Oleh :
Dhea Permatasari Iskandar
NIM : 2018.C.10a.0964
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan diagnosa
medis Hipertiroid dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Pemenuhan Nutrisi di
Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan I
(PPK I).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta A, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Marjawati, S.Kep., Ners selaku Kepala Ruang Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Bougenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Konsep Penyakit Hipertiroid..................................................................... 5
2.1.1 Definisi Hipertiroid ....................................................................... 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi ......................................................................... 5
2.1.3 Etiologi .......................................................................................... 8
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................... 10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways) ............................................................. 11
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ....................................... 14
2.1.7 Komplikasi .................................................................................. 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 15
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi) ......................................... 17
2.2.1 Konsep Nutrisi ............................................................................ 17
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................................... 25
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 31
2.3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 32
2.3.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 40
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 40
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................. 42
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 42
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 57
3.3 Intervensi ................................................................................................. 58
3.4 Implementasi ........................................................................................... 63
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 63
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 67
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 67
4.2 Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui dibagian depan leher, sedikit dibawah laring
Kelenjar ini, berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein dan mengatur sensivitas tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar
tiroid mensekresi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini, sangat
meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid,
biasanya menyebabkan penurunan metabolisme basal kira – kira 40-50 persen
dibawah normal. Bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat, dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme sampai setinggi 60-100 persen diatas normal. Karena
pentingnya fungsi tiroid ini, kelainan pada kelenjar tiroid akan berpengaruh besar
pada proses fisiologis tubuh (Muttaqin, 2008)
Dari besarnya insiden hipertiroid di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik hipertiroid dalam upaya
ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga
dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
tiroid terletak di pangkal leher di kedua sisi bagian bawah laring dan bagian atas
trakea. Panjang kelenjar tiroid kurang lebih 5 cm dengan lebar 3 cm dan berat
sekitar 30 gram (Brunner & Suddarth, 2010). Kelenjar tiroid yang dimiliki wanita
lebih besar dibanding laki-laki
Kegiatan metabolik pada kelenjar tiroid cukup tinggi, ditandai dengan aliran
darah yang menuju kelenjar tiroid sekitar 5 kali lebih besar dari aliran darah ke
dalam hati. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu
tiroksin (T4), triiodotironin (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama, hormon
tiroid dan kalsitonin. Triiodotironin (T3) memiliki efek yang cepat dalam jaringan.
Dibutuhkan waktu 3 hari untuk T3 dan 11 hari bagi T4 dalam mencapai titik
puncak efek pada jaringan. Sehingga T3 merupakan bentuk aktif dari hormon tiroid.
Pelepasan hormon tiroid T3 dan T4 distimulasi oleh tirotropin atau TSH (Thyroid
Stimulating Hormon) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Pengeluaran TSH
diatur oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormon) yang disekresikan oleh
hipotalamus. Penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH. Pengeluaran
TSH begantung pada kadar T3 dan T4 yang biasa disebut sebagai pengendalian
umpan balik atau feedback control. Kalsitonin merupakan hormon penting lain
yang disekresi kelenjar tiroid yang tidak dikendalikan oleh TSH. Fungsi kalsitonin
adalah menjaga keseimbangan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah
penumpukan kalsium pada tulang dan menurunkan reabsorpsi kalsium pada ginjal,
dengan demikian kadar kalsium plasma tidak menjadi tinggi (Black & Hawks,
2009).
bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap
oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih.
Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke
sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid
dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini
disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis
hormon tiroid dalam darah yaitu:
1) Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya
memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2) Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu
triiodotironin (T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang erkandung (tiga
untuk T3 dan empat untuk T4). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang
dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna.
Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.
2.1.3 Etiologi
Menurut (Amin, 2013) Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar
tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH
terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena
umpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan. Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu:
1) Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
adalah penyakit autonoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam
peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif
9
terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar
hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit
menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat
banyak.
b. Toxic nodular goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
2) Penyebab Lain
a. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat
tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
b. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
c. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3
bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
d. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.
10
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertiroidisme terdapat tiga tipe hipertiroidisme yang sering
dijumpai, yaitu :
1) Penyakit Graves
Penyakit ini merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling sering
ditemukan. Karena hiperfungsi kelenjar ini berasal dari seluruh bagian kelenjar
maka bentuk gondok umumnya rata. Biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun
dan lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Terdapat
predisposisi familial terhadap penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-
bentuk endokrinopati autoimun lainnya. Dalam serum pasien ditemukan antibodi
IgG, antibodi ini bereaksi dengan reseptor TSH atau membran plasma tiroid.
Terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal. Gambaran
tiroidal berupa Goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat
sekresi hormon tiroid yang berlebihan, sedangkan gambaran ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah.
2) Nodul otonom toksik (Plummer)
Kasus ini disebabkan karena adanya satu daerah kelenjar tiroid tertentu yang
membesar, fungsinya hiperaktif dalam membuat hormon yang tidak seperti
biasanya,sama sekali diluar kelenjar hipofisis. Nodul ini bersifat otonom. Penyakit
ini tidak disertai gejala mata yang menonjol.
3) Goiter Multinodular Toksik (GMT)
Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter
nodular kronik. Pada pasien ini, hipertiroid timbul secara lambat dan menifestasi
klinisnya lebih ringan daripada penyakit graves.
4) Hipertiroidisme Pada Berbagai Keadaan Khusus
1. Hipertiroidisme Neonatal
Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita penyakit graves
yang aktif akan menunjukan gejala dan tanda hipertiroidisme juga,
meskipun berjangka lebih pendek. Hal ini disebakan karena faktor
pencetusnya, yaitu bahan yang merangsang kelenjar tiroid (TSI:thyroid
stimulating immunoglobulin). Dari itu akan lewat plasenta dan
11
WOC Hipertiroid
Penyakit Graves Tirodisitis Penggunaan Hormon Tiroid berlebih Nodular Guiter
HIPERTIROID
Peningkatan
Basal Metabolic Rate (BMR) ↑ Produksi Panas
MK : Hipertermia
Hipermetabolisme ↑
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106˚F), dan, apabila tidak diobati, kematian.
1) Penyakit jantung Hipertiroid,
2) Oftalmopati Graves,
15
3) Dermopati Graves,
4) Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid,
5) Krisis tiroid.
c. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkosumsi bekatul.
Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang
berkhasiat untuk menyempurnakan metabolisme didalam tubuh kita. Selain
hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing manis
(diabetes militus), tekanan drah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan
gangguan pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati.
Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam
otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.
2.2.2 Fisiologi
Proses mencerna nutrisi :
1) Ingesti : masuknya makanan ke dalam rongga mulut
2) Digesti : mulut-lambung-usus halus-usus besar
3) Absrobsi
4) Metabolisme
5) Ekskresi : defekasi, miksi, diaphoresis, ekspirasi.
2.2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:
1) Fisiologi
a. Intake nutrient
19
2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko
mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan
metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. Asupan nutrisi
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith, 2011;
503). Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (Hidayat. 2006; 67).
1) Tanda klinis :
a. Berat badan 10-20% dibawah normal
b. Tinggi badan dibawah ideal
c. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
21
2.2.5 Patofisiologi
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjuk kan
banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain perdarahan,
performansi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi,
traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi
sepanjang saluran gastrointestinal. Bagian dari penyakit organik dimana saluran
gastrointestinal di curigai, terdapat keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/
22
kekosongan lambung
Zat makanan tersimpan di
jaringan adipose dipakai
sebagai energi
erosi pada lambung
(gesekan)
Kelebihan nutrisi
Berkurangya pemasukan
makanan
Kekurangan nutrisi
23
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu :
1) Malnutrisi
Kekurangan zat makanan ( nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20 % berat badan normal. Status nutrisi nya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori.
3) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
24
2) Keluhan Utama
Pada keluhan utama, didaptkan pada saat pre operasi pasien mengeluh
terdapat pembesaran pada leher, kesulitan menelan dan bernafas. Pada Post operasi
thytoidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka
operasi.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan hipertiroid, biasanya didahului oleh adanya
pembesaran nodul dileher yang semakin membesar sehingga
mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakea
esofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami penyakitnya. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan penyakit gondok, sebelumya pernah menderita
gondok atau tidak.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga
dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan.
d. Riwayat Psikososial
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya. Pada klien dengan hipertiroid sering muncul masalah
konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai
kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga hipertiroid
juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas,
dan takut.
27
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Monitor kecepatan, irama, bunyi 1. Mengetahui perkembangan
nafas, kedalaman dan kesulitan status kesehatan pasien.
bernafas. 2. Tanda-tanda vital dapat
2. Monitor tanda-tanda vital memberikan gambaran keadaan
3. Kaji distensi abdomen umum pasien.
4. Catat pergerakan dada, catata 3. Dengan mengukur lilitan atau
ketidaksimetrisan, penggunaan lingkar abdomen.
otot-otot bantu nafas, dan retraksi 4. Mengetahui perkembangan
pada otot supraclaviculas dan status kesehatan pasien dan
intercosta. mencegah komplikasi lanjutan.
5. Posisikan semi-fowler atau fowler. 5. Posisi semi-fowler atau fowler
6. Auskultasi suara nafas, catat area dapat mengurangi sesak nafas
yang ventilasinya menurun atau dan ekspansi paru.
tidak adanya suara nafas buatan. 6. Mengetahui perkembangan
7. Kolaborasi pemberian oksigen status kesehatan pasien dan
sesuai indikasi mencegah komplikasi lanjutan.
7. Untuk mencegah hipoksia,
memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada
diafragma dan mengetahui
perubahan status pernafasan dan
terjadinya komplikasi paru.
2) Kriteria Hasil :
✓ Tidur malam terpenuhi selama 8 jam
✓ Suhu kulit hangat
✓ Klien menjadi rileks
✓ TTV dalam batas normal.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur. 1. Mengumpulkan data seberapa
2. Modifikasi lingkungan lama aktivitas dan tidur klien.
3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 2. Menciptakan lingkungan yang
4. Tetapkan jadwal tidur rutin nyaman
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup 3. Membantu dalam menunjang
selama sakit siklus tidur.
6. Anjurkan menepati kebiasaan 4. Waktu tidur menjadi terkontrol.
waktu tidur. 5. Memberitahukan pentingnya
kecukupan tidur untuk
meningkatkan kesehatan.
6. Mendorong waktu tidur tepat
waktu.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.102, Palangka Raya
Tgl MRS : 16 Mei 2020
Diagnosa Medis : Hipertiroid
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Batak, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.102, Palangka Raya
Hubungan Keluarga : Suami
42
43
Bougenville no.5 Ny.T tidak diberikan terapi dan diberikan posisi berbaring semi-
fowler dan suhu ruangan 25 °C.
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
45
terdapat oedema, lingkar perut klien 55 cm, ictus cordis klien terlihat di ICS
Linea medio, vena jugularis klien mengalami peningkatan, suara jantung
klien ada mengalami kelainan yaitu murmur sistolik.
Keluhan lainnya : Disritmia, Tekanan darah dan Nadi meningkat
Masalah keperawatan : Penurunan Curah Jantung
3.1.4.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas, klien
kesulitan menelan.
3.1.4.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.4.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas kiri klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah kiri klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri (+/+) skala
5, trisep (+/+) kanan dan kiri skala 5, brakioradialis kanan dan kiri klien skala
5, patella (+/+) kanan dan kiri klien skala 5, dan akhiles (+/+) kanan dan kiri
klien skala 5 , serta reflek babinski (+/+) kanan dan kiri klien skala 5
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatatan : Tidak ada
b. Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
c. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
ANALISIS DATA
PRIORITAS MASALAH
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor kecepatan, irama, 1. Mengetahui & memastikan kepatenan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam masalah bunyi nafas, kedalaman dan jalan nafas.
produksi hormon tiroid pola nafas tidak efektif klien kesulitan bernafas. 2. Mengetahui nilai normal tanda-tanda
meningkat dan dapat teratasi dengan kriteria 2 Monitor tanda-tanda vital. vital & mencegah komplikasi.
hipermetaboisme hasil : 3 Kaji distensi abdomen 3. Dengan mengukur lilitan atau lingkar
dibuktikan dengan - Klien tidak mengeluh sesak 4 Catat pergerakan dada, abdomen.
Ny.T sesak napas. nafas di saat beraktivitas penggunaan otot-otot bantu 4. Mengetahui perkembangan status
- Klien menjadi rileks dan nafas, dan retraksi pada otot kesehatan pasien dan mencegah
bugar supraclaviculas dan intercosta. komplikasi lanjutan. Catat hasil guna
- Irama pernafasan menjadi 5 Posisikan semi-fowler tidak keliru memberikan terapi.
teratur 6 Auskultasi suara nafas, catat 5. Dapat mengurangi sesak nafas klien &
- Tidak ada suara nafas area yang ventilasinya membantu ekspansi paru.
tambahan. menurun atau tidak adanya 6. Mengetahui perkembangan status
- TTV dalam batas normal suara nafas buatan. kesehatan pasien dan mencegah
7 Kolaborasi dengan tenaga komplikasi lanjutan
medis lainnya dalam 7. Menentukan dalam pemberian
memberikan dosis oksigen. kebutuhan oksigen yang tepat,
mencegah hipoksia, menurunkan
tekanan pada diafragma.
60
3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Ketahui makanan kesukaan 1. Makanan kesukaan biasanya
peningkatan keperawatan 1x7 jam masalah pasien meningkatkan selera makan.
metabolisme dibuktikan defisit nutrisi dapat teratasi 2. Monitor kandungan nutrisi 2. Penurunan BB terus menerus dalam
dengan berat badan dengan kriteria hasil : dann kalori asupan makanan, keadaan masukan kalori yang cukup
menurun 10% dibawah - Menunjukan berat badan berat badan, dan frekuensi merupakan indikasi kegagalan
rentang ideal, nafsu yang stabil, disertai nilai muntah. terhadap terapi antitiroid.
makan meningkat, mual laboratorium normal dan 3. Timbang BB Setiap hari. 3. Mengawasi keefektifan rencana diet.
dan muntah. terbebas dari tanda-tanda 4. Berikan menawarkan 4. Menurunkan rangsangan muntah dan
malnutrisi. bimbingan terhdap pilihan atau nutrisi terpenuhi, setidaknya asupan
- Pernyataan motivasi kuat makanan yang lebih sehat, jika nutrisi ada masuk kedalam tubuh
untuk memenuhi kebutuhan diperlukan. walaupun sedikit.
nutrisinya. 5. Ciptakan lingkungan yang 5. Untuk dapat meningkatkan nafsu
- Peningkatan berat badan optimal pada saat makan.
mengonsumsi makanan 6. Membuat waktu makan lebih
(misalnya, bersih, berventilasi, menyenangkan, yang dapat
santai, dan benar dari bau yang meningkatkan nafsu makan.
menyengatmakanan/ minuman 7. Untuk meningkatkan selera makan
sedikit tapi sering. pasien.
6. Berikan makanan/ minuman 8. Agar klien dapat memenuhi
sedikit tapi sering. kebutuhan nutrisi dan energi secara
7. Anjurkan keluarga untuk mandiri.
membawa makanan favorit 9. Berguna dalam memenuhi kebutuhan
pasien sementara berada di nutrisi individu dengan diet yang
61
penglihatan kabur dan penutup mata selama tidur dengan sempurna karena edema atau
berkunang-kunang sesuai kebutuhan. fibrosis bantalan lemak.
4. Bagian kepala tempat tidur di 4. Menurunkan edema jaringan bila ada
tinggikan dan batasi komplikasi seperti GJK yang dapat
pemasukan garam jika ada memperberat eksoftalmus.
indikasi. 5. Memperbaiki sirkulasi dan
5. Instruksikan agar pasien mempertahankan gerakan mata.
melatih otot mata ekstraokuler 6. Bekerja sama dengan dokter dalam
jika memungkinkan. pemberian dosis obat sesuai indikasi
6. Kolaborasi berikan obat sesuai dan tindakan dependen perawat,
indikasi : obat tetes mata dimana antitiroid dapat menurunkan
metilselulosa, ACTH, tanda gejala dan mencegah keadaan
prednison, obat anti tiroid, yang semakin memburuk
diuretik.
63
2. Rabu, 20 Mei 2020 1. Memonitor kecepatan, irama, bunyi S = Ny. T mengatakan terkadang sesak
Jam 10.00 WIB nafas, kedalaman dan kesulitan nafas tiba-tiba tetapi terasa berkurang
bernafas. dari sebelumnya dan mampu bernafas
2. Memonitor tanda-tanda vital. normal.
3. Mengkaji distensi abdomen O=
4. Mencatat pergerakan dada, penggunaan • Klien tampak rileks dan tenang Dhea Permatasari
otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada • Klien terbaring lemah, pucat. Iskandar
• Tremor berkurang,
otot supraclaviculas dan intercosta.
• Ada pembesaran nodul dileher.
5. Memposisikan semi-fowler • Keluarga bisa mempraktekan posisi
6. Mengauskultasi suara nafas, catat area semi-fowler.
yang ventilasinya menurun atau tidak • Irama pernafasan menjadi teratur
• Tidak ada suara nafas tambahan.
adanya suara nafas buatan.
• TTV
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis TD : 110/80mmHg
lainnya dalam memberikan dosis N : 100 x/menit
oksigen, jika perlu S : 37.5 0C
RR : 20 x/menit
4. Kamis,21 Mei 2020 1. Mengobservasi edema periorbital, S = Ny. T mengatakan masih belum mampu
Jam 16.00 WIB gangguan penutupan kelopak mata, menutup mata dan penglihatan masih
lapang pandang penglihatan sempit, air kabur
mata yang berlebihan. Catat adanya O =
fotophobia, rasa adanya benda di luar • Klien tampak sering menonjolkan
mata dan nyeri pada mata. matanya
• Klien tidak dapat menutup matanya
2. Mengevaluasi ketajaman mata, laporkan
• Klien terbaring lemah, gelisah, dan
adanya pandangan mata kabur atau cemas
pandangan ganda (diplopia). • Pasien dan keluarga mengikuti
3. Menganjurkan pasien menggunakan anjuran menggunakan kacamata
gelap
kacamata gelap ketika terbangun dan Dhea Permatasari
• Posisi tidur semifowler
tutup dengan penutup mata selama tidur • Latihan otot mata ekstraokuler sudah Iskandar
sesuai kebutuhan. dilaksanakan
4. Bagian kepala tempat tidur di tinggikan • Sudah diberikan obat tetes mata
metilselulosa
dan batasi pemasukan garam jika ada
• TTV
indikasi. TD : 90/60 mmHg
5. Menginstruksikan agar pasien melatih N : 100 x/menit
S : 38.5 0C
otot mata ekstraokuler jika
RR : 40 x/menit
memungkinkan.
6. Berkolaborasi berikan obat sesuai A = Masalah teratasi sebagian
indikasi : obat tetes mata metilselulosa, P = lanjutkan intervensi selanjutnya (1,2
ACTH, prednison, obat anti tiroid, dan 5 )
diuretik.
67
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi
dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut (Tarwoto,dkk.2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi
hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat
dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan
peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi
Hipertiroid adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal
jantung, Stromatiroid (tirotoksikosis)
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan hipertiroid hendaknya dengan hati-hati, cermat
dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya hipertiroid, perawat
harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi
yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus
mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung
adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganan hipertiroid.
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mardika.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
Panitia S.A.K Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana
penulisan.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Jakarta: EGC
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. Diakses dari http://emedicine.medscape.com pada tanggal
17 mei 2020)
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Tarwoto, dkk. 2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system
endokrin.Jakarta: CV Trans Info Media.
Wartunah,Tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia proses
keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
68