Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK (DEMENSIA)

Disisun Oleh :
BAMBANG ADI PURNOMO
420J0002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah
kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara
fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen,
2007; Tamher & Noorkasiani, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.
Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada
tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada
hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta
orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan
tahun2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari
total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari sensus
penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun
ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011.
Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25%
pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah
adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas
jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter
tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012;
Departemen Kesehatan, 2013)
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan
semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan menurunkan
tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati
2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi
(ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang
terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal
serta memahami potensi diri sendiri.
Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Dengan pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai
karakteristik yang unik. Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari
kemampuannya dalam melakukan aktivitas kesehariannya atau yang sering
disebut dengan Activity of daily living (ADL), sehingga meminimalkan
morbiditas para lanjut usia. Salah satu ukuran penting pada morbiditas adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari hari, seperti mandi,
berpakaian, toileting, dan makan. Ketika tidak dapat melakukan self-care,
maka akan menjadi tergantung dengan bantuan (Dunlop, Hughes, dan
Manheim, 1997; Sari, 2013).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk
merawat masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan
oleh masyarakat sendiri sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan.
Program yang beragam dari posyandu lansia tersebut seharusnya dapat
memberikan manfaat yang banyak bagi para lansia, tetapi dilihat dari data
yang diperoleh bahwa posyandu lansia ini tidak dimanfaatkan semaksimal
mungkin, bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti kegiatan di posyandu,
maka akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah kepikunan karena
sering berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006; Istanti, 2014).
Menurut Aspiani (2014) demensia atau pikun dapat diartikan sebagai
gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari
atau dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbukan gangguan terhadap
fungsi kehidupan sehari-hari. Hubungan antara aktivitas sehari-hari dan fungsi
kognitif adalah sesuatu yang positif terutama pada usia lanjut, karena terjadi
perubahan disemua sistem didalam tubuh salah satunya pada sistem saraf.
Perbahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan dari fungsi kerja otak. hal
tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari sehingga
dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Ninik, Hartono, Suidah, & Pengertika,
2017). Di dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Salah satu yang menjadi prioritas utama yaitu
personal hygiene agar lansia terhindar dari penyakit. Kebersihan diri meliputi
kebersihan dari kulit kepala dan rambut, mata telinga, hidung, kuku kaki dan
tangan, mulut, genetalia, dan tubuh secara keseluruhannya. Dampak bila
masalah tidak teratasi yaitu dapat menyebabkan penyakit kulit, penampilan
tidak rapi, dan bau badan, serta kuku yang panjang dan kotor yang
mengakibatka timbulnya berbagai penyakit (Yuslina, Aini, & Yunere, 2016)
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan upaya
pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan gerontik pada Ny. A.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik
dengan masalah utama gastrtitis pada Tn. K ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Gerontik
2.1.1 Pengertian
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia


Ada beberapa sumber batasan lansia yang ada dalam buku Padilla
(2013) diantaranya yaitu:
a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun 4) Sangat tua (very
old) = diatas 90 tahun
b. Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
a) Young old (usia 70-75)
b) Old (usia 75-80)
c) Very old (usia >80 tahun)
c. Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai
berikut :
1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)
3) Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
d. Menurut Burnsie (1979) sebagai berikut :
1) Youg Old (usia 60-70 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia > 90 tahun)

2.1.3 Tipe Lanjut Usia di Indonesia


Menurut Nugroho (2008) di kelompokkan dalam beberapa tipe yang
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominnya. Antara lain :
a. Tipe Optimis Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,
mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
b. Tipe Konstruktif Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidup, mumpunyai toleransi yang tinggi, humoristik,
fleksibel, dan tahu diri. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua
dan mengadapi akhir.
c. Tipe Ketergantungan Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi
selalu pasif, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak selalu yang
praktis.
d. Tipe Defensif Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat
selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol.
e. Tipe Militan dan Serius Tidak mudah menyerah, serius, senang
berjuang, dan bisa menjadi panutan.
f. Tipe Pemarah Frustasi Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan
sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g. Tipe Bermusuhan Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri Bersifat kritis
dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Selain
mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia
sebagai berguna karena masa yang tidak menarik, membenci diri sendiri,
dan ingin cepat mati.

