Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA An.

A DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG POLI KLINIK NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM
CUT MEUTIA ACEH UTARA

Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Keperawatan Gerontik Profesi Ners

Disusun Oleh:
YELLI DELVIA, S.Kep
NIM. 21020249

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik Keperawatan Stase Keperawatan Gerontik dengan


Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn, A dengan Hipertensi di ruang Poliklinik
Neurologi Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara, telah disusun oleh Yelli Devia,
NIM 21020233 dari Prodi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Teknologi
dan Sains Universitas Bumi Persada Lhokseumawe TA.2022/2023 di Rumah
Sakit Cut Meutia Aceh Utara.

Telah disetujui pada tanggal 15 / April / 2023

Dosen Pembimbing Preceptor Klinik/CI

(___________________) (__________________)

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah,
2019).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan
jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada
tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna
untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat
badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat
15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-
laki.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.

3
b. Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan
penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan
rasionalisasi

C. Manfaat
a. Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi
tidak menyadari kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160
mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2018).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2017).
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S
1992)
Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

B. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 2017):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

5
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.

C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup

6
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi
oral, Kortikosteroid

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

7
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2017).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2019).

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

8
Menurut Rokhaeni (2017), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Tingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

9
11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu:
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan

10
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION
AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium,
atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

11
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor.
b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah
obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pembern obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Dorgoes, 2019, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta

Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi

C.pearce, 2019, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta

Aziz alimul, 2019, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta

Nursalam, 2018, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika,


Jakarta.

13
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL : Selasa, 18 April 2023


JAM : 11 : 15 Wib
PENGKAJIAN : GERONTIK
RUANG : Ruang Neurologi

A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas Klien
Nama                                         : Tn”Abdul Gani”
Umur                                         : 68 Tahun
Jenis kelamin                             : Laki-Laki
Alamat                                       : Desa. Asan, kec. Lhoksukon
Status                                         : Kawin
Agama                                       : Islam
Suku                                          : Aceh
Pendidikan                                : SLTP
Diagnosa Medis                         : Hipertensi

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pusing
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke poli klinik neurologi
dengan keluhn sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan
sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny dating
sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien
pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga
mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien bertanya-
tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh
klien adalah hipertensi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

14
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3
bulan terakhir ini,

3. Status Fisiologis
a. Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan
tegap.

b. Tanda-tanda vital klien


TD  : 160/90 mmHg
N     : 87 x/menit
RR  : 20 x/menit

B. ANALISA DATA
Nama Pasien Tn Abdul Gani
Diagnosa Medis : Hipertensi
Masalah
Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) TTD
(Problem)
DS:
 klien mengeluh sakit
kepala,sakitkepalanya
berdenyut-denyut
 Klien mengeluh Pembuluh darah tidak
penglihatannya kabur dapat mengembang
Vasokonstriksi
DO: pembuluh darahm Gangguan rasa
 Klien tampak sering sehingga tejadi aman nyeri
memegangi Peningkatan tekanan
kepalanya vaskuler serebral
 Klien tampak lemah
 TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
RR: 20 x/menit
DS: Kurang informasi Kurang
 Klien  mengatakan mengenai penyakit dan pengetahuan
kurang tahu tentang terapi
penyakit hipertensi.

15
 Klien tidak tahu
 

penyebab
hipertensi.
 Klien mengatakan
makan makanan
yang sama dengan
keluarganya, tampa
adanya perbedaan
DO:
 Klien bertanya
tentang
penyakitnya.
 TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
RR: 20 x/menit

DS:
 Klien mengatakan
tidak senang makan
tampa garam.
 Klien mengatakan
makan makanan yang
dengan yang di
konsumsi keluarga
Resiko Kelebihan
DO: Edema
Volume Cairan
 Klien mengatakan
makan makanan
yang sama dengan
keluarganya.
 TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
RR: 20 x/menit

16
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan Pembuluh darah tidak
dapat mengembang Vasokonstriksi pembuluh darahm sehingga tejadi
Peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit dan terapi.
3. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema

17
D. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuam dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Gangguan rasa aman nyeri Setelah dilakukan kunjungan  Kaji keadan umum klien.  Keadaan umum menunjukkan
berhubungan dengan rumah selama 2x60 menit  Kaji lokasi intensitas dan keadaan klien secarautuh  dan
Pembuluh darah tidak dapat diharapkan pasien dapat skala nyeri dengan mengetahui tanda-tanda
mengembang mengontrol nyeri atau sakit  Bantu pasien dalam vital terutama tekanan darah.
Vasokonstriksi pembuluh kepala hilang atau berkurang ambulasi sesuai Untuk menentukan tindakan
darahm sehingga tejadi dengan kriteria hasil : kebutuhan selanjutnya.
Peningkatan tekanan  Klien tidak  Berikan tindakan non  Untuk mengetahui nyeri yang
vaskuler serebral mengungkapkan adanya farmakologis. dirasakan klien sehingga bisa
nyeri atau sakit kepala.  Berikan penjelasan cara ditentukan intervensi yang tepat
 Klien tampak nyaman. untuk meminimalkan selanjutnya.
 Tanda-tanda vital dalam aktifitas vasokontriksi.  Untuk menghindari inssiden
batas normal terutama  Kolaborasi dalam kecelakaan atau terjatuhnya
tekanan darah (TD : pemberian obat analgesic karena klien pusing.
normal 110-130 mmHg, sesuai indikasi.  Mengurangi atau
diastole 70-80 mmHg) menghilangkan sakit kepala.
 Aktifitas yang meningkatkan

18
vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala.

2 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan kunjungan  Jelaskan tentang batas  Memberikan dasar untuk
berhubungan dengan rumah selama 2x60 menit tekanan darah normal, pemahaman tentang
kurangnya informasi diharapkan pasien tekanan darah tinggi dan peningkatan tekanan darah
mengenai penyakit dan mengetahui informasi tentang efeknya. mengklarifikasikan istilah
terapi. hipertensi dengan kriteria  Jelaskan sifat penyakit medis yang sering digunakan.
hasil : dan tujuan dari  Pemahaman bahwa tekanan
 klien mengungkapkan p0engobatan dan darah tinggi dapat terjadi
pengetahuan akan prosedur. tanpa gejala shingga
hipertensi.  Jelaskan pentingnya memungkinkan pasien untuk
 Melaporkan pemakaian lingkungan yang tenang, melanjutkan pengobatan
obat-obatan sesuai tidak penuh dengan meskipun sudah merasa sehat.
program. stress.  Supaya klien tahu dan
            Diskusikan tentang obat- memungkinkan pasien untuk
obatan : nama obat, dosis melanjutkan pengobatan.
obat, waktu pemberian

19
obat, dan tujuan
pemberian obat dan efek
samping obat.
 Berikan pendidikan
kesehatan tentang cara
mencegah dan mengatasi
hipertensi.
 Anjurkan klien untuk
tidak mengonsumsi
makanan dan minuman
yang dapat meningkatkan
tekanan darah
 Evaluasi tingkat
 

pengetahuan klien.
3 Resiko kelebihan volume Setelah di lakukan tindakan  Kaji pola makan klien  Penurunan aliran ginjal
cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3x60 atau diet terhadap mengakibatkan peningkatan
edema menit di harapkan tidak inadekuat masukan antidiuritik menyebabkan
terjadi kelebihan volume protein retensi air dan Na..
cairan denan criteria hasil :  Dorong klien  Peningkatan kadar Na dalam

20
 Tidak ada edema untukmenurunkan darah dapat menyebabkan
 BB normal TTV dalam masukan garam edema
batas normal  Lakukan tindakan untuk  Kulit edema, dapat mudah
 Bunyi napas dan jantung melindungi tubuh dari cedera, dan kulit  kering lebih
normal ceder dan edema rentan untuk rusak dan cedera.

E. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Tanda Tangan

Gangguan rasa aman nyeri  Mengkaji keadan umum klien.


berhubungan dengan Pembuluh darah  Mengkaji lokasi intensitas dan skala nyeri
tidak dapat mengembang  Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
1 Vasokonstriksi pembuluh darahm  Memberikan tindakan non farmakologis.
sehingga tejadi Peningkatan tekanan
 Memberikan penjelasan cara untuk meminimalkan aktifitas
vaskuler serebral
vasokontriksi.
 Mengkolaborasi dalam pemberian obat analgesic sesuai indikasi.
2 Kurang pengetahuan berhubungan  Menjelaskan tentang batas tekanan darah normal, tekanan darah
dengan kurangnya informasi mengenai tinggi dan efeknya.
 Menjelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan

21
penyakit dan terapi. prosedur.
 Menjelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh
dengan stress.
 Mendiskusikan tentang obat-obatan : nama obat, dosis obat,
waktu pemberian obat, dan tujuan pemberian obat dan efek
samping obat.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan
mengatasi hipertensi.
 Menganjurkan klien untuk tidak mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah
 mengevaluasi tingkat pengetahuan klien.
Resiko kelebihan volume cairan  Mengkaji pola makan klien atau diet terhadap inadekuat masukan
berhubungan dengan edema protein
 Memebri dorongan kepada klien untuk menurunkan masukan
3
garam
 Melakukan tindakan untuk melindungi tubuh dari ceder dan
edema

22
Diagnosa
No Evaluasi Tanda Tangan
Keperawatan
Gangguan rasa S : 
aman nyeri Klien mengatakan sudah tidak pusing
berhubungan lagi
dengan Pembuluh O :
darah tidak dapat  Keadaan umum klien baik
mengembang  Klien tampak rileks
Vasokonstriksi  Tanda-tanda vital klien dalam
pembuluh darahm batas normal
1 sehingga tejadi TTV : TD : 140/80 mmHg,
Peningkatan N : 84x/menit,
tekanan vaskuler RR : 20x/menit.
serebral
A:
Masalah keperawatan gangguan
nyaman nyeri dapat teratasi
P:
intervensi dihentikan
2 Kurang S:  tingkat
pengetahuan klien mengatakan sudah tau apa itu pengetahuan
berhubungan hipertensi, dan penyebab terjadinya klien.
dengan kurangnya hipertensi
informasi O:
mengenai  keadaan umum klien baik
penyakit dan  klien tampak mengerti,
terapi. menyebutkan penyebab yang
memperberat hipertensi
 klien tampak mau mengikuti
saran perawat
 TTV dalam batas normal

23
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20x/mnt

A:
masalah keperawatan kurang
pengetahuan teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Resiko kelebihan S : 
volume cairan  Klien mengatakan makan makanan
berhubungan yang sama dengan keluarganya
dengan edema  Klien mengatakan tidak bia makan
tampa garam
O:
 Keadaan umum klien baik
3
 Tidak ada tanda-tanda edema
A:
masalah keperawatan resiko kelebihan
volume cairan dapat teratasi

P:
intervensi di hentikan

24

Anda mungkin juga menyukai