Anda di halaman 1dari 9

Idea Nursing Journal Vol. VI No.

2 2015
ISSN : 2087-2879

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA


GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 2 DAN 6 BANDA ACEH

Hilman Syarif1, Mastura2


1
Dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
2
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
Email: hilmansyarif@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Sekolah adalah salah satu area yang memiliki resiko tinggi adanya korban jiwa pada saat terjadi bencana gempa
bumi dan tsunami dikarenakan merupakan tempat berkumpulnya siswa, guru dan sivitas akademika lainnya
terutama pada jam sekolah, sehingga dibutuhkan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. Self efficacy
terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 dan 6 Banda Aceh tahun 2015.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan cross sectional study. Populas adalah seluruh siswa
SMAN 2 dan 6 Banda Aceh sebanyak 748 siswa. Sampel sebesar 171 siswa dengan teknik proportionate stratified
simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan angket. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner self
efficacy yang dikembangkan oleh Schwarzer & Jerussalem dan kuesioner kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh
LIPI-UNESCO/ISDR. Analisa data menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
self efficacy pada responden adalah 27,89 (±6,42) dan rata-rata kesiapsiagaan bencana adalah 64,44 (± 16,24).
Terdapat hubungan yang bermakna dan sangat kuat antara self efficacy dengan kesiapsiagaan bencana (r 0,756; p
0,000). Pengaruh self efficacy terhadap kesiapsiagaan bencana sebesar 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Saran penelitian ini kepada pimpinan sekolah serta pihak terkait agar
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan self efficacy siswa terhadap bencana, misalnya simulasi;
drill dan kampanye kesiapsiagaan bencana.

Kata kunci : Kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami, siswa, SMA

PENDAHULUAN Serikat (Pusat Mitigasi Bencana ITB dalam


Indonesia merupakan negara Krishna & Krishna, 2008).
kepulauan yang terletak pada pertemuan Di wilayah Indonesia dapat dideteksi
lempeng-lempeng tektonik dunia, yaitu sekitar 4000 gempa bumi pertahun,
lempeng Euro-Asia di bagian Utara, sedangkan gempa bumi berkekuatan di atas
lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, 5,5 Skala Richter (SR) dan gempa bumi
lempeng Filipina dan Samudera Pasifik di yang bisa dirasakan oleh manusia, terjadi
bagian Timur. Hal tersebut menyebabkan rata-rata sekitar 70–100 kali per tahun, dan
Indonesia memiliki tingkat kerawanan gempa bumi tektonik yang menimbulkan
bencana alam tinggi, seperti letusan gunung kerusakan terjadi antara 1–2 kali per tahun.
api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah Sejak tahun 1991 sampai dengan 2011
longsor, dan lain sebagainya. Data tercatat telah terjadi 186 kali gempa bumi
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan tektonik yang merusak (BMKG, 2012).
salah satu negara yang memiliki tingkat Menurut Tsunami and Disaster
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari Mitigation Research Center Unsyiah 2011
10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika (TDMRC-Unsyiah) Tsunami di Aceh pada
53
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk

tanggal 26 Desember 2004 telah korban tewas adalah anak-anak sekolah.


menyebabkan kerusakan berbagai fasilitas, Berdasarkan laporan media pemerintah
harta benda maupun korban jiwa. Cina, lebih dari 7.000 bangunan sekolah
Berdasarkan data RUPUSDALOPS BPBA runtuh dan menimbun para pelajar dan guru.
Banda Aceh, jumlah korban bencana gempa Kemudian pada tahun 2009, gempa bumi
bumi dan tsunami 26 Desember 2004 melanda kota Padang yang menyebabkan
diantaranya korban jiwa sebanyak 165.708 241 sekolah hancur dan 60 siswa meninggal
yang meninggal, 37.063 jiwa hilang serta dunia. Pengalaman gempa tersebut
sekitar 100.000 jiwa menderita luka berat menunjukkan betapa besarnya dampak
dan ringan. kerusakan sekolah, khususnya ruang kelas,
Bencana gempa bumi dan tsunami akibatnya proses kegiatan belajar-mengajar
rentan terjadi di Aceh dipengaruhi letak secara normal pun terhenti. Oleh karena itu
geografis wilayah Aceh di dekat pertemuan kesiapsiagaan guru dan siswa dalam
tiga lempeng yakni lempeng Pasifik, menghadapi bencana gempa dan tsunami
lempeng Eurasia dan lempeng Australia. sangat diperlukan untuk mencegah
Sehingga, semua kawasan di Aceh memiliki terjadinya korban jiwa (LIPI-UNESCO,
potensi terjadi gempa bumi, sedangkan 2006).
kawasan pesisir barat selatan yang Kesiapsiagaan menghadapi bencana
berhadapan langsung dengan Lautan Hindia didefinisikan sebagai tindakan yang
mempunyai potensi tsunami lebih besar bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
dibandingkan kawasan wilayah timur utara hidup saat terjadi bencana, seperti tindakan
(TDMRC-Unsyiah, 2011). proteksi selama gempa bumi, tumpahan
Salah satu tempat yang sangat material berbahaya, atau serangan teroris.
berbahaya pada saat terjadi bencana gempa Kesiapsiagaan juga mencakup tindakan yang
bumi dan tsunami adalah sekolah, karena dirancang untuk meningkatkan kemampuan
merupakan salah satu bangunan vital yang untuk melakukan tindakan darurat untuk
merupakan tempat berkumpul banyak melindungi property dari kerusakan dan
individu, terutama pada jam sekolah. kekacauan akibat bencana, serta kemampuan
Bangunan sekolah memiliki kerentanan untuk terlibat dalam kegiatan restorasi dan
terhadap berbagai bahaya, misalnya gempa pemulihan awal pasca bencana (LIPI-
bumi, banjir, longsor yang bisa diikuti UNESCO, 2006).
dengan runtuhnya bangunan dan akhirnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
dapat menimbun siswa yang ada di LIPI-UNESCO (2006) melakukan penelitian
dalamnya (TDMRC-Unsyiah, 2011). di tiga wilayah, yaitu Kabupaten Aceh
Gempa bumi 12 Mei 2008 di Sichuan, Besar, Kota Bengkulu, dan Kota Padang.
China, memberikan gambaran besarnya Penelitian itu bertujuan melihat tingkat
dampak ketika bencana terjadi pada jam kesiapsiagaan bencana di dalam sekolah,
sekolah. Gempa berkekuatan 7,9 SR itu rumah tangga, dan komunitas. Hasil
menewaskan 87.000 orang dengan penelitian yang merujuk pada parameter
sedikitnya 5.335 siswa. Artinya, sekitar 6% kesiapsiagaan bencana menunjukkan bahwa
54
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

tingkat kesiapsiagaan sekolah lebih rendah Penelitian yang dilakukan oleh


dibandingkan masyarakat serta aparat. Herdwiyanti dan Sudaryono (2013) tentang
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekolah perbedaan kesiapsiagaan menghadapi
merupakan ruang publik dengan tingkat bencana ditinjau dari tingkat self efficacy
kerentanan yang tinggi. pada anak usia sekolah dasar di daerah
Penilaian individu terhadap dampak bencana Gunung Kelud mengatakan
kemampuannya dalam melaksanakan bahwa terdapat perbedaan kesiapsiagaan
tugasnya dapat mempengaruhi menghadapi bencana ditinjau dari tingkat
kesiapsiagaan terhadap bencana. Penelitian self efficacy pada anak usia sekolah dasar di
Spital dalam Rinaldi (2009) tentang bias daerah dampak bencana dengan effect size
optimistik dalam kaitannya dengan yang kecil.
kesiapsiagaan menghadapi gempa Sekolah memegang peranan penting
menunjukkan hasil bahwa sikap optimis dalam upaya awal pencegahan dan mitigasi
masyarakat dalam menghadapi gempa bumi bencana. Guru memiliki tanggung jawab dan
dapat memberikan keyakinan dalam peran besar dalam mendidik, mengajarkan,
menghadapi bencana yang akan datang. Hal menolong serta membimbing siswa untuk
ini sesuai dengan konsep self efficacy dari mengembangkan kemampuan belajar dan
Bandura bahwa individu mempunyai kehidupan sosial mereka di sekolah. Salah
keyakinan dan kemampuan untuk bertindak satu bagian dari tanggung jawab guru adalah
atau mengendalikan situasi jika terjadi mendukung siswa dalam mengembangkan
bencana. respon psikologis mereka, termasuk dalam
Self efficacy merupakan penilaian hal resiko menghadapi bencana, oleh karena
individu terhadap kemampuan atau itu sekolah memiliki dukungan yang sangat
kompetensinya untuk melakukan suatu mempengaruhi pengetahuan siswa terhadap
tugas, mencapai suatu tujuan dan kesiapsiagaan bencana, dimana bentuk
menghasilkan sesuatu. Self efficacy telah dukungan yang diberikan dapat berupa
diidentifikasi memiliki pengaruh signifikan dukungan sikap dan tindakan sekolah,
terhadap perilaku ketika berhadapan dengan kebijakan sekolah, perencanaan
masalah yang dipersepsikan kurang kesiapsiagaan, dan mobilisasi sumberdaya
terkontrol. Individu cendrung tidak sekolah (TDMRC-Unsyiah, 2011).
bertindak jika menganggap dirinya tidak Pada kenyataannya tingkat resiko
memiliki kompetensi untuk menghadapi bencana selain ditentukan oleh potensi
bencana (self efficacy rendah), sedangkan bencana juga ditentukan oleh upaya mitigasi
individu yang memiliki self efficacy yang dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
tinggi cenderung lebih siap untuk bencana. SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6
menghadapi bencana, karena self efficacy Banda Aceh adalah sekolah yang memiki
meningkatkan jumlah rencana yang resiko tinggi terhadap gempa bumi dan
dikembangkan oleh individu dan ketekunan tsunami dibandingkan dengan sekolah
mereka dalam menerapkannya (Herdwiyanti menengah atas lainnya yang berada
& Sudaryono, 2013). dikawasan kota Banda Aceh. Hal ini karena
55
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk

lokasi gedung sekolah SMAN 2 dan SMAN digunakan adalah proportionate stratified
6 yang dekat dengan pesisir pantai. simple random sampling.
Maka dari itu penulis tertarik untuk Metode Pengambilan Data.
meneliti kesiapsiagaan siswa dalam Pengumpulan data dilakukan melalui
menghadapi bencana gempa bumi dan prosedur administrasi dengan mendapatkan
tsunami berdasarkan self efficacy di Sekolah surat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan
Menengah Atas Banda Aceh tahun 2015. dan surat izin dari SMAN 2 Banda Aceh dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk SMAN 6 Banda Aceh.
mengetahui hubungan self efficacy di Selanjutnya peneliti mendatangi calon
dengan kesiapsiagaan siswa dalam responden, kemudian peneliti
menghadapi bencana gempa bumi dan memperkenalkan diri dan menjelaskan
tsunami di Sekolah Menengah Atas Banda tujuan penelitian kepada kepada para calon
Aceh Negeri 2 dan 6 Banda Aceh Tahun responden. Peneliti juga menjelaskan bahwa
2015. Hipotesa penelitian ini adalah terdapat penelitian ini tidak beresiko bagi responden
hubungan self efficacy di dengan dan kerahasian catatan mengenai data
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi responden dijaga dengan tidak menuliskan
bencana gempa bumi dan tsunami nama responden pada kuesioner serta data-
data yang diperoleh dari responden hanya
METODE akan digunakan untuk kepentingan
Desain penelitian. Jenis penelitian ini penelitian.
merupakan penelitian deskriptif dengan Setelah memberi penjelasan, peneliti
pendekatan korelasional. Penelitian ini meminta kesediaan responden untuk
dilakukan pada populasi dengan menandatangani surat persetujuan responden
menggunakan cross sectional study yaitu yang telah disediakan, kemudian
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat memberikan kuesioner kepada responden
(point time approach), artinya tiap subjek dan responden mengisi kuesioner tersebut.
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan Instrumen. Kuesioner self efficacy
pengukuran dilakukan terhadap status yang dikembangkan oleh Schwarzer &
karakter atau variabel subjek pada saat Jerussale digunakan untuk mengukur self
pemeriksaan, hal ini tidak berarti bahwa efficacy pada responden. Kuesioner ini
semua subjek penelitian diamati pada waktu merupakan kuesioner baku yang telah
yang sama. tersedia dalam 33 bahasa dan kuesioner ini
Populasi dan Sampel. Populasi dalam telah banyak digunakan untuk mengukur self
penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 2 efficacy. Kuesioner yang dibuat pada tahun
Banda Aceh yang berjumlah 483 siswa dan 1995 ini telah diterjemahkan dalam bahasa
siswa SMAN 6 Banda Aceh yang berjumlah Indonesia oleh staf Pusat Lembaga Bahasa
265 siswa, totalnya adalah 748 siswa. Universitas Syiah Kuala dan kemudian
Sampel dalam penelitian ini sebesar 171 dilakukan back translation oleh staf
siswa yang diperoleh dengan menggunakan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Rumus Slovin. Metode sampling yang Kuala.
56
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

Kuesioner kesiapsiagaan bencana yang Tabel 2. Distribusi responden


yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kesiapsiagaan bencana
dikembangkan secara khusus oleh LIPI- (n=171)
UNESCO. Item kesiapsiagaan bencana
gempa bumi dan tsunami terdiri dari Variabel Rata- Standar Nilai Nilai
pengetahuan terhadap resiko bencana, rata deviasi min max
Kesiapsiagaan 64,44 16,24 19 93
rencana tanggap darurat, sistem peringatan
Bencana
dini, dan mobilisasi sumber daya. Kuesioner
ini menggunakan analisa indeks dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
rentang 0-100. kesiapsiagaan bencana pada responden
Analisia Data. Analisa data yang adalah 64,44 (± 16,24), nilai minimum 19
digunakan adalah analisa data univariat dan nilai maksimum 93.
yaitu untuk mengidentifikasi rata-rata,
standar deviasi dan range variabel self 3. Hubungan self efficacy dengan
efficacy dan kesiapsiagaan bencana. kesiapsiagaan bencana
Sementara analisis bivariat menggunaka
Korelasi Spearmen untuk mengidentifikasi Tabel 3. Hubungan self efficacy dengan
korelasi dan koefisien korelasi antara self kesiapsiagaan bencana (n=171)
efficacy dan kesiapsiagaan bencana gempa
bumi dan tsunami. Variabel Rata- SD r R p
rata
HASIL Self Efficacy 27,89 6,42 0,75 0,57 0,00
1. Self Efficacy Kesiapsiagaa 64,44 16,2 6 0
n Bencana 4

Tabel 1. Distribusi responden Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata


berdasarkan self efficacy (n=171) self efficacy pada responden adalah 27,89
(±6,42) dan rata-rata kesiapsiagaan bencana
Variabel Rata- Standar Nilai Nilai
rata deviasi min max
adalah 64,44 (± 16,24). Terdapat hubungan
Self efficacy 27,89 6,42 13 40 yang bermakna dan sangat kuat antara self
efficacy dengan kesiapsiagaan bencana (r
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata 0,756; p 0,000). Pengaruh self efficacy
self efficacy pada responden adalah 27,89 (± terhadap kesiapsiagaan bencana sebesar
6,42), nilai minimum 13 dan nilai 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor
maksimum 40. lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Kesiapsiagaan Bencana
PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata
self efficacy pada responden adalah 27,89 (±

57
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk

6,42), nilai minimum 13 dan nilai self efficacy rendah akan menghindari tugas-
maksimum 40. tugas yang dianggap sulit, sebelum
Hasil penelitian yang memperkuat melakukan usaha yang lebih keras dalam
penelitian ini adalah penelitian yang menyelesaikannya. Bandura juga
dilakukan oleh Hermawati, Hairida dan mengatakan bahwa self efficacy dipengaruhi
Rasmawan (2014) tentang self efficacy dan oleh sumber-sumber dari self efficacy yaitu:
hasil belajar kimia antara siswa yang pengalaman akan kesuksesan, pengalaman
diberikan immediate dan delay feedback individu lain, persuasi verbal, dan keadaan
pada 35 siswa kelas X MIPA 7 di Sekolah fisiologis (Bandura, 1997).
Menengah Atas Negeri 1 Pontianak. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat
menunjukkan bahwa 20 siswa (57,14%) dijelaskan bahwa, siswa lebih banyak
mempunyai self efficacy tinggi dan sebanyak memiliki self efficacy tinggi pada penelitian
15 siswa (42,86%) memiliki self efficacy ini dikarenakan pengaruh dari sumber self
rendah. efficacy yaitu pengalaman akan kesuksesan
Hasil penelitian yang bertolak dan persuasi verbal. Pengalaman kesuksesan
belakang dengan penelitian ini adalah yang dimaksud adalah sebagian besar
penelitian yang dilakukan oleh Herdwiyanti responden sudah pernah mengalami bencana
& Sudaryono (2013) tentang perbedaan gempa bumi dan tsunami, dan mereka
kesiapsiagaan menghadapi bencana ditinjau selamat dari bencana tersebut. Sementara
dari tingkat self efficacy pada 109 anak usia persuasi verbal yang dimaksud adalah siswa
Sekolah Dasar di daerah dampak bencana dalam penelitian ini rutin mendapatkan
Gunung Kelud. Hasil penelitian ceramah singkat yang diberikan guru untuk
menunjukkan bahwa 53 siswa (48,6%) meyakinkan, memotivasi, dan memberikan
dengan self efficacy rendah dan 49 siswa reward terhadap usaha yang telah dilakukan
(44,9%) dengan self efficacy tinggi. siswanya untuk dapat meraih apa yang
Self-efficacy merupakan salah satu diinginkan sebelum proses belajar mengajar
kemampuan pengaturan diri individu. dilakukan.
Bandura mendefinisikan self efficacy Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
sebagai keyakinan seseorang dalam kesiapsiagaan bencana pada responden
kemampuannya untuk melakukan suatu adalah 64,44 (± 16,24), nilai minimum 19
bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang dan nilai maksimum 93.
itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
Siswa yang memiliki self efficacy tinggi penelitian yang dilakukan oleh LIPI-
memiliki rasa percaya diri dalam UNESCO/ISDR (2006) tentang kajian
menghadapi masalah yang sulit dan merasa mengantisipasi bencana gempa bumi dan
yakin dengan kemampuan yang dimilikinya tsunami di kabupaten Aceh Besar. Hasil
untuk menyelesaikan masalah yang penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dihadapinya. Siswa yang memiliki self kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana
efficacy rendah ragu akan kemampuan gempa bumi dan tsunami di SMA berada
dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa
58
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

pada tingkatan sedang, dengan rata-rata nilai besar (51,5% responden ) pernah mengikuti
indeks siswa sebesar 68%. pelatihan atau simulasi kebencanaan.
Penelitian ini juga diperkuat oleh Sehingga mereka memiliki tingkat
penelitian Sari (2014) tentang gambaran pengetahuan, rencana tanggap darurat,
kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana sistem peringatan dini dan mobilisasi
gempa bumi dan tsunami di Sekolah sumber daya yang tinggi dibandingkan
Menengah Atas di Banda Aceh tahun 2014 dengan siswa yang tidak mengikuti
dengan sampel 180 siswa. Hasil penelitian pelatihan kebencanaan
menunjukkan bahwa kesiapsiagaan siswa Pelatihan simulasi adalah
menghadapi bencana gempa bumi dan pembelajaran yang memperagakan sesuatu
tsunami berada pada kategori sedang dengan dalam bentuk tiruan yang mirip dengan
frekuensi 114 siswa (63,33%). keadaan sesungguhnya dan pengetahuan
Menurut LIPI-UNESCO (2006) adalah informasi yang didapatketika
kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan seseorang menggunakan indera sehingga
yang memungkinkan pemerintah, organisasi, simulasi memiliki pengaruh yang kuat
masyarakat, dan individu untuk mampu terhadap pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
menanggapi suatu situasi bencana secara Berdasarkan hasil penelitian juga
cepat dan tepat. Kesiapsiagaan merupakan dapat dijelaskan bahwa responden dalam
salah satu bagian dari proses manajemen penelitian ini memiliki pengalaman dan
bencana khususnya gempa bumi, kesiapsiagaan yang lebih tinggi
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen dibandingkan siswa yang tidak pernah
penting dari kegiatan pengendalian mengalami bencana. Pengalaman,
pengurangan risiko bencana yang bersifat pengetahuan dan kesiapsiagaan merupakan
pro-aktif, sebelum terjadi bencana. hal yang saling berhubungan. Salah satu
LIPI UNESCO/ISDR (2006) juga faktor yang mempengaruhi pengetahuan
mengatakan bahwa unsur yang harus adalah pengalaman. LIPI-UNESCO/ISDR
dimiliki untuk meningkatkan kesiapsiagaan (2006) menjelaskan bahwa pengetahuan
individu dan rumah tangga untuk merupakan faktor utama kunci
mengantisipasi bencana alam, meliputi: kesiapsiagaan. Hal ini sesuai dengan
pengetahuan dan sikap terhadap resiko penelitian yang dilakukan LIPI-
bencana, rencana untuk keadaan darurat UNESCO/ISDR (2006) tentang
bencana, sistim peringatan bencana dan kesiapsiagaan masyarakat pedesaan Aceh
kemampuan untuk memobilisasi sumber menghadapi bencana menunjukkan bahwa
daya. pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dapat tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana
dijelaskan bahwa kesiapsiagaan siswa pada masyarakat pedesaan Aceh.
menghadapi bencana gempa bumi dan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
tsunami di SMAN Banda Aceh dengan self efficacy pada responden adalah 27,89
indeks rata-rata 64,44 ini disebabkan karena (±6,42) dan rata-rata kesiapsiagaan bencana
responden dalam penelitian ini sebagian adalah 64,44 (± 16,24). Terdapat hubungan
59
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk

yang bermakna dan sangat kuat antara self optimis terhadap kemampuan untuk
efficacy dengan kesiapsiagaan bencana (r bertahan menghadapi suatu tantangan atau
0,756; p 0,000). Pengaruh self efficacy situasi tidak terkontrol.Kepercayaan
terhadap kesiapsiagaan bencana sebesar individu terhadap efikasi mereka
57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor mempengaruhi kesiapsiagaan terhadap
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. potensi ancaman dan bagaimana mereka
Hasil penelitian yang memperkuat mempersepsikan.
penelitian ini adalah penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan
dilakukan oleh Herdwiyanti dan Sudaryono bahwa, kesiapsiagaan siswa dalam
(2013) tentang perbedaan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan
menghadapi bencana ditinjau dari tingkat tsunami berdasarkan self-efficacy di Sekolah
self-efficacy pada 102 anak usia Sekolah Menengah Atas Banda Aceh terdapat
Dasar di daerah dampak bencana Gunung perbedaan yang signifikan antara siswa yang
Kelud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki self efficacy tinggi dan siswa yang
terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki self efficacy rendahdengan p value
memiliki self-efficacy tinggi dan siswa yang 0,000.Siswa dalam penelitian ini memiliki
memiliki self-efficacy rendah dalam self efficacy tinggi disebabkan kesuksesan
kesiapsiagaan menghadapi bencana ditinjau dalam menghadapi bencana dimasa lalu
dari tingkat self efficacy pada anak usia yaitu bencana gempa bumi dan tsunami dan
Sekolah Dasar di daerah bencana gunung sebagian besar siswa sudah pernah
Kelud dengan p-value 0,000. mengikuti pelatihan simulasi kebencanaan.
Bandura mendefinisikan self-efficacy Bencana gempa bumi dan tsunami
sebagai keyakinan seseorang dalam merupakan salah satu masalah yang besar
kemampuannya untuk melakukan suatu bagi setiap siswa yang mengalaminya, jadi
bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang siswa yang dapat menyelesaikan dan
itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. selamat dari masalah tersebut menjadikan
Self-efficacy merupakan faktor person siswa lebih percaya diri, optimis dan yakin
(kognitif) yaitu keyakinan bahwa seseorang pada kemapuannya dalam menghadapi
bisa menguasai situasi dan menghasilkan masalah kedepannya, dan siswa yang telah
hasil positif dan self-efficacy akan mengikuti pelatihan kebencanaan yang
berpengaruh terhadap perilaku. diroleplaykan bersama guru juga dapat
Bencana alam sering dipersepsikan meningkatkan rasa optimis dan percaya diri
sebagai sesuatu yang tidak terkontrol. Self pada siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat
efficacy diidentifikasi memiliki pengaruh Spital (dalam Rinaldi 2005) bahwa sikap
signifikan terhadap perilaku ketika optimis dalam menghadapi bencana dapat
berhadapan dengan masalah yang memberikan keyakinan untuk menghadapi
dipersepsikan kurang terkontrol. Tingkatan bencana yang akan datang. Maka dari itu
self efficacy nantinya akan mempengaruhi mereka yang memiliki self efficacy tinggi
pemilihan aktivitas individu berdasarkan memiliki kesiapsiagaan yang lebih tinggi
pemikiran individu dengan rasa pesimis atau
60
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015

dibandingkan mereka yang memiliki self SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2
efficacy rendah. Kabupaten Bandung)

LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian


KESIMPULAN
Simpulan penelitian ini adalah Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
terdapat hubungan yang bermakna dan Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi
sangat kuat antara self efficacy dan dan Tsunami. Meliputi Ilmu
kesiapsiagaan bencana pada siswa SMA di Pengetahuan Kebumian Lembaga
Banda Aceh. Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Saran penelitian ini kepada pimpinan Nugroho, C. (2007). Kajian Kesiapsiagaan
sekolah; Dinas Pendidikan, Pemuda dan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Olahraga serta pemerintah daerah agar Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat Kabupaten Nias Selatan. Jakarta.
meningkatkan self efficacy siswa terhadap
bencana, misalnya simulasi; drill dan Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi
kampanye kesiapsiagaan bencana. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
KEPUSTAKAAN
Rinaldi. (2009). Kesiapan Menghadapi
Badan Meteorologi Klimatologi & Bencana Pada Masyarakat Indonesia.
Geofisika. (2012). Pedoman Universitas Negeri Padang. Jurnal
Pelayanan Peringatan Dini Tsunami. Penelitian Psikologi
Jakarta.
Sarwono, J. (2009). Statistik Itu Mudah:
Bandura, A. (1997). Self efficacy The Panduan Lengkap untuk Belajar
Exercices of Control. New York: W.H Komputasi Statistik Menggunakan SPSS
16. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Freeman and company.
Atma Jaya Yogyakarta.
Herdwiyanti, F & Sudaryono. (2013).
Schwarze, R. (2014). Everything You
Perbedaan Kesiapsiagaan
Wanted to Know About the General
Menghadapi Bencana Ditinjau Dari
Self Eficacy Scale.[diakses 05 januari
tingkat Self Efficacy Pada Anak Usia
2015].Available
Sekolah Dasar Di Daerah Dampak
from:http://userpage.fu-berlin.de/
Bencana Gunung Kelud. Jurnal
~health /faq_gse.pdf.
Psikologi Kepribadian dan Sosial. 2
(1).

Krishna, S. & Krishna, A. (2008).


Pendidikan Siaga Bencana Gempa
Bumi Sebagai Upaya Meningkatkan
Keselamatan Siswa (Studi Kasus Pada

61

Anda mungkin juga menyukai