Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PERAWATAN LANJUT USIA YANG DIHUBUNGKAN DENGAN


APLIKASI TRANSCULTURAL NUSRING

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Yoga Pramana, S.Kep.,M.Or.

DISUSUN OLEH
1. Deni Mispansyah I1031191013
2. Alfa Naufal Barri Mubarok I1031191020
3. Rahmadi I1031191022
4. Ihsan Hadi Nugroho I1031191032
5. Syahrul Putra I1031191045
6. Novita Tri Rezeki I1031191046
7. Nada Westy Nurahayu I1031191048
8. Fadhlia I1031191050

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata
kuliah PSIKOSOSIAL DAN KEBUDAYAAN.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen mata kuliah PSIKOSOSIAL DAN KEBUDAYAAN yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 29 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

a. Latar Belakang.........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................................5
c. Tujuan......................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................7

a. Landasan Teori........................................................................................................7
1. Pengertian Lanjut Usia......................................................................................7
2. Proses Penuaan..................................................................................................8
3. Teori-Teori Mengenai Proses Menjadi Tua.......................................................9
4. Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.........................................................11
5. Karakteristik Lanjut usia...................................................................................14
6. Transcultural Nursing........................................................................................15
7. Sunrise Model Leininger...................................................................................19
8. Factor-Faktor Pengkajian Cultural Nursing......................................................20
9. Cultural Care Preservation or Maintenance.......................................................23
10. Pendekatan Keperawatan pada Lansia...............................................................25
b. Kasus.......................................................................................................................26
c. Hasil Pembahasan Kasus.........................................................................................26

BAB III PENUTUP.............................................................................................................28

a. Kesimpulan .............................................................................................................28
b. Saran .......................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan atau menua adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normal Nya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita proses
manual merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup proses
manual setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya ada
kalanya orang belum tergolong lanjut usia atau masih muda tetapi
mengalami kekurangan kekurangan yang menyolok atau di koperasi
menjadi tua merupakan kewajiban yang harus dijalankan semua Insan di
dunia namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
proses penuaan dapat diperlambat atau dicegah menjadi tua atau again
adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-
lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur serta fungsi normalnya akibatnya tubuh tidak dapat bertahan
terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut proses penuaan
ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh meliputi organ tubuh seperti
Jantung paru-paru ginjal indung telur otak dan lain-lainnya juga organ
terluar dan terluas tubuh yaitu kulit. Teori biologis di antaranya sebagai
berikut teori genetik dan mutase, teori interaksi seluler, teori replikasi
DNA, teori ikatan silang, teori radikal bebas reaksi, reaksi dari kekebalan
sendiri, teori kejiwaan sosial sendiri atas aktivitas atau kegiatan,
kepribadian berlanjut, teori pembebasan, teori subkultur, teori stasi kasi
usia, teori dari penyesuaian individu dengan lingkungan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penuaan yaitu hereditas (keturunan atau genetic),
nutrisi (makanan ), status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan
stress. masalah pada proses penuaan meliputi perubahan dari tingkat sel
sampai ke semua sistem organ tubuh diantaranya sistem pernapasan,

1
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
musculoskeletal, gastrointestinal, genitalia urinaria, endokrin dan
integument Proses penuaan pada lansia terjadi seiring bertambahnya umur
lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait aspek kesehatan,
ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu perlunya peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami
proses penuaan yang ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik
sehingga rentan terhadap penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi
pada lansia yakni penurunan sistem tubuh seperti sistem saraf, perut,
limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera seperti penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan kemampuan
motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini
berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari
hari dan terhadap status keschatannya. Data dari Riskesdas 2013
menyebutkan bahwa penyakit yang banyak terjadi pada lansia yaitu
Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, artritis, stroke,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan DiabetesMellitus (DM).
Selain berdampalk pada kondisi fisik lansia, proses penuaan juga
berdampak pada kondisi psikologisnya.Secara ekonomi, umumnya lansia
dipandang sebagai beban daripada sumber daya. Sedangkan secara sosial,
kehidupan lansia dipersepsikan negatif yaitu dianggap tidak banyak
memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Stigma yang
berkembang di masyarakat tersebut membuat lansia mengalami penolakan
terhadap kondisinya dan tidak bisa beradaptasi di masa tuanya, sehingga
akan berdampak pada kesejahteraan hidup lansia.Peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan untuk mewujudkan lansia yang
sehat, berkualitas, dan produktif di masa tuanya. Pelayanan kesehatan pada
lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra lansia (45-59 tahun).
Saat ini diketahui bahwa peningkatan pertumbuhan penduduk lansia
menjadi salah satu masalah yang besar terkait dengan masalah sosial dan
kesehatan di berbagai negara (Cook &Halsall, 2012). Kondisi ini juga

