti &
Mulyanti, 2017). Adapun diagnosis (SDKI, 2017) dari Spondilitis TB
sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuk
tubuh
4. Defisit nutisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Tujuan: Setelah Observasi
dilakukan tindakan a)Identifikasi lokasi, kararkteristik, durasi,
keperawatan 3x8
frekuensi, kualitas, intesistas nyeri
jam diharapkan
b)Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri
c)Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun :
d)Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. frekuensi nadi
membaik
memperingan nyeri
1.1. Pengkajian
A. INFORMASI UMUM
Nama : Ny. N
Umur : 40th 6bln 11hr
Tanggal Lahir : 23-09-1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Melayu
Tanggal Masuk : 01 April 2024
Tanggal Pengkajian : 01 April 2024
Dari/Rujukan : IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Diagnosa Medis : Spondilitis TB
Nomor Medical Record : 01142264
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri menjalar dari punggung ke kaki sejak 1 tahun
yang lalu. Demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat dilakukan
pengkajian, klien mengatakan sesak nafas diakibatkan rasa nyeri, demam
pada malam hari. Klien terpasang infus Nacl 0,9 20 tpm di tangan kanan,
klien rencana operasi laminaktomy pada tanggal 2 april 2024.
Genogram:
:Lk : Pasien
:Pr
c
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital:
TD : 125/92 mmHg
Suhu : 36,5C
Nadi : 105 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 50 kg
GCS : 15 (composmentis) E = 4, M = 6, V = 5
I. Kepala
1. Rambut : Panjang/pendek/tanpa rambut/kotor/mudah rontok/gatal-gatal
Lain-lain: Klien berambut panjang, berwarna hitam, rambut tidak mudah
rontok, dan rambut tampak bersih.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan pada rambut klien
3. Hidung : Perdarahan/sinusitis/gangguan
penciuman/malformasi/terpasang NGT
Lain-lain: Klien terpasang nasal kanul 4 liter/menit, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak terdapat fraktur, perdarahan, dan lesi
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
III. Dada
Inspeksi : dada simetris, pergerakan dinding dada sama kiri dan kanan.
Palpasi : fremitus sama kanan dan kiri, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas.
V. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka dan tidak terdapat asites
VII.Kaki : Fraktur/edema/malformasi/luka/infeksi/keganasan/sianosis/dingin
Lain-lain: Tidak terdapat fraktur, edema, dan perdarahan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan pada kaki klien
dialami - S: 36.4 C
Dx2 Mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, - P:Pasien
durasi, frekuensi, mengatakan nyeri
kualitas nyeri di bagian
Mengidentifikasi skala pinggang menjalar
nyeri hingga kaki
aromaterapi, kompres O:
hangat/kompres - Kesadaran
dingin). composmentis
Mengkontrol (15)E4M6V5
lingkungan yang - Pasien terpasang
mempeberat rasa nyeri oksigen nasal
(mis. Suhu ruangan, canul 4lpm
pencahayaan, - Pasien tampak
kebisingann) meringis dan
Memfasilitasi istirahat gelisah
tidur - Frekuensi nadi
Mengajarkan teknik meningkat (HR:
nonfarmakologis 105x/menit)
untuk mengurangi rasa Ttv: TD: 125/92
nyeri mmHg, S:36,5C,
Mengkolaborasi dalam HARI:105
pemberian analgetik, x/menit
jika perlu RR:23 x/menit
- SpO2:99%
A:
- Nyeri akut belum
teratasi
(Tingkat nyeri
mulai menurun
(3))
P: intervensi
dilanjutkan
- Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
(relaksasi napas
dalam)
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
pencahayaan, gelisah
tidur 110x/menit)
Ttv: TD: 110/70
Mengajarkan teknik
nonfarmakologis mmHg, S:36,5C,
untuk mengurangi rasa HR:105 x/menit
nyeri RR:20 x/menit
Mengkolaborasi dalam - SpO2:99%
pemberian analgetik, A:
jika perlu - Nyeri akut belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
- Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
(relaksasi napas
dalam)
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik:
ketorolac 3x1 mg
Dx3 Monitor karakteristik
luka S: -
Monitor tanda-tanda
infeksi O:
eksudat laminaktomy
Mempertahankan pada
1.1. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada asuhan keperawatan pada pasien
spondilitis TB di ruang Gardenia RSUD Arifin Achmad. Pengkajian pada
pasien umur 40 tahun dilakukkan pada tanggal 01 april 2024. Hasil
pengkajian sebagai berikut:
Pada Riwayat sekarang ditemukan bahwa pasien memiliki Riwayat
histerektomi pada tahun 2023, pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat
penyakit diabetes melitus, jantung, asam urat dan TB Paru. Pasien
mengatakan sudah megkonsumsi OAT selama 2 bulan.
