Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTIROID DAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG PEMENUHAN
NUTRISI DI RUANG BOUGENVILE
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
Dhea Permatasari Iskandar
NIM : 2018.C.10a.0964

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Dhea Permatasari Iskandar
NIM : 2018.C.10a.0964
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. T
dengan diagnosa medis Hipertiroid dan Kebutuhan Dasar
Manusia tentang Pemenuhan Nutrisi di Ruang Bougenville
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Meida Sinta A, S. Kep., Ners Marjawati, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan diagnosa
medis Hipertiroid dan Kebutuhan Dasar Manusia tentang Pemenuhan Nutrisi di
Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan I
(PPK I).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta A, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Marjawati, S.Kep., Ners selaku Kepala Ruang Bougenville RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan Pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Bougenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 18 Mei 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Konsep Penyakit Hipertiroid..................................................................... 5
2.1.1 Definisi Hipertiroid ....................................................................... 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi ......................................................................... 5
2.1.3 Etiologi .......................................................................................... 8
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................... 10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways) ............................................................. 11
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ....................................... 14
2.1.7 Komplikasi .................................................................................. 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 15
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi) ......................................... 17
2.2.1 Konsep Nutrisi ............................................................................ 17
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ........................................................... 25
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................. 25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 31
2.3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 32
2.3.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 40
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 40
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................. 42
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 42
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 57
3.3 Intervensi ................................................................................................. 58
3.4 Implementasi ........................................................................................... 63
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 63
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 67
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 67
4.2 Saran ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

iv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lingkungan, perilaku, akses pelayanan kesehatan dan kependudukan
gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini, yang sering mengkonsumsi pola makan
yang kurang sehat dan kurangnya olahraga. Dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat perkotaan itu sendiri. Keadaan ini memicu berbagai jenis penyakit yang
diderita oleh masyarakat perkotaan. Salah satunya adalah pembengkakan pada leher
atau biasa disebut struma nodusa atau gondok. Penyebab struma nodusa antara lain
terpaparnya oleh goitrogen, pencemaran lingkungan, gangguan hormonal dan
riwayat radiasi pada area kepala dan leher. Goiter pembesaran kelenjar tiroid atau
gondok adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya
unsur yodium dalam makanan dan minuman. Keadaan ini, dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Goiter endemik, sering terdapat di
daerah-daerah yang air minumya kurang mengandung yodium.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari
hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian
tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama
periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun.
Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah
defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup,
dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan
defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis
(Lee, et.al., 2011)
Jumlah penderita hipertiroid yang ada di Indonesia di perkirakan 25
juta.Angka kejadian hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia
berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar
gondok. Di As diperkirakan 0,4% populasi menderita Hipertiroid, biasanya sering
pada usia di bawah 40 tahun. (Sutomo budi,2009).

1
2

Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui dibagian depan leher, sedikit dibawah laring
Kelenjar ini, berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein dan mengatur sensivitas tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar
tiroid mensekresi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini, sangat
meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan total sekresi tiroid,
biasanya menyebabkan penurunan metabolisme basal kira – kira 40-50 persen
dibawah normal. Bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat, dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme sampai setinggi 60-100 persen diatas normal. Karena
pentingnya fungsi tiroid ini, kelainan pada kelenjar tiroid akan berpengaruh besar
pada proses fisiologis tubuh (Muttaqin, 2008)
Dari besarnya insiden hipertiroid di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik hipertiroid dalam upaya
ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga
dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu : Bagaimana cara pemberian asuhan keperawatan dan pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia tentang pemenuhan nutrisi pada Ny.T dengan diagnosa medis
Hipertiroid di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.T
dengan diagnosa medis Hipertiroid di ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan
diagnosa medis Hipertiroid dan kebutuhan dasar manusia tentang
pemenuhan nutrisi
3

1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan


diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu
melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Hipertiroid.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan pada pasien dengan diagnosa medis Hipertiroid.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang
diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Hipertiroid secara
benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan dan referensi tentang Hipertiroid dan Asuhan
Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Hipertiroid
melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
4

1.4.4 Bagi IPTEK


Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Hipertiroid


2.1.1 Definisi Hipertiroid
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon
tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun.
Kondisi ini dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang
terkena. (Greenspan, 2004).
Hipertiroid adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan
dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh
peningkatan hormone tiroid. (Tarwoto,dkk.2012)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu
aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin lodium, maka lodium radiaktif
dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya). (Amin, Hardi, 2013)
Jadi, kesimpulannya Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu
aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun
fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis, sindrom klinis yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang
terkena.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


A. Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan organ kecil pada anterior leher bagian bawah, di
antara muskulus sternokleidomastoideus, yang terdiri dari dua buah lobus lateral
yang dihubungkan oleh sebuah istmus (Price & Wilson, 2006). Kelenjar tiroid
terletak di leher, dibawah kartilago krikoid dan berbentuk seperti huruf H. Kelenjar

5
6

tiroid terletak di pangkal leher di kedua sisi bagian bawah laring dan bagian atas
trakea. Panjang kelenjar tiroid kurang lebih 5 cm dengan lebar 3 cm dan berat
sekitar 30 gram (Brunner & Suddarth, 2010). Kelenjar tiroid yang dimiliki wanita
lebih besar dibanding laki-laki
Kegiatan metabolik pada kelenjar tiroid cukup tinggi, ditandai dengan aliran
darah yang menuju kelenjar tiroid sekitar 5 kali lebih besar dari aliran darah ke
dalam hati. Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu
tiroksin (T4), triiodotironin (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama, hormon
tiroid dan kalsitonin. Triiodotironin (T3) memiliki efek yang cepat dalam jaringan.
Dibutuhkan waktu 3 hari untuk T3 dan 11 hari bagi T4 dalam mencapai titik
puncak efek pada jaringan. Sehingga T3 merupakan bentuk aktif dari hormon tiroid.
Pelepasan hormon tiroid T3 dan T4 distimulasi oleh tirotropin atau TSH (Thyroid
Stimulating Hormon) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Pengeluaran TSH
diatur oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormon) yang disekresikan oleh
hipotalamus. Penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH. Pengeluaran
TSH begantung pada kadar T3 dan T4 yang biasa disebut sebagai pengendalian
umpan balik atau feedback control. Kalsitonin merupakan hormon penting lain
yang disekresi kelenjar tiroid yang tidak dikendalikan oleh TSH. Fungsi kalsitonin
adalah menjaga keseimbangan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah
penumpukan kalsium pada tulang dan menurunkan reabsorpsi kalsium pada ginjal,
dengan demikian kadar kalsium plasma tidak menjadi tinggi (Black & Hawks,
2009).

B. Fisiologis Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan
metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh
melalui dua cara:
1) Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.
2) Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu
elemen yang terdapat di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus halus
7

bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap
oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih.
Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke
sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid
dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini
disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis
hormon tiroid dalam darah yaitu:
1) Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya
memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2) Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu
triiodotironin (T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang erkandung (tiga
untuk T3 dan empat untuk T4). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang
dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna.
Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Gambar 1.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid

Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando


Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut
pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar
dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan
sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing
8

hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan


thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal
ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari
yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon
tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid. Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar
pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh
untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari
dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak
hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid
yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi
produksi hormon tiroid.

2.1.3 Etiologi
Menurut (Amin, 2013) Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar
tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH
terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena
umpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan. Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu:
1) Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
adalah penyakit autonoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam
peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif
9

terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar
hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit
menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat
banyak.
b. Toxic nodular goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji
itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.

2) Penyebab Lain
a. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat
tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan
menurunkan badan hingga timbul efek samping.
b. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
c. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3
bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
d. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.
10

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Hipertiroidisme terdapat tiga tipe hipertiroidisme yang sering
dijumpai, yaitu :
1) Penyakit Graves
Penyakit ini merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling sering
ditemukan. Karena hiperfungsi kelenjar ini berasal dari seluruh bagian kelenjar
maka bentuk gondok umumnya rata. Biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun
dan lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Terdapat
predisposisi familial terhadap penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-
bentuk endokrinopati autoimun lainnya. Dalam serum pasien ditemukan antibodi
IgG, antibodi ini bereaksi dengan reseptor TSH atau membran plasma tiroid.
Terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal. Gambaran
tiroidal berupa Goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat
sekresi hormon tiroid yang berlebihan, sedangkan gambaran ekstratiroidal berupa
oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah.
2) Nodul otonom toksik (Plummer)
Kasus ini disebabkan karena adanya satu daerah kelenjar tiroid tertentu yang
membesar, fungsinya hiperaktif dalam membuat hormon yang tidak seperti
biasanya,sama sekali diluar kelenjar hipofisis. Nodul ini bersifat otonom. Penyakit
ini tidak disertai gejala mata yang menonjol.
3) Goiter Multinodular Toksik (GMT)
Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter
nodular kronik. Pada pasien ini, hipertiroid timbul secara lambat dan menifestasi
klinisnya lebih ringan daripada penyakit graves.
4) Hipertiroidisme Pada Berbagai Keadaan Khusus
1. Hipertiroidisme Neonatal
Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita penyakit graves
yang aktif akan menunjukan gejala dan tanda hipertiroidisme juga,
meskipun berjangka lebih pendek. Hal ini disebakan karena faktor
pencetusnya, yaitu bahan yang merangsang kelenjar tiroid (TSI:thyroid
stimulating immunoglobulin). Dari itu akan lewat plasenta dan
11

merangsang tiroid bayi. Bayi akan berdebar-debar, berkeringat banyak,


tidak tenang, kurus dan pertumbuhannya terganggu.
2. Hipertiroidisme pada anak muda
Meskipun hipertiroidisme dapat terjadi pada semua usia, usia yang paling
banyak menderita kelainan ini adalah 20-50 tahun, usia termuda yang
pernah ditemukan adalah usia 6 tahun meskipun dilaporkan juga pada
usia 18 bulan. Anak dengan hipertiroidisme ini seringkali terlewat
diagnosisnya karena tidak diduga oleh dokternya bahwa ia menderita
kelainan ini. Gejala sering tidak khas, misalnya; emosi yang labil, berat
badan tidak mudah naik, kinerja sekolah kurang, tumbuh kembangnya
kurang tidak sesuai yang diharapkan, sering diare karena dianggap
karena ada stres.
3. Hipertiroidisme pada wanita hamil
Keadaan ini termasuk jarang sebab hipertiroidisme sendiri menyebabkan
seorang jarang hamil karena fertilitasnya berkurang. Tetapi apabila
terjadi juga maka dokter dalam memutuskan segala sesuatunya harus
mempertimbangkan kesejahteraan ibu dan janinnya.
Pengelolaannya; Pengobatan radioaktif adalah kontraindikasi, kalau
diperlukan operasi dapat dilakukan pada trimester kedua, OAT dapat
diberikan dengan dosis minimal yang masih efektif. Karena aksis tiroid-
hipofisis baru mulai berfungsi setelah 12 minggu gestasi, maka
penggunaan OAT penuh di trimester pertama masih aman.

2.1.5 Patofisiologi (Pathways)


Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi
hormon tiroid (TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka
terjadi hipermetabolisme, yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis.
Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah
reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada takikardia dan peningkatan
curah jantung, volume secuncup, kepekaan adrenergik, dan aliran darah perifer.
Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada keseimbangan nitrogen negatif,
penipisan lemak, dan hasilakhir defisiensi nutrisi. (Hotma Rumahorbo, 1999).
12

Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme


hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum
pubertas, akan terjadi penundaan perkembangan seksual pada kedua jenis kelamin,
tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria dan wanita.
Setelah pubertas wanita akan juga menunjukkan ketidak teraturan menstruasi dan
penurunan fertilitas.
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar
dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh
kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama,
karena efek ini disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh.
Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik
kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik.
Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan
terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk
dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan.
Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab
umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-
limiting disease.
13

WOC Hipertiroid
Penyakit Graves Tirodisitis Penggunaan Hormon Tiroid berlebih Nodular Guiter

Gangguan Fungsi Kelenjar Tiroid

Hipersekresi Hormon Tiroid TSH dan TRH

HIPERTIROID
Peningkatan
Basal Metabolic Rate (BMR) ↑ Produksi Panas
MK : Hipertermia

Hipermetabolisme ↑

B1 (BREATHING) B2 (BLOOD) B3 (BRAIN) B4 (BLADDER) B5 (BOWEL) B6 (BONE)

Bronkus mengecil Peningkatan Penurunan aliran Peristaltik


Simpatomimetik Vasokontriksi
kerja syaraf darah ke ginjal usus ↑ Kalsium dlm Gerakan
darah ↓ kelopak
Kapasitas bronkus ↑ Perubahan mata relatif
Hambatan Perifer ↑ Gugup, Malasorbsi Reabsobsi cairan ↓ lamban thd
Konduksi Listrik
Jantung gelisah, dan cairan↑ Otot bola mata
Kebutuhan O2 ↑ Tekanan Darah ↑
tremor kekurangan
Pemecahan Diare Ca
Hiperventilasi Kerja Jantung ↑ Insomnia Output cairan ↓ lemak dan Infiltrasi
limfosit, Selmast
Tekanan Intrakranial ↑ protein ↑ ke jaringan
MK : Kerja otot
Takikardi menurun Orbital & Otot
Defisit
Respirasi ↑ MK : Gangguan MK : mata
Pusing
Pola Tidur Retensi Urin Nafsu makan ↑ Volume
Cairan Kelemahan
MK : Penurunan BB↓ Mata menonjol
Takipnea Curah Jantung otot,
MK : Intoleransi fatigue,ggn keluar
aktivitas koordinasi
Sesak nafas Muntah & tremor Eksoftalmus

MK: Pola nafas MK : MK :


tidak efektif MK : Defisit
✓ Gangguan ✓ Gangguan Citra
Nutrisi
Mobilitas Fisik Tubuh
✓ Intoleransi ✓ Gangguan
Aktivitas Integritas jaringan
14

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Menurut (Amin,2013) manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan
hipertiroid yaitu :
1) Peningkatan frekuensi denyut jantung
2) Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
3) Tekanan darah tinggi
4) Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
5) Penurunan berat badan meskipun pola makan normal, peningkatan rasa lapar .
6) Peningkatan frekuensi buang air besar
7) Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
8) Gangguan reproduksi
9) Tidak tahan panas
10) Cepat letih
11) Pembesaran kelenjar tiroid
12) Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat
di dalam orbit mata.
13) Mata memerah dan membengkak
14) Rambut rontok
15) Kulit tipis dan halus
16) Cemas, gelisah dan mudah tersinggung.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 106˚F), dan, apabila tidak diobati, kematian.
1) Penyakit jantung Hipertiroid,
2) Oftalmopati Graves,
15

3) Dermopati Graves,
4) Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid,
5) Krisis tiroid.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Ada beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi
diagnosis lebih lanjut. Beberapa pemeriksaan tersebut, yakni:
1) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah ditingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2) Kadar Kolesterol rendah dapat menjadi tanda metabolisme tinggi, yang
dibakar oleh tubuh melalui kolesterol.
3) Bebas T4 dan T3.
Tes ini mengukur seberapa banyak hormon tiroid dalam darah.
4) Tes stimulasi kadar hormon tiroid (TSH)
Hormon stimulasi tiroid adalah hormon kelenjar pituitari yang menstimulasi
kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon..
5) Scanning tiroid
Pemeriksaan ini untuk menilai apakah kelenjar tiroid terlalu aktif, dan
mengungkapkan apakah seluruh bagian tiroid atau hanya sebagian area
kelenjar yang mempunyai aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih.
6) USG
Pemeriksaan ini dapat menilai ukuran dari seluruh kelenjar tiroid beserta
massanya, dan juga untuk menentukan konsisten massa apakah padat atau
kistik (cairan)
7) CT scan atau MRI
CT scan atau MRI dapat menunjukkan jika tumor pituitari adalah penyebab
penyakit ini.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Prinsip pengobatan tergantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien,
riwayat alamiah penyakit, tersedianya modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko
16

pengobatan, dan sebagainya. Berikut adalah penatalaksanaan yang dapat dilakukan


pada pasien hipertiroid :
a. Terapi umum
1. Obat anti tiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Pengobatan
tirotoksikosis dikelompokkan dalam:
✓ Tirostatiska: kelompok derivat tioimidazol (CBZ, karbimazole 5 mg,
MTZ, metimazol atau tiamazol 5, 10, 30 mg), dan darivat tiourasil
(PTU propiltiourasil 50, 100 mg)
✓ Tiroidektomi: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid,
klinis maupun biokimiawi.
✓ Yodium radioaktif
Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien umur 35 tahun/
lebihatau pasien yang hiperteroid-nya kambuh setelah operasi.
2. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjr tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita
hamil (trimester kedua), dan untuk pasien alergi terhadap obat/yodium
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan
dalam waktu setahun.
b. Terapi obat anti hiperteroid
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan diatas adalah:
1. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat mengurangi prodoksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya
bisa 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa 1-3 tablet saja sehari.
Obat ini cukup baik untuk hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius
adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan
pada fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering terjadi sakit
tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi
dan demam.
17

2. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)


Merupakan obat hormon kortikostiroid yang biasanya dipakai sebagai
obat anti peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk menghilangkan
peradangan dikelenjar tiroid (thyroiditis).
3. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti Parkinson, yang dipakai untuk mengatasi
gejala-gejala Parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang
gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini
dipakai untuk mengobati tangan bergetar dan denyut jantung yang
meningkat. Namun penggunan obat ini pada pasien dengan penyakit
hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada
pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang
denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali/menit) dan tangan
bergetar biasanya diberikan obat lain yaitu propanolol, antenolol,
ataupun verapamil.

c. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkosumsi bekatul.
Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang
berkhasiat untuk menyempurnakan metabolisme didalam tubuh kita. Selain
hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati kencing manis
(diabetes militus), tekanan drah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan
gangguan pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati.
Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam
otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi)


2.2.1 Konsep Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.
Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang
selanjutnya dapat terhambat. (Hidayat, 2006).
18

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia yang


tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta implikasinya
terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Nutrisi
merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat,
2009).
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau
gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry,
2010; 274).
Jadi, kesimpulannya adalah Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam
tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan, zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.

2.2.2 Fisiologi
Proses mencerna nutrisi :
1) Ingesti : masuknya makanan ke dalam rongga mulut
2) Digesti : mulut-lambung-usus halus-usus besar
3) Absrobsi
4) Metabolisme
5) Ekskresi : defekasi, miksi, diaphoresis, ekspirasi.

2.2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:
1) Fisiologi
a. Intake nutrient
19

2) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan


a. Pengetahuan
b. Gangguan menelan
c. Perasaan tidak nyaman setelah makan
d. Anoreksia
e. Nausea & vomitus
f. Intake kalori & lemak yang berlebihan
3) Kemampuan mencerna nutrient
a. Obstruksi mencerna cairan
b. Mal absorbsi nutrient
c. DM
4) Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stress
c. Kondisi yang meningkatkan BMR
d. Kanker
5) Gaya hidup yang berlebihan
a. Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia toodler usia
menginjak 1 tahun.
b. Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan.
6) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh,semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran
panas, sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi besar.
7) Status Kesehatan
8) Nafsu makan yg baik adalah tanda yang sehat
9) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit
10) Alkohol & obat
Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi konstribusi pada
defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk alkohol daripada
20

makanan. Obat-obataan yg menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan


zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan
mengurangi absorpsi zat gizi inteostine.
11) Kelemahan fisik
Contoh nya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan
dan menyediakan makanan nya sendiri.
12) Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
13) Depresi
Seseorang yang mengalami depresi menyebabkan kehilangan nafsu makan.
Mereka tidak mau bersusah payah untuk meningkatkan mengonsumsi
makanan yang bergizi.
14) Penyakit saluran pencernaan
15) Termasuk sakit gigi, ulkus

2.2.4 Klasifikasi
2.2.4.1 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko
mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan
metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. Asupan nutrisi
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith, 2011;
503). Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (Hidayat. 2006; 67).
1) Tanda klinis :
a. Berat badan 10-20% dibawah normal
b. Tinggi badan dibawah ideal
c. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
21

e. Adanya penurunan albumin serum.


f. Adanya penurunan transferin.
2) Kemungkinan penyebab :
Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
a. Disfagia karena adanya kelainan
b. Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
c. Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).

2.2.4.2 Lebih dari Kebutuhan Nutrisi


Menurut (Carpenito, LJ.2012; 360) kondisi ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang
melebihi kebutuhan metabolik. Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
1) Tanda klinis :
a. Berat badan lebih dari 10% berat ideal
b. Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
c. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
d. Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
e. Aktivitas menurun atau monoton.
2) Kemungkinan penyebab :
a. Perubahan pola makan
b. Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (Hidayat.2006; 67)

2.2.5 Patofisiologi
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjuk kan
banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain perdarahan,
performansi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi,
traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi
sepanjang saluran gastrointestinal. Bagian dari penyakit organik dimana saluran
gastrointestinal di curigai, terdapat keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/
22

gangguan motorik usus, kadang kadang menimbulkan konstipasi/diare. Selain itu


status kesehatan mental, faktor fisik : seperti kelelahan dan
ketidakseimbangan/perubahan masukan diet yang tiba tiba dapat mempengaruhi
saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan nutrisi.

PATHWAY GANGGUAN NUTRISI

Pola makan tidak teratur,tidak nafsu makan,mual, muntah

berkurangnya pemasukan berlebihnya pemasukan


makanan makanan

kekosongan lambung
Zat makanan tersimpan di
jaringan adipose dipakai
sebagai energi
erosi pada lambung
(gesekan)

Berat badan meningkat

produksi HCL meningkat

Kelebihan nutrisi

Asam lambung Reflek

Berkurangya pemasukan
makanan

Intake makanan tidak


adekuat

Kekurangan nutrisi
23

2.2.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Manifestasi klinis nutrisi adalah sebagai berikut :
1) Gigi tidak lengkap dan ompong
2) Nafsu makan menurun
3) Lesu
4) Tidak semangat
5) BB kurang / lebih dari normal
6) Perut terasa kembung
7) Susah menelan
8) Mual muntah
9) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita
rasa manis, asin, asam, dan pahit
10) Esofagus/kerongkongan mengalami pelebaran
11) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
12) Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi
13) Penyerapan makanan di usus menurun.

2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu :
1) Malnutrisi
Kekurangan zat makanan ( nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20 % berat badan normal. Status nutrisi nya adalah melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam
penggunaan kalori.
3) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
24

4) Penyakit jantung koroner


PJK merupakan gangguan nutrisi yang sering di sebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau ga hidup yang tidak sehat, obesitas, dan
lain lain.
5) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
mengonsumsi lemak berlebihan.
6) Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan,
nyeri abdomen, kedinginan, alergi, dan kelebihan energi.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan
nutrisi adalah sebagai berikut:
1) Kadar total limfosit
2) Albumin serum
3) Zat besi
4) Transferin serum
5) Kreatinin
6) Hemoglobin
7) Hematokrit
8) Keseimbangan nitrogen
9) Tes antigen kulit

Menurut (Mubarak, 2008) Hasil pemeriksaan laboratorium yang


menunjukkan risiko status nutrisi buruk meliputi :
1) Penurunan hemoglobin dan hematokrit.
2) Penurunan nilai limfosit.
3) Penurunan albumin serum ,3,5 gr/dL.
4) Peningkatan/penurunan kadar kolestrol.
25

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


Menurut (Kozier, 2011, hlm. 784-801) penatalaksanaan medis dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu :
1) Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi
meliputi metode enteral (melalui sistem pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut
sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan
makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport
makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan
melalui selang nasogastrik dan selang pemberian makan berukuran kecil atau
melalui selang gastrostomi atau yeyunostomi.
2) Nutrisi parental
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)
atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak
berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena
kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral siberikan secara
intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan
parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan
unsure renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena
larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang
beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.1.1 Pengumpulan Data, meliputi :
1) Identitas Klien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, nomor
registrasi/MRS, dan diagnosa medis.
26

2) Keluhan Utama
Pada keluhan utama, didaptkan pada saat pre operasi pasien mengeluh
terdapat pembesaran pada leher, kesulitan menelan dan bernafas. Pada Post operasi
thytoidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka
operasi.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan hipertiroid, biasanya didahului oleh adanya
pembesaran nodul dileher yang semakin membesar sehingga
mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakea
esofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami penyakitnya. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan penyakit gondok, sebelumya pernah menderita
gondok atau tidak.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga
dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan.
d. Riwayat Psikososial
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya. Pada klien dengan hipertiroid sering muncul masalah
konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai
kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga hipertiroid
juga membutuhkan perawatan yang lama sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas,
dan takut.
27

2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)


Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis Pemeriksaan Fisik yang
dapat dilakukan pada pasien dengan Hipertiroid adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan pembesaran nodul di leher/
pembengkakan kelenjar tiroid, mata menonjol, sesak nafas, pusing, detak jantung
cepat dan tidak teratur, tremor, dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat
kesadaran.
2) Tanda-Tanda Vital
Pada umumnya terjadi peningkatan tekanan darah, nadi cepat, suhu panas,
dan pernafasan tidak teratur sehingga tanda tidak adekuatnya tanda tanda vital.
3) Pernafasan (B1: Breathing)
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
4) Kardiovaskuler (B2:Blood)
Pada hipertiroid, gejala yang dirasakan nyeri dada (angina) dan palpitasi.
Tanda pada pemeriksaan fisik didapatkan distritmia (vibrilasi atrium), heart rate
meningkat, peningkatan TD, stroke volume, kardiak output, irama gallop, murmur,
peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15mmhg, kemungkinan gagal
jantung, edema.
5) Persyarafan (B3: Brain)
Pada klien dengan hipertiroid, sistem persyarafan biasanya ditemukan
peningkatan kerja syaraf klien merasa gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti
kecemasan, curiga, insomnia (susah tidur), tegang dan emosional.
6) Perkemihan (B4: Bladder)
Haluaran urin menurun disebabkan karena penurunan aliran darah ke ginjal
mengalami malasorbsi cairan meningkat, menyebabkan (pengeluaran output urin
<500 ml/hari) retensi cairan, menurunnya otot urine (mengindikasikan kerusakan
otot dalam)
7) Pencernaan (B5: Bowel)
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan
28

serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram


abdomen.
8) Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Kelemahan otot, pasien terlihat kelelahan, sering didapatkan intoleransi
aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity Day Living), keseimbangan
protein negatif, , berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleransi panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan
rambut.
9) Reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10) Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.
11) Endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali
dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada
saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata
ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup
mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
29

2.3.1.3 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual


Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak
stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering
juga didapatkan gangguan tidur. psikososial
1) Bernafas
Gejala yang dirasakan pada pasien dengan hipertiroid merasa kekurangan
oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau
tidak), biasanya ditandai dengan sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
2) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan Hipertiroid akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
Hipermetabolisme, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, haus, penggunaan diuretik (tiazid). Ditandai dengan kulit
kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah
(napas aseton).
3) Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria,
nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih
berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat
berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina). Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium),
irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
5) Gerak dan Aktivitas
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
30

6) Istirahat dan tidur


Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Gejala : Insomnia,
sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, biasanya
ditandai adanya Atrofi otot.
7) Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Biasanya ditandai dengan Ansietas peka rangsang
8) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus
dibantu oleh orang lain.
9) Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif
secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
10) Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor
atau koma (tahap lanjut), gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
11) Pengaturan suhu tubuh
Klien dengan hipertiroid biasnya mengalami peningkatan suhu tubuh dan
harus di Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipotermi <35,5°C.
12) Rasa Nyaman
Pasien dengan Hipertiroid biasanya akan merasakan gejala abdomen yang
tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati.
13) Rasa Aman
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tanda : Demam, diaforesis, kulit
rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau
paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
31

14) Sosialisasi dan Komunikasi


Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan keluarga
atau temannya. Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Sehingga klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
15) Bekerja
Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya menyebabkan
terganggunya pekerjaan yang dijalaninya.
16) Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien sembahyang,
17) Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja meluangkan
waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang tepat saat
depresi.
18) Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi pola nutrisi serta
pengobatan pasien dengan hipertiroid yang dirasakan. Disinilah peran kita untuk
memberikan edukasi yang tepat pada pasien.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
hipertiroid adalah sebagai berikut :
2.3.2.1 Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung. (halaman 11, D.0011)
2.3.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan
nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan. (halaman 56,
D.0019)
2.3.2.3 Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus. (halaman 300, D.0139)
32

2.3.2.4 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme.


(halaman 26, D.0005)
2.3.2.5 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid.
(halaman 186, D.0083)
2.3.2.6 Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
(halaman 180, D.0080)
2.3.2.7 Defisit pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
(halaman 246, D.0111)
2.3.2.8 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai
dengan mengeluh sulit tidur dan peningkatan metabolisme. (halaman 126,
D.0055)
2.3.2.9 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. (halaman
284, D.0130)

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid meliputi :
Diagnosa I : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja
jantung.
1) Tujuan: Pasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
2) Kriteria Hasil :
✓ Nadi perifer dapat teraba normal
✓ TTV dalam batas normal
✓ Pengisian kapiler normal
✓ Status mental baik
✓ Tidak ada disritmia
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Pantau tekanan darah pada posisi 1. Hipotensi umum atau ortostatik
baring, duduk dan berdiri jika dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang
33

memungkinkan. Perhatikan besarnya berlebihan dan penurunan


tekanan nadi volume sirkulasi.
2. Periksa kemungkinan adanya nyeri 2. Tanda adanya peningkatan
dada atau angina yang dikeluhkan kebutuhan oksigen oleh otot
pasien. jantung atau iskemia
3. Auskultasi suara nafas, perhatikan 3. S1 dan murmur yang menonjol
adanya suara yang tidak normal b.d curah jantung meningkat
(seperti krekels). pada keadaan hipermetabolik.
4. Observasi tanda dan gejala haus yang 4. Dehidrasi yang cepat dapat
hebat,mukosa membran kering, nadi terjadi yang akan menurunkan
lemah, penurunan produksi urine dan volume sirkulasi dan
hipotensi. menurunkan curah jantung.
5. Kolaborasi pemberian antiaritmia 5. Bekerja sama dengan dokter
dalam pemberian dosis obat
sesuai indikasi dan tindakan
dependen perawat, dimana
antiaritmia dapat menurunkan
denyut jantung berdetak normal
dan mencegah keadaan yang
semakin memburuk.

Diagnosa II : Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme


(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
1) Tujuan: Penurunan nutrisi tidak terjadi.
2) Kriteria Hasil:
✓ Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal
dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi.
✓ Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
✓ Peningkatan berat badan
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Ketahui makanan kesukaan pasien 1. Makanan kesukaan biasanya
2. Monitor kandungan nutrisi dann meningkatkan selera makan.
kalori asupan makanan, berat 2. Penurunan BB terus menerus
badan, dan frekuensi muntah. dalam keadaan masukan kalori
3. Timbang BB Setiap hari. yang cukup merupakan
4. Berikan menawarkan bimbingan indikasi kegagalan terhadap
terhdap pilihan atau makanan yang terapi antitiroid.
lebih sehat, jika diperlukan.
34

5. Ciptakan lingkungan yang optimal 3. Mengawasi keefektifan


pada saat mengonsumsi makanan rencana diet.
(misalnya, bersih, berventilasi, 4. Menurunkan rangsangan
santai, dan benar dari bau yang muntah dan nutrisi terpenuhi,
menyengatmakanan/ minuman setidaknya asupan nutrisi ada
sedikit tapi sering. masuk kedalam tubuh
6. Berikan makanan/ minuman sedikit walaupun sedikit.
tapi sering. 5. Untuk dapat meningkatkan
7. Anjurkan keluarga untuk membawa nafsu makan.
makanan favorit pasien sementara 6. Membuat waktu makan lebih
berada di rumah sakit atau fasilitas menyenangkan, yang dapat
perawatan, yang sesuai. meningkatkan nafsu makan.
8. Berikan informasi mengenai 7. Untuk meningkatkan selera
kebutuhan nutrisi dan bagaimana makan pasien.
memenuhinya. 8. Agar klien dapat memenuhi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi (jika kebutuhan nutrisi dan energi
perlu) jumlah kalori dan jenis zat secara mandiri.
gizi yang dibutuhkan. 9. Berguna dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi individu
dengan diet yang paling tepat
serta pemasukkan zat-zat
makanan yang adekuat.

Diagnosa III : Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan


dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus.
1) Tujuan : Kerusakan integritas jaringan tidak terjadi.
2) Kriteria Hasil:
✓ Mempertahankan kelembab an membran mukosa terbebas dari ulkus
✓ Mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada
mata
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Observasi edema periorbital, 1. Manifestasi umum dari stimulasi
gangguan penutupan kelopak mata, adrenergik yang berlebihan b.d
lapang pandang penglihatan sempit, tirotoksikosis yang memerlukan
air mata yang berlebihan. Catat intervensi pendukung sampai
adanya fotophobia, rasa adanya
35

benda di luar mata dan nyeri pada resolusi krisis dapat


mata. menghilangkan simtomatologis.
2. Evaluasi ketajaman mata, laporkan 2. Oftalmopati infiltratif (Graves
adanya pandangan mata kabur atau disease) adalah akibat dari
pandangan ganda (diplopia). peningkatan jaringan retro-
3. Anjurkan pasien menggunakan orbita, yg menciptakan
kacamata gelap ketika terbangun eksoftalmus dan infiltrasi
dan tutup dengan penutup mata limfosit dari otot
selama tidur sesuai kebutuhan. ekstraokuleryang menyebabkan
4. Bagian kepala tempat tidur di kelelahan.
tinggikan dan batasi pemasukan 3. Melindungi kerusakkan kornea
garam jika ada indikasi. jika pasien tidak dapat menutup
5. Instruksikan agar pasien melatih mata dengan sempurna karena
otot mata ekstraokuler jika edema atau fibrosis bantalan
memungkinkan. lemak.
6. Kolaborasi berikan obat sesuai 4. Menurunkan edema jaringan bila
indikasi : obat tetes mata ada komplikasi seperti GJK yang
metilselulosa, ACTH, prednison, dapat memperberat eksoftalmus.
obat anti tiroid, diuretik. 5. Memperbaiki sirkulasi dan
mempertahankan gerakan mata.
6. Bekerja sama dengan dokter
dalam pemberian dosis obat
sesuai indikasi dan tindakan
dependen perawat, dimana
antitiroid dapat menurunkan
tanda gejala dan mencegah
keadaan yang semakin
memburuk.

Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


metabolisme.
1) Tujuan:Klien akan mempertahankan pola nafas efektif, bebas dispneu dan
sianosis.
2) Kriteria Hasil:
✓ Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal.
✓ TTV dalam rentang normal.
36

3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Monitor kecepatan, irama, bunyi 1. Mengetahui perkembangan
nafas, kedalaman dan kesulitan status kesehatan pasien.
bernafas. 2. Tanda-tanda vital dapat
2. Monitor tanda-tanda vital memberikan gambaran keadaan
3. Kaji distensi abdomen umum pasien.
4. Catat pergerakan dada, catata 3. Dengan mengukur lilitan atau
ketidaksimetrisan, penggunaan lingkar abdomen.
otot-otot bantu nafas, dan retraksi 4. Mengetahui perkembangan
pada otot supraclaviculas dan status kesehatan pasien dan
intercosta. mencegah komplikasi lanjutan.
5. Posisikan semi-fowler atau fowler. 5. Posisi semi-fowler atau fowler
6. Auskultasi suara nafas, catat area dapat mengurangi sesak nafas
yang ventilasinya menurun atau dan ekspansi paru.
tidak adanya suara nafas buatan. 6. Mengetahui perkembangan
7. Kolaborasi pemberian oksigen status kesehatan pasien dan
sesuai indikasi mencegah komplikasi lanjutan.
7. Untuk mencegah hipoksia,
memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada
diafragma dan mengetahui
perubahan status pernafasan dan
terjadinya komplikasi paru.

Diagnosa V : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar


tiroid.
1) Tujuan: Citra tubuh klien tidak terganggu.
2) Kriteria Hasil:
✓ Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
✓ Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. Keterlibatan dapat memberikan
libatkan klien dalam mengambil rasa kontrol dan meningkatkan
keputusan tentang keperawatan, harga diri.
bila memungkinkan. 2. Memvalidasi perasaannya.
37

2. Terima persepsi diri klien dan 3. Catatan tertulis dapat


berikan jaminan bahwa klien dapat membantu menunjukkan
mengatasi krisis ini. kemajuan klien
3. Dorong klien untuk tetap 4. Untuk meningkatkan sikap
menuliskan perasaan, tujuan, positif.
keluhan dan kemajuan yang terjadi 5. Untuk membantu mendapatkan
pada dirinya. dukungan dan pemahaman atau
4. Diskusikan kemajuan klien dan konseling tambahan.
tunjukan bagaimana kondisinya 6. Untuk membantu klien
telah meningkat. mengatasi perilaku yang tidak
5. Dorong klien untuk berpartisipasi produktif.
dalam kelompok pendukung,
membuat suatu perjanjian dengan
profesi kesehatan mental.
6. Ajarkan strategi koping yang sehat.

Diagnosa VI : Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status


hipermetabolik.
1) Tujuan: Ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
2) Kriteria Hasil:
✓ Ansietas berkurang dibuktikan dengan menunukkan kontrol agresi,
ansietas, dan koping
✓ Klien tampak rileks.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Observasi tingkah laku yang 1. Ansietas ringan dapat
menunjukan tingkat ansietas. ditunjukkan dengan peka
2. Pantau respon fisik, palpitasi, rangsang dan imsomnis.
gerakan yang berulang-ulang, 2. Efek-efek kelebihan hormon
hiperventilasi, insomnia. tiroid menimbulkan
3. Kurangi stimulasi dari luar : manifestasiklinis dariperistiwa
tempatkan pada ruangan yang kelebihan katekolamin ketika
tenang. kadar epinefrin dalam keadaan
4. Terangkan bahwa pengendalian normal.
emosi itu harus tetap diberikan 3. Menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan terapi terapeutik.
obat. 4. Memberikan informasi yang
akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi.
38

5. Berikan obat ansietas 5. Bekerja sama dengan dokter


(transquilizer,sedatif) dan pantau dalam pemberian dosis obat dan
efeknya. tindakan dependen perawat,
dimana obat ansietas berfungsi
untukmengurangi ansietas klien
dalam menghadapi keadaan
penyakitnya..

Diagnosa VII: Defisit pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
1) Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
2) Kriteria Hasil :
✓ Mengungkapkan pemahaman tentan penyakit hipertiroid.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit dan 1. Memberikan pengetahuan dasar
harapan masa depan berdasarkan dimana pasien dapat
informasi. menentukan pilihan
2. Berikan informasi yang tepat. berdasarkana informasi.
3. Identifikasi sumber stress. 2. Berat ringannya keadaan,
4. Tekankan pentingnya perencanaan penyebab, usia dan komplikasi
waktu istirahat yang muncul akan menentukan
5. Berikan informasi tanda dan gejala tindakan pengobatan.
dari hipotiroid 3. Faktor psikogenik seringkali
sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari
penyakit ini.
4. Mencegah munculnya kelelahan.
5. Pasien yang mendapat
pengobatan hipertiroid besar
kemungkinan mengalami
hipotiroid yang dapat terjadi
segera setelah pengobatan
selama 5 tahun kedepan.

Diagnosa VIII : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan


ditandai dengan mengeluh sulit tidur dan peningkatan metabolism.
1) Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan diharapkan masalah
gangguan pola tidur dapat teratasi.
39

2) Kriteria Hasil :
✓ Tidur malam terpenuhi selama 8 jam
✓ Suhu kulit hangat
✓ Klien menjadi rileks
✓ TTV dalam batas normal.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur. 1. Mengumpulkan data seberapa
2. Modifikasi lingkungan lama aktivitas dan tidur klien.
3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 2. Menciptakan lingkungan yang
4. Tetapkan jadwal tidur rutin nyaman
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup 3. Membantu dalam menunjang
selama sakit siklus tidur.
6. Anjurkan menepati kebiasaan 4. Waktu tidur menjadi terkontrol.
waktu tidur. 5. Memberitahukan pentingnya
kecukupan tidur untuk
meningkatkan kesehatan.
6. Mendorong waktu tidur tepat
waktu.

Diagnosa IX : Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


1) Tujuan : Suhu tubuh klien kembali normal.
2) Kriteria Hasil :
✓ Suhu tetap normal 36,50C-370C
✓ Keseimbangan cairan tetap stabil
✓ Klien menjadi rileks
✓ TTV dalam batas normal.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital dapat
2. Monitor suhu minimal setiap 2 jam memberikan gambaran
sekali disesuaikan dengan keadaan umum pasien.
kebutuhan. 2. Mengetahui kemungkinan
3. Berikan pasien pakaian tipis. adanya kenaikan suhu secara
mendadak dan perkembangan
status kesehatan pasien.
40

4. Menipulasi lingkungan menjadi 3. Membantu mengurangu panas


senyaman mungkin seperti di tubuh.
penggunaan kipas angin atau AC. 4. Memberikan rasa nyaman
5. Berikan kompres air dingin pada dengan mengurangi keadaan
daerah aksila, kening, leher, dan panas akibat suhu pengaruh
lipatan paha. lingkungan.
6. Anjurkan klien untuk minum 5. Dapat membantu mengurangi
sebayak mungkin air jika tidak demam.
dikontraindikasikan eluarga untuk 6. Asupan cairan berlebih dapat
membatasi aktivitas klien. mengakibatkan kelebihan
7. Kolaborasikan pemberian obat anti cairan atau dekompensasi
piretik sesuai kebutuhan jantung yang dapat
memperburuk kondisi pasien.
7. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan
yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2005). Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. Hasil akhir yang diharapkan dari
perencanaan dan tindakan keperawat adalah :
2.2.5.1 Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
41

2.2.5.2 Ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan menunjukkan peningkatan berat


badan.
2.2.5.3 Kerusakan integritas kulit teratasi.
2.2.5.4 Klien akan mempertahankan pola nafas efektif, bebas dispneu dan sianosis.
2.2.5.5 Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
2.2.5.6 Klien menunjukkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
2.2.5.7 Klien akan memahami pehaman tentang penyakitnya.
2.2.5.8 Klien mampu tidur cukup selama sakit waktu pola tidur 8 jam terpenuhi.
2.2.5.9 Suhu tubuh klien kembali normal.
42

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Dhea Permatasari Iskandar


NIM : 2018.C.10a.0964
Ruang Praktek : Bougenville
Tanggal Praktek : 18-30 Mei 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 19 Mei 2020 pukul : 08:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.102, Palangka Raya
Tgl MRS : 16 Mei 2020
Diagnosa Medis : Hipertiroid
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Batak, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.102, Palangka Raya
Hubungan Keluarga : Suami

42
43

3.1.3 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.3.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan jantung berdebar-debar.
3.1.3.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. T mengatakan pada tanggal 15 Mei 2020 pukul 19.00 WIB mengeluh
jantung berdebar-debar saat sedang menyapu ruang tamu. Keluhan Ny.T rasakan
sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit namun hilang timbul tanpa
dipengaruhi aktivitas. Terkadang keluhan tersebut disertai dengan sesak nafas
yang sering kambuh namun tidak dipengaruhi posisi dan tidak disertai dengan
bunyi mengi (ngik). Sesak nafas tersebut dikarenakan adanya pembesaran nodul
dileher pasien. Ny. T merasakan sakit kepala berdenyut, bila serangan tersebut
timbul, Ny.T merasa mual dan bahkan muntah setiap kali makan.
Namun sejak akhir-akhir ini pasien mengalami penurunan berat badan
tetapi nafsu makan meningkat dan baik. Pasien juga merasa lemas dan sedikit
gemetar didaerah jari kedua tangan. Pasien juga merasakan sangat mudah lelah
walaupun hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Pasien
mengeluhkan mata melotot yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan ini
diawali dengan mata kanan dan disusul dengan mata kiri. Pasien juga merasa
pandangan menjadi sedikit kabur dan kadang merasa berkunang-kunang.
Sebelum keluhan yang terjadi dalam 1 tahun terakhir ini, pasien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama.
Pada tanggal 16 Mei 2020 pukul 08.05 WIB, tiba-tiba kambuh kembali
jantung berdebar, sesak nafas, terasa nyeri dada, tangan tremor, kepala terasa
pusing, setelah itu suami Ny.T memberikan posisi setengah duduk agar sesak nafas
menghilang. Pada saat itu juga Suami Ny.T langsung memutuskan untuk membawa
istrinya ke IGD RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya, di IGD Ny.T mendapatkan
obat injeksi obat Ranitidine 3x50 mg (IV) pada pukul 08.30 WIB, mendapatkan
pemasangan infus IV Ringer Laktat 500 ml 15 tpm pada pukul 08.35 WIB,
mendapatkan obat oral Propanolol 3x20 mg pada pukul 08.37 WIB dan obat oral
PTU 3x300 mg pada pukul 08.38 WIB. Dokter memutuskan Ny.T harus dirawat
inap di ruang Bougenville agar mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pada pukul
09:00 WIB, Ny.T dibawa keruang Bougenville nomor 5, setibanya di ruang
44

Bougenville no.5 Ny.T tidak diberikan terapi dan diberikan posisi berbaring semi-
fowler dan suhu ruangan 25 °C.

3.1.3.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Ny. T mengatakan pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya karena demam
tinggi, klien alergi terhadap ikan asin tidak ada riwayat bekas operasi.

3.1.3.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Ny. T mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti dia dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.

Genogram Keluarga

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
45

3.1.4 Pemerikasaan Fisik


3.1.4.1 Keadaan Umum :
Klien tampak sakit, kesadaran compos mentis, posisi berbaring semi fowler,
ada pembekakan kelenjar tiroid di kanan dan kiri, mata menonjol, gelisah,
tremor, dan terpasang infus Ringer Lactate 500 ml 15 tpm ditangan sebelah
kiri klien.

3.1.4.2 Status Mental :


Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak
meringis, bentuk badan klien mesomorph, posisi berbaring semi fowler, klien
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat
dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.

3.1.4.3 Tanda-tanda Vital :


Saat pengkajian TTV klien tanggal 19 Mei 2020 pukul 08:00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 38,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 130 x/menit dan
pernapasan/ RR = 25 x/menit, tekanan darah TD = 140/ 110 mmhg.

3.1.4.4 Pernapasan (Breathing)


Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, ada terdapat
nyeri dada, ada sesak nafas saat inspirasi, type pernapasan klien tampak
menggunakan perut dan dada, irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas
klien vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif

3.1.4.5 Cardiovasculer (Bleeding)


Klien merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak pucat, merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary
refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada
46

terdapat oedema, lingkar perut klien 55 cm, ictus cordis klien terlihat di ICS
Linea medio, vena jugularis klien mengalami peningkatan, suara jantung
klien ada mengalami kelainan yaitu murmur sistolik.
Keluhan lainnya : Disritmia, Tekanan darah dan Nadi meningkat
Masalah keperawatan : Penurunan Curah Jantung

3.1.4.6 Persyarafan (Brain)


Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (kemampuan verbal baik),
M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri di dada, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien
tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak
mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.4.6.1 Nervus Kranial I (Olfaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.4.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.4.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.4.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien tidak dapat menggerakan bola
matanya ke atas dan ke bawah, sulit mengangkat mata.
3.1.4.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.4.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien tidak dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.4.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum, mengerutkan
dahinya dan dapat mengangkat alis.
3.1.4.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Klien dapat mendengar perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya.
3.1.4.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit
dan manis.
47

3.1.4.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas, klien
kesulitan menelan.
3.1.4.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.4.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas kiri klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah kiri klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri (+/+) skala
5, trisep (+/+) kanan dan kiri skala 5, brakioradialis kanan dan kiri klien skala
5, patella (+/+) kanan dan kiri klien skala 5, dan akhiles (+/+) kanan dan kiri
klien skala 5 , serta reflek babinski (+/+) kanan dan kiri klien skala 5
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatatan : Tidak ada

3.1.4.7 Eliminasi Uri (Bladder)


Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak
oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria,
tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan
cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.4.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab, tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah
klien tidak ada lesi, mukosa klien ada pembengkakan, tonsil klien ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi,
tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 25 x/hari, dan
tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
48

Keluhan lainnya : Nafsu makan meningkat tetapi BB menurun, muntah.


Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi

3.1.4.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)


Kemampuan pergerakan sendi klien tampak tidak bebas, tidak ada parase,
tidak ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, tidak terdapat
nyeri, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada
spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas
atas kanan skala 5 dan kiri skala 5. Uji kekuatan ektermitas bawah kanan skala
5 dan kiri skala 5. Tidak terdapat peradangan dan perlukaan, serta tulang
belakang klien tampak teraba normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : tidak ada

3.1.4.10 Kulit-Kulit Rambut


Klien memiliki riwayat alergi makanan ikan asin. Suhu kulit klien teraba
panas, warna kulit normal, turgor baik, tekstur halus, tidak ada tampak
terdapat lesi, tidak ada terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus, tidak
terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada

3.1.4.11 Sistem Penginderaan


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien berkurang dan kabur, gerakan bola mata klien
tampak diam dan sulit saat digerakan dengan visus : mata kanan (VOD) =
15/15 dan mata kiri (VOS) = 20/20, sclera klien normal/ putih, warna
konjungtiva tidak anemis, kornea bening, tidak terdapat alat bantu
penglihatan pada klien dan terdapat adanya nyeri.
Keluhan lainnya : Mata menonjol keluar dan terasa berkunang-kunang
Masalah keperawatan : Risiko tinggi Gangguan Integritas Jaringan
49

b. Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
c. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.4.12 Leher Dan Kelenjar Limfe


Leher klien tampak ada massa, tidak ada jaringan parut, ada teraba kelenjar
limfe, ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak terbatas.
3.1.4.13 Sistem Reproduksi
3.1.4.13.1 Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, klitoris tidak menonjol,
labia normal, uretra baik/ normal, kebersihan baik, payudara teraba simetris,
putimg menonjol, warna areola gelap, dan tidak ada keluhan lainnya.

3.1.5 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.5.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah“.
3.1.5.2 Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien merasa mual, ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan ada merasa haus.
TB : 165 Cm
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB = 50 = 18,3 (gizi kurang)
(TB)² (165)²
50

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x/ hari 3x/ hari


Porsi 4 sedang 3 sedang

Nafsu makan Baik Baik


Jenis Makanan Nasi, sayur, buah, lauk Nasi, sayur, buah, lauk
Jenis Minuman Air putih Air putih, air susu
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, siang Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : Nafsu makan meningkat tetapi BB menurun dan muntah
Maslsah keperawatan : Defisit Nutrisi

3.1.5.3 Pola istirahat dan tidur


Klien tidak mengatakan sulit tidur, ekpresi wajah klien tampak meringis,
tidur sebelum sakit : siang 2 jam dan malam 8 jam, tidur sesudah sakit :
siang 2 jam, malam 7 jam.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.5.4 Kognitif
Klien mengatakan “Ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan
ingin dapat bisa melaksanakan aktifitas seperti sebelumnya."
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya, klien adalah seorang perempuan,
klien orang yang ramah, klien adalah seorang Ibu rumah tangga
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit
klien masih dapat beraktivitas secara bebas tetapi hanya melakukan aktivitas
sederhana karena mudah kelelahan dan didampingi oleh suaminya
Masalah keperawatan : tidak ada
51

3.1.5.7 Koping –Toleransi terhadap Stress


Ny T mengatakan bila ada masalah ia slalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny.T
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.5.8 Nilai-Pola Keyakinan
Ny. T mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3.1.6 Sosial - Spiritual


3.1.6.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.6.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
3.1.6.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny.T selama diarawat di
rumah sakit.
3.1.6.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.6.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah suami dan anak-
anaknya.
3.1.6.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk masak dirumah dan bermain
dengan keluaga.
3.1.6.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadah Kebaktian dan membaca
alkitab bersama dengan suami dan abaknya , disaat sakit klien tidak bisa
beribadah.
52

3.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


Data penunjang : 18 Mei 2020
Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Leukosit 9.08 uL 4,0-10,0 uL
2 HGB 12 (g/dL) 12-16 dL
3 Trombosit 344 140-400 (10^3/uL)
4 Hematokrit 35 % P : 35-45%, L : 40-50%
5 GDS 163 76-110 mg/dL
6 Ureum 34 mg/dL 15-45 mg/dL
7 Kreatinin 0,6 P : 0,5-0,9 mg/dL,
L : 0,7-1,20 mg/dL)
8 HbsAg Negatif
9 Free T4 9.22 0,9-2,4 ng/ml
10 TSH 0,09 0,27-4,20 ml U/L

3.1.8 Penatalaksanaan Medis


Tanggal 19 Mei-30 Mei 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Ceftriaxone 2x 650mg IV Ceftriaxone adalah obat yang
digunakan untuk mengatasi
berbagai infeksi bakteri.
2 Infus Ringer Laklat 500 cc 15 IV menambah elektrolit tubuh
tpm untuk mengembalikan
keseimbangan tubuh.
3 Propylthiouracil 3x 300 mg Oral Propylthiouracil adalah obat
(PTU) yang digunakan untuk
menangani gejala gejala
keringat berlebih, berat badan
menurun, mudah emosi,
pembesaran kelenjar tiroid
serta tremor yang biasa
53

terdapat pada penyakit


hipertiroid dimana terdapat
banyak hormon tiroid dalam
tubuh
4 Propanolol 3x20 mg Oral Propranolol merupakan obat
yang digunakan untuk
mengobati tekanan darah
tinggi, kondisi jantung yang
tidak teratur, mencegah sakit
kepala migrain, nyeri dada,
dan untuk serangan jantung.

Palangka Raya, 19 Mei 2020


Mahasiswa,

Dhea Permatasari Iskandar


NIM: 2018.C.10a.0964
54

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan Produksi hormon tiroid
jantungnya berdebar-debar. meningkat
DO :
- Klien tampak sakit Hipermetabolisme tubuh
- Klien tampak cemas dan
gelisah Perubahan konduksi
- Klien tampak pucat listrik jantung
- Klien tampak tremor
- Klien tampak meringis Peningkatan kerja
Penurunan Curah
- Kulit klien teraba panas jantung
Jantung
- Tampak terpasang infus
RL 500 ml, 15 tpm, di Takikardi
tangan sebelah kiri Penurunan Curah
klien. Jantung
- TTV
TD : 140/110 mmHg
N : 130 x/menit
S : 38.0 0C
RR : 25 x/menit
DS : Klien mengatakan Produksi hormon tiroid Pola Nafas Tidak
sesak nafas. meningkat Efektif
DO :
- Irama pernafasan tidak Hipermetabolisme tubuh
teratur, dypsneu
- Terdapat pembesaran Kapasitas bronkus
nodul/gondok dileher meningkat
- Klien tampak cemas dan
gelisah Kebutuhan O2 meningkat
- Klien tampak pucat
- Klien tampak tremor Hiperventilasi
- Posisi berbaring klien
tampak semi-fowler Respirasi meningkat
- Tampak terpasang infus
RL 500 ml, 15 tpm, di Takipnea
55

tangan sebelah kiri Frekuensi nafas


klien. meningkat
- TTV
TD : 140/110 mmHg Sesak Nafas
N : 130 x/menit
S : 38.0 0C Pola nafas tidak efektif
RR : 25 x/menit
DS : Klien mengatakan mata Hipertiroidisme
melotot keluar sehingga Risiko Tinggi
penglihatan kabur, Peningkatan produksi T3 Gangguan Integritas
berkunang-kunang dan sulit dan T4 Jaringan
menutup matanya.
DO : Peningkatan
- Klien tampak sering pembentukan limfosit
menonjolkan matanya
- Klien tampak lemas, Edema jaringan
cemas dan gelisah retroorbital
- Tampak terpasang infus
RL 500 ml, 15 tpm, di Eksoftalmus
tangan sebelah kiri
klien. Protusi bola mata
- TTV menarik saraf optik
TD : 140/110 mmHg
N : 130 x/menit Gangguan penglihatan
S : 38.0 0C
RR : 25 x/menit Risiko tinggi terhadap
gangguan integritas
jaringan
DS : Klien mengatakan Produksi hormon tiroid Defisit Nutrisi
terkadang mual dan muntah meningkat
DO :
- Berat badan turun ( 55 Peristaltik usus
kg menjadi 50 kg) meningkat
- BB Klien turun namun
Nafsu makan bertambah Proses pembakaran
- Klien tampak lemas, lemak dan protein
cemas dan gelisah meningkat
- Klien tampak pucat
56

- Bising usus klien Suplai nutrisi tidak


normal 25x/menit adekuat
- Klien tampak tremor
- Tampak terpasang infus Mual dan muntah
RL 500 ml, 15 tpm, di
tangan sebelah kiri Defisit Nutrisi
klien.
- TTV
TD : 140/110 mmHg
N : 130 x/menit
S : 38.0 0C
RR : 25 x/menit

DS : Klien mengatakan mata Hipertiroidisme


melotot keluar sehingga Risiko Tinggi
penglihatan kabur, Peningkatan produksi T3 Gangguan Integritas
berkunang-kunang dan sulit dan T4 Jaringan
menutup matanya.
DO : Peningkatan
- Klien tampak sering pembentukan limfosit
menonjolkan matanya
- Klien tampak lemas, Edema jaringan
cemas dan gelisah retroorbital
- Tampak terpasang infus
RL 500 ml, 15 tpm, di Eksoftalmus
tangan sebelah kiri
klien. Protusi bola mata
- TTV menarik saraf optik
TD : 140/110 mmHg
N : 130 x/menit Gangguan penglihatan
S : 38.0 0C
RR : 25 x/menit Risiko tinggi terhadap
gangguan integritas
jaringan
57

PRIORITAS MASALAH

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,


keadaan hipermetabolisme, dan peningkatan kerja jantung dibuktikan
dengan jantung berdebar-debar, tekanan darah dan nadi meningkat, tremor,
cemas dan gelisah, wajah meringis dan pucat, posisi berbaring semi-
fowler, terpasang infus RL 500 ml, 15 tpm, di tangan sebelah kiri klien,
serta hasil pemeriksaan TTV : TD = 140 /110 mmHg, S =38,0 °C, N = 130
x/menit, RR = 25 x/ menit.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi hormon tiroid


meningkat dan peningkatan metablisme dibuktikan dengan sesak napas,
irama pernafasan tidak teratur, dypsneu, terdapat pembesaran nodul
dileher, lemas, gelisah, cemas, pucat, tremor, posisi berbaring semi-
fowler, terpasang infus RL 500 ml, 15 tpm, di tangan sebelah kiri klien,
serta hasil pemeriksaan TTV : TD = 140 /110 mmHg, S =38,0 °C, N = 130
x/menit, RR = 25 x/ menit.

3. Defisit nutrisi b.d peningkatan metabolisme dibuktikan dengan berat badan


menurun 10% dibawah rentang ideal, nafsu makan meningkat, mual dan
muntah, tremor, tampak cemas dan gelisah, wajah pucat, posisi berbaring
semi-fowler, terpasang infus RL 500 ml, 15 tpm, di tangan sebelah kiri
klien, serta hasil pemeriksaan TTV : TD = 140 /110 mmHg, S =38,0 °C,
N = 130 x/menit, RR = 25 x/ menit.

4. Risiko tinggi terhadap gangguan integritas jaringan berhubungan dengan


perubahan mekanisme perlindungan dari mata, kerusakkan penutupan
kelopak mata/eksoftalmus dibuktikan dengan mata tampak
menonjol/melotot keluar, kesulitan menutup mata, penglihatan kabur dan
berkunang-kunang, lemas, cemas, gelisah, posisi berbaring semi-fowler,
terpasang infus RL 500 ml, 15 tpm, di tangan sebelah kiri klien, serta hasil
pemeriksaan TTV : TD = 140 /110 mmHg, S =38,0 °C, N = 130 x/menit,
RR = 25 x/ menit.
58

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny.T
Ruang Rawat : Bougenville No. 5
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tekanan darah pada posisi 1. Hipotensi umum atau ortostatik dapat
jantung berhubungan keperawatan 1x7 jam dapat baring, duduk dan berdiri jika terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer yang berlebihan dan penurunan
dengan hipertiroid tidak mempertahankan curah jantung memungkinkan. Perhatikan
volume sirkulasi.
terkontrol, keadaan yang adekuat sesuai dengan besarnya tekanan nadi 2. Tanda adanya peningkatan kebutuhan
hipermetabolisme, dan kebutuhan tubuh dengan kriteria 2. Periksa kemungkinan adanya oksigen oleh otot jantung atau iskemia
3. S1 dan murmur yang menonjol b.d
peningkatan kerja hasil : nyeri dada atau angina yang
curah jantung meningkat pada keadaan
jantung dibuktikan - Nadi perifer dapat teraba dikeluhkan pasien. hipermetabolik.
dengan jantung normal 3. Auskultasi suara nafas, perhatikan 4. Dehidrasi yang cepat dapat terjadi
yang akan menurunkan volume
berdebar-debar, tekanan - TTV dalam batas normal adanya suara yang tidak normal
sirkulasi dan menurunkan curah
darah dan nadi - Pengisian kapiler normal (seperti krekels). jantung.
meningkat, tremor. - Status mental baik 4. Observasi tanda dan gejala haus 5. Kehilangan cairan yang terlalu banyak
- Tidak ada disritmia yang hebat,mukosa membran dapat menimbulkan dehidrasi berat.
6. Bekerja sama dengan dokter dalam
kering, nadi lemah, penurunan
pemberian dosis obat sesuai indikasi
produksi urine dan hipotensi.
dan tindakan dependen perawat,
5. Kolaborasi pemberian antiaritmia
dimana antiaritmia dapat menurunkan
denyut jantung berdetak normal dan
mencegah keadaan yang semakin
memburuk.
59

2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor kecepatan, irama, 1. Mengetahui & memastikan kepatenan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam masalah bunyi nafas, kedalaman dan jalan nafas.
produksi hormon tiroid pola nafas tidak efektif klien kesulitan bernafas. 2. Mengetahui nilai normal tanda-tanda
meningkat dan dapat teratasi dengan kriteria 2 Monitor tanda-tanda vital. vital & mencegah komplikasi.
hipermetaboisme hasil : 3 Kaji distensi abdomen 3. Dengan mengukur lilitan atau lingkar
dibuktikan dengan - Klien tidak mengeluh sesak 4 Catat pergerakan dada, abdomen.
Ny.T sesak napas. nafas di saat beraktivitas penggunaan otot-otot bantu 4. Mengetahui perkembangan status
- Klien menjadi rileks dan nafas, dan retraksi pada otot kesehatan pasien dan mencegah
bugar supraclaviculas dan intercosta. komplikasi lanjutan. Catat hasil guna
- Irama pernafasan menjadi 5 Posisikan semi-fowler tidak keliru memberikan terapi.
teratur 6 Auskultasi suara nafas, catat 5. Dapat mengurangi sesak nafas klien &
- Tidak ada suara nafas area yang ventilasinya membantu ekspansi paru.
tambahan. menurun atau tidak adanya 6. Mengetahui perkembangan status
- TTV dalam batas normal suara nafas buatan. kesehatan pasien dan mencegah
7 Kolaborasi dengan tenaga komplikasi lanjutan
medis lainnya dalam 7. Menentukan dalam pemberian
memberikan dosis oksigen. kebutuhan oksigen yang tepat,
mencegah hipoksia, menurunkan
tekanan pada diafragma.
60

3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Ketahui makanan kesukaan 1. Makanan kesukaan biasanya
peningkatan keperawatan 1x7 jam masalah pasien meningkatkan selera makan.
metabolisme dibuktikan defisit nutrisi dapat teratasi 2. Monitor kandungan nutrisi 2. Penurunan BB terus menerus dalam
dengan berat badan dengan kriteria hasil : dann kalori asupan makanan, keadaan masukan kalori yang cukup
menurun 10% dibawah - Menunjukan berat badan berat badan, dan frekuensi merupakan indikasi kegagalan
rentang ideal, nafsu yang stabil, disertai nilai muntah. terhadap terapi antitiroid.
makan meningkat, mual laboratorium normal dan 3. Timbang BB Setiap hari. 3. Mengawasi keefektifan rencana diet.
dan muntah. terbebas dari tanda-tanda 4. Berikan menawarkan 4. Menurunkan rangsangan muntah dan
malnutrisi. bimbingan terhdap pilihan atau nutrisi terpenuhi, setidaknya asupan
- Pernyataan motivasi kuat makanan yang lebih sehat, jika nutrisi ada masuk kedalam tubuh
untuk memenuhi kebutuhan diperlukan. walaupun sedikit.
nutrisinya. 5. Ciptakan lingkungan yang 5. Untuk dapat meningkatkan nafsu
- Peningkatan berat badan optimal pada saat makan.
mengonsumsi makanan 6. Membuat waktu makan lebih
(misalnya, bersih, berventilasi, menyenangkan, yang dapat
santai, dan benar dari bau yang meningkatkan nafsu makan.
menyengatmakanan/ minuman 7. Untuk meningkatkan selera makan
sedikit tapi sering. pasien.
6. Berikan makanan/ minuman 8. Agar klien dapat memenuhi
sedikit tapi sering. kebutuhan nutrisi dan energi secara
7. Anjurkan keluarga untuk mandiri.
membawa makanan favorit 9. Berguna dalam memenuhi kebutuhan
pasien sementara berada di nutrisi individu dengan diet yang
61

rumah sakit atau fasilitas paling tepat serta pemasukkan zat-zat


perawatan, yang sesuai. makanan yang adekuat.
8. Berikan informasi mengenai
kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya.
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
(jika perlu) jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan
4 Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi edema periorbital, 1. Manifestasi umum dari stimulasi
gangguan integritas keperawatan 1x7 jam masalah gangguan penutupan kelopak adrenergik yang berlebihan b.d
jaringan berhubungan gangguan integritas jaringan mata, lapang pandang tirotoksikosis yang memerlukan
dengan perubahan klien dapat teratasi dengan penglihatan sempit, air mata intervensi pendukung sampai resolusi
mekanisme kriteria hasil : yang berlebihan. Catat adanya krisis dapat menghilangkan
perlindungan dari mata, - Mempertahankan fotophobia, rasa adanya benda simtomatologis.
kerusakkan penutupan kelembaban membran di luar mata dan nyeri pada 2. Oftalmopati infiltratif (Graves disease)
kelopak mukosa terbebas dari ulkus mata. adalah akibat dari peningkatan jaringan
mata/eksoftalmus - Mampu mengidentifikasi 2. Evaluasi ketajaman mata, retro-orbita, yg menciptakan
dibuktikan dengan mata tindakan untuk memberikan laporkan adanya pandangan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari
tampak perlindungan pada mata mata kabur atau pandangan otot ekstraokuler yang menyebabkan
menonjol/melotot ganda (diplopia). kelelahan.
keluar, kesulitan 3. Anjurkan pasien menggunakan 3. Melindungi kerusakkan kornea jika
menutup mata, kacamata gelap ketika pasien tidak dapat menutup mata
terbangun dan tutup dengan
62

penglihatan kabur dan penutup mata selama tidur dengan sempurna karena edema atau
berkunang-kunang sesuai kebutuhan. fibrosis bantalan lemak.
4. Bagian kepala tempat tidur di 4. Menurunkan edema jaringan bila ada
tinggikan dan batasi komplikasi seperti GJK yang dapat
pemasukan garam jika ada memperberat eksoftalmus.
indikasi. 5. Memperbaiki sirkulasi dan
5. Instruksikan agar pasien mempertahankan gerakan mata.
melatih otot mata ekstraokuler 6. Bekerja sama dengan dokter dalam
jika memungkinkan. pemberian dosis obat sesuai indikasi
6. Kolaborasi berikan obat sesuai dan tindakan dependen perawat,
indikasi : obat tetes mata dimana antitiroid dapat menurunkan
metilselulosa, ACTH, tanda gejala dan mencegah keadaan
prednison, obat anti tiroid, yang semakin memburuk
diuretik.
63

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Selasa, 19 Mei 2020 1. Memantau tekanan darah pada posisi S = Ny. T mengatakan jantung berdebar-
Jam 08.00 WIB baring, duduk dan berdiri jika debar berkurang saat meminum obat
memungkinkan. Perhatikan besarnya antiaritmia.
tekanan nadi O=
2. Memeriksa kemungkinan adanya nyeri • Klien tampak rileks, tidak tremor
dada atau angina yang dikeluhkan pasien. dan tenang.
• Suhu tubuh tidak panas lagi.
3. Mengauskultasi suara nafas, perhatikan
• Nyeri dada berkurang
adanya suara yang tidak normal (seperti • Tidak ada suara nafas tambahan. Dhea Permatasari
krekels). • Haus dan produksi urine klien Iskandar
4. Mengobservasi tanda dan gejala haus terpenuhi
• Sudah diberi obat oral Propanolol
yang hebat,mukosa membran kering, nadi
3x20 mg.
lemah, penurunan produksi urine dan • TTV
hipotensi. TD : 120/90 mmHg
5. Berkolaborasi pemberian antiaritmia N : 100 x/menit
S : 37,5 0C
RR : 20 x/menit

A = Masalah teratasi sebagian


P = lanjutkan intervensi selanjutnya (1,2,
dan 5)
64

2. Rabu, 20 Mei 2020 1. Memonitor kecepatan, irama, bunyi S = Ny. T mengatakan terkadang sesak
Jam 10.00 WIB nafas, kedalaman dan kesulitan nafas tiba-tiba tetapi terasa berkurang
bernafas. dari sebelumnya dan mampu bernafas
2. Memonitor tanda-tanda vital. normal.
3. Mengkaji distensi abdomen O=
4. Mencatat pergerakan dada, penggunaan • Klien tampak rileks dan tenang Dhea Permatasari
otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada • Klien terbaring lemah, pucat. Iskandar
• Tremor berkurang,
otot supraclaviculas dan intercosta.
• Ada pembesaran nodul dileher.
5. Memposisikan semi-fowler • Keluarga bisa mempraktekan posisi
6. Mengauskultasi suara nafas, catat area semi-fowler.
yang ventilasinya menurun atau tidak • Irama pernafasan menjadi teratur
• Tidak ada suara nafas tambahan.
adanya suara nafas buatan.
• TTV
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis TD : 110/80mmHg
lainnya dalam memberikan dosis N : 100 x/menit
oksigen, jika perlu S : 37.5 0C
RR : 20 x/menit

A = Masalah teratasi sebagian


P = lanjutkan intervensi selanjutnya (1,2,4,
6 dan 7)
3. Rabu, 20 Mei 2020 1. Mengetahui makanan kesukaan pasien S = Ny. T mengatakan tidak mual dan
Jam 14.00 WIB 2. Memonitor kandungan nutrisi dann muntah Dhea Permatasari
kalori asupan makanan, berat badan, dan O = Iskandar
frekuensi muntah. • Nafsu makan membaik dan
seimbang
65

3. Menimbang BB Setiap hari. • Berat badan menjadi normal


4. Menawarkan bimbingan terhadap mengalami peningkatan.
pilihan atau makanan yang lebih sehat, • Tidak tremor lagi
jika diperlukan. • Klien tampak bugar dan rileks dan
5. Menciptakan lingkungan yang optimal tenang
pada saat mengonsumsi makanan • Makanan yang diberikan
(misalnya, bersih, berventilasi, santai, dihabiskan,walaupun sedikit-sedikit
dan benar dari bau yang tapi sering.
menyengatmakanan/ minuman sedikit • sudah diberikan nutrisi sesuai
tapi sering. kebutuhan dari ahli gizi
6. Memberikan makanan/ minuman sedikit • Keluarga Ny.T tampak mengikuti
tapi sering. anjuran
7. Menganjurkan keluarga untuk
• TTV
membawa makanan favorit pasien TD : 110/80mmHg
sementara berada di rumah sakit atau N : 100 x/menit
fasilitas perawatan, yang sesuai. S : 37.5 0C
RR : 20 x/menit
8. Memberikan informasi mengenai
kebutuhan nutrisi dan bagaimana A = Masalah teratasi
memenuhinya. P = Intervensi terselesaikan
9. Berkolaborasi dengan ahli gizi (jika
perlu) jumlah kalori dan jenis zat gizi
yang dibutuhkan.
66

4. Kamis,21 Mei 2020 1. Mengobservasi edema periorbital, S = Ny. T mengatakan masih belum mampu
Jam 16.00 WIB gangguan penutupan kelopak mata, menutup mata dan penglihatan masih
lapang pandang penglihatan sempit, air kabur
mata yang berlebihan. Catat adanya O =
fotophobia, rasa adanya benda di luar • Klien tampak sering menonjolkan
mata dan nyeri pada mata. matanya
• Klien tidak dapat menutup matanya
2. Mengevaluasi ketajaman mata, laporkan
• Klien terbaring lemah, gelisah, dan
adanya pandangan mata kabur atau cemas
pandangan ganda (diplopia). • Pasien dan keluarga mengikuti
3. Menganjurkan pasien menggunakan anjuran menggunakan kacamata
gelap
kacamata gelap ketika terbangun dan Dhea Permatasari
• Posisi tidur semifowler
tutup dengan penutup mata selama tidur • Latihan otot mata ekstraokuler sudah Iskandar
sesuai kebutuhan. dilaksanakan
4. Bagian kepala tempat tidur di tinggikan • Sudah diberikan obat tetes mata
metilselulosa
dan batasi pemasukan garam jika ada
• TTV
indikasi. TD : 90/60 mmHg
5. Menginstruksikan agar pasien melatih N : 100 x/menit
S : 38.5 0C
otot mata ekstraokuler jika
RR : 40 x/menit
memungkinkan.
6. Berkolaborasi berikan obat sesuai A = Masalah teratasi sebagian
indikasi : obat tetes mata metilselulosa, P = lanjutkan intervensi selanjutnya (1,2
ACTH, prednison, obat anti tiroid, dan 5 )
diuretik.
67

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi
dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut (Tarwoto,dkk.2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi
hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat
dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan
peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi
Hipertiroid adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal
jantung, Stromatiroid (tirotoksikosis)

4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan hipertiroid hendaknya dengan hati-hati, cermat
dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya hipertiroid, perawat
harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi
yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus
mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung
adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganan hipertiroid.

67
68

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mardika.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
Panitia S.A.K Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana
penulisan.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Jakarta: EGC
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. Diakses dari http://emedicine.medscape.com pada tanggal
17 mei 2020)
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Tarwoto, dkk. 2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system
endokrin.Jakarta: CV Trans Info Media.
Wartunah,Tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia proses
keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

68

Anda mungkin juga menyukai