Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


AKIBAT DISPEPSIA DI RUANG PENYAKIT DALAM (RPU 2)
RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDIKAL CENTER

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medical Bedah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh
Kelompok 4 :

1. Adie Mulyadi JNR0200123 8. Mega Amalinda JNR0200045


2. Asep Maulana H JNR0200002 9. Nopi Mardiatul F JNR0200056
3. Cucu Winarsih JNR0200007 10. Risma Diana JNR0200070
4. Euis Suanti JNR0200019 11. Siti Aminah JNR0200079
5. Ian Andriana JNR0200026 12. Virna Fransisca D JNR0200088
6. Ika Sri Kartika JNR0200029 13. Wasiq Fahmi A JNR0200090
7. Linda Karlinda JNR0200084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Medical Bedah di
Rumah Sakit Umum Kuningan Medikal Center tepat pada waktunya.
Tujuan dari Praktik ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkannya di akademik
untuk mencapai kompetensi pada aspek keterampilan dan psikomotor mata
kuliah Departemen Keperawatan Medical Bedah.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan
diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penyusun ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak dr. Ode Aman Suhati, MMRS selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Kuningan Medikal Center
2. Ibu sintiani Sara Nurmesta, S.Kep.,Ners selaku Kepala Bidang
Keperawatan Rumah Sakit Umum Kuningan Medikal Center
3. Ibu Aat Sukanah, Amd. Kep selaku Kepala Seksi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kuningan Medikal Center
4. Ibu Diawati, Amd. Kep selaku CI Ruang Perawatan Umum 2 Rumah
Sakit Umum Kuningan Medikal Center
5. Ibu Herawatai, Amd. Kep selaku Kepala Ruangan Perawatan Umum 2
Rumah Sakit Umum Kuningan Medikal Center
6. Ibu Lia Mulyati, S. Kep., Ners., M. Kep selaku Koordinator Stase
Keperawatan Medical Bedah Profesi Ners STIKes Kuningan.

Semoga kegiatan Praktek ini dapat menjadi pengalaman yang paling


berharga bagi mahasiswa dan dapat dijadikan bahan evaluasi apabila
terdapat kekurangan didalamnya.
Kuningan, April 2021

Penyusun
Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Praktik ............................................................................................. 2
C. Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Dispepsia .............................................................. 4
1. Pengertian Dispepsia ............................................................................. 4
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .................................................. 5
3. Etiologi Dispepsia ................................................................................. 10
4. Manifestasi Klinis Dispepsia ............................................................... 11
5. Patofisiologi dan Pathway Dispepsia .................................................... 12
6. Pemeriksaan Penunjang Dispepsia ........................................................ 14
7. Penatalaksanaan Dispepsia ................................................................... 15
8. Komplikasi Dispepsia ........................................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dispepsia .................................................... 16
1. Pengkajian ............................................................................................. 16
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 17
3. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 18
4. Implementasi Keperawatan ................................................................... 25
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA
A. Pengkajian ................................................................................................... 26
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 34
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 36
D. Implementasi Keperawatan ......................................................................... 40
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................. 42
BAB VI PENUTUP ................................................................................................. 46
A. Kesimpulan.................................................................................................... 46
B. Saran .............................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah,
sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak
selalu ada pada setiap penderita. Bahkan pada seorang penderita,
keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis
keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi, dispepsia bukanlah suatu
penyakit, melainkan merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan yang
harus dicari penyebabnya (Sofro dan Anurogo, 2013).
Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani, “dys” yang berarti jelek
atau buruk dan “pepsia” yang berarti pencernaan, jika digabungkan
dispepsia memiliki arti indigestion atau kesulitan dalam mencerna.
Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan
masukan makanan disebut dispepsia, contohnya mual, nyeri epigastrum,
rasa tidak nyaman, atau distensi. (Djojoningrat, 2014).
Di negara-negara barat, populasi orang dewasa yang dipengaruhi
oleh dispepsia sekitar 14-38%, dengan 13-18% diantaranya memiliki
resolusi spontan dalam satu tahun serta prevalensi yang stabil dari
waktu ke waktu. Sebanyak 25% dari populasi Amerika Serikat
dipengaruhi dispepsia setiap tahunya, dan hanya sekitar 5% dari semua
penderita mendatangi dokter pelayanan primer (Andre et al., 2013).
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2015, dispepsia sudah
menempati peringkat ke-5 untuk kategori 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit tahun 2015 dengan jumlah pasien 15.122 atau
sekitar (61,18%).(Depkes RI). Berdasarkan hasil observasi di RSU
Kuningan Medical Center tepatnya di Ruangan Perawatan Umum 2
didapatkan kasus terbanyak yaitu Dispepsia. Maka disini kelompok

1
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
Dispepsia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem pencernaan akibat Dispepsia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari dispepsia
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem pencernaan
c. Untuk mengetahui etiologi dari dispepsia
d. Utuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Dispepsia
e. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Dispepsia
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Dispepsia
g. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medik dari
Dispepsia
h. Untuk mengetahui komplikasi dari Dispepsia
i. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Dispepsia

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan Keperawatan khususnya di
bidang Keperawatan Medical Bedah yang berkaitan dengan
gangguan sistem pencernaan (Dispepsia).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pelayanan kesehatan
Laporan ini dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan yang ada di RSU Kuningan Medikal Center mengenai
penyakit Dispepsia.

2
b. Bagi pasien dan keluarga
Laporan ini dapat dijadikan sebagai panduan informasi
tambahan mengenai penyakit dispepsia.
c. Bagi institusi pendidikan
Laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan di
perpustakaan dan dapat menjadi data awal untuk
mengembangkan informasi tentang penyakit gangguan sistem
pencernaan khususnya Dispepsia.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit Dispepsia


1. Pengertian Dispepsia
Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait
dengan makan (biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala
yang paling umum dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal.
Biasanya, makanan berlemak menyebabkan ketidaknyamanan
karena membutuhkan proses pencernaan lebih lama dari pada
protein atau karbohidrat. Salad dan sayuran hijau serta makanan
berbumbu tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan
(Kardiyudiani, 2019).
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu
hati. Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang
diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini
menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan
seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50
tahun (Ida, 2016).
Dispepsia adalah suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu
hati, rasa mual dan kembung. Gejala ini bisa berhubungan/ tidak
ada hubungan dengan makanan (Nugroho Taufan, 2011).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
dispepsia adalah ketidaknyamanan atau nyeri dibagian perut atas
tepatnya diulu hati disertai dengan mual dan kembung serta sering
kali menyerang individu usia produktf (30 tahun -50 tahun).

4
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum
dan anus.

Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal


(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia
yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi
sistem pencernaan yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap dan jalan masuk untuk system pencernaan yang
berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius

5
di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri
dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut
laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke

6
dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior
(terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir,
asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang
memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri
dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri

7
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1- 2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki
panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan

8
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon
transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat
di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material
di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa

9
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus
3. Etiologi Dispepsia
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional :
a. Dispepsia organik
1) Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu
hati pada waktu tidak makan / perut kosong.
2) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia
tukak, bisa pada pasien gastritis, deudenis, tetapi pada
pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda tukak.
3) Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada
dan regurgitasi terutama setelah makan.
4) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari
perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan
dan punggung.
5) Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker
pankreas, kanker hepar.
6) Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar
ke punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
7) Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea,
anoreksia, sering flatus, dan perut kembung.
8) Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan
neuropatisering timbul komplikasi pengosongan lambung
yang lambat sehingga menimbulkan nausea, perasaan lekas

10
kenyang. Hipertiroid menimbulka rasa nyeri di perut,
nausea, dan anoreksia.
b. Dispepsia fungsional
1) Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif
terhadap kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut
menimbulkan nyeri.
2) Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan
faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional
saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas,
klan vaskularisasi.
3) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia
mungkin di pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan
motilitas di antaranya pengosongan lambung lambat,
abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal.
4) Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman
helicobacterpylori,gangguan motilitas atau gerak mukosa
lambung, konsumsi banyak makanan berlemak, kopi,
alkohol, rokok, perubahan pola makan dan pngaruh obat-
obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu
lama ( Arif dan Sari, 2011).
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Arif dan Sari, 2011) manifestasi klinis dispepsia
adalah sebagai berikut :
a. Adanya gasdi perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol,
cepat kenyang, mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas.
b. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung etelah makan, mual,
muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati
dan dadaatau regurgitasi asam lambung ke mulut.
c. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga
bulan meliputi :
1) Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati.
2) Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi.

11
3) Keluhan dirasakan terutama berhubungan dengan timbulnya
stres.
4) Berlangsung lama dan seringkambuh.
5) Sering disertai ansietas dan depresi.
5. Patofisiologi Dispepsi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang
tidak jelas, zat-zat sepertinikotin, alkoholsertaadanyakondisi yang
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehing galambung akan
kosong, kekosongan lambung dapatmengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding lambung, kondisi demikian
akan mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan (Rudi
Haryono, 2012).
a. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum. Pada dispepsia
fungsional hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam
lambung dari ringan sampai sedang, beberapa hanya
menujukkan gangguan bersihan asam dari duodenum dan
meningkatnya sensitivitas terhadap asam.
b. Infeksi Helicobacter pylori.
c. Perlambatan pengosongan lambung. 20-40% pada dispepsia
fungsional mempunyai perlambatan pengosongan lambung yang
signifikan karena pengosongan lambung dengan perasaan perut
penuh setelah makan, mual, dan muntah.
d. Gangguanakomodasilambung. Menimbulkan rasa cepat kenyang
dan mengalami penurunan berat badan, karena pada keadaan
normal makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi
fundus dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam
lambung.

12
e. Hipersensitivitaslambung. Dapatmenimbulkan rasa nyeri
abdomen, bersendawa, penurunan berat badan, rasa cepat
kenyang.
f. Intoleransi lipid intra duodenal. Mengeluh intoleransi terhadap
makanan yang berlemak dan dapatmeningkatnya
hipersensitivitasnya terhadap lambung yang menimbulkan gejala
mual dankembung.
g. Psikologi. Adanya stres akut dapat mempengaruhi
gastrointestinal kemudian munculnya rasa mual setelah
stimulus stress.
Untuk memperjelas gambaran tentang penyakit dispepsia dan
diagnosa keperawatan apa saja yang muncul pada kasus dispepsia,
maka penulis memberikan gambaran tentang bagaimana diagnosa
keperawatan yang muncul pada dispepsia. Diagnosa keperawatan
yang muncul pada kasus dispepsia ini adalah: Nyeri Akut, Defisit
Nutrisi, dan Intoleransi Aktivitas.
Untuk gambaran lebih lanjut bagaimana diagnosa keperawatan
Nyeri Akut, Defisit Nutrisi, dan Intoleransi Aktivitas ini dapat
terjadi penulis memberikan gambaran atau pathway dispepsia agar
dapat lebih mudah dipahami. Adapun data diatas diperkuat sebagai
berikut :

13
6. Pemeriksaan Penunjang Dispepsia
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan
adanya kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada
beberapa bagian yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel
darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan
urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi.
Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada
pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi.
Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus sebaiknya
diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu
keganasan, dapat diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma
kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).

14
b. Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat
badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila
penderita makan.
c. Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan
dari lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan
nantinya di bahwa mikroskop untuk mengetahui apakah
lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan
pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik.
d. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,
serologi H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas
dasar indikasi (Ida, 2016).
7. Penatalaksanaan Dispepsia
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam
perawatan pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur
posisi pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan
terapi perilaku. Farmakologis pengobatan dyspepsia mengenal
beberapa obat, yaitu: Antasida, Pemberian antasida tidak dapat
dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk
mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah
simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental,
pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia,
2018).
8. Komplikasi Dispepsia
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat
memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang
dapat terjadi antara lain, pendarahan, kanker lambung, muntah
darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).

15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dispepsia
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan
yang dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan data
dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan
dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual
kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas
kenyang, perut kembung, rasa panas didada dan perut, regurgitasi
(keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba) (Ida, 2016).
Adapun proses pengkajian yaitu pengkajian primer (primary
assessment). Primary Assessment dengan data subjektif yang
didapatkan yaitu keluhan utama: nyeri pada perut dan mengeluh
mual muntah. Keluhan penyakit saat ini: mekanisme terjadinya.
Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau riwayat
cedera sebelumnya, kebiasaan minum alcohol, konsumsi medikasi
anticoagulant atau agen anti platelet, adanya alergi, dan status
imunisasi (Ida, 2016).
Data objektif: Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama
yaitu, adanya mual muntah-curigai apendisitis atau obstruksi usus,
nyeri epigastrium yang kolik, curigai gastritis atau gastroenteritis,
anoreksia dengan diare. Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat
pengunaan dan penyalagunaan alkohol. Curigai penyakit hati,
penyalah gunaan obat intra vena, gejala putus obat, pembedahan
abdomen sebelumnya, curigai adanya obstruksi usus, penyakit hati
atau gastritis. Alasan mencari pengobatan yaitu, identifikasi
perubahan pada gejala: identifikasi kontak dengan pemberi
perawatan kesehatan lainnya untuk penyakit ini. Pengobatan
sebelum masuk rumah sakit yaitu mengidentifikasi pengunaan
obat-obatan buatan rumah, perubahan pada diet, pengunaan obat
yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat riwayat dan durasi nyeri dan
gunakan metode pengkajian nyeri yaitu Provocate,: Quality,
Region, Severe, dan Time. PQRST (Pamela, 2011).