Hasil pengkajian selanjutnya pada Ny. N tanggal 1 april 2024
didapatkan keluhan terasa nyeri dan cemas terhadap kondisinya sekarang
dikarenakan pertama kali mengali penyakit yang seperti ini. Keadaan umum
pasien baik, GCS 15 (E4V5M6), kesadaran composmentis,tekanan darah
136/89 mmHg, frekuensi nadi 121 x/m, frekuensi nafas 24 x/m,suhu tubuh
36,5°C dan SpO299%.
Pada data dari pengkajian nyeri, pasien mengatakan sudah merasakan
nyeri menjalar dari punggung ke kaki sejak 1 tahun yang lalu. Skala nyeri 5.
Pasien mengalami sesak nafas dengan RR: 23x/mnt.
Pada pengkajian, pasien mengatakan cemas akan melaksanakan operasi.
Pasien tampak tegang dan gelisah. Terjadi peningkatan HR: 105x/mnt.
1.2. Diagnosis
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik
dan pemberian pelayanan kesehatan yang lain. Komponen-komponen dalam
pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Amin, 2015).
Diagnosis keperawatan yang ditegakan pada pasien Ny.N terdapat tiga
diagnosis dengan patofisiologis. Diagnosis tersebut adalah:
1) Ansietas
Diagnosa yang ditemukan pada pasien yaitu ansietas berhubungan
dengan krisis situsional. Pada saat pengkajian pasien mengatakan
cemas akan melaksanakan operasi. Data objektif yang didapatkan
pasien tampak tegang dan gelisah, frekuensi nadi meningkat.
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan adanya peningkatan
perasaan negatif terhadap tubuh pada pasien yang ditandai dengan
verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi, prilaku
gelisah, sehingga peneliti mengangkat diagnosa kasus ansietas dengan
beberapa kriteria yang diisyaratkan pada diagnosa tersebut.
Peneliti memperioritaskan diagnosa Ansietas karena kebutuhan
dasar manusia yang harus segera dipenuhi, dimana keadaan psikologis
individu yang terganggu. Masalah Ansietas ini jika tidak ditangani
secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti
pasien akan mengalami depresi yang akan menghambat proses
penyembuhan pada pasien.
2) Nyeri Akut
Diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan Agen
Pencedera Fisik ditandai dengan klien mengatakan nyeri dengan skala
7. Data yang didapatkan pada klien yaitu data subjektif P:Pasien
mengatakan nyeri di bagian pinggang menjalar hingga kaki dan nyeri
pada bekas luka operasi Q:nyeri seperti tertusuk tusuk R: nyeri terasa
di daerah pinggang menjalar ke kaki dan bekas luka operasi S: skala
nyeri 7 T: nyeri terasa hilang timbul. Data objektif Pasien tampak
meringis kesakitan, Pasien tampak gelisah, Terdapat luka post operasi
ditutup verban Post op posterior stabilisasi + laminoktomi
dekompresi, Kesadaran composmentis, Ttv: TD: 131/90mmHg,
S:36,7C, HARI:110 x/menit RR:25 x/menit, SpO2:99%
3) Gangguan Integritas Kulit
Diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan
dengan factor mekanis (luka post op) ditandai dengan adanya luka
post op pada punggung pasien. Data yang didapatkan pada klien yaitu
data subjektif Pasien mengatakan ada luka pada bagian punggung
belakang bekas operasi, Pasien mengatakan nyeri pada luka post op.
Data subjektif : pasien mengatakan ada luka pada bagian punggung
belakang bekas luka operasi tertutup verban, pasien mengatakan nyeri
pada luka post op. Data objektif : Post op laminectomy
decompression, Tampak luka bekas operasi tertutup kasa steril, Skala
nyeri 5.
1.3. Intervensi
Berdasarkan tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan
yang terdapat dilandasan teoritis dimana perencanaan dibagi menjadi 3
tahap yaitu menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan
kriteria hasil dan merencanakan tindakan keperawatan. Dalam pembuatan
rencana penulis bekerja sama dengan keluarga klien dan perawat ruangan
sehingga ada kesempatan dalam memecahkan masalah yang dialami klien
sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi sesuai teori perencanaan
keperawatan dituliskan dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) prinsip secara umum rencana keperawatan
yang penulis lakukan pada Ny.N
1. Ansietas
Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada
intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan
klien Ny. N dengan Spondilitis TB dengan masalah keperawatan
yaitu Ansietas b.d cemas terhadap tindakan operasi d.d pasien
tampak cemas dan gelisah dengan kriteria hasil : gelisah menurun,
perilaku tegang menurun, dan vertabililasi kebingungan menurun.
Rencanan tindakan dalam diagnosa ansietas meliputi observasi:
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu,
stresor), identifikasi kemampuan mengambil keputusan, monitor
tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal). Terapetik: Ciptakan
suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, temani
pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan pahami
situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian,
gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, mempatkan
barang pribadi yang memberikan kenyamanan, motivasi
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, miskusikan
perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating. Edukasi :
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami,
informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis, anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu, anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, latih
kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan, latih
penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat, latih Teknik
relaksasi
2. Nyeri Akut
Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada
intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan
klien Ny. N dengan Spondilitis TB dengan masalah keperawatan
yaitu nyeri akut dengan kriteria hasil : keluhan nyeri mneurun,
meringis menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik.
Rencana tindakan keperawatan, observasi ;identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri, identifikasi skala
nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri. Terepeutik : Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/kompres dingin), kontrol
lingkungan yang mempeberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingann), fasilitasi istirahat tidur. Edukasi :
jelaskan penyebab dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan
nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi dalam pemberian analgetik, jika
perlu
3. Gangguan Integritas Kulit
Intervensi asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada
intervensi yang telah disusun peneliti berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) yang telah dipilah sesuai kebutuhan
klien Ny. N dengan Spondilitis TB dengan masalah keperawatan
yaitu gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil: kerusakan
jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit menurun, elastisitas
meningkat, suhu kulit membaik, tekstur membaik.
Rencana tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan
integritas kulit. Obeservasi : Monitor karakteristik luka (mis:
drainase, warna, ukuran , bau), monitor tanda-tanda infeksi.
Terapetik: lepaskan balutan dan plester secara perlahan, cukur
rambut di sekitar daerah luka, jika perlu, bersihkan dengan cairan
NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan,bersihkan
jaringan nekrotik, berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu,
pasang balutan sesuai jenis luka, pertahankan Teknik steril saat
melakukan perawatan luka, ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase, jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien, berikan diet dengan kalori 30 – 35 kkal/kgBB/hari
dan protein 1,25 – 1,5 g/kgBB/hari, berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis: vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi, berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika
perlu. Edukasi :jelaskan tanda dan gejala infeksi, anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, ajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri. Kolaborasi: kolaborasi prosedur
debridement (mis: enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu, kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
1.4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteri hasil
yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobata, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien keluarga,atau mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor - faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, starategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi (Olfah & Ghofur, 2016). Implementasi pada klien dilakukan
pada tanggal 02 April 2024 – 04 April 2024. Implementasi dilakukan sesuai
dengan intevensi yang mengacu pada SIKI.
1. Pada masalah keperawatan ansietas peneliti telah melakukan
implementasi yaitu: Mengidentifikasi tingkat ansietas berubah, Monitor
tanda tanda ansietas , Menciptakan suasana terapetik untuk
menumbuhkan kepercayaan , Menjelaskan prosedur, sendasi yang
mungkin dialami , Menginformasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis , Melatih Teknik relasasi napas
dalam.
2. Pada masalah keperawatan nyeri akut peneliti telah melakukan
implementasi yaitu: mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, engidentifikasi
respon nyeri non verbal, memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik, terapi pijat, aromaterapi,
kompres hangat/kompres dingin), mengkontrol lingkungan yang
mempeberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingann),
memfasilitasi istirahat tidur, mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasi dalam pemberian
analgetik, jika perlu.
3. Pada masalah keperawatan gangguan integritas kulit peneliti telah
melakukan implementasi yaitu: monitor karakteristik luka , monitor
tanda-tanda infeksi, memberikan ganti balutan sesaui jumlah eksudat ,
mempertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka ,
memasang balutas sesuai jenis luka , menjadwalkan perubahan posisi
tiap 2 jam, menjelaskan tanda dan gejala infeksi, mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein .
1.5. Evaluasi
1. Ansietas
Hasil yang diharapkan pada Ny. N diagnosa Spondilitis TB dengan
masalah keperawatan ansietas adalah: verbalisasi kebingungan
menurun, perilaku gelisah menurun, perilaku tegang menurun, pola
tidur membaik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu
didapatkan hasil tingkat ansietas menurun, verbilitasi kebingungan
menurun, perilaku gelisah telah menurun, dan perilaku tengang telah
menurun. Pasien lebih tenang setelah mengerti dengan penjelasan
prosedur yang akan dijalani.
2. Nyeri akut
Hasil yang diharapkan pada Ny. N diagnosa Spondilitis TB dengan
masalah keperawatan nyeri akut adalah: keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi menuun. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil yaitu nyeri akut
menurun setelah dilakukan terapi relaksasi napas dalam, gelisah
menurun, frekuensi nadi menjadi 78x/menit. Didapatkan analisa
masalah nyeri akut teratasi sebagian. Dan intervensi tetap dilanjutkan
dengan memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis. Relaksasi napas dalam), mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri, serta kaloborasi dalam pemberian analgetik.
