DISUSUN OLEH :
JALALUDDIN SHAKTI
NIM. 2019032044
A. Defenisi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Dengan target organ diotak yang berupa stroke, hipertensi
adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian (Amiruddin, dkk, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih
(Kemeenkes, 2018).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali
selama 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan
darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Prawirohardjo, 2012).
Hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan
tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan sampai batas normal),
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer dkk, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik
usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (ditulis 140/90) (Corwin, 2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmhg atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmhg. Hipertensi tidak hanya
berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2014)
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug
C. Etiologi
Menurut Corwin (2012), penyebab peningkatan tekanan darah ada tiga hal
yaitu:
1. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada nodus
serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang
berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume
sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau
konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
3. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua
hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut
peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
Aterosklerosis dan
elastisitas pembuluh Hipertensi
darah menurun
Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah
Perubahan struktur
Pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Edema Intolerans
aktifitas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti laboratorium
rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya
H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2010), pengobatan hipertensi yang ideal yang
diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :
1. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
2. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
3. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
4. Melindungi organ-organ vital.
5. Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
6. Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal
memperbaiki left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah
pembentukan aterosklerosis.
7. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
8. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
9. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual, dan muka merah.
I. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Ginjal
4. Mata
Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai
pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak
baik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
2. Nyeri akut
3. Intoleran aktivitas
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko Injury
C. Intervensi
1. Penurunan Curah Jantung
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri dada
gangguan irama effectiveness Catat adanya disritmia jantung
jantung, stroke Circulation Status Catat adanya tanda dan gejala
volume, pre load Vital Sign Status penurunan cardiac putput
dan afterload, Tissue perfusion: Monitor status pernafasan yang
kontraktilitas perifer menandakan gagal jantung
jantung. Setelah dilakukan Monitor balance cairan
asuhan selama……… Monitor respon pasien terhadap efek
DO/DS: penurunan kardiak pengobatan antiaritmia
- Aritmia, output klien teratasi Atur periode latihan dan istirahat
takikardia, dengan kriteria hasil: untuk menghindari kelelahan
bradikardia Tanda Vital dalam Monitor toleransi aktivitas pasien
- Palpitasi, oedem rentang normal Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Kelelahan (Tekanan darah, tekipneu dan ortopneu
2. Nyeri akut
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeriakut b/d NOC : NIC :
peningkatan Pain level Lakukan pengkajian nyeri secara
tekanan vaskuler Pain control komprehensif termasuk lokasi,
serebral dan Comfotr level karateristik, Lokasi, frekuensi,
4. Defisit Pengetahuan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
DefisitPengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan Kowlwdge : Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dengan : disease process keluarga
keterbatasan Kowledge : health Jelaskan patofisiologi dari penyakit
kognitif, interpretasi Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
terhadap informasi Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi,
yang salah, tindakan keperawatan dengan cara yang tepat.
kurangnya selama …. pasien Gambarkan tanda dan gejala yang
keinginan untuk menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
mencari informasi, pengetahuan tentang cara yang tepat
tidak mengetahui proses penyakit Gambarkan proses penyakit, dengan
sumber-sumber dengan kriteria hasil: cara yang tepat
informasi. Pasien dan Identifikasi kemungkinan penyebab,
keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan Sediakan informasi pada pasien
DS: Menyatakan pemahaman tentang kondisi, dengan cara yang
secara verbal adanya tentang penyakit, tepat
masalah kondisi, prognosis
Sediakan bagi keluarga informasi
DO: ketidakakuratan dan program
tentang kemajuan pasien dengan
mengikuti pengobatan
cara yang tepat
instruksi, Pasien dan
Diskusikan pilihan terapi atau
perilaku tidak keluarga mampu
penanganan
sesuai melaksanakan
Dukung pasien untuk
prosedur yang
mengeksplorasi atau mendapatkan
dijelaskan secara
second opinion dengan cara yang
benar
tepat atau diindikasikan
Pasien dan
Eksplorasi kemungkinan sumber
keluarga mampu
atau dukungan, dengan cara yang
menjelaskan
tepat
kembali apa yang
5. Resiko Injury
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management
Faktor-faktor risiko : Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
Eksternal Immune status Sediakan lingkungan yang aman
- Fisik (contoh : Safety Behavior untuk pasien
rancangan struktur Setelah dilakukan Identifikasi kebutuhan keamanan
dan arahan tindakan keperawatan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
masyarakat, selama…. Klien tidak dan fungsi kognitif pasien dan
bangunan dan atau mengalami injury riwayat penyakit terdahulu pasien
perlengkapan; dengan kriterian hasil: Menghindarkan lingkungan yang
mode transpor Klien terbebas dari berbahaya (misalnya memindahkan
atau cara cedera perabotan)
perpindahan; Klien mampu Memasang side rail tempat tidur
Manusia atau menjelaskan Menyediakan tempat tidur yang
penyedia cara/metode nyaman dan bersih
pelayanan) untukmencegah Menempatkan saklar lampu ditempat
- Biologikal injury/cedera yang mudah dijangkau pasien.
( contoh : tingkat Klien mampu Membatasi pengunjung
imunisasi dalam menjelaskan factor Memberikan penerangan yang cukup
masyarakat, risiko dari Menganjurkan keluarga untuk
mikroorganisme) lingkungan/perilaku menemani pasien.
- Kimia (obat- personal Mengontrol lingkungan dari
obatan:agen Mampumemodifikas kebisingan
farmasi, alkohol, i gaya hidup Memindahkan barang-barang yang
kafein, nikotin, untukmencegah dapat membahayakan
bahan pengawet, injury Berikan penjelasan pada pasien dan
kosmetik; nutrien: Menggunakan keluarga atau pengunjung adanya
vitamin, jenis fasilitas kesehatan perubahan status kesehatan dan
makanan; racun; yang ada penyebab penyakit.
polutan) Mampu mengenali
Internal perubahan status
- Psikolgik kesehatan
(orientasi afektif)
- Mal nutrisi