2.1.4 Penggolongan Lanjut Usia berdasarkan Kelompok


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
a. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
b. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya
c. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
d. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
e. Lanjut usia panti asuhan tresna werdha
f. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit
g. Lanjut usia yang mengalami gangguan mental.

2.1.5 Masalah yang bisa muncul pada lansia


Menurut Nugroho (2008) meliputi :
a. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b. Sistem Persyarafan
1) Menurun hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinnya
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap stress
4) Saraf panca indera mengecil
5) Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil
6) Kurang sensitif terhadap sentuhan
7) Defisit memori
c. Sistem Pendengaran
1) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
2) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
3) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar)
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
e. Sistem Kardiovaskular
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Curah jantung menurun
4) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat Sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg
2.2 Konsep Umum Penyakit Demensia
2.2.1 Pengertian
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran
abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif. Perubahan mood dan
tingkah lakusehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
penderita (Aspiani R. Y., 2014).

2.2.2 Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu:
a. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu: terdapat pada tingkat subsuler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolisme
b. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit degenerasi spino-selebelar
2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3) Khorea hungtington
c. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit kardiovaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun

2.2.3 Klasifikasi Demensia


a. Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
1) Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap
proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang
dapat menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer,
Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff,
ensefalopati Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt Jakob.
2) Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya
tidak didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit
yang dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit
Huntington, hipotiroid, Parkinson, kekurangan

b. Demensia Reversibel dan Non reversible


1) Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati.
Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah
keadaan/penyakit yang muncul dari proses inflamasi (ensefalopati
SLE, sifilis), atau dari proses keracunan (intoksikasi alkohol, bahan
kimia lainnya), gangguan metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid,
defisiensi vitamin B1, B12, dll).
2) Demensia Non Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang
dapat menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer,
Parkinson, Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta vaskular.

c. Demensia Pre Senilis dan Senilis


1) Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih
muda (onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh
berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan
otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra
kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin,
gangguan nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang
berhubungan, penyebab toksik (keracunan), anoksia).
2) Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang
diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental.

2.2.4 Tanda dan Gejala


Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dangan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika
dilihat secara umum tanda gejala demensia adalah:
a. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sma berkali-kali.
d. Ekspresi ang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat melihat
drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang
lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia tidak
mengerti mengapa perasan-perasan tersebut muncul.
e. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.

2.2.5 Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia

b. Thromboemboli, infarkmiokardium
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia yang Mengalami
Demensia
2.3.1 Pengkajian
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah
pertama pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data,
dan menghasilkan diagnosis keperawatan.
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan
dan alamat. Pada pengkajian umur didapatkan data umur pasien
memasuki usia lanjut.
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
Pemeriksaan fungsi kognitif awal bia menggunakan Minimental-
state examination (MMSE) dari folstein dengan skor/ angka maksimal
30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami
demensia.

Tabel Pengkajian MMSE

Mini Mental State Exam (MMSE)


Nilai
Max Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang?
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit) (lantai)
Registrasi
3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian
tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1
poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat.
Percobaan: .......................................
Perhatian dan Kalkulasi
5 Kurangi 100 dengan 7 secara menurun, 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban.
Mengingat
3 Minta untuk mengulang ketiga objek di atas Berikan 1 poin untuk
setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil, dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan,atau tetapi" (1 poin)
Ikuti perintah 3-langkah: "ambil kertas di tangan kanan anda, lipat dua,
dan taruh di lantai" (3 poin)
Baca dan turuti hal berikut: "tutup mata Anda" (1 poin)
Tulis satu kalimat (1 poin) Menyalin gambar (1 poin)
30 Nilai Total

1) Analisa hasil
a. Nilai Nilai 24-30 : Normal
b. Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
c. Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat

3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami
masalah psikososial demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C)
b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing) : Dapat ditemukan
peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal
b) Sistem sirkulasi (B2: Bledding) : Tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal.
c) Sistem persyarafan (B3: Brain) : Klien mengalami ganguan
memori, kehilangan ingatan, gangguan konsentrasi, kurang
perhatian, gangguan persepsi sensori, insomnia.
d) Sistem Perkemihan (B4: Bledder) : Tidak ada keluhan terkait
dengan pola berkemih.
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel) : Klien makan berkurang atau
berlebih karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum,
penurunan berat badan kadang juga konstipasi.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone) : Klien mengalami
gangguan dalam pemenuhan aktivitas.
5) Pengkajian saraf kranial. Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan
saraf kranial I- XII:
a) Saraf I (Olfaktorius)
Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada kelaianan
fungsi penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Tes ketajaman penglihatan perubahan yaitu sesuai dengan
keadaan usia lanjut biasanya klien dengan demensi mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Biasanaya tidak ada ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada saraf ini.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis)
Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Kesulitan dalam menelan makan yang berhubungan dengan
perubahaan status kognitif.
h) Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal.
4. Pola fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami
gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara
dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola tidur dan istirahat Klien mengalami insomnia.
3) Pola aktivitas Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian
kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
dapat menggunakan Indeks KATZ.
Tabel Pengkajian Indeks Katz
Indeks Katz
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain - lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G
Menurut Asyikah (2017) menyatakan bahwa kemandirian pada
lansia bergantung pada kemampuan individu dalam melakukan
aktivitas harian.
4) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
Menggunakan pengkajian APGAR Keluarga.

Tabel Pengkajian Apgar Keluarga


APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat
kembali pada keluarga (teman-teman)
saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek
dan berespons terhadap emosiemosi
saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama
Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan
APGAR Keluarga. Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab selalu (poin 2), kadangkadang (poin 1), hampir tidak
pernah (poin 0).
5) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa,
gagal dalam melaksanakan tugas, cepat marah, disorientasi.
Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakuan
pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental Status
Quesionere (SPSMQ).
Tabel Pengkajian SPSMQ
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ - 1 Tanggal berapa hari ini ?
V - 2 Hari apa sekarang ini? (hari,
tanggal, tahun)
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telpon Anda?
4a Dimana alamat Anda? (tanyakan
hanya bila klien tidak
mempunyai telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu Anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total
Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat

a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek


hanya berpendidikan sekolah dasar.
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek
mempunyai pendidikan di atas sekolah menengah atas
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek
kulit hitam dengan menggunakan kriteria pendidikan yang
sama
6) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan
depresi, tidak mengalami gangguan kosep diri.
7) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif
dalam menangani stress yang dialaminya.
8) Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat
tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan
ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
9) Personal Hygine
Biasanya pada demensia dalam melakukan personal
Hygiene perlu bantuan/tergantung orang lain. Tidak mampu
mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,
kebiasaan pembersihan buruk, lupa pergi untuk kekamar
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat
menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa
pada waktu makan dan menyiapkannya dimeja, makan,
menggunakan alat makan, berhias, maupun kemandirian dalam
kebersihan merawat tubuh. Uuntuk mengetahui tingkat
ketergantungan pola personal hygine klien dapat dilakukan
dengan pengkajian Bathel Index.
Tabel Pengkajian Index Bathel
No Item yang dinilai Skor Nilai
.
1 Makan (Feeding) 0= Tidak mampu
1= Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu
2 = Mandiri
3 Perawatan diri (Grooming) 0 = Membutuhkan bantuan orang
lain
1 = Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang ari kecil (Bladder) 0 = Inkontinensiaatau pakai
kateter dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia(teratur untuk
lebih dari 7 hari)
6 Buang air besar (Bowel) 0 = Inkontinensia(tidak teratur
atau perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang
lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan
satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil :
1) 20 : Mandiri
2) 12-19 : Ketergantungan Ringan
3) 9-11 : Ketergantungan Sedang
4) 5-8 : Ketergantungan Berat
5) 0-4 : Ketergantungan Total

5. Data subyektif
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi
2) Pasien mangatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan
waktu

6. Data obyektif:
1) Pesien kehilangan kemampuan utuk mengenali wajah, tempat, dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
2) Pasiem mengulang uleang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; mendengar
menggunakan kata kata yang lebug sederhana, menggunakan kata
kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata yang
tepat.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Kushariyadi (2011) Diagnosa yang muncul pada kasus
demensia yaitu:
a. Perubahan proses pikir
b. Perubahan persepsi – sensori
c. Perubahan pola tidur
d. Perubahan pola eliminasi
e. Defisit perawatan diri
f. Ketidakefektifan koping keluarga
g. Resiko kekurangan nutrisi
h. Resiko terhadap cedera
i. Gangguan spiritual
j. Hambatan komunikasi verbal
Sedangkan Menurut Wilkonson (2016) Diagnosa yang muncul pada
kasus demensia yaitu:
1) Defisit perawatan diri: mandi adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau memenuhi aktivitas mandi atau higene sendiri
2) Defisit perawatan diri: Eliminasi adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan kegiatan eliminasi
3) Defisit perawatan diri: berpakaian adalah hambatan kemampuan untuk
memenuhi aktivitas berpakaian lengkap dan berhias diri
4) Defisit perawatan diri: makan adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Wilkinson (2016) antara lain :
a. Defisit perawatan diri: Mandi
1) Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
2) Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari
3) Kaji kondisi kulit saat mandi
4) Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
5) Bantu perawatan diri: mandi/ higiene: pantau kebersihan kuku, sesuai
kemampuan perawatan diri pasien
b. Defisit perawatan diri: Eliminasi
1) Kaji kemampuan ambulasi secara mandiir dan aman
2) Kaji kemampuan untuk memanipulasi pakaian
3) Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
4) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
5) Kaji peningkatan atau penurunan kemampuan untuk ke toilet sendiri
6) Kaji defisit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat membatasi
kemampuan eliminasi mandiri
7) Ajarkan pasien tentang teknik berpindah dan ambulasi
c. Defisit perawatan diri: Berpakaian
1) Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
2) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas
3) Pantau peningkatan atau penurunan kekampuan untuk berpakaian dan
melakukan perawatan rambut
4) Pantau defisit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat membuat
kesulitan dalam berpakaian pada pasien
5) Beri fasilitas bantuan pemangkas rambut atau penata kecantikan
d. Defisit perawatan diri: Makan
1) Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
2) Kaji tingkat energi dan toleransi terhadap aktivitas
3) Kaji peningkatan atau penurunan kemampuan untuk makan sendiri
4) Kaji deficit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat mempersulit
individu untuk makan sendiri
5) Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
6) Kaji asupan terhadap keadekuatan nutrisi
7) Ajarkan klien menggunakan metode makan dan minum
8) Dorong kemandirian dalam makan dan minum

BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 80 thn
c. Alamat : Kuningan
d. Pendidikan : Tidak tamat sekolah
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Suku : Sunda
g. Agama : Islam
h. Status Perkawinan : Sudah Menikah
i. Tanggal Pengkajian : 20/11/2020

3.1.2 Status Kesehatan Klien


a. Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah.
b. Ny. A saati ini patuh dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara
rutin.
c. Klien terkadang suka lupa akan ingatan nya.
d. Klien merasa kan stress akan masa tua yang dialaminya sempat anggota
keluarga bercerita Ny. A merasa ingin meninggal saja
e. Klien terkadang sering buang air kecil sembaranngan jadi terkadang
butuh pampers, karena klien untuk aktivitas nya terganggu karena proses
menua.
f. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan.
g. Klien menyatakan bahwa sering nyeri kepala disaat tekanan darah
menningkat.

h. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu


aktivitasnya.
i. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat tekanan darah meningkat (P)
j. Nyeri terasa seperti di tusuk - tusuk (Q)
k. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
l. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
m. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
n. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit : Penyakit hipertensi ini di awali pada umur 60 tahun disertai
dengan gejala pusing.
b. Alergi : tidak mempunyai alergi
c. Kebiasaan : Ny. A terkadang suka meminum kopi.

3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. A sudah tidak ingat dengan riwayat kesehatan orang tuanya, tetapi
anak dari Ny. A mengatakan adik dari Ny. A mengalami stroke.

3.1.5 Tinjauan Sistem


a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala :Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna
hitam keputihan.
d. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak
anemis.
e. Telinga : Simetris, tampak bersih, pendengaran baik, tidak
ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang
tanggal tersisa tinggal 4 buah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/90 mmHg
k. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising usus,
makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x sehari.
l. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x sehari, tidak ada inkontinensia
urin.

3.1.6 Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial : Saat ini Ny. A sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar atau tetangganya karena mau berjalan pun susah hanya terbaring
di kamar tidur.
b. Masalah emosional : Klien mengatakan merasa gelisah ketika nyeri
kepala kambuh akibat dari tekanan darah nya.
c. Spiritual : Klien beragama islam, untuk beribadah pun hanya di kamar
tidur perlu bantuan dari anggota keluarganya

3.1.7 Pengkajian Funsgional Klien


a. KATZ indeks
Modifikasi indeks kemandirian katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung


(1) (0)
1 Mandi di kamar mandi 0
(menggosok, membersihkan dan mengeringkan
badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka dan 0
mengenakannya
3 Memakan makaanan yang telah disiapkan 1
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan 0
diri (menyisir rambut, mencuci rambut,
menggosok gigi, mencukur kumis)
5 BAB di WC 0
(membersihkan dan mengeringkan daerah
bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses 1
7 BAK di kamar mandi 0
(membersihkan dan mengeringkan daerah
kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih 0
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar 0
ruangan tanpa alat bantu, seperti : tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan 1
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan 0
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau 0
kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan 0
menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk 0
kepentingan keluarga dalam hl penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan 0
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
4 0
Score
4

Analisis hasil
Score 13-17 : mandiri
Score 0-12 : ketergantungan
Jadi Ny . A dari data diatas masih dalam ketergantungan karena semua
kegaiatan dibantu oleh anggota keluarganya, hanya menyiapkan makan, obat,
menjalankan ibadah, dan mengontrol feces.

Barthel indeks
Dengan Mandir
No Kriteria Keterangan
bantuan i
1 Makan 5 Frekuensi : 3 x sehari
Jumlah : Secukupnya
Jenis : Nasi & lauk pauk
lainnya
2 Minum 10 Frekuensi : 7 x sehari
Jumlah : 1 gelas
Jenis : Air putih
3 Berpindah dari 5 Tidak mandiri
kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 5 Tidak Mandiri dengan
(cuci muka, frekunesi 2 x sehari
menyisir rambut,
gosok gigi)
5 Keluar masuk 5 Tidak Mandiri dengan
toilet (mencuci frekunesi 2 x sehari
pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 Tidak Mandiri dengan
frekunesi 2 x sehari
7 Jalan di permukaan 5 Setiap ingin melakukan
datar seseuatu butuh bantuan dari
anggota keluarganya
8 Naik turun tangga 5 Sangat di bantu sekali
9 Mengenakan 5 Di bantu oleh anggota
pakaian keluarganya
10 Control bowel 10 Frekuensi : 1 x sehari
(BAB) Konsisten : Padat

11 Control bladder 5 Frekuensi : 4 x sehari


(BAK) Warna : Kuning
12 Olahraga atau 5 Frekuensi : 0 x/ perhari
latihan Tidak pernah melakukan
kegiatan olahraga atau
latihan
13 Rekreasi atau 5 Tidak pernah rekreasi
pemantapan waktu karena Ny. A sudah tidak
luang mampu lagi untuk
beraktivitas
Score 55 20
Score total 75

Analisis hasil :
Score 126 - 130 : mandiri
Score 65 – 125 : ketergantungan sebagian
Score < 65 : ketergantungan Pengkajian status mental
Setelah dikaji didapatkan skor : 75 yang termasuk dalam kategori ketergantungan
sebagian
Pengkajian Status Mental
1. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
No Item pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini ? √


Jawab : 20

2 Hari apa sekarang ? √


Jawab : Sabtu

3 Apa nama tempat ini? √


Jawab : Rumah

4 Dimana alamat anda? √


Jawab : Kuningan

5 Berapa umur anda ? √


Jawab : lupa

6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun √


lahir)
Jawab : lupa

7 siapa presiden RI sekarang? √


Jawab : tidak tahu

8 Siapa presiden RI sebelumnya ? √


Jawab : tidak tahu

9 siapa nama ibu anda ? √


Jawab : Ibu Rodiyah
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap √
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Jawab : Jawaban salah semua

Analisis hasil :
Score benar 8-10 : tidak ada gangguan
Score benar 0-7 : ada gangguan
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yang benar hanya 2 sehingga
disimpulkan Ny. A. memiliki gangguan terhadap intelektual nya.

2. MMSE (Mini Mental Status Exame) untuk mengidentifikasi aspek kognitif


dari fungsi mental :Orientasi, Registrasi, Perhatian dan Kalkulasi,
Mengingat kembali dan Bahasa
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maks klien
Orientasi 0 Menyebutkan dengan
benar :
a. Tahun 2019
5 b. Musim hujan
c. Bulan Desember
d. Tanggal 20
e. Hari Minggu
1. Orientasi 5 Dimana kita sekarang
berada :
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Jawa Barat
5
c. Kab Kuningan
d. Bangunan rumah
e. Lantai bangunan
(kamar) satu
Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek
(oleh pemeriksa) 1
detik untuk
mengatakan masing-
masing objek,
kemudian tanyakan
2. 3
kembali kepada klien
ketiga objek tadi
( untuk disebutkan)
a. Objek Lemari
b. Objek Meja
c. Objek Pintu
3. Perhatian 5 0 Minta klien untuk
dan memulai dari angka
kalkulasi 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
Tidak mampu
menjawab dengan
benar

4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk


kembali mengulangi ketiga
objek pada no. 2
(registrasi) tadi, bila
benar 1 point untuk
masing-masing objek
Mampu menjawab
dengan benar
5. Bahasa 2 2 Tunjukan pada klien
suatu benda dan
tanyakan namanya
pada klien :
a. Misalnya :
lemari
b. Misalnya kursi
0 Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut :
1 “Tak ada jika, dan,
atau, tetapi “
Bila benar nilai 1 point
Mampu mengikuti
Dengarkan kemudian
3 lakukan :
1. Ambil kertas ini
oleh tangan
anda
3 2. Lipat menjadi dua
3. Dan simpan di
lantai
Tidak mampu
mengikuti instruksi
sesuai dengan benar
1 0 Baca tulisan di bawah
ini dan lakukan tanpa
mengatakannya
Tidak bisa membaca
buta huruf
0 Tulis sebuah kalimat :
1
tidak bisa menulis
0 Gambarlah desain ini :
tidak bisa megikuti
1 instruksi gambar,
gambar hanya corat
coret
Interpretasi hasil :
Skor Benar 22 - 30 : tak ada kerusakan kognitif
Benar 0 – 21 : indikasi Kerusakan kognitif
Keterangan : Indikasi keursakan kognitif mampu total skor
diatas hanya 16

Pengkajian Status Psikologis


Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Ya 1
Apakah anda merasa sering bosan? Ya 1
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak 1
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Ya 1
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Ya 1
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Tidak 1
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Tidak 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Tidak 1
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya 1
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Ya 1
anda?
Jumlah 12

Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 12
sehingga disimpulkan Ny. A depresi

Pengkajian Keseimbangan
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Hasil
observasi
No Perubahan posisi atau gerakan
Ya Tidak
(1) (0)
1. Bangun dari tempat tidur 1
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali
gerakan, akan tetapi lansia mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
2. Duduk di kursi 1
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di
tengah kursi.
Catatan : kursi harus yang keras tanpa lengan
3. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa 1
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati), klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan mata klien
terbuka
4. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa 1
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati), klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan mata klien
tertutp
5. Perputaran leher 1
Klien lansia menggerakan kaki,
menggenggam objek untuk dukungan kaki,
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil
6. Gerakan menggapai sesuatu 1
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan
7. Membungkuk 1
Tidak mampu membungkuk untuk
mengambil objek-objek kecil (missal :
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk
bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-
usaha yang keras untuk bangun

2. Komponen gaya berjalan atau pergerakan


Hasil
observasi
No Gaya berjalan atau pergerakan
Ya Tidak
(1) (0)
Minta klien lansia untuk berjalan ke tempat yang
ditentukan
1. Ragu-ragu, tersandung, memegang 1
objek untuk dukungan
2. Ketinggian langkah kaki 1
(mengangkat kaki saat melangkah),
kski tidak naik dari lanatai secara
konsisten (menggeser atau menyeret
kaki, mengangkat kaki terlalu tinggi >
5 cm)
3. Kontinuitas langkah kaki 1
Setelah langkah-langkah awal menjadi
tidak konsisten, mulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
4. Kesimetrisan langkah 1
Langkah kaki tidak simetris terutama
pada bagian yang sakit
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping kiri klien
6. Berbalik 1
Berhenti sebelum mulai berbalik,
jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan

Interpretasi Hasil:
 0-5 resiko jatuh rendah
 6-10 Resiko jatuh sedang
 11-15 Resiko jatuh tinggi
Dari data diatasmasuk ke Resiko Jatuh Tinggi

FORMAT ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DO : Proses Penyakit Nyeri Akut
- Wajah klien tampak meringis
saat menahan nyeri.
- Sistem kardiovaskuler : TD
150/90 mmHg

DS :
- Klien menyatakan bahwa
sering nyeri kepala disaat
tekanan darah menningkat.
- Klien mengatakan rasa nyeri
yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya
- Nyeri terasa seperti di tusuk -
tusuk (Q)
- Klien mengatakan nyeri di
tengkuk (R)
- Klien mengatakan skala nyeri
5 (S)
- Nyeri yang dirasakan hilang
timbul (T)

2 DO : Faktor Menua Perubahan proses


pikir
- Setelah dilakukan pengkajian
status mental didapatkan hasil
2 yang di artikan bahwa
terdapat gangguan
- Setelah dilakukan MMSE
didapatkan hasil 16 yang
diartikan bahwa Indikasi
keursakan kognitif

DS :

- Klien terkadang suka lupa akan


ingatan nya.

3 Do : Faktor Menua Resiko Jatuh


- Setelah dilakukan pengkajian
keseimbangan didaptkan hasil
skor 16 yang diartikan Resiko
jatuh tinggi

Ds :
- Klien mengatakan kakinya
terkadang gemetar saat
berjalan.

4 DO : Faktor Menua Defisit Perawatan


-Hasil dari barthel indeks diri
menunjukan skor 75 yang
artinya termasuk kategor
ketergantungan sebagian
-Hasil dari KATZ indeks
menunjukan skor 4 yang
artinya termasuk kedalam
kategori ketergantungan

DS :
- Klien terkadang sering buang
air kecil sembaranngan jadi
terkadang butuh pampers,
karena klien untuk aktivitas
nya terganggu karena proses
menua.

5 DO : Faktor Menua Gangguan alam


-Hasil dari pengkajian status perasaan : depresi
psikologis didapatkan hasil
skor 12 yang menunjukan
depresi

DS :
- Klien merasa kan stress akan
masa tua yang dialaminya
sempat anggota keluarga
bercerita Ny. A merasa ingin
meninggal saja

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladavtipe
3. Defisit perawatan diri beruhubungan dengan ketidakmampuan untuk mandiri
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori ingatan
5. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan
Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
22/11/202 Nyeri Akut berhubungan dengan proses Setelah - Mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri
0 penyakit dilakukan mengontrol nyeri.
secara komprehensif.
tindakan
-Skala nyeri 2. Observasi reaksi non verbal
keperawatan
berkurang
selama 3 x dari ketidak nyamanan.
kunjungan
3. Monitor TTV
setiap
4. Ajarkan tehnik non
minggunya
diharapkan farmakologi (relaksasi dengan
nyeri dapat
tarik nafas dalam dan senam
berkurang
ergonimi).

22/11/202 Gangguan alam perasaan : depresi Setelah - Klien merasa 1. Bantu untuk memahami
0 berhubungan dengan koping maladavtipe dilakukan mendapatkan bahwa klien dapat mengatasi
tindakan dukungan dari keputusannya.
keperawatan keluarga
2. Kaji dan kerahkan sumber –
selama 3 x
- Klien dapat sumber harapan.
kunjungan
meningkatkan rasa
setiap 3. Bantu dalam
percaya diri
minggunya mengidentifikasi sumber –
diharapkan sumber harapan (misal :
depresi hubungan antar sesama
berkurang keyakinan, hal – hal untuk
disesuaikan)

4. Kaji dan manfaatkan sumber


– sumber eksternal individu
(orang – orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianaut)

5. Kaji sistem pendukung


keyakinan (nilai, pengalaman,
masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama)

6. Lakukan rujukan sesuai


indikasi (misal : konseling
pemuka agama)

22/11/202 Defisit perawatan diri beruhubungan dengan Setelah 1. Mampu 1. Monitor kemampuan klien
0 ketidakmampuan untuk mandiri dilakukan melakukan untuk perawatan diri yang
tindakan aktivitas mandiri
keperawatan perawatan diri
2. Berikan informasi kepada
selama 3 x sesuai dengan
klien ataupun ke anggota
kunjungan tingkat
keluarga klien pentingnya
setiap kemampuan
perawatan diri
minggunya
diharapkan 3. Bantu klien membuat
lingkungan yang nyaman

22/11/202 Perubahan proses pikir berhubungan dengan Setelah 1. Klien mampu 1. Kaji keadaan proses pola
0 kehilangan memori ingatan dilakukan mempertahanan pikir klien dengan
tindakan fungsi ingatan. menananyakan hari dan jam
keperawatan 2. Menunjukan 2. Lakukan pendekatan pada
selama 3 x orientasi terhadap klien secara verbal.
kunjungan waktu,orang, dan 3. Lakukan review
setiap objek angka/huruf.
minggunya 4. Perkenalkan nama perawat
diharapkan yang ada dan mengevaluasi
mampu nya setiap hari.
mengenali 5. Berikan isyarat lingkungan
dalam proses waktu dan tempat.
berpikir
22/11/202 Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan Setelah 1. Mampu 1. Anjurkan untuk menggunakan
0 gaya berjalan dilakukan memanfaatkan alat bantu jalan.
tindakan bantuan dari anggota
2. Petugas memberikan edukasi
keperawatan keluarga saat
kepada kelurga klien tentang
selama 3 x melakukan aktivitas
bahaya cedera akibat jatuh.
kunjungan agar tehnidar dari
setiap cedera 3. Ajarkan untuk latihan
minggunya 2. Mampu keseimbangan dengan bantuan dari
diharapkan mengidentifikasi keluarga
resiko jatuh bahaya lingkungan
tidak terjadi yang dapat
meningkatkan
cedera
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gerontik adalah Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa,
dan tua.
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari.

4.2 Saran
Demikianlah makalah tentang asuhan keperawatan gerontik dengan
gangguan pada penderita demensia, semoga dengan makalah ini dapat
membantu untuk referensi tentang pokok bahasan ini. Penulis menyadari
bahwa makalah diatas masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dalam
penulisan makalah ini.
DAFAR PUSTAKA

Ambarwati, (2014) Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua Satria


Offset

Aspiani, (2014), Buku Ajar Asuhan keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans. Info
Media

Elizabeth, (2009), Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya. Media

Kushariyadi (2011) Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia Jakarta :


Salemba Medika

Nugroho, (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Padilla (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai