HIPERTENSI
STASE KEPERAWATAN KELUARGA
OLEH :
MUHAMMAD MARIADI FIRDAUS, S.KEP
2014901110049
1
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
1.2 Etiologi
a. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi
pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit
arteri dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi
daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai
meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih
tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih.
d. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien
telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan
rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya
berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga
2
dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor
resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk
perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
1.4 Patofisiologi
Vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
3
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Gagal jantung
b. Stroke
c. Hipertensi maligna
d. Hipertensi ensefalopati
e. Gagal ginjal
4
1.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi adalah pengobatan atau
perawatan jangka panjang atau bahkan bisa seumur hidup. Jika hipertensi
jenis sekunder biasanya pengobatan dilakukan dengan mengobati faktor
penyebabnya dahulu kemudian hipertensinya. Sedangkan untuk hipertensi
esensial biasanya akan menggunakan bantuan obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
5
1.7 Patwhay
6
2.1.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala
berdenyut.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan di
hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja
terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit kepala,
kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur, yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus,
penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok,
penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan
lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
2.1.3 Sirkulasi
Gejala : riwayat TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin.
2.1.4 Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor
stress multiple
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
2.1.5 Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
2.1.6 Makanan/Cairan
7
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
2.1.7 Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
2.1.8 Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
2.1.9 Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
2.1.10 Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
2.1.11 Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, factor resiko etnik : penggunaan pil KB
atau hormone.
8
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Analgesic Administration
Diagnosa 2 : Intoleransi Aktifitas
2.2.4 Definisi
Penurunan kapasitas fisiologi seseorang atau energi fisiologis untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang
dibutuhkan
2.2.5 Batasan Karakteristik
Tekanan darah menjadi abnormal setelah aktivitas
Denyut jantun menjadi abnormal setelah aktivitas
Perubahan EKG (aritmia)
Perubahan EKG menggambarkan iskemia
Dispnea
9
Fatigue
Ketidaknyamanan
Kelemahan
2.2.6 Faktor Yang Berhubungan
Bedres
Kelemahan secara umum
Ketidakseimbangan oksigen
Imobilisasi
Gaya hidup santai
10
Observas itanda-tanda vital
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome criteria)
NOC
Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Kaji respon klien terhadap aktifitas catat : denyut nadi, keluhan
sesak napas, nyeri dada, keletihan yang sangat, diaphoresis.
R/ Tanda dan gejala tersebut mengindikasikan penurunan curah
jantung da perfusi jaringan , akibat peningkatan preload dan
afterload ventrikel kiri.
2. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
R : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
3. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy
R : tekhnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy,
dan juga membantu kesimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4. Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan
waktu istirahat sepanjang siang dan sore
R : istirahat memungkinkan penghematan energy
5. Kolaborasi pemberian obat digixin
R : pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung.
11
3. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb
NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd
edition. Oxford: Oxford University Press.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika.
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta.
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta.
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang.
Ners Muda
Mengetahui,
12