2
terjadi pada penduduk di Indonesia bahkan lebih cepat dibandingkan
dengan banyak negara lain, sehingga telah menyebabkan Badan Pusat
Statistik menjadikan abad 21 sebagai abad lansia bagi bangsa Indonesia.
Indonesia akan mengalami peningkatan lansia sebesar 41,4% padatahun
2025 yangmerupakan angka peningkatan tertinggi di dunia (Depkes,
2013). Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki
peringkat ke empat dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup
diatas 70 tahun. Berdasarkan jumlah penduduk usia lanjut (60 tahun ke
atas) di Asia untuk Indonesia memperoleh peringkat ke empat yaitu pada
tahun 2010 jumlah penduduk usia lanjut 8,8% diperkirakan menjadi24,5 %
tahun 2050 sedangkan Negara lain Korea 42,6 %, Cina 35,2 %
danVietnam 27,7 9% (Robert, 2014).
Presepsi masyarakat mengenai terjadinya proses penuaan yaitu
terkadang berbeda satu sama lain tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Mereka yang memiliki
pandangan positif soal menjadi tua hidup lebih panjang dan menjalani
masa tuanya dengan lebih baik dan Orang-orang itu tidak rentan terhadap
depresi dan kecemasan. Mereka juga menunjukkan peningkatan
kesejahteraan dan pulih lebih cepat dari penyakit. Tetapi bagi mereka yang
berpandangan negative maka penuaan atau menua adalah suatu hal yang
memalukan karena kulit menjadi keriput, dan badan menjadi bungkuk
serta rambut memutih karena uban,. Penuaan memiliki dampak signifikan
pada masyarakat . Orang-orang dari berbagai usia cenderung berbeda
dalam banyak aspek, seperti tanggung jawab hukum dan sosial, pandangan
hidup, dan persepsi diri. Kaum muda cenderung memiliki lebih sedikit hak
hukum (jika mereka di bawah usia mayoritas ), mereka lebih cenderung
mendorong perubahan politik dan sosial, mengembangkan dan
mengadopsi teknologi baru, dan membutuhkan pendidikan. Orang tua
memiliki persyaratan yang berbeda dari masyarakat dan pemerintah, dan
seringkali memiliki nilai yang berbeda pula, seperti untuk hak milik dan
hak pensiun. Orang yang lebih tua juga cenderung memilih, dan di banyak

3
negara kaum muda dilarang memilih. Dengan demikian, kaum lansia
memiliki pengaruh politik yang relatif lebih, atau setidaknya berbeda.
Dalam masyarakat yang berbeda, usia dapat dilihat atau diperlakukan
secara berbeda. Misalnya, usia dapat diukur mulai dari konsepsi atau sejak
lahir, dan mulai pada usia nol atau usia satu. Transisi seperti mencapai
pubertas , usia mayoritas, atau pensiun seringkali penting secara sosial.
Konsep penuaan yang berhasil dan penuaan yang sehat mengacu pada
aspek sosial dan fisik dari proses penuaan. Jika dikaitan dengan
kebudayaan kita dapat mengambil salah satu contoh yaitu budaya inut,
Budaya Inuit adalah contoh di mana ulang tahun tidak dirayakan karena
kedewasaan tidak ditandai dalam hal tahun. Budaya Navajo adalah satu
lagi di mana usia tidak dihitung selama bertahun-tahun berlalu sejak lahir.
Dalam hal ini, usia diukur melalui tonggak tertentu dalam kehidupan
seseorang, seperti saat pertama kali mereka tertawa. Dalam budaya di
mana usia tidak diukur dengan tahun sejak lahir, sebagian besar individu
tidak tahu berapa usia mereka dalam tahun. Orang-orang dalam budaya ini
mungkin lebih penting dalam aspek lain dari kelahiran mereka, seperti
musim, praktik pertanian, atau koneksi spiritual yang terjadi ketika
mereka dilahirkan. Suatu budaya juga dapat memilih untuk menempatkan
penekanan yang lebih besar pada garis keturunan keluarga daripada usia,
seperti yang dilakukan dalam masyarakat Maya. Orang dewasa Maya tidak
akan menentukan tanggung jawab dan status anak dalam hal usia
berdasarkan tahun, melainkan oleh senioritas relatif terhadap orang lain
dalam keluarga atau komunitas. Tujuan utama menghitung usia dalam hal
tahun sejak kelahiran adalah untuk kenyamanan pengelompokan individu
berdasarkan usia, seperti yang diperlukan dalam masyarakat industri.
Praktik medis dan sekolah wajib yang dihasilkan dari industrialisasi
sebagian besar diperhitungkan dalam kebutuhan untuk menghitung usia
dalam hal tahun sejak lahir. Bahkan di masyarakat kebarat-baratan seperti
Amerika Serikat, usia dalam hal tahun sejak kelahiran tidak dimulai
sampai pertengahan 1800-an.

