2 2015
ISSN : 2087-2879
ABSTRAK
Sekolah adalah salah satu area yang memiliki resiko tinggi adanya korban jiwa pada saat terjadi bencana gempa
bumi dan tsunami dikarenakan merupakan tempat berkumpulnya siswa, guru dan sivitas akademika lainnya
terutama pada jam sekolah, sehingga dibutuhkan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. Self efficacy
terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 dan 6 Banda Aceh tahun 2015.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan cross sectional study. Populas adalah seluruh siswa
SMAN 2 dan 6 Banda Aceh sebanyak 748 siswa. Sampel sebesar 171 siswa dengan teknik proportionate stratified
simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan angket. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner self
efficacy yang dikembangkan oleh Schwarzer & Jerussalem dan kuesioner kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh
LIPI-UNESCO/ISDR. Analisa data menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
self efficacy pada responden adalah 27,89 (±6,42) dan rata-rata kesiapsiagaan bencana adalah 64,44 (± 16,24).
Terdapat hubungan yang bermakna dan sangat kuat antara self efficacy dengan kesiapsiagaan bencana (r 0,756; p
0,000). Pengaruh self efficacy terhadap kesiapsiagaan bencana sebesar 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Saran penelitian ini kepada pimpinan sekolah serta pihak terkait agar
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan self efficacy siswa terhadap bencana, misalnya simulasi;
drill dan kampanye kesiapsiagaan bencana.
Kata kunci : Kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami, siswa, SMA
lokasi gedung sekolah SMAN 2 dan SMAN digunakan adalah proportionate stratified
6 yang dekat dengan pesisir pantai. simple random sampling.
Maka dari itu penulis tertarik untuk Metode Pengambilan Data.
meneliti kesiapsiagaan siswa dalam Pengumpulan data dilakukan melalui
menghadapi bencana gempa bumi dan prosedur administrasi dengan mendapatkan
tsunami berdasarkan self efficacy di Sekolah surat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan
Menengah Atas Banda Aceh tahun 2015. dan surat izin dari SMAN 2 Banda Aceh dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk SMAN 6 Banda Aceh.
mengetahui hubungan self efficacy di Selanjutnya peneliti mendatangi calon
dengan kesiapsiagaan siswa dalam responden, kemudian peneliti
menghadapi bencana gempa bumi dan memperkenalkan diri dan menjelaskan
tsunami di Sekolah Menengah Atas Banda tujuan penelitian kepada kepada para calon
Aceh Negeri 2 dan 6 Banda Aceh Tahun responden. Peneliti juga menjelaskan bahwa
2015. Hipotesa penelitian ini adalah terdapat penelitian ini tidak beresiko bagi responden
hubungan self efficacy di dengan dan kerahasian catatan mengenai data
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi responden dijaga dengan tidak menuliskan
bencana gempa bumi dan tsunami nama responden pada kuesioner serta data-
data yang diperoleh dari responden hanya
METODE akan digunakan untuk kepentingan
Desain penelitian. Jenis penelitian ini penelitian.
merupakan penelitian deskriptif dengan Setelah memberi penjelasan, peneliti
pendekatan korelasional. Penelitian ini meminta kesediaan responden untuk
dilakukan pada populasi dengan menandatangani surat persetujuan responden
menggunakan cross sectional study yaitu yang telah disediakan, kemudian
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat memberikan kuesioner kepada responden
(point time approach), artinya tiap subjek dan responden mengisi kuesioner tersebut.
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan Instrumen. Kuesioner self efficacy
pengukuran dilakukan terhadap status yang dikembangkan oleh Schwarzer &
karakter atau variabel subjek pada saat Jerussale digunakan untuk mengukur self
pemeriksaan, hal ini tidak berarti bahwa efficacy pada responden. Kuesioner ini
semua subjek penelitian diamati pada waktu merupakan kuesioner baku yang telah
yang sama. tersedia dalam 33 bahasa dan kuesioner ini
Populasi dan Sampel. Populasi dalam telah banyak digunakan untuk mengukur self
penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 2 efficacy. Kuesioner yang dibuat pada tahun
Banda Aceh yang berjumlah 483 siswa dan 1995 ini telah diterjemahkan dalam bahasa
siswa SMAN 6 Banda Aceh yang berjumlah Indonesia oleh staf Pusat Lembaga Bahasa
265 siswa, totalnya adalah 748 siswa. Universitas Syiah Kuala dan kemudian
Sampel dalam penelitian ini sebesar 171 dilakukan back translation oleh staf
siswa yang diperoleh dengan menggunakan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Rumus Slovin. Metode sampling yang Kuala.
56
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015
2. Kesiapsiagaan Bencana
PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata
self efficacy pada responden adalah 27,89 (±
57
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk
6,42), nilai minimum 13 dan nilai self efficacy rendah akan menghindari tugas-
maksimum 40. tugas yang dianggap sulit, sebelum
Hasil penelitian yang memperkuat melakukan usaha yang lebih keras dalam
penelitian ini adalah penelitian yang menyelesaikannya. Bandura juga
dilakukan oleh Hermawati, Hairida dan mengatakan bahwa self efficacy dipengaruhi
Rasmawan (2014) tentang self efficacy dan oleh sumber-sumber dari self efficacy yaitu:
hasil belajar kimia antara siswa yang pengalaman akan kesuksesan, pengalaman
diberikan immediate dan delay feedback individu lain, persuasi verbal, dan keadaan
pada 35 siswa kelas X MIPA 7 di Sekolah fisiologis (Bandura, 1997).
Menengah Atas Negeri 1 Pontianak. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat
menunjukkan bahwa 20 siswa (57,14%) dijelaskan bahwa, siswa lebih banyak
mempunyai self efficacy tinggi dan sebanyak memiliki self efficacy tinggi pada penelitian
15 siswa (42,86%) memiliki self efficacy ini dikarenakan pengaruh dari sumber self
rendah. efficacy yaitu pengalaman akan kesuksesan
Hasil penelitian yang bertolak dan persuasi verbal. Pengalaman kesuksesan
belakang dengan penelitian ini adalah yang dimaksud adalah sebagian besar
penelitian yang dilakukan oleh Herdwiyanti responden sudah pernah mengalami bencana
& Sudaryono (2013) tentang perbedaan gempa bumi dan tsunami, dan mereka
kesiapsiagaan menghadapi bencana ditinjau selamat dari bencana tersebut. Sementara
dari tingkat self efficacy pada 109 anak usia persuasi verbal yang dimaksud adalah siswa
Sekolah Dasar di daerah dampak bencana dalam penelitian ini rutin mendapatkan
Gunung Kelud. Hasil penelitian ceramah singkat yang diberikan guru untuk
menunjukkan bahwa 53 siswa (48,6%) meyakinkan, memotivasi, dan memberikan
dengan self efficacy rendah dan 49 siswa reward terhadap usaha yang telah dilakukan
(44,9%) dengan self efficacy tinggi. siswanya untuk dapat meraih apa yang
Self-efficacy merupakan salah satu diinginkan sebelum proses belajar mengajar
kemampuan pengaturan diri individu. dilakukan.
Bandura mendefinisikan self efficacy Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
sebagai keyakinan seseorang dalam kesiapsiagaan bencana pada responden
kemampuannya untuk melakukan suatu adalah 64,44 (± 16,24), nilai minimum 19
bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang dan nilai maksimum 93.
itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
Siswa yang memiliki self efficacy tinggi penelitian yang dilakukan oleh LIPI-
memiliki rasa percaya diri dalam UNESCO/ISDR (2006) tentang kajian
menghadapi masalah yang sulit dan merasa mengantisipasi bencana gempa bumi dan
yakin dengan kemampuan yang dimilikinya tsunami di kabupaten Aceh Besar. Hasil
untuk menyelesaikan masalah yang penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dihadapinya. Siswa yang memiliki self kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana
efficacy rendah ragu akan kemampuan gempa bumi dan tsunami di SMA berada
dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa
58
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015
pada tingkatan sedang, dengan rata-rata nilai besar (51,5% responden ) pernah mengikuti
indeks siswa sebesar 68%. pelatihan atau simulasi kebencanaan.
Penelitian ini juga diperkuat oleh Sehingga mereka memiliki tingkat
penelitian Sari (2014) tentang gambaran pengetahuan, rencana tanggap darurat,
kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana sistem peringatan dini dan mobilisasi
gempa bumi dan tsunami di Sekolah sumber daya yang tinggi dibandingkan
Menengah Atas di Banda Aceh tahun 2014 dengan siswa yang tidak mengikuti
dengan sampel 180 siswa. Hasil penelitian pelatihan kebencanaan
menunjukkan bahwa kesiapsiagaan siswa Pelatihan simulasi adalah
menghadapi bencana gempa bumi dan pembelajaran yang memperagakan sesuatu
tsunami berada pada kategori sedang dengan dalam bentuk tiruan yang mirip dengan
frekuensi 114 siswa (63,33%). keadaan sesungguhnya dan pengetahuan
Menurut LIPI-UNESCO (2006) adalah informasi yang didapatketika
kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan seseorang menggunakan indera sehingga
yang memungkinkan pemerintah, organisasi, simulasi memiliki pengaruh yang kuat
masyarakat, dan individu untuk mampu terhadap pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
menanggapi suatu situasi bencana secara Berdasarkan hasil penelitian juga
cepat dan tepat. Kesiapsiagaan merupakan dapat dijelaskan bahwa responden dalam
salah satu bagian dari proses manajemen penelitian ini memiliki pengalaman dan
bencana khususnya gempa bumi, kesiapsiagaan yang lebih tinggi
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen dibandingkan siswa yang tidak pernah
penting dari kegiatan pengendalian mengalami bencana. Pengalaman,
pengurangan risiko bencana yang bersifat pengetahuan dan kesiapsiagaan merupakan
pro-aktif, sebelum terjadi bencana. hal yang saling berhubungan. Salah satu
LIPI UNESCO/ISDR (2006) juga faktor yang mempengaruhi pengetahuan
mengatakan bahwa unsur yang harus adalah pengalaman. LIPI-UNESCO/ISDR
dimiliki untuk meningkatkan kesiapsiagaan (2006) menjelaskan bahwa pengetahuan
individu dan rumah tangga untuk merupakan faktor utama kunci
mengantisipasi bencana alam, meliputi: kesiapsiagaan. Hal ini sesuai dengan
pengetahuan dan sikap terhadap resiko penelitian yang dilakukan LIPI-
bencana, rencana untuk keadaan darurat UNESCO/ISDR (2006) tentang
bencana, sistim peringatan bencana dan kesiapsiagaan masyarakat pedesaan Aceh
kemampuan untuk memobilisasi sumber menghadapi bencana menunjukkan bahwa
daya. pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap
Berdasarkan hasil penelitian dapat tingkat kesiapsiagaan menghadapi bencana
dijelaskan bahwa kesiapsiagaan siswa pada masyarakat pedesaan Aceh.
menghadapi bencana gempa bumi dan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
tsunami di SMAN Banda Aceh dengan self efficacy pada responden adalah 27,89
indeks rata-rata 64,44 ini disebabkan karena (±6,42) dan rata-rata kesiapsiagaan bencana
responden dalam penelitian ini sebagian adalah 64,44 (± 16,24). Terdapat hubungan
59
Idea Nursing Journal Hilman Syarif, dkk
yang bermakna dan sangat kuat antara self optimis terhadap kemampuan untuk
efficacy dengan kesiapsiagaan bencana (r bertahan menghadapi suatu tantangan atau
0,756; p 0,000). Pengaruh self efficacy situasi tidak terkontrol.Kepercayaan
terhadap kesiapsiagaan bencana sebesar individu terhadap efikasi mereka
57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor mempengaruhi kesiapsiagaan terhadap
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. potensi ancaman dan bagaimana mereka
Hasil penelitian yang memperkuat mempersepsikan.
penelitian ini adalah penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan
dilakukan oleh Herdwiyanti dan Sudaryono bahwa, kesiapsiagaan siswa dalam
(2013) tentang perbedaan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan
menghadapi bencana ditinjau dari tingkat tsunami berdasarkan self-efficacy di Sekolah
self-efficacy pada 102 anak usia Sekolah Menengah Atas Banda Aceh terdapat
Dasar di daerah dampak bencana Gunung perbedaan yang signifikan antara siswa yang
Kelud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki self efficacy tinggi dan siswa yang
terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki self efficacy rendahdengan p value
memiliki self-efficacy tinggi dan siswa yang 0,000.Siswa dalam penelitian ini memiliki
memiliki self-efficacy rendah dalam self efficacy tinggi disebabkan kesuksesan
kesiapsiagaan menghadapi bencana ditinjau dalam menghadapi bencana dimasa lalu
dari tingkat self efficacy pada anak usia yaitu bencana gempa bumi dan tsunami dan
Sekolah Dasar di daerah bencana gunung sebagian besar siswa sudah pernah
Kelud dengan p-value 0,000. mengikuti pelatihan simulasi kebencanaan.
Bandura mendefinisikan self-efficacy Bencana gempa bumi dan tsunami
sebagai keyakinan seseorang dalam merupakan salah satu masalah yang besar
kemampuannya untuk melakukan suatu bagi setiap siswa yang mengalaminya, jadi
bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang siswa yang dapat menyelesaikan dan
itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. selamat dari masalah tersebut menjadikan
Self-efficacy merupakan faktor person siswa lebih percaya diri, optimis dan yakin
(kognitif) yaitu keyakinan bahwa seseorang pada kemapuannya dalam menghadapi
bisa menguasai situasi dan menghasilkan masalah kedepannya, dan siswa yang telah
hasil positif dan self-efficacy akan mengikuti pelatihan kebencanaan yang
berpengaruh terhadap perilaku. diroleplaykan bersama guru juga dapat
Bencana alam sering dipersepsikan meningkatkan rasa optimis dan percaya diri
sebagai sesuatu yang tidak terkontrol. Self pada siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat
efficacy diidentifikasi memiliki pengaruh Spital (dalam Rinaldi 2005) bahwa sikap
signifikan terhadap perilaku ketika optimis dalam menghadapi bencana dapat
berhadapan dengan masalah yang memberikan keyakinan untuk menghadapi
dipersepsikan kurang terkontrol. Tingkatan bencana yang akan datang. Maka dari itu
self efficacy nantinya akan mempengaruhi mereka yang memiliki self efficacy tinggi
pemilihan aktivitas individu berdasarkan memiliki kesiapsiagaan yang lebih tinggi
pemikiran individu dengan rasa pesimis atau
60
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 2 2015
dibandingkan mereka yang memiliki self SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2
efficacy rendah. Kabupaten Bandung)
61