16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi pada lapisan mukosa, submukosa dan lapisan otot
lambung)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

17
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian
asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat
diatasi (Nurarif, & Kusuma, 2016).
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri akut SLKI: SIKI : Manajemen nyeri S = Klien
D.0077 Tingkat Nyeri Manajemen nyeri I.08238 mengatakan nyeri
L.08066 I.08238 sudah berkurang
Penyebab:  Observasi O = Klien tampak
1. Agen pencedera Setelah dilakukan  Observasi 1. Untuk mengetahui membaik
fisiologis (mis. asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, identifikasi lokasi, A = Masalah teratasi
Inflamasi, selama 3 x 24 jam karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, P = Hentikan
iskemia, diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas, intervensi
neoplasma) menurun dengan intensitas nyeri intensitas nyeri pasien
2. Agen pencedera kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
kimiawi (mis. 1. Kemampuan 3. Identifikasi respon nyeri pasien
Terbakar, bahan menuntaskan nyeri nonverbal 3. Untuk mengetahui respon
kimia iritan) aktifitas 4. Identifikasi factor nyeri nonverbal pasien
3. Agen pencedera meningkat yang memperingan 4. Untuk mengetahui faktor
fisik (mis. Abses, 2. Keluhan dan memperberat yang memperingan dan
trauma, prosedur nyeri nyeri memperberat nyeri pasien
operasi, dll) menurun 5. Identifikasi 5. Untuk mengetahui
3. Meringis pengetahuan dan pengetahuan dan
Gejala dan tanda menurun keyakinan tentang keyakinan tentang nyeri
mayor 4. Sikap nyeri 6. Untuk mengetahui budaya
Subjektif: mengeluh protektif 6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
nyeri menurun terhadap respon nyeri 7. Untuk mengetahui
Objektif : 5. Gelisah 7. Identifikasi pengaruh pengaruh nyeri terhadap
1. Tampak menurun nyeri terhadap kualitas kualitas hidup pasien

18
meringis 6. Kesulitan hidup pasien 8. Untuk mengetahui
2. Bersikap tidur 8. Monitor keberhasilan keberhasilan terapi
protektif (mis. menurun terapi komplementer komplementer yang sudah
Waspada, 7. Menarik diri yang sudah diberikan diberikan
posisi menurun 9. Monitor efek samping 9. Untuk mengetahui efek
menghindar 8. Berfokus penggunaan analgetik samping penggunaan
nyeri) pada diri  Terapeutik analgetik
3. Gelisah sendiri 1. Beri teknik non  Terapeutik
4. Frekuensi nadi menurun farmakologis untuk 1. Untuk meredakan rasa
meningkat 9. Diaforesis mengurangi nyeri nyeri
5. Sulit tidur menurun (mis. TENS, hipnosis, 2. Untuk mengetahui
10. Perasaan akupresur, trapi lingkungan yang
Gejala dan tanda depresi musik, biofeedback, memperberat rasa nyeri
minor (tertekan) terapi pijat, (mis. Suhu ruangan,
Subjektif :- menurun aromaterapi, teknik pencahayaan, kebisingan)
Objektif : 11. Perasaan imajinasi 3. Untuk memenuhi
1. Tekanan darah takut terbimbimbing, kebutuhan pasien
meningkat mengalami kompres hangat/ 4. Untuk menegtahui jenis
2. Pola nafas cidera tulang dingin dan terapi dan sumber nyeri dalam
berubah menurun bermain) pemilihan strategi
3. Nafsu makan 12. Anoreksia 2. Kontrol lingkungan meredakan nyeri.
berubah menurun yang memperberat  Edukasi
4. Proses berpikir 13. Perineum rasa nyeri (mis. Suhu 1. Untuk mengetahui
terganggu terasa ruangan, pencahayaan, penyebab, periode dan
5. Menarik diri tertekan kebisingan) pemicu nyeri
6. Berfokus pada menurun 3. Fasilitasi istirahat dan 2. Untuk mengetahui strategi
diri sendiri 14. Uterus teraba tidur meredakan nyeri
7. Diaforesis membulat 4. Pertimbangkan jenis 3. Dapat mengontrol nyeri
menurun dan sumber nyeri secara mandiri
15. Ketegangan dalam pemilihan 4. Untuk mengurangi rasa
otot menurun strategi meredakan nyeri
16. Pupil dilatasi nyeri. 5. Agar nyeri yang dirasakan
menurun  Edukasi pasien berkurang.
17. Muntah 1. Jelaskan penyebab,  Kolaborasi

19
menurun periode dan pemicu 1. Untuk meredakan nyeri
18. Mual nyeri
menurun 2. Jelaskan strategi
19. Frekuensi meredakan nyeri
nadi 3. Anjurkan memonitor
membaik nyeri secara mandiri
20. Pola napas 4. Anjurkan
membaik menggunakan
21. Tekanan analgetik secara tepat
darah 5. Anjurkan teknik
membaik nonfarmakologis
22. Proses untuk mengurangi rasa
berpikir nyeri.
membaik  Kolaborasi
23. Fokus 1. Kolaborasi pemberian
membaik analgetik, jika perlu
24. Fungsi
berkemih
membaik
25. Perilaku
membaik
26. Nafsu makan
membaik
27. Pola tidur
membaik.
2. Defisit Nutrisi SLKI SIKI SIKI S: Klien mengatakan
D.0019 Status Nutrisi Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi sudah tidak ada mual
L.03030 I.03119 I.03119 dan muntah
Penyebab O: Klien tampak
1. Ketidakmampun Setelah dilakuan Observasi : Observasi : membaik
menelan tindakan 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui status A: Masalah teratasi
makanan keperawatan 3 x nutrisi nutrisi P: Hentikan
2. Ketidakmampua 24 jam diharapkan 2. Untuk mengetahui alergi intervensi
2. Identifikasi alergi dan
n mencerna dan intoleransi makanan

20
makanan status nutrisi intoleransi makanan 3. Untuk mengetahui
3. Ketidakmampua membaik dengan 3. Identifikasi makanan makanan yang disukai
n mengabsorbsi Kriteria Hasil : yang disukai 4. Untuk mengetahui
nutrien 1. Porsi 4. Identifikasi kebutuhan kenutuhan kalori dan jenis
4. Peningkatan makanan kalori dan jenis nutrient nutrient klien
kebutuhan yang 5. Untuk mengetahui
metabolisme.
5. Identifikasi perlunya
perlunya penggunaan selag
dihabiskan penggunaan selang
meningkat nasogastric
nasogastric 6. Untuk mengetahui asupan
Gejala Tanda Mayor
Subjektif : - 2. Verbalisasi 6. Monitor asupan makanan
Objektif : keinginan makanan 7. Untuk mengetahui adanya
1. Berat badan untuk 7. Monitor berat badan penurunan BB atau tidak
menurun minial meningkatka 8. Monitor hasil 8. Untuk memantau hasil
10% dibawah n nutrisi pemeriksaan pemeriksaan laboratorium
rentang ideal meningkat laboratorium
3. Perasaan Terapeutik
Gejala Tanda Minor cepat Terapeutik : 1. Agar mulut bersih dan
Subjektif : kenyang 1. Lakukan oral hygiene, berselera untuk makan
1. Cepat kenyang menurun jika perlu 2. Agar kebutuhan nutrisi
setelah makan 4. Nyeri klien terpenuhi
2. Fasilitasi menentukan
2. Kram/ nyeri abdomen 3. Agar klien mau untuk
pedoman diet ( mis.
abdomen meningkat makan
Piramida makanan )
3. Nafsu makan 4. Untuk mencegah adanya
menurun 5. Berat badan 3. Sajikan makanan secara konsitipasi
Objektif : meningkat menarik dan suhu yang 5. Agar kalori dan protein
1. Bising usus 6. Nafsu makan sesuai klien terpenuhi
hiperaktif membaik 4. Berikan makanan tinggi 6. Agar klien nafsu makan
2. Otot mengunyah serat untuk mencegah 7. Agar klien merasa nyaman
7. Mermban konstipasi
lemah otot mukosa
menelan lemah membaik 5. Berikan makanan tinggi Edukasi :
3. Membran kalori dan tinggi protein 1. Agar klien merasa nyaman
mukosa pucat 6. Berikan suplemen saat makan
4. Sariawan makanan, jika perlu 2. Agar kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi

21
7. Hentikan pemberian
Kondisi klinis Terkait makan melalui selang Kolaborasi :
1. Stroke nasogatrik jika asupan 1. Untuk meredakan rasa
2. Parkinson oral dapat ditoleransi sakit sehingga klien bisa
3. Mobius syndrom makan
4. Cerebral palsy Edukasi : 2. Untuk mengetahui jumlah
5. Cleft lip kalori dan jenis nutrien
1. Anjurkan posisi duduk
6. Cleft palate yang dibutuhkan klien
jika mampu
7. Amotropic lateral
sclerosis 2. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika
perlu
2. kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

3. Intoleransi Aktivitas Toleransi Manajemen Energi Manajemen Energi S = Klien


D.0056 Aktivitas I.05178 I.05178 mengatakan sudah
L.05047 bisa melakukan
Penyebab  Observasi  Observasi aktivitasnya
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengetahui O = Klien tampak
antara suplai dan asuhan keperawatan fungsi tubuh yang gangguan fungsi tubuh membaik
kebutuhan oksigen ... x ... jam mengakibatkan yang mengakibatkan A = Masalah teratasi
2. Tirah baring diharapkan aktivitas kelelahan kelelahan P = Hentikan
3. Kelemahan meningkat. 2. Monitor kelelahan 2. Untuk mengetahui intervensi

22
4. Imobilitas Dengan Kriteri : fisik dan emosional kelelahan fisik dan
5. Gaya hidup 1. Frekuensi nadi 3. Monitor pola dan jam emosional
monoton menurun tidur 3. Untuk mengetahui pola
Gejala Tanda Mayor 2. Saturasi 4. Monitor lokasi dan dan jam tidur
 Subyektif : oksigen ketidaknyamanan 4. Untuk mengetahui lokasi
1. Mengeluh meningkat selama melakukan dan ketidaknyamanan
lelah 3. Kemudahan aktivitas selama melakukan
dalam aktivitas
 Obyektif melakukan  Terapeutik
1. Frekuensi aktivitas sehari- 1. Sediakan lingkungan  Terapeutik
jantung hari meningkat nyaman dan rendah 1. Agar lingkungan nyaman
meningkat 4. Jarak berjalan stimulus dan rendah stimulus
>20% dari meningkat 2. Lakukan latihan 2. Agar bisa melakukan
kondisi 5. Kekuatan tubuh rentang gerak pasif latihan rentang gerak pasif
istirahat bagian atas atau pasif atau pasif
Gejala Tanda Minor meningkat 3. Berikan aktivitas 3. Agar klien beraktivitas
 Subyektif : 6. Kekuatan tubuh distraksi yang distraksi yang
1. Dispnea saat/ bagian bawah menyenangkan menyenangkan
setelah meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi 4. Untuk memenuhi
aktivitas 7. Toleransi dalam tempat tidur, jika tidak kebutuhan klien
2. Merasa tidak menaiki tangga daapat berpindah atau  Edukasi
nyaman meningkat berjalan 1. Agar kebutuhan klien
setelah 8. Keluhan lelah terpenuhi
beraktivitas menurun  Edukasi 2. Agar kebutuhan klien
3. Merasa lemah 9. Dispnea saat 1. Anjurkan tirah baring terpenuhi
aktivitas 2. Anjurkan melakukan 3. Untuk mengetahui jika
 Obyektif menurun aktifitas secara tanda dann gejala
1. Tekanan darah 10. Dispnea setelak berlebihan kelelahan tidak berkurang
berubah >20% aktivitas 3. Amjurkan 4. Agar terlaksananya
dari kondisi menurun menghubungi perawat strategi koping untuk
istirahat 11. Perasaan lemah jika tanda dann gejala mengurangi kelelahan
2. Gambaran menurun kelelahan tidak
EKG 12. Aritmia saat berkurang  Kolaborasi :
menunjukan aktivitas 4. Anjurkan strategi 1. Untuk memenuhi asupan

23
aritmia saat/ menurun koping untuk makanan klien
setelah 13. Aritmia setelah mengurangi kelelahan
beraktifitas aktivitas
3. Gambaran menurun  Kolaborasi :
EKG 14. Sianosis 1. Kolaborasi dengan shli
menunjukan menurun gizi tentang cara
iskemia 15. Warna kulit meningkatkan asupan
4. Sianosis membaik makanan
Kondisi klinis Terkait 16. Tekanan darah
1. Anemia membaik
2. Gagal jantung 17. Frekuensi napas
kengestif membaik
3. Penyakit jantung 18. EKG iskemia
koroner membaik
4. Penyakit katup
jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru
obstruktif kronis
(PPOK)
7. Gangguan
metabolik
8. Gangguan
muskuloskeletal

24
4. Impelemntasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
5. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 26 Tahun (17 November 1994)
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Marital : Menikah
Tanggal Masuk : 28 April 2021 Pukul 22.00 WIB.
Tanggal Pengkajian : 29 April 2021 Pukul 08.00 WIB.
Diagnosa Medis : Dispepsia Like Ulcer
No Medrec : 126014
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.E
Umur : 31 Tahun (20 September 1989)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami dari Ny.SR
Alamat : Margamukri RT.01/RW.03 Cimahi

B. Keluhan Utama
Nyeri

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien masuk ke Ruang Perawatan Umum 2 kamar Mutiara 2 bad 4
pada tanggal 28 April 2021 pada Pukul 22.00. Pada saat dilakukan

26
pengkajian tanggal 29 April 2021 pukul 08.00 klien mengatakan nyeri
perut seperti di tusuk-tusuk dari bagian ulu hati kebagian bawah perut dan
menjalar ke bagian punggung dengan skala nyeri 8 (0-10), nyeri terasa
hilang timbul kurang lebih sekitar 10 menit sekali dengan durasi 2-3
menit. Nyeri bertambah apabila klien beraktivitas dan nyeri berkurang
ketika beristirahat. Klien tampak meringis kesakitan. Klien mengeluh
pusing dan lemas, klien mengatakan tidak nafsu makan hanya
menghabiskan setengah porsi. Klien mengatakan ada mual tapi tidak
disertai muntah. Klien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas secara
mandiri karena lemas dan kekamar mandi dibantu oleh keluarga. TTV ;
TD = 120/80 mmHg, N = 84 X/menit, RR = 22 X/Menit, S = 36o C.

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Klien mengatakan dua hari yang lalu di rawat di Rumah Sakit KMC
Luragung dengan penyakit yang sama.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.

F. Kebutuhan Dasar
1. Oksigenasi
Oksigen klien terpenuhi, klien mengatakan tidak ada sesak dan
tidak terpasang O2 . Respirasi klien normal yaitu 22X/ Menit.
2. Cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi dan klien terpasang
selang infus di bagian tangan kanan dengan cairan infus Range
Lactate dengan dosis 20 TPM

27
3. Nutrisi
Klien mengatakan makan 3 X hari selama di RS. Tetapi makanan
hanya masuk sedikit karena mual
4. Eliminasi
Klien mengatakan tidak ada masalah untuk BAB dan BAK
5. Rasa nyaman dan kebersihan diri
Klien merasa tidak nyaman karena rasa nyeri yang dirasakan. Klien
mengatakan diseka menggunakan air dan sabun untuk
membersihkan badanya
6. Aktivitas dan istirahat
Klien mengatakan selama di RS aktivitas menjadi berkurang karena
nyeri yang dirasakan. Aktivitas klien dibantu sebagian oleh
keluarga dan kebutuhan istirahat klien terpenuhi klien tidur pada
malam hari pulas setelah diberikan obat intra vena.
7. Keselamatan dan keamanan
Keselamatan klien terpenuhi dengan adanya penghalang disetiap
sisi tempat tidurnya dan membuat klien aman terhindar dari jatuh.
8. Peran seksual
Peran seksual klien terpenuhi karena tinggal satu rumah dengan
suaminya.
9. Psikososial
Klien merasa sedikit stress dengan penyakitnya yang sekarang
dialami tetapi mekanisme koping klien bagus dengan dukungan
motivasi dari suami dan keluarganya agar selalu bersabar, ikhlas
akan penyakitnya dan yakin pasti akan sembuh serta sehat kembali.

28
G. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum : lemah
Composmentis GCS (E ; 4, M ; 6, V ; 5)
2. TTV :
TD = 120/80 mmHg
Nadi = 84 x/m
Resfirasi = 22 x/m
Suhu = 36o C.
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
3. Kepala Rambut klien Tidak ada nyeri - -
tampak hitam dan tekan di area
lurus. kepala

Wajah klien tidak Tidak ada nyeri


Wajah ada lesi, jejes, tekan pada
bengkak wajah
4. Mata Mata simetris kiri Tidak ada nyeri - -
dan kanan, tekan
konjungtiva
ananemis
5. Telinga Tidak ada Tidak ada nyeri - -
serumen, tidak tekan
ada
pembengkakan di
area telinga
6. Hidung Tidak ada Tidak ada nyeri - -
pembengkakan, tekan
tidak terdapat
kotoran hidung
yang berlebih
7. Mulut dan Muskosa bibir Tidak ada nyeri - -
Kerongkongan kering, terlihat tekan dia area
pucat, lidah mulut
berselaput putih.
Kerongkongan
tidak ada keluhan
8. Leher Tidak ada Tidak ada - -
pembengkakan pembengkakan
kelenjar tyroid kelenjar tyroid
dan tidak ada
nyeri tekan
9. Dada Pergerakan dada Tidak ada nyeri - -
simetris kiri dan tekan

29
kanan
10. Jantung - - Terdengar Suara
redup ketika jantung
diketuk. Lup-Dup.
Paru-Paru - - Terdengar
bunyi sonor Suara
ketika pernafasan
diketuk Vesikuler
11. Abdomen Tidak ada lesi, Tidak ada nyeri Timpani Bising
tekan ketika usus
diketuk 15x/m
12. Ginjal Tidak ada Tidak ada nyeri - -
kelainan
13. Ekstremitas Tangan tidak ada Tidak ada nyeri - -
lesi, tidak ada tekan
edema. Terpasang
infus di bagian
tangan kanan.
Kaki tidak ada Tidak ada nyeri
strecmark, tidak tekan.
ada edema
14. Punggung Punggung tidak Tidak ada nyeri - -
ada kelainan tekan.
lodrosis, kiposis
dan skoliosis.
15. Rektum Tidak ada - - -
hemoroid
16. Genetalia Klien mengatakan - - -
genitalia bersih

H. Masalah Gangguan System


1. System Pernafasan
Tidak ada masalah pada sistem pernafasan ditandai dengan respirasi
normal yaitu 22x/menit dan klien tidak ada keluhan sesak.
2. System cardiovaskule
Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskuler ditandai dengan
klien tidak ada pembengkakan diarea dada dan klien tidak memiliki
tekanan darah tinggi. TD= 120/80 mmHg, Nadi = 84 x/m

30
3. System pencernaan
Adanya masalah pada sistem pencernaan akibat dispepsia ditandai
dengan nyeri perut dan klien mengatakan mual.
4. System persyarafan
Tidak ada masalah pada sistem persyarafan ditandai dengan tidak
ada syaraf yang terganggu
5. System perkemihan
Tidak ada masalah pada sistem perkemihan ditandai dengan tidak
ada keluhan BAB dan Bak klien tidak ada masalah
6. System musculoskeletal
Tidak ada keluhan pada sistem muskuloskeletal ditandai dengan
klien mampu bergerak dengan semestinya dan tidak ada gangguan
7. System endokrin
Tidak ada masalah pada sistem endokrin ditandai dengan gula darah
klien normal dan tidak mempunyai penyakit DM
8. System integlumen
Tidak ada kelainan pada sistem integumen ditandai dengan kulit
klien lembab dan tidak ada lesi
9. System pengindera
Tidak adakelainan pada sistem pengindraan ditandai dengan klien
dapat melihat, mendengar, mencium dan merasa dengan baik.

31
I. Pemeriksaan penunjang
No. RM : 126014
Nama : Ny. SR
Tanggal Lahir : 17 November 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
28 April 2021

HEMATOLOGI
Parameter Hasil Satuan Normal
 Hb 14,4 G% 12-16
 Leukosit 7.500 /mm3 4.000 –
10.000
 Eritosit /mm3 4,5 – 6 juta
 LED mm/jam 0 – 20
 Hitung Jenis
- Basophil 0 % 0–1
- Eosinophil 0 % 1–4
- N. Staf 1 % 3–5
- N. Segmen 62 35 – 70
- Lymphosit 30 % 20 – 40
- monosit 7 % 2 – 10
 Hematokrit 38,3 % 37 – 48
 Trombosit 223.000 /mm3 150rb –
300rb
 Retikulosit % 0,5 – 2
 Eosinophil /mm3 100 – 300
 Ms. Pembekuan menit 3–6
 Ms. Perdarahan menit 1–3
 Gol. Darah

J. Terapi dan Penatalaksanaan Medis


No Nama Obat Dosisi Cara Pemberian Manfaat Obat
1. Range Lactat 20 tpm IV Sebagai elektrolit dan
air
2. Ranitidine 2x1 IV Untuk menangani
penyakit yang berkaitan
dengan produksi asam
lambung berlebih

32
3. Sucralfat Syrup 3x1 Oral Untuk tukak lambung,
ulkus duodenum atau
gastritis kronis
4. Clixid 2x1 Oral Untuk mengurangi
asam lambung dan kram
usus
5. Gitas Plus 2x1 Oral Untuk mengobati
kondisi proksimal yang
terjadi pada penderit
penyakit lambung atau
usus halus.

K. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
.
1 Ds: Dispepsia fungsional Nyeri akut
 klien mengatakan
sakit perut seperti di Kopi & alkohol
tusuk - tusuk dari
bagian ulu hati ke Reson mukosa lambung
kebagian bawah perut
dan menjalar ke Vasodilatasi mukosa gaster
bagian punggung
dengan skala nyeri 8 Peningkatan cairan mukosa
(0-10) lambung
 klien mengatakan
nyeri terasa hilang Hcl kontak dengan mukosa
timbul kurang lebih gaster
sekitar 10 menit
Nyeri akut
sekali dengan durasi
2-3 menit.
 Klien mengatakan
nyeri bertambah
apabila klien
beraktivitas dan nyeri
berkurang ketika
beraktivitas
Do:

33
 Klien tampak
meringis kesakitan
 TTV
 TD = 120/80
mmHg
 N = 84 x/menit
 RR = 22x/menit
 S = 36o C.
2. Ds: Vaso dilatasi mukosa Defisit nutrisi
 klien mengatakan lambung
tidak nafsu makan
hanya menghabiskan Peningkatan cairan mukosa
setengah porsi lambung
 Klien mengatakan
ada mual tapi tidak Mual
disertai muntah.
Do: Defisit nutrisi
 Makan klien tampak
tidak habis
 Mukosa bibir kering
3. Ds: Peningkatan cairan mukosa Intoleransi
 Klien mengeluh lambung aktivitas
pusing dan lemas
 Klien mengatakan Anoreksia dalam waktu
belum bisa yang lama
melakukan aktivitas
secara mandiri karena Kelelahan
lemas dan kekamar
mandi dibantu oleh Intoleransi aktivitas
keluarga
Do:
 klien tampak lemas
 klien tampak
berbaring di tempat
tidur saja

L. Prioritas Diagnosis Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi
pada lapisan mukosa, submukosa dan lapisan otot lambunng) ditandai
dengan klien mengatakan klien mengatakan sakit perut seperti di

34
tusuk - tusuk dari bagian ulu hati ke kebagian bawah perut dan
menjalar ke bagian punggung dengan skala nyeri 8 (0-10), nyeri
terasa hilang timbul kurang lebih sekitar 10 menit sekali dengan
durasi 2-3 menit, nyeri bertambah apabila klien beraktivitas dan nyeri
berkurang ketika beraktivitas, klien tampak meringis kesakitan, TTV
TD = 120/80 mmHg, N = 84 x/menit, RR = 22x/menit dan S = 36o C.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan) ditandai dengan klien mengatakan tidak nafsu makan
hanya menghabiskan setengah porsi, Klien mengatakan ada mual tapi
tidak disertai muntah, makan klien tampak tidak habis, Mukosa bibir
kering.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
Klien mengeluh pusing dan lemas, klien mengatakan belum bisa
melakukan aktivitas secara mandiri karena lemas dan kekamar mandi
dibantu oleh keluarga, klien tampak lemas, klien tampak berbaring di
tempat tidur saja.

35
M. Nursing Care Plan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 (D.0077) (L.08066) (I.08238)
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Pengalaman keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, Pengkajian secara komprehensif
sensorik atau jam diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dapat mengidentifiksi secara
emosional yang menurun dengan kriteria intensitas nyeri menditail dan utuh mengenai
berkaitan hasil : 2. Identifikasi skala nyeri keluhan pasien.
dengan 1. Kemampuan 3. Identifikasi respon nyeri
kerusakan menuntaskan aktifitas nonverbal
jaringan aktual meningkat 4. Identifikasi factor yang
atau fungsional, 2. Keluhan nyeri memperingan dan memperberat
dengan onset menurun nyeri
mendadak atau 3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
lambat dan 4. Sikap protektif keyakinan tentang nyeri
berintensitas menurun 6. Identifikasi budaya terhadap
ringan hingga 5. Gelisah menurun respon nyeri
berat yang 6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh nyeri
berlangsung menurun terhadap kualitas hidup pasien
kurang dari 3 7. Menarik diri menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
bulan. 8. Berfokus pada diri komplementer yang sudah Terapeutik
Penyebab: sendiri menurun diberikan Gangguan lingkungan dan
1. Agen pencedera 9. Diaforesis menurun 9. Monitor efek samping rangsangan dapat meningkatkan
fisiologis (mis. 10. Perasaan depresi penggunaan analgetik tekanan vaskuler serebral
Inflamasi iskemia, (tertekan) menurun Terapeutik
neoplasma) 11. Perasaan takut 1. Beri teknik non farmakologis
2. Agen pencedera mengalami cidera untuk mengurangi nyeri (mis.
kimiawi (mis. tulang menurun TENS, hipnosis, akupresur, trapi
Terbakar, bahan 12. Anoreksia menurun musik, biofeedback, terapi pijat,
kimia iritan) 13. Perineum terasa aromaterapi, teknik imajinasi
3. Agen pencedera fisik tertekan menurun terbimbimbing, kompres hangat/
(mis. Abses, 14. Uterus teraba dingin dan terapi bermain)
amputasi, prosedur membulat menurun 2. Kontrol lingkungan yang
36
operasi, taruma, dll) 15. Ketegangan otot memperberat rasa nyeri (mis.
Gejala Tanda Mayor menurun Suhu ruangan, pencahayaan, Edukasi
Subjektif : mengeluh 16. Pupil dilatasi menurun kebisingan) Meningkatkan relaksasi
nyeri 17. Muntah menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Objektif : 18. Mual menurun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
1. Tampak meringis 19. Frekuensi nadi nyeri dalam pemilihan strategi
2. Bersikap proaktif membaik meredakan nyeri.
(mis. waspada, 20. Pola napas membaik Edukasi
posisi menghindari 21. Tekanan darah 1. Jelaskan penyebab, periode dan
nyeri) membaik pemicu nyeri
3. Gelisah 22. Proses berpikir 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri Kolaborasi
4. Frekuensi nadi membaik 3. Anjurkan memonitor nyeri secara Analgetik dapat mengurangi
meningkat 23. Fokus membaik mandiri nyeri
5. Sulit tidur 24. Fungsi berkemih 4. Anjurkan menggunakan analgetik
Gejala Tanda Minor membaik secara tepat
Subjektif : - 25. Perilaku membaik 5. Anjurkan teknik nonfarmakologis
Objektif : 26. Nafsu makan membaik untuk mengurangi rasa nyeri.
1. Tekanan darah 27. Pola tidur membaik. Kolaborasi
meningkat 1. Kolaborasi pemberian analgetik,
2. Pola nafas berubah jika perlu
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesisi
2 (D.0019) (L.03030) I.03119
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Definisi : Setelah dilakuan tindakan Observasi Observasi
Asupan nutrisi keperawatan 3 x 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui status nutrisi,
tidak cukup diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi agar dapat dilakukan intervensi
untuk membaik dengan Kriteria makanan dalam pemberian
memenuhi Hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai makanan/nutrisi pada klien
37
kebutuhan 1. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
metabolisme. dihabiskan meningkat jenis nutrient
Penyebab : 2. Verbalisasi keinginan 5. Identifikasi perlunya penggunaan
1. Ketidakmampuan untuk meningkatkan selang nasogastric
menelan makanan nutrisi meningkat 6. Monitor asupan makanan
2. Ketidakmampuan 3. Perasaan cepat kenyang 7. Monitor berat badan
mencerna makanan menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan
3. Ketidakmampuan 4. Nyeri abdomen laboratorium
mengabsorbsi meningkat Terapeutik Terapeutik
nutrien 5. Berat badan meningkat 1. Lakukan oral hygiene, jika perlu Untuk meningkatkan nafsu
4. Peningkatan 6. Nafsu makan membaik 2. Fasilitasi menentukan pedoman makan klien
kebutuhan 7. Mermban mukosa diet (mis. Piramida makanan )
metabolisme membaik 3. Sajikan makanan secara menarik
Gejala dan dan suhu yang sesuai
Tanda Mayor 4. Berikan makanan tinggi serat
Subjektif : - untuk menjegah konstipasi
Objektif : 5. Berikan makanan tinggi kalori
1. Berat badan menurun dan tinggi protein
minial 10% dibawah 6. Berikan suplemen makanan, jika
rentang ideal perlu
Gejala dan 7. Hentikan pemberian makan
Tanda Minor melalui selang nasogatrik jika
Subjektif : asupan oral dapat ditoleransi Edukasi
1. Cepat kenyang Edukasi Untuk menudahkan proses
setelah makan 1. Anjurkan posisi duduk jika makan
2. Kram/ nyeri mampu Kolaborasi
abdomen 2. Anjurkan diet yang diprogramkan Untuk memaksimalkan
3. Nafsu makan Kolaborasi pemenuhan kebutuhan nutrisi
menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi klien
Objektif : sebelum makan (mis. Pereda
1. Bising usus nyeri, antiemetic), jika perlu
hiperaktif 2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2. Otot mengunyah menentukan jumlah kalori dan
lemah otot menelan jenis nutrien yang dibutuhkan,
lemah jika perlu

38
3. Membran mukosa
pucat
4. Sariawan
3 (D.0056) (L.05047) (I.05178)
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Definisi : Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
Ketidakcukupan energi keperawatan 3 x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi Untuk mengetahui kemampuan
untuk melakukan diharapkan aktivitas tubuh yang mengakibatkan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari – hari. meningkat. kelelahan aktivitasnya.
Penyebab : Dengan Kriteri : 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Ketidakseimbangan 1. Frekuensi nadi emosional
antara suplai dan menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan oksigen 2. Saturasi oksigen 4. Monitor lokasi dan Terapeutik
2. Tirah baring meningkat ketidaknyamanan selama Untuk meningkatkan proses
3. Kelemahan 3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas penyembuhan dan kemampuan
4. Imobilitas melakukan aktivitas Terapeutik koping emosional pada pasien
5. Gaya hidup monoton sehari-hari meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan untuk mengetahui kondisi
Gejala dan tanda 4. Jarak berjalan rendah stimulus kesehatan pasien
Mayor meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak
Subyektif : 5. Kekuatan tubuh bagian pasif atau pasif
1. Mengeluh lelah atas meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi yang
Obyektif 6. Kekuatan tubuh bagian menyenangkan Edukasi
1. Frekuensi jantung bawah meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat Untuk mempercepat proses
meningkat >20% 7. Toleransi dalam tidur, jika tidak daapat berpindah penyembuhan dan segera
dari kondisi istirahat menaiki tangga atau berjalan memandirikan pasien
Gejala dan tanda meningkat Edukasi untuk memberikan pengetahuan
Minor 8. Keluhan lelah menurun 1. Anjurkan tirah baring kepada pasien mengenai
Subyektif 9. Dispnea saat aktivitas 2. Anjurkan melakukan aktifitas perubahan posisi
1. Dispnea saat/ setelah menurun secara berlebihan
aktivitas 10. Dispnea setelak 3. Amjurkan menghubungi perawat
2. Merasa tidak aktivitas menurun jika tanda dann gejala kelelahan Kolaborasi
nyaman setelah 11. Perasaan lemah tidak berkurang Sebagai support system agar
beraktivitas menurun 4. Anjurkan strategi koping untuk pasien semangat untuk segera
3. Merasa lemah 12. Aritmia saat aktivitas mengurangi kelelahan pulih
Obyektif menurun Kolaborasi
39
1. Tekanan darah 13. Aritmia setelah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
berubah >20% dari aktivitas menurun cara meningkatkan asupan
kondisi istirahat 14. Sianosis menurun makanan
2. Gambaran EKG 15. Warna kulit membaik
menunjukan aritmia 16. Tekanan darah
saat/ setelah membaik
beraktifitas 17. Frekuensi napas
3. Gambaran EKG membaik
menunjukan iskemia 18. EKG iskemia membaik
4. Sianosis

40
N. Implementasi
No Diagnosa
Tanggal Implementasi
. Keperawatan
1 28 April 2021 Nyeri akut Observasi
1. mengientifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
H : klien mengatakan sakit perut seperti di
tusuk - tusuk dari bagian ulu hati ke
kebagian bawah perut dan menjalar ke
bagian punggung nyeri terasa hilang
timbul kurang lebih sekitar 10 menit sekali
dengan durasi 2-3 menit
2. mengidentifikasi skala nyeri
H: Skala nyeri 8 (0-10)
3. mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
H : klien tampak meringis kesakitan
4. mengidentifikasi factor yang
memperingan dan memperberat nyeri
H : nyeri bertambah apabila klien
beraktivitas dan nyeri berkurang ketika
beraktivitas
Terapeutik
1. Memberi teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (teknik napas
dalam, teknik genggam jari)
H : Klien dapat melakukan teknik napas
dalam dan teknik genggam jari, skala nyeri
6 (0-10)
Edukasi
1. menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
H: klien dapat memahami bahwa nyeri
yang dirasakan karena pola makan yang
tidak teratur, sehingga asam lambung
kontak dengan sater dan mengakibatkan
nyeri
2. menganjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
H: klien mampu melakukan teknik napas
dalam dan genggam jari ketika nyeri terasa
Defisit nutrisi Observasi
1. mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan

41
H: klien tidak mempunyai alergi makanan
dan klien tidak nafsu untuk makan karena
mual
2. memonitor asupan makanan
H: makan klien tampak tidak habis
Terapeutik
1. memberikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
H: klien dikasih makan dilengkapi dengan
sayuran
2. menganjurkan untuk makan sedikit -
sedikit tetapi sering
H: klien mau untuk makan sedikit – sedikit
dan sering
Edukasi
1. menganjurkan posisi duduk jika
mampu
H: klien tampak duduk
Kolaborasi
1. mengkolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
antiemetic)
H: klien diberikan obat ranitidine 2x1
Intoleransi Observasi
aktivitas 1. mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan kelelahan
H: klien mengatakan nyeri ulu hati
sehingga lelah ketika banyak aktivitas
2. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
H: klien tampak lemas untuk melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman
H: klien nyaman dengan tempat tidur yang
telah disediakan
2. memfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
H: klien dapat duduk disisi tempat tidur
Edukasi
1. menganjurkan tirah baring
H: klien tampak berbaring ditempat tidur
2. menganjurkan klien untuk dapat
melakukan akticitas mandiri
H: klien dapat berjalan kekamar mandi

42
dibantu oleh keluarga
3. menganjurkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
H: klien mendapat dukungan dari keluarga
sehingga aktivitas klien dibantu oleh
keluarga

O. Catatatan Perkembangan
Nama Klien : Ny. S
Diagnosa Medis : Dispepsia Like Ulcer
Ruangan : RPU 2

No Diagnosa
Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
. Keperawatan
1 29 April 2021 Nyeri akut S:
- Klien mengatakan nyeri
ulu hati berkurang
- Klien mengatakan skala
nyeri 4 (0-10)
O:
- Klien tampak sedikit
meringis tidak nyaman
dengan rasa nyerinya
- Klien tampak memegang
ulu hati
- TTV :
TD = 120/80 mmHg, Nadi
= 84 x/menit, respirasi =
22 x/menit, suhu = 36o C.
A:
Nyeri akut
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
nonverbal
- Berikan teknik non
farmakologi (teknik napas
dalam dan genggam jari)
- Observasi TTV
I:
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi respon
nyeri nonverbal

43
- Memberikan teknik non
farmakologi (teknik napas
dalam dan genggam jari)
- Mengobservasi TTV
E:
Masalah teratasi sebagian
R:
Lanjutkan intervensi
Defist nutrisi S:
- Klien mengatakan masih
terasa mual sedikit
- Klien mengatakan makan
sudah mulai mau
O:
- Mukosa bibir klien
tampak mulai membaik
sudah tidak begitu kering
- Makanan klien tampak
habis ½ porsi
A:
Defisit nutrisi
P:
- Monitor asupan makanan
- Anjurkan untuk makan
sedikit tetapi sering
- Kolaborasi pemberian
medikasi (antiemetik)
- Kaji membran mukosa
klien
I:
- Memonitor asupan
makanan
- Menganjurkan untuk
makan sedikit tetapi sering
- Mengkolaborasi
pemberian medikasi
(antiemetik)
- Mengkaji membran
mukosa klien
E:
Masalah teratasi sebagian
R:
Lanjutkan intervensi
Intoleransi S:
aktivitas - Klien mengatakan sudah
mulai bisa kekamar mandi

44
dibanu oleh keluarga
- Klien mengatakan bisa
melakukan aktivitas
sedikut dengan dibantu
oleh keluarga
O:
- Klien masih tampak
sedikit lemas
A:
Intoleransi aktivitas
P:
- Anjurkan klien untuk
dapat melakukan aktivitas
mandiri
- Anjurkan klien untuk
berjalan – jalan didepan
ruangan
- Monitor kelelahan klien
I:
- Menganjurkan klien untuk
dapat melakukan aktivitas
mandiri
- Menganjurkan klien untuk
berjalan – jalan didepan
ruangan
- Memonitor kelelahan
klien
E:
Masalah teratasi sebagian
R:
Lanjutkan intervensi
2 30 April 2021 Nyeri akut S:
Klien mengatakan sudah tidak
ada nyeri
O:
- Klien tampak membaik
- TTV :
TD = 110/70 mmHg,
N = 84x/m,
RR = 2x/m,
S = 36oC.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
(klien pulang setelah visit

45
Dokter)
Defisit nutrisi S:
klien mengatakan makan 1
porsi habis, tidak ada mual
O:
- Klien tampak membaik
- TTV :
TD = 110/70 mmHg,
N = 84x/m,
RR = 2x/m,
S = 36oC.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
(klien pulang setelah visit
Dokter)
Intoleransi S:
aktivitas - Klien mengatakan sudah
bisa melakukan aktivitas
- klien mengatakan pusing
hilang
O:
- klien tampak membaik
- TTV :
TD = 110/70 mmHg,
N = 84x/m,
RR = 2x/m,
S = 36oC.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
(klien pulang setelah visit
Dokter)

46
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dispepsia adalah ketidaknyamanan atau nyeri dibagian perut atas tepatnya
diulu hati disertai dengan mual dan kembung serta sering kali menyerang
individu usia produktf (30 tahun -50 tahun). Di Indonesia dispepsia sudah
menempati peringkat ke-5 untuk kategori 10 penyakit terbanyak pasien rawat
inap di rumah sakit tahun 2015 dengan jumlah pasien 15.122 atau sekitar
(61,18%).
Dimana berdasarkan penyebabnya dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Penderita dispepsia selama
bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, pendarahan, kanker lambung,
muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus.

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan RSU Kuningan Medical Center
diharapkan dapat mempertahankan pelayanan yang baik yang sudah
diberikan kepada pasien dan untuk mendukung kesehatan dan
kesembuhan pasien dengan memberi pelayanan yang maksimal pada
pasien dispepsia.
2. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kerjasama dari kelyarga untuk memberikan motivasi
untuk kesembuhan pasien.
3. Bagi instirusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan menyediakan fasilitas berupa
sumber buku - buku terbaru.

47
Daftar Pustaka

Andre, Y., Machmud, R., Murni, A, W., 2013. Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Depresi pada Penderita Dispepsia Fungsional. Indones J Med.
2(2): 73-5.
Amelia, R. 2012. Karakteristik Penderita Dispepsia di Instalasi Rawat Inap
Penyakit Dalam RS Tk . II Dr . A K Gani Palembang.
Departemen Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Djojoningrat D (2014). Dispepsia Fungsional. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo
AW, Simadibrata M, Setyohadi B, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam
Jilid II. Edisi ke 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp:1805- 1810.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta: Gosyen Publisher
Ida, M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Kardiyudiani dan Susanti. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT
Pustaka Buku.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas,anak,bedah,penyakit
dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
PPNI, T.P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T.P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed). Jakarta: DPP PPNI.

48
Purnamasari L. Faktor Risiko , Klasifikasi , dan Terapi Sindrom Dispepsia. Cdk.
2017;44(12):870–3.
Sofro dan Anugoro. 2013. Penyakit – Penyakit Mematikan, Edisi Pertama.
Yogyakarta : Nuha Medika.

49

Anda mungkin juga menyukai