4
Memahami budaya yang dianut oleh klien/keluarga merupakan
salah satu kunci keberhasilan dalam memberikan pelayanan keperawatan
yaitu dengan pendekatan transkultural. Hal ini didasarkan pada ilmu dan
kiat yang mencakup pemberian pelayanan secara bio-psiko-sosio-kultural
dan spiritual secara komprehensif baik menghargai perilaku caring, nilai-
nilai keyakinan tentang sehat-sakit, pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan pengetahuan yang ilmiah dan humanistik (Sunaryo,
2014). Proses keperawatan digunakan karena merupakan suatu pendekatan
yang terorganisasi dan sistematis dalam menelaah respons klien.
Pengkajian dilakukan sesuai dengan latar belakang budaya klien,
pengkajian dilakukan berdasarkan pada tujuh komponen yang ada pada
“sunrise model”, tujuh komponen dimensi budaya dan struktur sosial yang
saling berinteraksi diantaranya faktor teknologi, faktor agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan keterikatan keluarga, faktor nilai budaya dan gaya
hidup, faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi, faktor
pendidikan (Sudiharto, 2007).
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang
berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama
dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan (cultural nursing approach). Transkultural adalah suatu
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pelayanan keperawatan

5
transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lanjut usia?
2. Apa perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Apa itu transcultural nursing?
4. Apa karakteristik lanjut usia?
5. Apa factor-faktor pengkajian cultural nursing
6. Bagaimana pandangan perawat terhadap perawatan lanjut usia?
7. Bagaimana peran perawat dalam menangani perbedaan budaya dan
perbedaan pendapat dan persepsi lanjut usia dalam hal kesehatan,
sehingga bisa merubah cara pandang pada perawatan lanjut usia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lanjut usia
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Untuk mengetahui transcultural nursing
4. Untuk mengetahui karakteristik lanjut usia
5. Untuk mengetahui factor-factor pengkajian cultural nursing
6. Untuk mengetahui peran perawat dalam menangani perbedaan budaya
dan perbedaan pendapat dan persepsi lanjut usia dalam hal kesehatan,
sehingga bisa merubah cara pandang pada perawatan lanjut usia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Lanjut Usia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki


tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan.(Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah,
2016).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses


menjadi tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain (Kholifah, 2016).

Pengertian lanjut usia (lansia) menurutUndang-Undang No. 13


tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah
seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.Lansia merupakan

7
periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Melewati masa ini,
lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang
lebih baik dan semakin matang. Lansia adalah periode dimana
organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam
ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya
sejalan dengan berjalannya waktu (Suardiman, 2011).

Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup


seseorang, yakni suatu periode dimana seseorang telah "beranjak jauh"
dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari
waktu yang lebih bermanfaat. Usia enam puluh biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Selain itu,
usia enampuluh digunakan sebagai usia pensiun dan sebagai tanda
dimulainya usia lanjut.

2. Proses Penuaan

Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang


bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur
maka fungsi organ juga mengalami penurunan. Banyak factor yang
dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA,
respon terhadap stres dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya
faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai macam
penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan
kimiawi. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas
metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya
kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et.al, 2016).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya


perlahan-lahan kemampuan jaringan lunak untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita hal ini dipicu oleh laju peningkatan reaksi radikal bebas

8
dan sistem penawar racun yang semakin berubah seiring berjalannya
usia. Kecepatan proses penuaan pada setiap individu berbeda-beda
tergantung sikap dan kemauan dalam mengendalikan proses penuaan.
Dalamhal ini pola hidup seseorang akan memberikan andil cukup
besar dalam prosespenuaan. Tidak jarang seseorang yang berusia lanjut
tetap semangat, energik,optimis dan tidak merasa tua bahkan selalu
berusaha mempertahankan diri untuk dapat tampil lebih muda.
(Darmojo. 2006).

Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa


alamiah yang tidak terhindarkan dan menjadi manusia lanjut usia
(lansia) yang sehat merupakan suatu rahmat. Menjadi tua adalah suatu
proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok, penuaan
akan terjadi di semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem
akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama.

3. Teori-Teori Mengenai Proses Menjadi Tua

Sehubungan dengan pendapat dan pandangan yang berbeda-


beda, maka terbentuklah teori mengenai proses menjadi tua yang
berbeda-beda pula. Decker dalam bukunya Social Gerontology
mengemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan proses menjadi
tua:

1) Teori Aktifitas (Activity Theori)

Teori aktivitas dikembangkan oleh sekelompok sosiolog di


Amerika. Teori aktivitas khususnya aktivitas sosial adalah esensi
hidup seseorang. dan berlaku bagi semua orang dari semua
sosialTeori aktivitas dikembangkan bahwa beranggapan aktivitas
tingkatan usia. Melalui hubungan social seseorang akan
memperoleh kebermaknaan hidup. Aktivitas social begitu
pentingnya sehingga banyak sedikitnya aktivitas sosial ikut
menentukan apakah seorang lanjut usia dapat mencapai masa tua
yang bahagia (optimum aging) atau tidak.

9
Teori aktivitas beranggapan bahwa orang lanjut usia harus
bisa tetap aktif dalam dunia sosial bila dia ingin hidup bahagia dan
mempunyai harga diri yang tinggi. Paham teori aktivitas
beranggapan bahwa dalam masa usia lanjut orang sering
mengalami keadaan yang bertentangan dengan kebutuhan
psikisnya yaitu misalnya dia dipensiun dan dilepas oleh masyarakat
padahal dia masih senang aktif dan mempunyai hubungan sosial
yang banyak,sehingga dia memperoleh kepuasan hidup (ife
satisfaction) yang rendah.

2) Teori Pelepasan (disengagement theory)

Teori pelepasan dipelopori oleh Elaine Cumming dan


William E. Henry. Bila teori aktivitas berpendapat bahwa aktivitas
sosial membuat orang lanjut usia bahagia, maka teori pelepasan
justru beranggapan bahwa orang Lanjut usia ingin melepaskan diri
dari segala ikatan dan tanggung jawab sosial. Aktivitas yang
dilakukan bukan lagi aktivitas yang other directed atau goal
oriented. Dalam hal ini terjadi pelepasan dari dua arah, yaitu
masyarakat melepaskan orang lanjut usia, misalnya dipensiun dan
orang lanjut usia sendiri memang sudah menginginkan pelepasan
tersebut.

3) Teori Stratifikasi Usia (age stratification theory)

Orang-orang yang mempelopori teori ini adalah Matilda


White Riley dan Barron. Masyarakat terbagi dalam kelompok-
kelompok usia, setiap orang termasuk dalam kohort usia tertentu
(kelas usia). Dalam masyarakat tersebut, orang lanjut usia
diperlakukan berbeda oleh kaum muda, misalnya disediakan
tempat tertentu yang nyaman pada pesta atau upacara- upacara,
sikap masyarakat sangat menghargai para lanjut usia.

Menurut teori strtifikasi usia, maka kelompok usia memiliki


dua dimensi :

10
a) Dimensi Perjalanan Hidup

Seseorang merupakan anggota berbagai kelompok


usis yang berbeda tergantung kelompok usia lamanya dia
hidup. Orang-orang yang tergabung dalam kelompok usia
yang sama pada umumnya juga mempunyai sejarah
biologis yang sama serta beberapa pengalaman yang sama,
misalnya dalam perannya sebagai pekerja, orang tua
mungkin juga akan mempunyai pengalaman yang sama di
masa depan.

b) Dimensi Historis

Dimensi historis memandang setiap kelompok usia


berbeda satu dengan yang lain.Setiap kelompok usia
telah mengalami zaman- zaman tertentu dengan
berbagai keadaan dan sifatnya yang khusus,
sehingga diduga bahwa mereka dari kohurt usia
yang sama akan mempunyai sifat yang sama pula.
Keadaan yang misalnya zaman kolonial Belanda,
diikuti zaman pendudukan Jepang. kemudian zaman
kemerdekaan akan memberikan cirri-ciri tersendiri
pada kelompok orang yang sama-sama mengalami
beberapa zaman tersebut.

4. Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,


social, dan psikologis.

1) Perubahan Fisik
a) Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan
penurunan tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih
pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan
pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit

11
menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa
lemak bertambah.
b) Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi
adanya penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan
memompa darah (kontraksi dan volume) elastisistas
pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c) Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan
usia yang mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu
penurunan elastisitas paru, otot-otot pernapasan
kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.
d) Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia
mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana
epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut
menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki
tumbuh seperti tanduk.
e) Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur
dan fungsi sistem saraf. Saraf pancaindra mengecil
sehingga fungsi menurun serta lambat dalam merespon dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress,
berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.
f) Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca
monopause yang dapat mengalami kehilangan densitas
tulang yang masif dapat mengakibatkan osteoporosis,
terjadi bungkuk (kifosis), persendian membesar dan

12
menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
dan mengalami sklerosis.
g) Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus,
terjadi penurunan asam lambung, peristaltik menurun
sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung
mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan.
h) Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada
aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus
menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i) Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang
dapat menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya
menurun, dan terjadi retensi urine
j) Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran
timpani atrofi yang dapat menyebabkan ganguan
pendengaran dan tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
k) Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang
menurun terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak
(Siti dkk, 2008).

2) Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi


terhadap kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai
kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi
tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang
negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut
menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang
sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun

13
terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi
(Fatimah, 2010).

3) Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses


berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan
jangak pendek dan baru merrupakan hal yang sering terjadi
(Fatimah 2010).

4) Perubahan Sosial

Post power syndrome, single woman,single parent,


kesendirian, kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka
muncul perasaan kapan meninggal.

5. Karakteristik Lanjut Usia

Seperti halnya periode dalam rentang kehidupan seseorang.


usia lanjut ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis
tertentu.Menurut Hurlock (1980) ciri-ciri usia lanjut (lansia) dapat
menentukan sampai sejauhmana pria atau wanita akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk. Berikut diuraikan beberapa
ciri-ciri usia lanjut:

1) Usia Lanjut merupakan Periode kemunduran

periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan


mental terjadi secara perlahan dan bertahap. Kemunduran itu
sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian psikologis.
Penyebab kemunduran dari faktor itu merupakan suatu perubahan
pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus. Kemunduran
dapat juga mempunyai penyebab psikologis.

2) Perbedaan Individual pada efek Menua

14
Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka
mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosio-ekonomi dan latar
pendidikan yang berbeda dan pola hidup yang berbeda. Bila
perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, maka perbedaan
tersebut akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap
situasi yang sama.

3) Usia Tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Pada waktu usia anak mencapai remaja, menilai usia lanjut


dalam cara yang sama dengan cara penilaian orang dewasa, yaitu
dalam hal penampilan diri dan apa yang dapat dan tidak dapat
mereka lakukan.

4) Berbagai Stereotipe Orang Lanjut Usia

Terdapat banyak stereotip orang lanjut usia dan banyak


kepercayaan tradisional tentang kemampuan fisik dan mental.
Stereotipe yang paling umum yaitu: pertama, cenderung
melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan.
Kedua, orang yang berusia lanjut sering diberi tanda dan diartikan
orang secara tidak menyenangkan.

5) Sikap social terhadap Usia Lanjut

Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh


besar terhadap sikap sosial. Arti penting tentang sikap terhadap
usia lanjut mempengaruhi cara memperlakukan orang usia lanjut.

6) Orang Usia Lanjut Mempunyai Status kelompok Minoritas

Walaupun ada fakta bahwa jumlah usia lanjut bertambah


banyak, tetapi status mereka dalam kelompok minoritas, yaitu
suatu status yang dalam beberapa hal mengecualikan mereka untuk
berinteraksi dengan kelompok lain dan memberinya sedikit
kekuasaan atau bahkan tidak memperoleh kekuasaan apapun.

15
6. Transcultural Nursing

Transcultural nursing merupakan cabang keperawatan yang


berfokus pada studi banding dan analisis budaya sehubungan dengan
keperawatan dan praktek perawatan sehat-sakit, keyakinan, dan nilai-
nilai dengan tujuan untuk memberikan layanan perawatan bermakna
dan berkhasiat untuk orang menurut nilai-nilai budaya mereka dan
konteks sehat-sakit. (Gonzalo, 2011). Konsep model yang dikenal
dengan sunrise model dari Leininger merupakan salah satu teori yang
diaplikasikan dalam praktik keperawatan transkultural. Leininger
mendefinisikan transcultural nursing sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring,
nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku
dengan tujuan perkembangan ilmu pengetahuan dan humanistic body
of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal
dalam keperawatan. (Pratiwi, 2011). Dasar-dasar dalam transcultural
nursing terdiri atas:

a) Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok


yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu
waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin
kembali lagi.

16
d) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap budayanya adalah yang terbaik.
e) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang
lazim.
f) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang orang, dan saling memberikan
timbal balik di antara keduanya.
h) Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
i) Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengajarkan individu, keluarga,
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j) Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan
untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga, kelompok untuk memepertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan
dan mencapai kematian dengan damai.
k) Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai di
atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. (Pratiwi, 2011).

17
Dalam penerapan asuhan keperawatan transkultural, seorang
perawat perlu memahami paradigma keperawatan transkultural, yaitu cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral, yaitu: manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
(Sutria, 2013).

a) Manusia sebagai klien

Definisi manusia, keluarga dan masyarakat dari perspektif


transkultural adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan tindakan. Menurut Leininger (1984),
manusia baik di dalam keluarga ataupun di suatu kelompok
masyarakat memilki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada saat di manapun dia berada.

b) Kesehatan/ sehat-sakit

Menurut Leininger dalam Sutria (2013), kesehatan adalah


keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat-sakit. Sedangkan
kesehatan/sehat-sakit dalam perspektif transcultural nursing
diartikan dalam konteks budaya masing-masing, pandangan
masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok
kebudayaannya, demikian juga teknologi dan nonteknologi
pelayanan kesehatan yang diterima bergantung pada budaya nilai
dan kepercayaan yang dianutnya. Persepsi sehat-sakit ini meliputi
persepsi individu maupun kelompok.\

c) Lingkungan

Lingkungan dalam perspektif budaya didefinisikan sebagai


keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai

18
suatu totalitas kehidupan di mna klien dengan budayanya saling
berinteraksi.

d) Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional


yang merupakan bagian integrasi dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Sutria, 2013).

e) Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian


kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sesuai latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
untuk memandirikan sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
dilakukan dalam asuhan keperawatan transkultural adalah
perlindungan/ mempertahankan, mengakomodasi/ menegosiasi
budaya, dan mengubah atau mengganti budaya klien. (Sutria,
2013).

7. Sunrise Model Leininger

Sunrise model Leininger merupakan suatu teori yang


diaplikasikan dalam praktik transcultural nursing. Menurut Leininger,
konsep utama dalam keperawatan transkultural adalah sebagai berikut:

a) Culturale Care

Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang


dipelajari dan diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu
mempertahankan kesejahteraan serta meningkatkan kondisi dan
cara hidupnya.

b) World View

19
Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang
kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.

c) Culturale and Social Structure Dimention

Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub budaya)


yang mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal,
ekonomi, teknologi dan nilai budaya yang saling berhubungan
dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks
lingkungan yang berbeda.

d) Generic Care System

Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub budaya)


yang mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal,
ekonomi, teknologi dan nilai budaya yang saling berhubungan
dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam konteks
lingkungan yang berbeda.

e) Professional System

Pelayanan profesional yang diberikan oleh pemberi


pelayanan kesehatan yang memilki pengetahuan dari proses
pembelajaran di institusi pendidikan formal serta melakukan
pelayanan kesehatan secara profesional.

f) Cultural Care Preservation

Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan


profesional untu mengambil keputusan dalam memelihara dan
menjaga nilai-nilai pada individu atau kelompok sehingga dapat
mempertahankan kesejahteraan, sembuh dan sakit, serta mampu
menghadapi kecacatan dan kematian.

g) Cultural Care Acommodation

20
Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang
dengan budaya tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap
tindakan dan pengambilan kesehatan.

h) Cultural Care Repattering

Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan


pengambilan keputusan profesional yang dapat membawa
perubahan cara hidup seseorang.

i) Cultural Congruen/ Nursing Care

Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nila-nilai budaya/


keyakinan dan cara hidup individu/ golongan atau institusi dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang bermanfaat.
(Pratiwi, 2011).

8. Faktor-Faktor Pengkajian Cultural Nursing

Dalam penerapan transcultural nursing, terlebih dahulu perawat


mengkaji 7 komponen dimensi budaya dan struktur sosial yang saling
berinteraksi menurut Leininger‟s sunrise model, yaitu:

a) Factor teknologi (Technological Factor)

Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan, maka


perawat perlu mengkaji berupa: persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan
kesehatan, persepsi sehat-sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan. Alasan klien tidak mau operasi dan klien
memilih pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes laboratorium
darah dan memahami makna hasil tes tersebut. (Sutria, 2013).

b) Factor Religi dan Falsafah Hidup (Religious and Philoshophical


Factors)

21
Agama sangat mempengaruhi cara seseorang berupaya
untuk mencegah penyakit, dan agama memainkan peran kuat
dalam ritual yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan.
Agama menggariskan praktik moral, sosial, dan diet yang
dirancang untuk menjaga penganutnya sehat dan dalam keadaan
seimbang. Agama juga memainkan peran penting dalam persepsi
tentang pencegahan penyakit pada penganutnya. Misalnya pada
umat Islam, salah satu alternatif pengobatan adalah dengan do‟a.
(Sutria, 2013).

c) Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan (Kindship and Sosial


Factors)

Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh


perawat adalah nama lengkap dan nama panggilan di dalam
keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota
keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan
yang dilakukan bersama masyarakat, misalnya ikut kelompok
olah raga atau pengajian. (Sutria, 2013).

d) Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and


Lifeways)

Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri


manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik dan buruk. Norma adalah suatu aturan sosial atau patokan
perilaku yang dianggap pantas. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait.

22
e) Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit yang berlaku
(Political and Legal Factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah


segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dan
kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural, seperti
peraturan dan kebijakan yang berhubungan dengan jam
berkunjung, klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, hak dan kewajiban klien yang
harus dikontrakkan oleh rumah sakit, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat. (Pratiwi, 2011).

f) Faktor Ekonomi (Economical Factors)

Klien dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-


sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Sumber ekonomi yang pada umumnya
dimanfaatkan oleh klien antara lain: asuransi, biaya kantor,
tabungan dan patungan antar anggota keluarga. Faktor ekonomi
yang perlu dikaji oleh perawat adalah pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan
dalam sebulan. (Pratiwi, 2011).

g) Faktor Pendidikan (Education Factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien


dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. di
dalam proses menempuh pendidikan tersebut terjadi suatu proses
eksperimental. Suatu proses menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang dimulai dari keluarga dan selanjutnya dilanjutkan
pada pendidikan di luar keluarga. (Leininger, 1984). Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinannya harus didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya
(Pratiwi, 2011). Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan

23
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: tingkat pendidikan, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

9. Cultural Care Preservation or Maintenance

Cultural Care Preservation or Maintenance yaitu prinsip


membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup
yang diinginkan. Prinsip ini juga memungkinkan tindakan dan
keputusan yang membantu klien dari budaya tertentu untuk
mempertahankan/ melestarikan nilai-nilai perawatan yang relevan,
sehingga mereka dapat menjadi lebih baik, pulih dari penyakit, atau
menghadapi cacat dan atau kematian. (Gonzalo, 2011).

Hal-hal yang harus diperhatikan anatara lain:

 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat


 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien
dan perawat

Mempertahankan budaya dilakukan apabila budaya pasien tidak


bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan dengan yang
telah dimiliki oleh klien, sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap
pagi.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

 Jangan menggunakan asumsi.

24
 Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang
Padang pelit,orang Jawa halus.
 Menerima dan memahami metode komunikasi.
 Menghargai perbedaan individual.
 Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
 Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.
10. Pendekatan Keperawatan pada Lansia
a) Pendekatan Fisik

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan


pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas
penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien
lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:

 Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan


fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari
ia masih mampu melakukannya sendiri.
 Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lansia ini,
terutama yang berkaitan dengan kebersihan
perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
b) Pendekatan Psikologis

Perawat mempunyai peranan penting untuk


mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia.
Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap segala
sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat
yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang

25
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan
agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu memegang
prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin
mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap.

c) Pendekatan Sosial

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita


merupakan salah satu upaya perawat dalam melakukan
pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien lansia berarti menciptakan
sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi
perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat
dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar lania
maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia
perlu dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.

B. Kasus

Nenek B berusia 60 tahun datang menjenguk cucunya dan


bergantian menjaganya dengan keluarga yang lain. Perawat tampak
melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan sunrise model.
Perawat tersebut melihat nenek sangat melarang pemberian bedak pada
cucunya yang baru dilahirkan dua hari yang lalu, karena akan
menyebabkan batuk-batuk. Perawat melakukan cultural care preservation.
Perawat juga mengkaji education factor yang mempengaruhi persepsi
nenek.

C. Pembahasan Kasus

26
Dari kasus diatas seorang nenek yang berusia 60 tahun datang
menjenguk cucunya dengan bergantian dengan keluarga lainnya, perawat
yang berdinas saat itu sedang melakukan asuhan keperawatan dengan
metode sunrise model dan perawat ingin memberi bedak pada bayi namun
dilarang oleh nenek B karena pemberian bedak dapat membuat batuk pada
cucunya. Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa adanya perbedaan persepsi
antara kebudayaan dan kebiasaan dari Nenek B dalam mengurus bayi
karena cara mengurus bayi dengan kebudayaan dan kebiasaan orang tua
zaman dulu berbeda dengan tata cara mengurus bayi dengan cara yang
dilakukan tenaga medis yang sesuai SOP.

Dari kasus diatas perawat memberikan cultural care preservation


kepada nenek tersebut. Cultural care preservation yaitu Upaya untuk
mempertahankan dan memfasilitasi tindakan professional untuk
mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada
individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan.

Perawat juga mengkaji education factor yang mempengaruhi


persepsi nenek. Latar belakang pendidikan nenek B adalah pengalaman
nenek B dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan nenek B maka keyakinan nenek B biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan
persespsi terhadap kesehatan. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
tingkat pendidikan Nenek B, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak
terulang kembali.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan


akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
(Wahyudi, 2008).

Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah


dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi
organ juga mengalami penurunan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap
stres dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan
meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar,
misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi
sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo,
et.al, 2016).

Sunrise model Leininger merupakan suatu teori yang diaplikasikan


dalam praktik transcultural nursing. Menurut Leininger, konsep utama
dalam keperawatan transkultural adalah sebagai berikut:

1. Culturale Care

2. World View

3. Culturale and Social Structure Dimention

4. Generic Care System

5. Professional System

6. Cultural Care Preservation

28
7. Cultural Care Acommodation

8. Cultural Care Repattering

9. Cultural Congruen/ Nursing Care

Cultural Care Preservation or Maintenance yaitu prinsip


membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
diinginkan. Prinsip ini juga memungkinkan tindakan dan keputusan yang
membantu klien dari budaya tertentu untuk mempertahankan/melestarikan
nilai-nilai perawatan yang relevan, sehingga mereka dapat menjadi lebih
baik, pulih dari penyakit, atau menghadapi cacat dan atau kematian.
(Gonzalo, 2011).

Dari kasus diatas seorang nenek yang berusia 60 tahun datang


menjenguk cucunya dengan bergantian dengan keluarga lainnya, perawat
yang berdinas saat itu sedang melakukan asuahan keperawatan dengan
metode sunrise model dan perawat ingin memberi bedak pada bayi namun
dilarang oleh nenek B karena pemberian bedak dapat membuat batuk pada
cucunya. Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa adanya perbedaan persepsi
antara kebudayaan dan kebiasaan dari Nenek B dalam mengurus bayi
karena cara mengurus bayi dengan kebudayaan dan kebiasaan orang tua
zaman dulu berbeda dengan tata cara mengurus bayi dengan cara yang
dilakukan tenaga medis yang sesuai SOP. Dari kasus tersebut perawat
melakukan cultural care preservation. Perawat juga mengkaji education
factor yang mempengaruhi persepsi nenek agar mengetahui kebudayaan
dan kebiasaan dari nenek B dalam mengurus bayi dan dapat menyatukan
persepsinya.

B. Saran
Demi menjaga kesejahteraan para lansia dalam menikmati hari
tua mereka, maka dalam pelayanan terhadap mereka perlu diperhatikan
hal-hal seperti kepercayaan, pola tingkah laku, serta budaya dari lansia
tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gaya hidup

29
yang di inginkan. Dan perlu mempertahankan budaya apabila budaya klien
tidak bertentangan dengan kesehatan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Handoyo, L. (2017). Faktor-Faktor Pemilihan Metode Kontrasepsi Vasektomi


Pada Pria Pasangan Usia Subur Berdasarkan Sunrise Model Leininger Di
Kecamatan Pakal Kota Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).

Marhani, M. (2016). Cultural Care Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak Adat
Tolotang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).

Rejeki, S. (2012). HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN


(Suatu Pendekatan Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas).
In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL.

Sari, M. T., & Prastianty, S. (2017). Sick Health Behaviors of the Jambi Malay
Tribe Based on Transcultural Nursing Approach (Sunrise Model) at Muara
Kumpeh Village Kumpeh Ulu District Muaro Jambi Regency. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 216-226.

Sunarti, S. (2019). PRINSIP DASAR KESEHATAN LANJUT USIA. Malang: UB


Press.

Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). MENGENAL LEBIH DEKAT


TENTANG LANJUT USIA. Jawa Timur: CV. AE MEDIA GRAFIKA.

W, P. F. (2018). Lanjut Usia Persepektif dan Masalah. Surabaya: UMSurabaya.

31

Anda mungkin juga menyukai