Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “HIPERTENSI”


DI RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :

JALALUDDIN SHAKTI
NIM. 2019032044

POGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2020

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Defenisi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Dengan target organ diotak yang berupa stroke, hipertensi
adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian (Amiruddin, dkk, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih
(Kemeenkes, 2018).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali
selama 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan
darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Prawirohardjo, 2012).
Hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan
tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan sampai batas normal),
untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer dkk, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik
usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik (ditulis 140/90) (Corwin, 2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmhg atau tekanan distolik sedikitnya 90 mmhg. Hipertensi tidak hanya
berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2014)

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
B. Anatomi Fisiologi
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung sedangkan Vena membawa darah ke
jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe
mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang
dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran
limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis
diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan
denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan,
pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus
jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Kriteria Nadi (x/menit)
Pada bayi yang baru lahir 120 – 160
Selama tahun pertama 80 – 120
Selama tahun kedua 80 – 130
Pada umur 2-6 tahun 75 – 120
Pada umur 6 – 12 tahun 75 – 110
Pada orang dewasa 60 – 100

Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah.
Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole
ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan
ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.
Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa :
KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
(LeMone dkk, 2016.)
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh
darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan
sangat lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat
pada kapiler.
Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan
otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan  dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa,
isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju.
Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan
darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan
arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama
sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang
dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat
sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah
dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur
melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi.

C. Etiologi
Menurut Corwin (2012), penyebab peningkatan tekanan darah ada tiga hal
yaitu:
1. Peningkatan Kecepatan Denyut Jantung
Dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf dan hormon pada nodus
serabut arikinji (SA). Peningkatan kecepatan denyut jantung yang
berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan
kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume
sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
Dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau
konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan volume plasma akan
menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
3. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua
hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut
peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2018).

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
E. Pathway

Umur Jeniskelamin Gaya hidup Obesitas

Aterosklerosis dan
elastisitas pembuluh Hipertensi
darah menurun

Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah

Perubahan struktur
Pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah


darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokontriksi Spasme arteriole


Resistensi SuplaiO2 Sistemik Koroner
Pembuluh
Pembuluh Otak Darah ginjal
Darah otak menurun
meningkat
Vasokontriksi Iskemi Miokard Diplopia
Blood flow
Nyeri menurun
Gangguan Akut Afterload meningkat
Nyeri Akut Resiko injury
Pola tidur
Retensi
natrium
Penurunan Fatigue
Curah jantung

Edema Intolerans
aktifitas

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak napas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun
Menurut Corwin (2012), tanda dan gejala hipertensi adalah:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti laboratorium
rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan menentukan adanya
kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin
protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
(Mansjoer,2010).
Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk
mendiagnosa hipertensi:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.

H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2010), pengobatan hipertensi yang ideal yang
diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti :
1. Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.
2. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral.
3. Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.
4. Melindungi organ-organ vital.
5. Mendukung pengobatan penyakit penyerta DM.
6. Mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) dalam hal
memperbaiki left ventricular hypertrophy (LVH) dan mencegah
pembentukan aterosklerosis.
7. Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.
8. Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.
9. Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala, edema, rasa
lelah, mual, dan muka merah.

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
10. Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.
11. Melindungi jantung terhadap risiko infark.
Jenis-jenis obat hipertensi:
1. Anti hipertensi non-farmakologik:
(Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a. Turunkan BB pada obesitas.
b. Pembatasan komsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan rokok
e. Olahraga teratur
f. Diet rendah lemak jenuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
2. Obat antihipertensi
a. Diuretika, pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input
pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama
dalam manejemen hipertensi.
b. Penyekat Beta (B-blocker)
c. Antagonis kalsium
d. Inhibitor Anti Converting Enzyme (ACE), misalnya Inhibase
e. Obat Anti hipertensi sentral (Simpatokolitika)
f. Obat penyekat Alpha
g. Vasodilator

I. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit hipertensi ini termasuk penyakit kronis yang
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Ginjal
4. Mata

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa
tahanan dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah
yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh
darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang juga kecil.
Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka
pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik
yang memiliki prognosis yang tidak baik.

Dengan demikian kontrol dalam penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai
pengobatan seumur hidup bila ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak
baik.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor
stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
2. Nyeri akut
3. Intoleran aktivitas
4. Kurang pengetahuan
5. Resiko Injury

C. Intervensi
1. Penurunan Curah Jantung
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d  Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri dada
gangguan irama effectiveness Catat adanya disritmia jantung
jantung, stroke  Circulation Status Catat adanya tanda dan gejala
volume, pre load  Vital Sign Status penurunan cardiac putput
dan afterload,  Tissue perfusion: Monitor status pernafasan yang
kontraktilitas perifer menandakan gagal jantung
jantung. Setelah dilakukan Monitor balance cairan
asuhan selama……… Monitor respon pasien terhadap efek
DO/DS: penurunan kardiak pengobatan antiaritmia
- Aritmia, output klien teratasi Atur periode latihan dan istirahat
takikardia, dengan kriteria hasil: untuk menghindari kelelahan
bradikardia  Tanda Vital dalam Monitor toleransi aktivitas pasien
- Palpitasi, oedem rentang normal Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Kelelahan (Tekanan darah, tekipneu dan ortopneu

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
- Peningkatan/penur Nadi, respirasi) Anjurkan untuk menurunkan stress
unan JVP  Dapat  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Distensi vena mentoleransi  Monitor VS saat pasien berbaring,
jugularis aktivitas, tidak ada duduk, atau berdiri
- Kulit dingin dan kelelahan  Auskultasi TD pada kedua lengan
lembab  Tidak ada edema dan bandingkan
- Penurunan denyut paru, perifer, dan  Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
nadi perifer tidak ada asites selama, dan setelah aktivitas
- Oliguria, kaplari  Tidak ada  Monitor jumlah, bunyi dan irama
refill lambat penurunan jantung
- Nafas pendek/ kesadaran  Monitor frekuensi dan irama
sesak nafas  AGD dalam batas pernapasan
- Perubahan warna normal  Monitor pola pernapasan abnormal
kulit  Tidak ada distensi  Monitor suhu, warna, dan
- Batuk, bunyi vena leher kelembaban kulit
jantung S3/S4  Warna kulit  Monitor sianosis perifer
- Kecemasan normal  Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

2. Nyeri akut
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeriakut b/d NOC : NIC :
peningkatan  Pain level Lakukan pengkajian nyeri secara
tekanan vaskuler  Pain control komprehensif termasuk lokasi,
serebral dan  Comfotr level karateristik, Lokasi, frekuensi,

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
iskemia. Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
asuhan selama……… Observasi reaksi non verbal dari
DO/DS: nyeri akut klien ketidak nyamanan
- Perubahanseleram teratasi dengan Gunakan tehnik komunikasit
akan kriteria hasil: erapeutik untuk mengetahui
- Perubahantekanan  Mampu pengalaman nyeri pasien
darah mengontrol Kaji kultur yang mempengaruhi
- Perubahanfrekuen nyeri(tahu respon nyeri
sijantung penyebab Evaluasi pengalaman nyeri masa
- Perubahanfrekuen nyeri,mampumeng lampau
sipernapasan gunakan tehnik Kontrol lingkungan yang dapat
non farmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu
untuk ruangan,pencahayaan,dan kebisingan
menmgurangi Kaji tipe dan sumber nyeriu ntuk
nyeri, mencari menentukan intervensi
bantuan) Ajarkan tehnik non farmakologi
 Melaporkan bahwa Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
denganmenggunak Evaluasi keefektifan control nyeri
an manajemen Tingkatkan istirahat
nyeri Kolaborasi dengan dokter jika ada
 Mampu mengenali keluhan dan tindakan nyeri tidak
nyeri berhasil
(skalaintensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
3. Intoleran Aktivitas
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
Berhubungan  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
dengan :  Konservasi energi  Kaji adanya faktor yang
 Tirah Baring Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
atau imobilisasitindakan keperawatan  Monitor nutrisi dan sumber energi
 Kelemahan selama …. Pasien yang adekuat
menyeluruh bertoleransi terhadap  Monitor pasien akan adanya
 Ketidakseimban aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi secara
gan antara Kriteria Hasil : berlebihan
suplei oksigen  Berpartisipasi  Monitor respon kardivaskuler
dengan dalam aktivitas terhadap aktivitas (takikardi,
kebutuhan fisik tanpa disertai disritmia, sesak nafas, diaporesis,
Gaya hidup yang peningkatan pucat, perubahan hemodinamik)
dipertahankan. tekanan darah,  Monitor pola tidur dan lamanya
DS: nadi dan RR tidur/istirahat pasien
 Melaporkan  Mampu  Kolaborasikan dengan Tenaga
secara verbal melakukan Rehabilitasi Medik dalam
adanya aktivitas sehari merencanakan progran terapi yang
kelelahan atau hari (ADLs) tepat.
kelemahan. secara mandiri  Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Adanya  Keseimbangan aktivitas yang mampu dilakukan
dyspneu atau aktivitas dan  Bantu untuk memilih aktivitas
ketidaknyaman istirahat konsisten yang sesuai dengan
an saat kemampuan fisik, psikologi dan
beraktivitas. sosial
DO :  Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
 Respon untuk aktivitas yang diinginkan
abnormal dari  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
tekanan darah aktivitas seperti kursi roda, krek
atau nadi  Bantu untuk mengidentifikasi
terhadap aktivitas yang disukai
aktifitas  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Perubahan ECG
 Bantu pasien/keluarga untuk
: aritmia,
mengidentifikasi kekurangan dalam
iskemia
beraktivitas

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4. Defisit Pengetahuan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
DefisitPengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan  Kowlwdge :  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dengan : disease process keluarga
keterbatasan  Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
kognitif, interpretasi Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
terhadap informasi Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi,
yang salah, tindakan keperawatan dengan cara yang tepat.
kurangnya selama …. pasien  Gambarkan tanda dan gejala yang
keinginan untuk menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
mencari informasi, pengetahuan tentang cara yang tepat
tidak mengetahui proses penyakit  Gambarkan proses penyakit, dengan
sumber-sumber dengan kriteria hasil: cara yang tepat
informasi.  Pasien dan  Identifikasi kemungkinan penyebab,
keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan  Sediakan informasi pada pasien
DS: Menyatakan pemahaman tentang kondisi, dengan cara yang
secara verbal adanya tentang penyakit, tepat
masalah kondisi, prognosis
 Sediakan bagi keluarga informasi
DO: ketidakakuratan dan program
tentang kemajuan pasien dengan
mengikuti pengobatan
cara yang tepat
instruksi,  Pasien dan
 Diskusikan pilihan terapi atau
perilaku tidak keluarga mampu
penanganan
sesuai melaksanakan
 Dukung pasien untuk
prosedur yang
mengeksplorasi atau mendapatkan
dijelaskan secara
second opinion dengan cara yang
benar
tepat atau diindikasikan
 Pasien dan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
keluarga mampu
atau dukungan, dengan cara yang
menjelaskan
tepat
kembali apa yang

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

5. Resiko Injury
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management
Faktor-faktor risiko : Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
Eksternal Immune status  Sediakan lingkungan yang aman
- Fisik (contoh : Safety Behavior untuk pasien
rancangan struktur Setelah dilakukan  Identifikasi kebutuhan keamanan
dan arahan tindakan keperawatan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
masyarakat, selama…. Klien tidak dan fungsi kognitif pasien dan
bangunan dan atau mengalami injury riwayat penyakit terdahulu pasien
perlengkapan; dengan kriterian hasil:  Menghindarkan lingkungan yang
mode transpor Klien terbebas dari berbahaya (misalnya memindahkan
atau cara cedera perabotan)
perpindahan; Klien mampu  Memasang side rail tempat tidur
Manusia atau menjelaskan  Menyediakan tempat tidur yang
penyedia cara/metode nyaman dan bersih
pelayanan) untukmencegah  Menempatkan saklar lampu ditempat
- Biologikal injury/cedera yang mudah dijangkau pasien.
( contoh : tingkat Klien mampu  Membatasi pengunjung
imunisasi dalam menjelaskan factor  Memberikan penerangan yang cukup
masyarakat, risiko dari  Menganjurkan keluarga untuk
mikroorganisme) lingkungan/perilaku menemani pasien.
- Kimia (obat- personal  Mengontrol lingkungan dari
obatan:agen Mampumemodifikas kebisingan
farmasi, alkohol, i gaya hidup  Memindahkan barang-barang yang
kafein, nikotin, untukmencegah dapat membahayakan
bahan pengawet, injury  Berikan penjelasan pada pasien dan
kosmetik; nutrien: Menggunakan keluarga atau pengunjung adanya
vitamin, jenis fasilitas kesehatan perubahan status kesehatan dan
makanan; racun; yang ada penyebab penyakit.
polutan) Mampu mengenali
Internal perubahan status
- Psikolgik kesehatan
(orientasi afektif)
- Mal nutrisi

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
- Bentuk darah
abnormal,
contoh :
leukositosis/leuko
penia
- Perubahan faktor
pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum
tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi
gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan
usia (fisiologik,
psikososial)
- Fisik (contoh :
kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan
dengan mobilitas)

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2015, Hipertensi, Jantung dan Diit, Jogjakarta: Diva Press


Amiruddin, dkk, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Andra, 2010, Hipertensi Menjadi Ancaman Serius Di Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta.
Armilawaty, 2014,  Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiolog,
FKM UNHAS, Makasar 
Corwin, 2015, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Harrison, 2012, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
KEMENKES RI. 2018. Pusat data dan Informasi. Jakarta.
Mansjoer, dkk, 2012, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta
Sidabutar, 2014, Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit, FKUI, Jakarta
Tjokronegoro, 2011, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

JALALUDDIN SHAKTI, S.Kep


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai