A. Pengkajian
Data subjektif
1. Identitas Klien
Nama klien
Nomer RM
Jenis kelamin
Komposisi antara laki-laki dan perempuan terhadap penyerangan hipertensi
hampir sama.
Umur
Hipertensi umumnya banyak diderita oleh lansia, karena faktor makanan dan
elastisitas pembuluh darah.
Status perkawinan
Pekerjaan
Penyakit hipertensi sering diderita dari golongan ekonomi menengah
kebawah.Dan juga berhubungan dengan jenis aktifitas yang dilakukan setiap
harinya.
Agama
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa Medis
Diagnosis hipertensi ditegakkan saat klien menderita tekanan darah tinggi
secara persisten.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama :
kebanyakan kasus hipertensi akan mengeluhkan nyeri kepala dan tengkuk atau
leher belakang terasa berat.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing.Keluhan dirasakan semakin berat
bila melakukan aktivitas yang berat.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian
kepala
S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas
atau tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penderita dalam keadaan lemah, composmentis.Penilaian GCS dan TTV
sangat penting untuk diperhatikan.
b. Pemeriksaan Fisik
Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan
kelembaban kurang.
Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam keadaan
bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang berkaitan dengan
hipertensi.
Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Payudara
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia biasanya
mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri dada.
Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca dingin
sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi, klavikula tampak
menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah hangat.
Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada disorientasi,
emisi tenang, siklus tidur memendek.
Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doengnes, 2000 ; Nathea, 2008)
adalah sebagai berikut:
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
4. Penurunan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolic
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping
tida efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi
C. Rencana Tindakan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasikontriksi pembuluh
darah
a. Obervasi tekanan darah
Rasional : perbandingan dari tekanan darah memberikan gambarannya lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyutan karotis, jugularis, radialis dan fmoralis mungkin teramati /
palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi, adanya krakels , dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
d. Amati warna kulit, kelembaban , suhu dan masa pengisian kapiler
Rasional : adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekonvensasi / penurunan curah jantung
e. Catat adanya demam umum / tertentu
Rasional : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman .tenang kurangi aktifitas/ keributan lingkungan
, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatka
relaksasi
g. Anjurkan teknik relaksasi , panduan imajinasi dan distraksi
Rasional : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress , membuat
efek tenang , sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pembeian therapy anti hipertensi , deuretik
Rasional : menurunkan tekanan darah.
3. Nyeri (akut) : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler selebra
a. pertahankan tirah baring selama fase akut
rasional: meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk meningkatkan sakit kepala, misalnya :
kompres dingin pada dahi , pijat punggung dan leher.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler selebral dengan
menghambat atau memblok responsimpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
c. hilangkan/ minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala: mengejan saat BAB , batuk panjang dan membungkuk.
Rasional: aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi mnyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatan tekanan vaskuler selebral.
d. Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
dapat mempreberat kondisi klien
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien istirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional : menurunkan kerja miocart sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi denyut jantung dalam pemberian obat analgetik anti ansietas, diazepam ,
dll
Rasional : analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolic.
a. Kaji pemahaman klien tentang
hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko
tambahan pada darah tinggi, karena
disproporsi antara kapasitas aorta
dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan masa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan
masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam, dan gula sesuai
indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang resikonya alteroskletosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya stroke, penyakit ginjal , gagal jantung , kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memburuj hipertensi.
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan
Rasional: motivasi untuk menurunkan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak makana program sama
sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diet terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk menyesuaikan atau
penyuluahan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makana harian termasuk kapan dan
dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat dimakan.
Rasional: membrikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana
pasien lelah atau dapat mengontrol perubahan.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistis.
a. Kaji keefektifan strategi koping
dengan mengopserfasi prilaku, misalnya : kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dan rencana pengobatan.
Rasional : mekanisme adaktif untuk
mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronok
dan mengintregasikan therapy yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
b. Catat laporan gangguan tidur,
peningkatan keletihan, kerusakan konstrentasi, peka
rangsangan, penurunan teleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Rasional : manifestasi mekanisme
koping maladaptife mungkin merupakan indicator marah yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD
diastolic.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya.
Rasional : pengenalan terhadap stressor
adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang
terhadap stressor.
d. Libatkan klien dalam perencanaan
perawatan dan beri dorongan partisipasi maksmum dalam
perencaan pengobatan.
Rasional : keterlibatan memberiakan
klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat meningkatakan kerja sama
dalam regiment terapeutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi
prioritas atau tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti:
apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
inginkan?
Rasional : fokus perhatikan klien pada
realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang
apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk
kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi
dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu
untuk menyelesaikan ketimbang membatalkan tujuan
diri/keluarga.
Rasional :perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistis untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang
dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok dan minum alcohol (lebih dari 60cc/hari dengan teratur)
pola hidup penuh stress.
Rasional : faktor-faktor resiko ini telah menujukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejatera
yang sudah lama dinikamti mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bagi klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan prilaku tidak
akan dipertahankan,.
c. Kaji tingkatan pemahaman klien tentang pengertian, pengertian, penyebab tanda
dan gejala, pencegahan pengobatan dan akibat lanjut.
Rasional : mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelasakan pada klien tentang proses penyakit hipertensi( pengertian, penyebab,
tanda dan gejala pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui pendidikan
kesehatan.
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi
Diagnosa keperawatan I :
· Memantau TD
· Mencatat keberadaan
· Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
· Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan
lingkungan
· Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
Diagnosa keperawatan IV
Diagnosa keperawatan V
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Diagnosa I
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
· Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
· Menunjukkan perubahan pola makan
· Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual
Diagnosa V
Diagnosa VI