Disisun Oleh :
BAMBANG ADI PURNOMO
420J0002
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan
upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan
penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit
hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9%
atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun
2014 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan
penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat
keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua
tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).
Berdasarkan data di provinsi Jawa Barat bahwa angka kejadian penderita
hipertensi pada tahun 2018 Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai
Provinsi dengan kasus Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6%
setelah Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1% (Riskesdas, 2018). Maka dari
itu diperlukanlah upaya pelayanan kesehatan keluarga dengan fokus masalah
pada penderita hipertensi yang salah satunya adalah keluarga Ny. J
Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan upaya
pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan keluarga Ny. J
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume
4 nomor 1, Mei 2016)
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stress dan Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5
bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.3.4 Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum
dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan
tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang
terjadi pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengenal dan mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi
setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan
pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
: Sakit
: Meninggal
8. Tipe keluarga : Keluarga Inti yaitu dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.
9. Budaya
- Suku Bangsa : Sunda
- Bahasa yang digunakan : Sunda
- Pantangan : Tidak boleh memakan garam berlebih, kafein,
dan tinggi kalori
- Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan : Jangan
makan sambil bicara
2. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah, hubungan antar anggota
keluarga baik menanati norma yang berlaku
3. Fungsi perawatan kesehatan
Mengenal masalah kesehatan : Keluarga mengenal masalah kesehatan
nya
Mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan : Keluarga masih
belum mampu mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan yang
tepat karena gejala hipertensi pada pasien terkadang masih kambuh,
selain itu keluarga juga belum mampu memberikan tindakan perawat
yang efektif
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan : Keluarga
masih belum terlalu memahami cara merawat pada penderita hipertensi
agar gejala pada hipertensi berkurang.
Memodifikasi lingkungan : anggota keluarga mampu memodifikasi
lingkungan agar Ny, J merasakan kenyamanan
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan : Anggota keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, ketika Ny. J kambuh pasti
anggota keluarga membawa ke klinik terdekat atau puskesmas terdekat.
4. Fungsi reproduksi
- Tn.K sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa sudah
tua tidak mampu lag dan tidak berencana untuk mempunyai anak lagi.
5. Fungsi ekonomi
- Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
untuk anak dan biaya untuk berobat.
3.1.6 Stres Dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka panjang dan pendek
- Stressor jangka pendek : Ny. J sering mengeluh nyeri kepala
- Stressor jangka panjang : Ny. J selalu khawatir akan masalah penyakit
yang dialaminya apalagi jika tekanan darah tinggi
2. Strategi koping yang digunakan
- Anggota keluarga selalu memberi nasihat kepada Ny. J dan selalu
memberikan ketanangan akan masalah kesehatan yang dialaminya.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor/situasi
- Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke
puskesmas dengan petugas kesehatan.
4. Harapan keluarga pada perawat
- Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Ny. J.
5. Persepsi keluarga terhadap perawat
- Keluarga yakin dengan penanganan yang terbaik oleh perawat masalah
kesehatan akan sedikit menurun
6. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
- Anggota keluarga selalu berharap dengan penanganan perawat gejala
hipertensi akan sedikit mereda.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan Darah : 160/110 mmHg
2. Nadi : 90x/m
3. Suhu : 36,5oC
4. Respirasi : 80 x/m
5. Berat badan : 63 kg
6. Tinggi badan : 162 cm
7. Kepala : simetris, berambut bersih berwarna hitam, muka tidak
pucat
8. Mata : konjungtivitis merah muda, sklera putih.
9. Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.
10. Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis
11. Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari
telinga
12. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
13. Dada : simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus dada
kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada semua lapanag paru,
suara jantung pekak, suara nafas vesikuler
14. Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar suara
tympani, tidak ada nyeri tekan.
15. Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
16. Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari
DO :
- Tekanan Darah : 160/110 mmHg
- Nadi : 90x/m
- Suhu : 36,5oC
- Respirasi : 80 x/m
- Berat badan : 63 kg
- Tinggi badan : 162 cm
DO :
- Tekanan Darah : 160/110 mmHg
- Nadi : 90x/m
3.1.11 Skoring Dan Prioritas Masalah
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
No. Kriteria bobo skor Pembenaran
t
1. Sifat masalah 3 x1=1 Ny. J sering mengalami
Potensial (1) 1 3 nyeri kepala pada saat
Resiko (2) tekanan darah nya
Rendah (1)
4. Menonjolnya masalah: 1x1=1 Masalah tersebut sangat
Masalah berat harus segera 2 berpengaruh pada
ditangani (2) 1 sistem kardiovaskuler
Ada masalah tetapi tidak perlu apalagi jika tidak segera
segera ditangani (1) ditangani maka akan
Masalah tidak dirasakan (0) mengakibatkan timbul
resiko penurunan curah
jantung
Jumlah 4
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan
No. Kriteria bobot skor Pembenaran
1. Sifat masalah 1 2 x 1 = 0.6 Masih beresiko
Potensial (1) 3 terjadinya
Resiko (2) penurunan curah
3. Setelah dilakukan
kunjungan selama 1
x 45 menit, keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
dengan nyeri
kepala :
- Menjelaskan R. Verbal SOP Massage 1. Menjelaskan
cara perawatan Kepala : prosedure/ langkah”
bagaimana jika 1. Bantu klien dengan massage pada kepala.
terjadi posisi semi fowler/ 2. Diskukiskan cara
kekambuha fowler. perawatan nyeri.
nyeri kepala 2. Siapkan lotion dan 3. Motivasi Keluarga
hangatkan. untuk mengungkapkan
3. Berdiri dekat kembali apa yang
pasien. telah dijelaskan.
4. Gosokkan minyak 4. Beri reinforcment
atau lotion mulai dari positif.
dahi bagian tengah ke
bagian pembuluh
darah temporalis
dengan gerakan
sirkuler
5. Lakukan pemijatan
daerah kepala dari tepi
menuju ke bagian
tengah atas kepala
(ubun-ubun)
6. Pijat pada area
belakang telinga
(mastoideus) yang
terdapat pembuluh
darah dengan gerakan
sirkuler. Pijat sampai
ke bagian leher.
7. Dengan gerakan
sirkuler, pijat daerah
leher dengan
menggunakan tiga
jari.
8. Lakukan pemijatan
pada daerah punggung
belakang secara
sirkuler.
9. Ulangi kembali
gerakan-gerakan
tersebut di atas
masing-masing
gerakan 3-5 menit.
Tambahkan lotion
atau minyak jika
diperlukan.
10. Sambil melakukan
massage periksa
adanya kemerahan
pada kulit.
11. Bantu klien ke
posisi semula
12. Beritahu klien
bahwa tindakan sudah
selesai.
- Mampu
R. Verbal Tanda tanda penurnan 1.Jelaskan dengan
mengatahui
curah jantung : kalimat sederhana
tanda – tanda 1. perubahan afterload agar anggota keluarga
2. perubahan preload memahami dan
penurunan
3. vasokontriksi mengerti.
curah jantung 4. perubahan irama 2. Motivasi keluarga
jantung untuk mengulangi
penjelasan yang sudah
di jelaskan
sebelumnya.
3.Berikan
reinforcment yang
positif
3.1.14 Implementasi KeperawatanEvaluasi Sumatif
No Diagnosa Tanggal,
Implementasi Evaluasi Paraf
. Keperawatan Waktu
1 Nyeri Akut Kamis 1. Memberikan S : Keluarga mengatakan sudah
berhubungan 12/11/2020 penjalasan apa memahami tengang hipertensi, dan
dengan itu hipertensi, bagiamana cara menangani apabaila nyeri
Ketidakmampuan penyebab kepala kambuh dengan cara massage/
keluarga merawat hipertensi, dan pemijatan pada daerah kepala
keluarga yang manifestasi O : Keluarga dapat mengungkapkan
mengalami klinis hipertensi kembali penjelasan tenang konsep umum
gangguan 2. Menjelaskan hipertensi dan mempraktekan cara
kesehatan dan pemijatan di daerah kepala bila terjadi
mendemonstrasi nyeri kepala
kan massage A : Tujuan tercapai
pada kepala P : Intervensi dihentikan
klien
2 Resiko penurunan Kamis 1. Menjelaskan S : Keluarga memahami betapa
curah jantung 12/11/2020 tentang pentingnya diet pada penderita hipertensi
berhubungan pentingnya pola selain itu keluarga juga memahami
dengan diet hipertensi tentang tanda dan gejala penurunan curah
ketidakmampuan 2. Menjelaskan jantung
mengambil tanda dan gejala O : Keluarga dapat mengungkapkan
keputusan penurunan kembali tentang diet hipertensi dan
terhadap tindakan curah jantung manifestasi klinis pada penurunan curah
kesehatan jantung
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
4.2 Saran
Demikianlah makalah tentang asuhan keperawatan keluarga dengan
gangguan pada penderita hipertensi, semoga dengan makalah ini dapat
membantu untuk referensi tentang pokok bahasan ini. Penulis menyadari
bahwa makalah diatas masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik dalam
penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman. (2010). Apa Yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC