Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah I

Di Sawojajar

Oleh :

Nama : Silvana Mutiara Kusuma

NIM : P17210184133

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Di Keluarga Periode Januari Tahun Ajaran 2020/2021

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal ..... Bulan Januari Tahun 2021

Malang, Januari 2021

Preceptor Akademik

Dr. Tri Johan Agus Y, S.Kp., M.Kep

NIP. 196508281989031003
A. MASALAH KESEHATAN DIAGNOSA HIPERTENSI
B. PENGERTIAN
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2003).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Smeltzer, 2001).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik
91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

C. GEJALA DAN TANDA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
D. POHON MASALAH BAGAN DARI PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
6. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatic seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan
Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
c) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat
6. Suku/bangsa
7. Agama
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim
mendapatkan pengetahuan tentang hipertensi, maka akan menganggap remeh
penyakit ini dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
2. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
3. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),  pengisian kapiler
mungkin lambat.
4. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
5. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,  riwayat
penyakit ginjal).
6. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria.
7. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
9. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekles, mengi), sianosis.
10. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda       : episode parestesia unilateral transien.
11. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain, penggunaan obat / alkohol.
12. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan
terhadap penyakit.

H. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload afterload,
perubahan irama frekuensi jantung (D.0008)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan jantung (D.0077)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien (D.0080)
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit (D.0111)

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Diagnos Hasil
a
1. Curah Jantung Perawatan Jantung 1. Mengetahui
(L.02008) (I.02075) sedini mungkin
v  Cardiac effectiveness, 1. Identifikasi tanda gejala guna menentukan
Vital Sign (TD, nadi) penurunan curah jantung tindakan yang
Status normal (dispnea, kelelahan, edema) adekuat
Kriteria Hasil: Auskultasi suara jantung 2. Mengetahui
1. Tanda Vital tambahan S3 S4 perubahan tanda
dalam rentang 2. Monitor vital sign rutin vital guna
normal (Tekanan (TD, nadi, respirasi) mengetahui tingkat
darah, Nadi, sebelum dan sesudah perkembangan
respirasi) beraktivitas klien
2. Dapat 3. Evaluasi adanya keluhan 3. Mengetahui
mentoleransi nyeri dada (intensitas, sedini mungkin
aktivitas, tidak lokasi, durasi) resiko gagal
ada kelelahan 4. Monitor balance cairan jantung dan
3. Tidak ada edema intake dan output menangani nyeri
paru, perifer, dan 5. Berikan pendidikan 4. Mengetahui
tidak ada asites kesehatan terkait penyakit, intake dan output
4. Tidak ada S3 S4, diet yang dianjurkan misal untuk menentukan
tidak ada batasi asupan kafein, balance cairan
penurunan natrium, kolesterol 5. Dengan
kesadaran 6. Ajarkan terapi relaksasi meningkatkan
dan berikan dukungan pengetahuan dapat
emosional dan spiritual membuat klien
mengerti dan
menghindari faktor
resiko
6. Terapi
relaksasi dan
adanya dukungan
dapat menurunkan
tingkat stres klien

2. Tujuan : Intoleransi Manajemen Energi 1. Tirah baring


aktivitas akibat (I.05176) dapat meringankan
kelemahan dan beban jantung dan
1. Tingkatkan tirah
ketidakseimbangan dapat
baring agar tidak
suplai O2 teratasi. meningkatkan
meningkatkan beban
(L.05047) stamina tubuh
jantung, atau duduk
Kriteria Hasil : pasien sehinggga
dan berikan obat sesuai
1) Klien tampak dapat beraktivitas
dengan indikasi.
lebih mudah kembali.
2. Berikan lingkungan
aktivitas. 2.  Lingkungan
yang tenang dan
2) Kekuatan otot yang nyaman dan
nyaman.
bagian atas dan tenang dapat
3. Berikan laihan gerak
bawah mendukung pola
ROM aktif/pasif.
meningkat. istirahat pasien.
4. Kaji keluhan klien
3) Keluhan lelah 3. Latihan gerak
setelah dilakukan
dan sesak saat guna memperkuat
aktivitas dan catat TTV
dan setelah otot dan sendi agar
beraktivitas terstimulus.
menurun (TTV 4. Mengukur
normal) perkembangan
klien setelah
beraktivitas

3. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri 1. Mengetahui tingkat


(L.08066) (I.08238) keparahan guna
diharapkan nyeri 1. Identifikasi tanda nyeri, menentukan tindakan
dapat teratasi skala nyeri, lokasi, selanjutnya.
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, 2. Dengan
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, mengajarkan teknik
berkurang, Skala intensitas nyeri. nafas dalam dapat
nyeri menurun 2. Ajarkan teknik meredakan nyeri.
2. Tanda nyeri nonfarmakologis 3. analgetik dapat
gelisah, seperti teknik nafas mengatasi nyeri
diaforesis, dalam. berlebih.
meringis menurun 3. Kolaborasi pemberian
3. Mampu analgetik bila
mengetahui diperlukan.
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
4. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi, durasi,
kualitas nyeri)
5. Vital sign normal
4. cemas pasien Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Mengetahui tingkat
berkurang dengan 1. Identifikasi tingkat kecemasan klien guna
kriteria hasil: kecemasan dan tanda menentukan tindakan
v Tingkat Ansietas ansietas selanjutnya.
(L.09093) 2. Ciptakan sikon yang 2. Situasi yang
1. Klien rileks dan nyaman dan bantu nyaman akan
ekspresi wajah pasien mengenal situasi menciptakan
tidak pucat tidak yang menimbulkan hubungan saling
tegang, perilaku kecemasan percaya antara
gelisah dan 3. Dorong pasien untuk perawat dan klien
diaforesis mengungkapkan deteksi dini guna
menurun perasaan, ketakutan, mencegah faktor
2. Ungkapan persepsi penyebab kecemasan
kebingungan, 4. Ajarkan pasien 3. dengan teknik
khawatir, cemas menggunakan teknik relaksasi dapat
berkurang relaksasi menurunkan
3. TTV (pernafasan, 5. Barikan obat untuk kecemasan klien
nadi) normal mengurangi kecemasan 4. obat antiansietas
bila perlu sesuai indikasi bila
perlu

5. v  Tujuan : Edukasi kesehatan 1. Memberikan


klien mendapatkan (I.12383) pengenalan tentang
informasi tepat dan masalah kesehatan
1. Beri pendidikan
efektif. sedini mungkin dapat
kesehatan (penyuluhan)
(L.12111) meningkatkan
tentang penyakit, beri
Kriteria Hasil : kesehatan klien dan
kesempatan klien atau
Klien dapat menghindarkan resiko
keluarga untuk
menyebutkan kekambuhan.
bertanya.
pengertian, penyebab, 2. Meningkatkan
2. Mengajarkan
tanda dan gejala, pengetahuan klien
perilaku bersih dan
perawatan, agar hidup lebih baik
sehat serta faktor yang
pencegahan dan dan sehat dan
dapat mempegaruhi
pengobatan terkait menghindari faktor
kesehatannya.
masalah kesehatan resiko.
yang dialaminya. 3. Evaluasi tingkat 3. Mengetahui
pengetahuan pasien seberapa umpan balik
setelah dilakukan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. pendidikan kesehatan.
3.

J. REFRENSI
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4,
Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran  EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford
University Press
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
SDKI, SIKI, SLKI

Anda mungkin juga menyukai