Disisun Oleh :
BAMBANG ADI PURNOMO
420J0002
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu:
a. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu: terdapat pada tingkat subsuler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolisme
b. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit degenerasi spino-selebelar
2) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3) Khorea hungtington
c. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantaranya:
1) Penyakit kardiovaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
2.2.5 Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
1) Ulkus diabetikus
2) Infeksi saluran kencing
3) Pneumonia
b. Thromboemboli, infarkmiokardium
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia yang Mengalami
Demensia
2.3.1 Pengkajian
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah
pertama pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data,
dan menghasilkan diagnosis keperawatan.
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan
dan alamat. Pada pengkajian umur didapatkan data umur pasien
memasuki usia lanjut.
2. Keluhan Utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
Pemeriksaan fungsi kognitif awal bia menggunakan Minimental-
state examination (MMSE) dari folstein dengan skor/ angka maksimal
30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami
demensia.
1) Analisa hasil
a. Nilai Nilai 24-30 : Normal
b. Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
c. Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami
masalah psikososial demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C)
b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing) : Dapat ditemukan
peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal
b) Sistem sirkulasi (B2: Bledding) : Tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal.
c) Sistem persyarafan (B3: Brain) : Klien mengalami ganguan
memori, kehilangan ingatan, gangguan konsentrasi, kurang
perhatian, gangguan persepsi sensori, insomnia.
d) Sistem Perkemihan (B4: Bledder) : Tidak ada keluhan terkait
dengan pola berkemih.
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel) : Klien makan berkurang atau
berlebih karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum,
penurunan berat badan kadang juga konstipasi.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone) : Klien mengalami
gangguan dalam pemenuhan aktivitas.
5) Pengkajian saraf kranial. Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan
saraf kranial I- XII:
a) Saraf I (Olfaktorius)
Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada kelaianan
fungsi penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Tes ketajaman penglihatan perubahan yaitu sesuai dengan
keadaan usia lanjut biasanya klien dengan demensi mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Biasanaya tidak ada ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada saraf ini.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis)
Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Kesulitan dalam menelan makan yang berhubungan dengan
perubahaan status kognitif.
h) Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal.
4. Pola fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Klien mengalami
gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam memelihara
dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola tidur dan istirahat Klien mengalami insomnia.
3) Pola aktivitas Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari karena penurunan minat. Pengkajian
kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
dapat menggunakan Indeks KATZ.
Tabel Pengkajian Indeks Katz
Indeks Katz
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain - lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G
Menurut Asyikah (2017) menyatakan bahwa kemandirian pada
lansia bergantung pada kemampuan individu dalam melakukan
aktivitas harian.
4) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
Menggunakan pengkajian APGAR Keluarga.
5. Data subyektif
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi
2) Pasien mangatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan
waktu
6. Data obyektif:
1) Pesien kehilangan kemampuan utuk mengenali wajah, tempat, dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana keluarganya
2) Pasiem mengulang uleang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; mendengar
menggunakan kata kata yang lebug sederhana, menggunakan kata
kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata kata yang
tepat.
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 80 thn
c. Alamat : Kuningan
d. Pendidikan : Tidak tamat sekolah
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Suku : Sunda
g. Agama : Islam
h. Status Perkawinan : Sudah Menikah
i. Tanggal Pengkajian : 20/11/2020
Analisis hasil
Score 13-17 : mandiri
Score 0-12 : ketergantungan
Jadi Ny . A dari data diatas masih dalam ketergantungan karena semua
kegaiatan dibantu oleh anggota keluarganya, hanya menyiapkan makan, obat,
menjalankan ibadah, dan mengontrol feces.
Barthel indeks
Dengan Mandir
No Kriteria Keterangan
bantuan i
1 Makan 5 Frekuensi : 3 x sehari
Jumlah : Secukupnya
Jenis : Nasi & lauk pauk
lainnya
2 Minum 10 Frekuensi : 7 x sehari
Jumlah : 1 gelas
Jenis : Air putih
3 Berpindah dari 5 Tidak mandiri
kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 5 Tidak Mandiri dengan
(cuci muka, frekunesi 2 x sehari
menyisir rambut,
gosok gigi)
5 Keluar masuk 5 Tidak Mandiri dengan
toilet (mencuci frekunesi 2 x sehari
pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6 Mandi 5 Tidak Mandiri dengan
frekunesi 2 x sehari
7 Jalan di permukaan 5 Setiap ingin melakukan
datar seseuatu butuh bantuan dari
anggota keluarganya
8 Naik turun tangga 5 Sangat di bantu sekali
9 Mengenakan 5 Di bantu oleh anggota
pakaian keluarganya
10 Control bowel 10 Frekuensi : 1 x sehari
(BAB) Konsisten : Padat
Analisis hasil :
Score 126 - 130 : mandiri
Score 65 – 125 : ketergantungan sebagian
Score < 65 : ketergantungan Pengkajian status mental
Setelah dikaji didapatkan skor : 75 yang termasuk dalam kategori ketergantungan
sebagian
Pengkajian Status Mental
1. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
No Item pertanyaan Benar Salah
Analisis hasil :
Score benar 8-10 : tidak ada gangguan
Score benar 0-7 : ada gangguan
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yang benar hanya 2 sehingga
disimpulkan Ny. A. memiliki gangguan terhadap intelektual nya.
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 12
sehingga disimpulkan Ny. A depresi
Pengkajian Keseimbangan
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Hasil
observasi
No Perubahan posisi atau gerakan
Ya Tidak
(1) (0)
1. Bangun dari tempat tidur 1
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali
gerakan, akan tetapi lansia mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
2. Duduk di kursi 1
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di
tengah kursi.
Catatan : kursi harus yang keras tanpa lengan
3. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa 1
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati), klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan mata klien
terbuka
4. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa 1
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati), klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan mata klien
tertutp
5. Perputaran leher 1
Klien lansia menggerakan kaki,
menggenggam objek untuk dukungan kaki,
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil
6. Gerakan menggapai sesuatu 1
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan
7. Membungkuk 1
Tidak mampu membungkuk untuk
mengambil objek-objek kecil (missal :
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk
bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-
usaha yang keras untuk bangun
Interpretasi Hasil:
0-5 resiko jatuh rendah
6-10 Resiko jatuh sedang
11-15 Resiko jatuh tinggi
Dari data diatasmasuk ke Resiko Jatuh Tinggi
DS :
- Klien menyatakan bahwa
sering nyeri kepala disaat
tekanan darah menningkat.
- Klien mengatakan rasa nyeri
yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya
- Nyeri terasa seperti di tusuk -
tusuk (Q)
- Klien mengatakan nyeri di
tengkuk (R)
- Klien mengatakan skala nyeri
5 (S)
- Nyeri yang dirasakan hilang
timbul (T)
DS :
Ds :
- Klien mengatakan kakinya
terkadang gemetar saat
berjalan.
DS :
- Klien terkadang sering buang
air kecil sembaranngan jadi
terkadang butuh pampers,
karena klien untuk aktivitas
nya terganggu karena proses
menua.
DS :
- Klien merasa kan stress akan
masa tua yang dialaminya
sempat anggota keluarga
bercerita Ny. A merasa ingin
meninggal saja
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
22/11/202 Nyeri Akut berhubungan dengan proses Setelah - Mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri
0 penyakit dilakukan mengontrol nyeri.
secara komprehensif.
tindakan
-Skala nyeri 2. Observasi reaksi non verbal
keperawatan
berkurang
selama 3 x dari ketidak nyamanan.
kunjungan
3. Monitor TTV
setiap
4. Ajarkan tehnik non
minggunya
diharapkan farmakologi (relaksasi dengan
nyeri dapat
tarik nafas dalam dan senam
berkurang
ergonimi).
22/11/202 Gangguan alam perasaan : depresi Setelah - Klien merasa 1. Bantu untuk memahami
0 berhubungan dengan koping maladavtipe dilakukan mendapatkan bahwa klien dapat mengatasi
tindakan dukungan dari keputusannya.
keperawatan keluarga
2. Kaji dan kerahkan sumber –
selama 3 x
- Klien dapat sumber harapan.
kunjungan
meningkatkan rasa
setiap 3. Bantu dalam
percaya diri
minggunya mengidentifikasi sumber –
diharapkan sumber harapan (misal :
depresi hubungan antar sesama
berkurang keyakinan, hal – hal untuk
disesuaikan)
22/11/202 Defisit perawatan diri beruhubungan dengan Setelah 1. Mampu 1. Monitor kemampuan klien
0 ketidakmampuan untuk mandiri dilakukan melakukan untuk perawatan diri yang
tindakan aktivitas mandiri
keperawatan perawatan diri
2. Berikan informasi kepada
selama 3 x sesuai dengan
klien ataupun ke anggota
kunjungan tingkat
keluarga klien pentingnya
setiap kemampuan
perawatan diri
minggunya
diharapkan 3. Bantu klien membuat
lingkungan yang nyaman
22/11/202 Perubahan proses pikir berhubungan dengan Setelah 1. Klien mampu 1. Kaji keadaan proses pola
0 kehilangan memori ingatan dilakukan mempertahanan pikir klien dengan
tindakan fungsi ingatan. menananyakan hari dan jam
keperawatan 2. Menunjukan 2. Lakukan pendekatan pada
selama 3 x orientasi terhadap klien secara verbal.
kunjungan waktu,orang, dan 3. Lakukan review
setiap objek angka/huruf.
minggunya 4. Perkenalkan nama perawat
diharapkan yang ada dan mengevaluasi
mampu nya setiap hari.
mengenali 5. Berikan isyarat lingkungan
dalam proses waktu dan tempat.
berpikir
22/11/202 Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan Setelah 1. Mampu 1. Anjurkan untuk menggunakan
0 gaya berjalan dilakukan memanfaatkan alat bantu jalan.
tindakan bantuan dari anggota
2. Petugas memberikan edukasi
keperawatan keluarga saat
kepada kelurga klien tentang
selama 3 x melakukan aktivitas
bahaya cedera akibat jatuh.
kunjungan agar tehnidar dari
setiap cedera 3. Ajarkan untuk latihan
minggunya 2. Mampu keseimbangan dengan bantuan dari
diharapkan mengidentifikasi keluarga
resiko jatuh bahaya lingkungan
tidak terjadi yang dapat
meningkatkan
cedera
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gerontik adalah Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa,
dan tua.
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari -hari.
4.2 Saran
Demikianlah makalah tentang asuhan keperawatan gerontik dengan
gangguan pada penderita demensia, semoga dengan makalah ini dapat
membantu untuk referensi tentang pokok bahasan ini. Penulis menyadari
bahwa makalah diatas masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dalam
penulisan makalah ini.
DAFAR PUSTAKA
Aspiani, (2014), Buku Ajar Asuhan keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans. Info
Media