3. Gangguan integritas kulit
Hasil yang diharapkan pada Ny. N diagnosa Spondilitis TB dengan
masalah keperawatan gangguan integritas kulit adalah: kerusakan
lapisan kulit menurun, kerusakan jaringan menurun, elastisitas
membaik dan tekstur membaik. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan didapatkan hasil yaitu: kerusakan lapisan kulit menurun
didapatkan hasil dari intervensi yang telah dilakukan yaitu penggantian
verban/ 1x perhari, kerusakan jaringan membaik dilihat saat melakukan
perawatan luka tidak ada tanda-tanda perburukan pada luka maka dari
itu disimpulkan pemulihan luka membaik, elastisitas kulit membaik
dilihat dari luka tidak ada tanda-tanda infeksi, tekstur membaik dilihat
dari luka tidak basah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan diagnosis
spondilitis TB Post Op Laminaktomy maka didapatkan masalah yangada
pada kasus Ny.N yaitu:
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional ditandai dengan pasein
mengatakan cemas akan melakukkan operasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur operasi
ditandai dengan adanya luka bekas post pada punggung pasien
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanis (luka
post op) ditandai dengan adanya luka post op pada punggung pasien.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Kelompok berharap agar mahasiswa dapat terus mempelajari teori – teori
yang sudah diajarkan oleh para dosen saat perkuliahan dan dapat
diaplikasikan langsung teori tersebut saat sedang praktik klinik di rumah
sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Kelompok berharap bahwa institusi dapat meningkatkan pembelajaran
mengenai pemeriksaan fisik pada klien dan juga mengenai metode
anamnesa yang tepat pada klien dengan kasus -kasus tertentu. Khususnya
Spondilitis Tuberkulosis, serta memperbarui buku-buku ilmu penyakit
dalam seperti asuhan keperawatan pada system musculoskeletal yang
masih sangat minim di institusi.
3. Bagi Tempat Praktik
Kelompok berharap rumah sakit dapat mempertahankan/ meningkatkan
sarana dan prasarana yang selama ini sudah tersedia. Dan untuk perawat
khususnya di ruang rawat inap gardenia RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau untuk terus menerapkan dan meningkatkan proses keperawatan
sesuai dengan yang sudah dipelajari dan perawat dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan prinsip peran perawat kepada pasien
DAFTAR PUSTAKA
Tika, H. (2020). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pasien dengan spondilitis
tb yang di rawat di rumah sakit. Poltekkes Kemenkes Kaltim. (Vol. 21,
Issue 1). http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1083.
Rozak, F., & Clara, H. (2022). Studi kasus : asuhan keperawatan pasien dengan
efusi pleura. Ilmiah Bidang Kesehatan. (Vol. 6, Issue 1).
https://doi.org/10.36971/keperawatan.v6i1.114.
Kardiyudiani, N., & Susanti, B. (2019). Keperawatan medikal bedah I.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gangguan Musculoskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kodim, Yulianingsih. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: TIM
Kusmiati, T., & Narendrani, H. P. (2016). POTT'S Disease. Jurnal Respirasi,
99-109.
Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically
Oriented Anatomy. 7thed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Munir, Badrul. (2017). Neurologi Dasar. Sagung Seto: Jakarta.
Paramarta, I. G. E., Purniti, P. S., Subanada, I. B., & Astawa, P. (2016).
Spondilitis Tuberkulosis. Sari Pediatri, 10(3), 177.
https://doi.org/10.14238/sp10.3.2008.177-83
Pearce, Evelyn C. 2006: Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama
Rahyussalim. (2018). Spondilitis Tuberkulosis: Diagnosis, Penatalaksanaan,
Dan Rehabilitasi. Depok: Media Aesculapius.
Rasjad, Chairuddin. (2012). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif
Watampone.
Rasouli MR, Mirkoohi M, Vaccaro AR, Yarandi KK, Movaghar VR. Spinal
tuberculosis: Diagnosis and Management. Asian Spine J. 2012;6(4):294-
308.
Sjamsuhidayat (2016). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC.
Tarwoto, dkk (2009). Anatomi Fisologi Untuk Mahasiswa Keperwatan.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha
Publishing Nuha Medika
Watson, Charles dkk. 2008: The Spinal Cord: A Christopher and Dana Reeve
Foundation Text and Atlas. USA, Academic Press is an imprint of
Elesiver
Zuwanda. (2013). Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis
Tuberkulosis. CDK-208, Vol 40 no 9. Pp 661-673.
https://studylibid.com/doc/181505/-diagnosis-dan-penatalaksanaan-
spondilitis-tuberkulosisdiakses pada 05 Februari 2021.