Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, semakin besar resikonya (Amin &
Hardhi, 2015).
Hipertensi merupakan tekanan darah yang tinggi, dikatakan normal
apabila 120 mmHg/80 mmHg; prehipertensi apabila tekanan darah sistolik
(SBP) 120-139 mmHg atau tekanan darah diastolik (DBP) 80-89 mmHg;
stadium 1 apabila SBP 140-159 mmHg atau DBP 90-99 mmHg; stadium 2
apabila SBP lebih dari atau sama dengan 160 mmHg atau DBP lebih dari
atau sama dengan 100 mmHg (Lyndon Saputra, 2014).
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : (Amin & Hardhi, 2015)
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
B. Etiologi
Adapun penyebab dari hipertensi adalah sebagai berikut : (Lyndon
Saputra, 2014)
a. Hipertensi primer, disebut juga hipertensi idiopatik karena belum
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,
lingkungan, obesitas, dan gaya hidup.
b. Hipertensi sekunder, diakibatkan oleh kelainan yang lain seperti :
1) Penyakit ginjal
2) Penggunaan estrogen
3) Sindrom chusing

1
4) Diabetes mellitus
5) Penyakit arteri koronaria.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada : (Amin & Hardhi, 2015)
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien hipertensi adalah sebagai berikut :
(Lyndon Saputra, 2014)
a. Asimtomatik.
b. Peningkatan hasil pengukuran tekanan darah.
c. Nyeri kepala, Pusing.
d. Gangguan penglihatan.
e. Hipertrofi ventrikel kiri.
f. Papiledema.
g. Iskemia serebral.
h. Lemas, kelelahan, gelisah.
i. Mual, muntah
j. Sesak nafas.
k. Kesadaran menurun.

2
D. Pathway
Adapun pathway pada hipertensi adalah sebagai berikut :

umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Akibat kelainan penyakit :


Perubahan situasi Hipertensi penyakit arteri koronaria,
penggunaan estrogen.

Informasi
Ansietas Kerusakan vaskuler
yang minim
pembuluh darah

Defisiensi
pengetahuan Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Retina


darah

Resistensi Vasokontriksi Spasme


Suplai O2 pembuluh arteriole
pembuluh
otak ↓ darah ginjal Sistemik Koroner
darah otak ↑
Diplopia
Sinkop Blood flow ↓ Vasokontriksi Iskemia
Nyeri Gangguan miokard Resiko
kepala pola tidur
Afterload ↑ cedera
Respon RAA
Resiko Nyeri dada
ketidakefektifan
perfusi jaringan Merangsang Penurunan
otak aldesteron curah
jantung
3
Fatigue

Retensi Na Intoleransi
aktivitas

Edema

Kelebihan
volume
cairan

E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul pada klien dengan hipertensi adalah
sebagai berikut : (Lyndon Saputra, 2014)
a. Penyakit arteri koronaria.
b. Infark miokardium.
c. Stroke.
d. Perubahan penglihatan.
e. Gagal ginjal.
f. Gagal jantung.
F. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan pada klien hipertensi adalah sebagai berikut :
(Lyndon Saputra, 2014)
a. Diet : rendah natrium, rendah kalori, rendah kolesterol, dan rendah
lemak, membatasi alkohol dan kafein.
b. Menurunkan berat badan.
c. Berhenti merokok.
d. Melakukan monitor : tanda vital, EKG, dan masukan dan keluaran.
e. Diuretik tiazid : klotiazid (diuril), hidroklorotiazid (hydrodiuril).
f. Anti hipertensi : metildopa (aldomet), hydralazine (apresoline), prazosin
(minipres) doxazosin (cardura).

4
g. Inhibitor enzim yang mengubah angiotensin : captopril (capoten),
enalapril (vasotec), lisinopril ( prinivil).
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien hipertensi
adalah sebagai berikut : (Lyndon Saputra, 2014)
a. Pemeriksaan tekanan darah : hasil pengukuran tekanan darah terus
menerus lebih dari 140/90 mmHg.
b. Pemeriksaan laboratorium.
c. Pemeriksaan EKG : hipertrofi ventrikel kiri.
d. Foto toraks.
e. CT Scan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi : perubahan retina, seperti vasokontriksi
berat, papiledema, dan retinopati.

5
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN TENTANG


HIPERTENSI

A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis
(Wantiyah, 2010).
b. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh sakit kepala, pusing, dispnea, dan pandangan
kabur (Brian J. Prout & John G. Cooper, 2013).
c. Status Kesehatan
1) Status kesehatan sekarang
Mengajukan pertanyaan berikut ini untuk membantu klien
menjelaskan sakitnya yang sekarang : (Joan M. Robinson & Lyndon
Saputra, 2016).
a) Berapa lama anda sudah mengalami permasalahan ini? Kapan
permasalahan tersebut mulai dirasakan?
b) Dimana nyeri tersebut dirasakan? Apakah rasa nyeri tersebut
menyebar ke daerah lain tubuh anda? Tentukan derajat rasa nyeri
pada skala 0 hingga 10.
c) Apakah ada sesuatu yang memicu, memperberat atau
meringankan rasa nyeri tersebut?
2) Status kesehatan sebelumnya
Galilah semua riwayat sakit berat yang dialami klien sebelumnya,
riwayat sakit ringan yang baru saja terjadi, kecelakaan atau cedera,
tindakan pembedahan dan reaksi alergi. Tanyakan tentang riwayat
penyakit yang berkaitan dengan jantung seperti hipertensi, kelainan
jantung kongenital.

6
3) Status kesehatan keluarga
Informasi tentang kerabat yang memiliki hubungan darah dengan
klien bisa menunjukkan suatu permasalahan jantung tertentu.
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarganya yang pernah
menderita hipertensi.
d. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
3) Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.)
5) Makanan/cairan

7
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6) Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ ketidaknyaman.
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8) Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016).

8
Adapun diagnosa keperawatan untuk klien yang mengalami gangguan
hipertensi adalah sebagai berikut : (Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru, 2015).
a. Nyeri akut.
b. Penurunan curah jantung.
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
d. Intoleransi aktivitas.
e. Kelebihan volume cairan.
f. Resiko cidera.
g. Gangguan pola tidur.
h. Defisiensi pengetahuan.
i. Ansietas.
C. Intervensi
Intervensi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipikirkan ditetapkan dan
intervensi atau perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut.
Adapun intervensi / perencanaan keperawatan yang dilakukan pada
klien hipertensi adalah sebagai berikut : (Amin & Hardhi, 2015)
a. Nyeri akut.
Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, dan faktor presipitasi.

9
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4) Beri analgetik untuk mengurangi nyeri.
5) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
6) Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala.
7) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
b. Penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam rentang normal.
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
3) Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites.
4) Tidak ada penurunan kesadaran.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi/irama jantung, bunyi jantung, TD, dan frekuensi
pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
2) Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
3) Auskultasi bunyi jantung, perhatikan jarak/muffled tonus jantung.
4) Beri tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan
punggung, dan aktivitas hiburan dalam toleransi jantung.
5) Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu.
6) Anjurkan klien untuk menurunkan stress.
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
Kriteria Hasil :
1) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.
2) Tidak ada ortostatikhipertensi.
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg).
Intervensi :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas /
dingin / tajam / tumpul.

10
2) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
3) Monitor adanya tromboplebitis.
4) Kolaborasi pemberian analgetik.
5) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.
d. Intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang diinginkan.
2) Mampu melaksanakan aktivitas sehari hari secara mandiri.
3) Tanda-tanda vital normal.
4) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
1) Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan
dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan
aktivitas.
2) Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan
sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
3) Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
4) Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa
gangguan.
5) Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap segera
mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital
dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
e. Kelebihan volume cairan.
Kriteria Hasil :
1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular(+)
4) Memelihara tekana vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung
dan vital sing dalam batas normal
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

11
6) Menjelaskan indikator kelebihan cairan.
Intervensi :
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Pasang urin kateter jika di perlukan
3) Monitor dan masukan makanan / cairan dan hitungan intake kalori
4) Monitor status nutrisi
5) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
6) Monitor berat badan
7) Monitor serum dan elektrolit urine.
f. Resiko cidera.
Kriteria Hasil :
1) Klien terbebas dari cedera.
2) Klien mampu menjelaskan cara / metode untuk mencegah injury /
cedera.
3) Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury.
4) Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
Intervensi :
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk klien.
2) Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu klien.
3) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan).
4) Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih.
g. Gangguan pola tidur.
Kriteria Hasil :
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
2) Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
3) Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.
Intervensi :
1) Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.
2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.

12
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
4) Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur klien.
5) Monitor atau catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam.
6) Kolaborasi pemberian obat tidur.
h. Defisiensi pengetahuan.
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
2) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat.
Intervensi :
1) Beri penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang proses
penyakit yang spesifik.
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat.
3) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa depan dan proses pengontrolan
penyakit.
4) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
i. Ansietas.
Kriteria Hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan yang menenangkan.
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3) Pahami perspektif klien terhadap situasi stress.
4) Temani klien untuk memberikan keamanan dan rasa takut.
5) Dengarkan dengan penuh perhatian.

13
6) Bantu klien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
7) Beri obat untuk mengurangi kecemasan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H., dkk. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan :

Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Kusuma Hardi, & Nurarif Amin Huda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC –NOC jilid 3, Jokjakarta:

MediAction Publishing.

Prout, B.J., & Cooper, J.G. (2013). Pedoman Praktis Diagnosis Klinik. Tangerang

Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Robinson, J.M., & Saputra, L. (2016). Pocket Visual Nursing : Kardiovaskular.

Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Saputra, L. (2014). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah Kardiovaskular.

Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

15

Anda mungkin juga menyukai