Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN MASALAH POPULASI HIPERTENSI

KELOMPOK 4
1. AMBAR WULAN SARI
2. MEYLIN WULANSARI IMPAL
3. HARVIANI HAMZAH
4. ADITYA AZIZ
5. FAJAR BILMONA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur
dan TD meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan
dan menjadi fakfor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung dan ceroba
vaskuler. Secara nyata kematian karena CUD, morbiditas penyakit kardiovaskuler
menurun dengan pengobatan hipertensi. Saat ini penelitian longitudinal telah
membuktikan hal ini pada pengobatan hipertensi diastolic.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah penulis ingin memperoleh pengalaman
nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan adalah makalah ini adalah dihahapkan penulis mampu :
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipertensi pada lansia
c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Untuk mengetahui jalannya penyakit atau patofisiologi hipertensi
e. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
h. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI

Konsep Medis Hipertensi


A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi penderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf , ginjal , dan
pembuluh darah serta makin tinggi tekanan darah , makin besar resikonya . (Sylvia A.
Price)
B. Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / esensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor
penunjang antara lain :
a. Herediter
b. Lingkungan
c. Hiperaktivitas
d. Susunan syaraf simpatis
e. Sistem rennin ongiotensin
f. Defek dalam mensekresi Na
g. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta
polistemia, stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan
sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, penggunaan konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal
parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume
introvaskuler, luka bakar.
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg / tekanan diastolic
sama / lebih besar dari 140 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg, dan
tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1. eleastisitas dinding aorta menurun
2. katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. kehilangan elastisitas pembuluh darah ,hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. meningkatknya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Klasifikasi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Hipertensi I
grade 1 (ringan) 140-159 90-99
grade 2 (sedang) 160-179 100-109
grade 3 (berat) 180-209 110-119
grade 4 (sangat berat) > 210 > 120

D. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah
meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah
tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan
kerja jantung yang ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot
jantung mengalami pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan
pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah) karena
adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai darah ke otak
kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak
menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi
pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan
aliran darah. Hal ini menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel
junkta glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin
peptida II yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter
stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh, (Price &
Wilson, 1995)
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2
berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko
injuri. (Ganong, 2003)

E. Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d. Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Polidipsi
e. Gagal ginjal
f. Proteinuria
4. Kardiovaskuler
a. Mycocardiac infark
5. Respiratorius
a. Sesak nafas
6. Psikologis
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan
b. Pandangan akbur
c. Kebutaan
d. Retinopati

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis keluarga, ras
(negro), takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
a. Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi tanpa obat ini
meliputi
b. Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :
1. Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
c. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita
hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda , berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87%
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20-25 menit berada dalam zona latihan frekuensi latihan sebaiknya
3x/minggu dan paling baik 5x/minggu
d. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan pada subjek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subjek dianggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain , juga untu7k gangguan
psikologis seperti kecemasan dan keteganggan.
2. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
e. Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
memepertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan obat
tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat deuritika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi faktor-faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya
diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit pada torik
aorta, pembesaran jantung
9. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
H. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolic
 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan
tinggi.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan pengelihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokardio. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboembali dan serangan
iskemia otak sementara (transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada hipertensi maligna.

B. Asuhan Keperawatan Komunitas

Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah:
Utara : desa Demakan
Barat : desa Wirun
Selatan: RT 1 RW 2
Timur : desa Demakan
2. Demografi
a. Jumlah KK: 47 KK
b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa
c. Jumlah Lansia : 100 orang
d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari karena
bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga
f. Kepadatan penduduk: padat
g. Tingkat pendidikan penduduk:
1) Perguruan tinggi: 10 orang
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
6) Lansia tidak bersekolah : 30
7) Lansia tamat SD: 50
8) Lansia tamat SMP : 10
9) Lansia tamat SMA : 5
10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5

h. Pekerjaan:
1) PNS : 10% jumlah penduduk
2) Buruh : 10% jumlah penduduk
3) Pedagang : 70% jumlah penduduk
4) IRT : 10% jumlah penduduk
h. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
i. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga
j. Agama: 100% Islam
Pengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi banyak
rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam warga sekitar
tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya kurang memadahi seperti
kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
a. Perguruan tinggi: 10 orang
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama
4. Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik klinik
swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang menyediakan banyak
kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang diadakan
oleh lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan hampir tidak ada
yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti internet,
ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa menggunakan alat-alat
komunikasi tersebut. Untuk papan informasi untuk menyampaikan kabar berita dari desa
maupun dari yang disediakan tempat di dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik dan diatas garis
kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada yang menganggur di rumah. Rata-rata
pekerjaan warga setempat adalah pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata
gajih:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-sama ke
suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering mengadakan rekreasi
bersama yang diharapkan dapat mengurangi stresor dan beban pikiran.
Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi
Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 lansia yang
bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 3 penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %
Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :
1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang
2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

2. Diagnosis Keperawatan
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan
3. Analisa Data
NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Resiko tinggi Kurangnya
1. Dari hasil wawancara peningkatan angka pengetahuan
dengan ketua RW 1 kejadian hipertensi
mengatakan bahwa rata-rata pada lansia
lansia yang menderita
hipertensi sekitar 50 %
DO :
1. Berdasarkan data dari
puskesmas mojolaban pada
bulan Maret sampai bulan
Mei di kelurahan bekonang
dukuh mojosari RW 1 45%
Lansia menderita hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara dini
penyakit hipertensi kurang
baik.
3. 40% warga yang menderita
hipertensi tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi
4. Intervensi
Data Diagnosa Tujuan Noc Nic
Masalah Kesehatan Domain 1 : Tujuan : Prevensi Primer Prevensi Primer;
Resiko peningkatan Promosi Kesehatan
hipertensi pada lansia Berkurangnya perilaku Domain IV Pengetahuan Domain 3; Perilaku
Hasil angket : Kelas 2; berisiko meningkatnya kesehatan dan perilaku.
Manajemen hipertensi dan Kelas S; Pengetahuan Kelas S; Edukasi klien
1. 85% kemampuan Kesehatan meningkatnya efektifitas kesehatan  5510: Pendidikan
kesehatan (210)
lansia dalam mengenali  Defisiensi kesehatan pemeliharaan kesehatan
 5520: Memfasilitasi
komunitas (00215).
secara dini penyakit pada agregat resiko Level 3: Intervensi pembelajaran (244).
 Perilaku kesehatan
hipertensi kurang baik. meningkatnya hipertensi  1844: Pengetahuan;  5604: Pengajaran
cenderung berisiko
manajemen sakit akut. kelompok (372)
2. 40% warga yang (00188).
 1803: Pengetahuan;  5618: Pengajaran
 Ketidakefektifa
menderita hipertensi tidak proses penyakit. prosedur/tindakan
pemeliharaan
 1805: Pengetahuan; (371).
pernah mendapatkan kesehatan (00099).
perilaku sehat.
penyuluhan tentang  1823: Pengetahuan; Domain 4; Keamanan
hipertensi promosi kesehatan.
Kelas U; Manajemen
 1854: Pengetahuan;
3. Berdasarkan data
diet sehat krisis
dari puskesmas  1855: Pengetahuan;  6240: P3K (194)
gaya hidup sehat.
mojolaban pada bulan  6366:Triase; telepon
(399)
Maret sampai bulan Mei
di kelurahan bekonang Domain 7; Komunitas
dukuh mojosari RW 1 Kelas C; Promosi
45% Lansia menderita kesehatan
hipertensi. komunitas

Level 3: Intervensi
 7320: Manajemen
kasus (113).
 8500: Pengembangan
kesehatan masyarakat
(129).
 8700:Pengembangan
program (313).
 8750: Pemasaran
sosial di masyarakat
(351).
Prevensi sekunder Prevensi sekunder;
Domain IV; Domain 3: Perilaku
Pengetahuan
kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi perilaku
Level 3; Intervensi
Kelas Q; Perilaku sehat  4350:Manajemen
perilaku (92)
Level 3: Intervensi
 4360:Modifikasi
 1600:Kepatuhan perilaku (95)
perilaku
 1621:Kepatuhan
Kelas V; Manajemen
perilaku; diet sehat.
 1602:Perilaku resiko
promosi kesehatan . Level 3; Intervensi
 1603:Pencarian
perilaku sehat .  6486:Manajemen
 1606:Partisipasi lingkungan;
dalam pengambilan keamanan (179).
keputusan perawatan
kesehatan . Domain 6; Sistem
 1608:Kontrol gejala .
kesehatan
Kelas R; Health Beliefs Kelas Y; Mediasi

 1704:Health beliefs; terhadap sistem


perceived Threat kesehatan
 1705:Orientasi
kesehatan  7320:Manajemen
kasus (113)
 7400:Panduan sistem
Kelas FF; Manajemen kesehatan
kesehatan (212).
 3100:Manajemen
individu; sakit Kelas A; Manajemen
akut .
Kelas T; Kontrol resiko sistem kesehatan
dan keamanan  7620:Pengontrolan
berkala (132).
 1908:Deteksi faktor
 7726:Preceptor;
resiko.
peserta didik (306).
 7890:Transportasi;
Domain V; Kesehatan antar fasilitasi
kesehatan.
yang dirasakan
 7880:Manajemen
. teknologi (387).
Kelas U; Kesehatan dan
Kualitas Hidup Domain 6: Sistem

 2008:Status Kesehatan
kenyamanan.
 2006:Status
Kelas D; Manajemen
kesehatan individu .
 2000:Kualitas hidup resiko komunitas.
 2005:Status  6520:Skrining
kesehatan peserta kesehatan (213)
didik .

Kelas V; Status gejala


 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan
gejala .

Kelas EE; Kepuasan


terhadap perawatan
 3014:Kepuasan
klien.
 3015:Kepuasan
manajemen kasus .
 3012:Kepuasan
terhadap pengajaran
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan klien
; kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga

Kelas Z; Kualitas hidup


keluarga
 2606:Status
kesehatan keluarga

Kelas X; Family well


being.
 2600: Koping
keluarga
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status
kesehatan keluarga .
 2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .
Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;
Domain VI; Kesehatan Domain 5; Keluarga
keluarga
Kelas X; Perawatan
Kelas Z; Kualitas hidup siklus kehidupan.
keluarga  7140: Dukungan
keluarga (193).
 2605:Partisipasi tim
 7120:Mobilisasi
kesehatan dalam
keluarga (190).
keluarga .

Domain 6: Sistem
Kesehatan

Kelas B; Manajemen
informasi
 7910: Konsultasi
(131).
 7920:Dokumentasi
(151).
 7980:Pencatatan
insidensi kasus
 8080: Test diagnostik
.
 8100:Rujukan (320).

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh Monica Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Terjemahan oleh I Made
Kassise (ed.I). EGC : Jakarta.
Ganang, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, (Ed.20), Alih bahasa oleh Brahm U Panit (et.al), EGC : Jakarta.
Isselbacher, Kurt, 2000, Horison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2),
Terjemahan oleh : Peter Anugrah, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2),
Terjemahan oleh Agung Waluyo, (et,all), EGC : Jakarta.
Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai