Oleh :
RIWAN RAGOMPI
NIM. 2020032076
CI LAHAN CI INSTITUSI
TAHUN 2021
A. Definisi
Paraparese adalah kelemahan otot kedua ekstremitas bawah pada fungsi motorik
dan sensorik pada segmen torakal, lumbal atau sacral medulla spinalis (Sudoyo,
2009). Paraplegia adalah cedera saraf tulang belakang yang disebabkan karena
kecelakaan yang merusak sensorik dan fungsi motorik di bagian tubuh.
Paraplegia mengalami kelumpuhan pada kedua tungkai kaki dan mati rasa pada
bagian perut hingga ujung kaki akibat cedera pada sumsum tulang belakang. Para
penderita paraplegia juga memiiki masalah lain seperti impotensia, BAK, BAB,
selain itu emosional, depresi, dan stres karena mereka tidak bisa berjalan lagi.
Perbedaan kuadraplegi, paraplegia, tetraplegia, paralisis dan parese. (Kowalak,
2011).
1. Kuadriplegik mengacu pada kehilangan gerakan dan sensasi pada keempat
ekstremitas dan badan yang dikaitkan dengan cedera pada medulla spinalis
cervikalis.
2. Paraplegia mengacu pada kehilangan gerak dan sensasi ekstremitas bawah dan
semua atau sebagian badan sebagai akibat cedera pada torakal, lumbal atau sacral.
3. Paralisis merupakan hilangnya kekuatan untuk memindahkan
tubuh berhubungan dengan injury atau penyakit pada syaraf yang mengatur otot
dalam melakukan perpindahan tubuh.
4. Plegia yaitu kehilangan kekuatan.
5. Paresis yaitu kelemahan yang berarti pada otot yang terkena
6. Paraparese yaitu kelemahan tonus otot pada ekstremitas bawah.
7. Tetraparese yaitu kelemahan tonus otot yang melibatkan salah satu segmen
servikal medulla spinalis dengan disfungsi kedua lengan dan kedua kaki.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 7
tulang cervical, 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang
sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung
terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau
corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Medula
spinalis mulai dari akhir medulla oblongata di foramen magnum sampai konus
medullaris di level Tulang Belakang L1-L2. Medulla Spinalis berlanjut menjadi
Kauda Equina (di Bokong) yang lebih tahan terhadap cedera.
D. PATOFISIOLOGI
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien s
embuhsempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salahsatu
atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis). Bila
hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes keekstradul subdural
atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada
cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur (Sudoyo, 2009).
Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya inisaja tetapi proses
patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera medulla spinalis akut. Suatu
rantai sekunder kejadian- kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia,edema, lesi,
hemorargi. Cidera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5.
Lesi 11 – 15 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian dari
bokong.
Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
E. PATHWAY
T2-T4: kelumpuhan anggota gerak bawah, hilangnya rasa pada kedua putting susu
T5-T8: kelumpuhan pada anggota gerak bagian bawah dan kehilangan rasa pada daerah
tulang dada
T9-T11: Kelumpuhan pada kaki dan kehilangan rasa pada daerah umbilicus
T12-L1: Kelumpuhan pada daerah dibawah paha
L2-L5: kelumpuhan pada keldua kaki S1-S2: Kelumpuhan pada kedua kaki
S3-S5: Kehilangan kontrol pada kandung kemih dan usus. Kehilangan sensasi pada daerah
perineum
G. KOMLIKASI
Mansjoer (2009) menjelaskan bahwa komplikasi yang dapat muncul akibat dari
paraparese adalah :
1. Gangguan penghubung dari lokasi pusat hambatan yang lebih tinggi di otak.
2. Infeksi dan sepsis dari berbagai sumber meliputi saluran kemih, saluran
pernapasan dan decubitus.
H. PEMRIKSAAN DIAGNOSTIK
I. PENATALAKSANAAN
2) Mencegah syok
a) Farmakoterapi
b) Hipotermia
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Potter & Perry (2009), pasien dengan paraparese perlu dilakukan ROM.
ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut :
1. Leher, Spina, Servikal
3. Siku
4. Lengan bawah
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-
bagian dalam lengan bawah, 90°
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-
jari-jari, tangan, lengan bawah berada 90°
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-
belakang sejauh mungkin, 90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-
arah lima jari, 50°
7. Ibu jari
8. Panggul
9. Lutut
11. Kaki
J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data – data yang sering muncul saat dilakukannya pengkajian pada pasien dengan
paraparese, anatara lain (Nurarif, 2013):
2. Riwayat
a. Keluhan Utama
Adanya riwayat infeksi, tumor, cedera tulang belakang, DM, jantung, anemia,
obat antikoagulan, alkohol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kelurga dengan penyakit yang sama.
3. Pola Gordon
a. Aktifitas / Istirahat
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan
umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf).
b. Sirkulasi
Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emesis berwarna
seperti kopi tanah /hematemesis.
d. Integritas Ego
e. Makanan /cairan
g. Higiene
i. Pernapasan
Skala
Tingkat Fungsi Otot %
Tingkat Skala Lovett
Normal
Tidak ada kontraktilitas 0 0 0 (nol)
Kontraktilitas ringan, tidak 1 10 T
ada gerakan (trace/mimimal)
Rentang gerak penuh, 2 25 P (poor/buruk)
tanpa gravitasi
Refleks patologis: reflek patologis ynag sering diperiksa adalah ekstensor plantar respons
atau reflek Babinski.
Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena karena
pengaruh trauma spinal.
5. Diagnosa keperawatan
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jarkarta: Departemen Ilmu
Smeltzer C, Suzanne, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Edisi 8, Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC Carpenito L. J. 2006. Rencana Asuhan
, Edisi 3. Jakarta: EGC Wilkinson, J. M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA
NANDA International. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011.
Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PARAPARESE
DI RUANGAN MAWAR RSUD UNDATA PALU
Oleh :
RIWAN RAGOMPI
NIM. 2020032076
CI LAHAN CI INSTITUSI