Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA (ISOLASI SOSIAL)

Disisun Oleh :
BAMBANG ADI PURNOMO
420J0002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
manusia yang terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.
Berdasarkan WHO (2016) jumlah penderita skizofrenia sekitar 21 juta orang
dari 450 juta penderita gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Pada
laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35
tahun. Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian
pada imigran dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4%
lebih besar dibandingkan wanita. Di Indonesia, hampir 70% mereka yang
dirawat di bagian psikiatri adalah karena skizofrenia (Zahnia et al. 2016).
Kasus skizofrenia di indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya mengalami
peningkatan. Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia mencapai 1,7% per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang dan hasil Riskesdas tahun 2018 yang
dilakukan pada 1,2 juta jiwa menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat
sudah mencapai 7%. Poin mengenai gangguan jiwa tersebut mengungkapkan
peningkatan yang cukup siginifikan. Prevalensi rumah tangga yang paling
tinggi menderita gangguan jiwa skizofrenia menurut provinsi ditempati oleh
Provinsi Bali dengan persentase 11% dan terendah ditempati oleh Kepulauan
Riau dengan persentase 3% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2018 di
dapatkan data pasien skizofrenia yang melakukan kunjungan poli sebanyak
7.647 orang. Pasien skizofrenia yang dirawat di IGD sebanyak 391 orang.
Pasien skizofrenia di ruang rawat inap sebanyak 3.553 orang. Jumlah pasien
skizofrenia sebanyak 11.591 orang. Di Provinsi Bali penderita skizofrenia
paling tinggi ditempati oleh daerah Bangli dengan persentase 0,65%.
Penderita terendah ada di Buleleng dengan persentase 0,14% dan Denpasar
dengan persentase 0,10% (Riskesdas Provinsi Bali, 2013).
Salah satu gejala negatif dari skizofrenia adalah menarik diri dari
lingkungan (isolasi sosial). Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami penurunan atau sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya (Yosep, 2016). Menurut penelitian Maramis
(2009) mengatakan sebanyak 75% pasien mengalami isolasi sosial dari kasus
skizofrenia dan 64% mengalami penurunan kemampuan memelihara diri
(makan, mandi dan berpakaian). Menurut penelitian Surtiningrum (2011)
sebanyak 72% pasien isolasi sosial sebagai akibat dari kerusakan kognitif dan
afektif.
Kasus isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menunjukkan
adanya peningkatan. Data dari Rekam Medik menunjukkan pada tahun 2017
di dapatkan data pasien dengan isolasi sosial sebanyak 921 orang dan pada
tahun 2018 pasien isolasi sosial sebanyak 969 orang. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa penderita isolasi sosial semakin bertambah setiap
tahunnya. Maka dari itu perlu diberikan penanganan yang tepat agar jumlah
penderita dapat dikurangi setiap tahunnya.
Isolasi sosial disebabkan oleh perasaan tidah berharga yang bisa dialami
pasien. Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien mengalami penurunan
dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri sehingga timbulnya defisit perawatan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau realita, sehingga berakibat lanjut timbulnya halusinasi dan
resiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan jiwa yang tepat dilakukan pada pasien
dengan gangguan isolasi sosial?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakankebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidakmampu untuk membuat kontak (Carpenito,
2009).
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi
dengan oranglain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatanuntuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan (Yosep, 2016, hlm.229).
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkansama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. (Keliat dan Kemat, 2010,hlm. 93).

2.2 Etiologi

1. Factor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
untuk mengembangkangangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan /
hostilitas. Sikap mengancam dan menjelek - jelekkan anak. Ekspresi
emosi yang tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering
berteriak,marah untuk persoalan kecil / sepele, sering menggunakan
kekerasan fisik untuk mengatasimasalah, selalu mengkritik,
mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untukmengungkapkan
pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak.

c. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinyagangguan berhubungan.
Contoh :Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang
cacatatau lanjut usia. Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan
seseorang untuk tidak keluar ruman(pingit) dapat menyebabkan isolasi
sosial.

d. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa,
insiden tertinggiskizofrenia di temukan pada keluarganya yang
anggota keluarga menderita skizofrenia.

2. Factor Presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunanstabilitas keluarga seperti :
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit
atau dipenjara

b. Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
traktus saraf dapatmerupakan indikasi terjadinya skizofrenia
c. Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksiantara individu, lingkungan, maupun biologis

d. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada
klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untukmengatasi stres.
Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu
dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
1) Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan
kecemasannya pada anak,misalnya dengan tekanan suara yang
tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum
dapatmengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.

2) Dependen versus Interdependen


Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat
menimbulkan konflik, di satu sisianak ingin mengembangkan
kemandiriannya.

2.3 Manifestasi Klinis

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.


2. Menghindari dari orang lain (menyendiri)
3. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.
4. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
5. Komunikasi kurang / tidak ada.
6. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
7. Tidak ada kontakmata : klienlebih sering menunduk.
8. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.
9. Menolak berhubungan dengan orang lain.
10. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

2.4 Penatalaksanaan

1. Farmakoterapi
2. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
3. Terapi psikologi
4. Terapi social
5. Bila serangan pertama
a. Membangkitkan dan diagnosis
b. Pemeriksaan psikologi
c. Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi
tiroid
d. Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus
temperralit, neoplasma) (Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran
EGC

2.5 Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah
Sakit dan alamat klien.

2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang kerumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masalalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan,kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.

4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasif
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien,interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal,menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.

9. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11. Aspek medic


Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor,okopasional, TAK dan rehabilitas.

12. Strategi Pelaksana


Strategi Pelaksana Pasien
SP 1 :
- Identifikasi penyebab isos & serumah, tidak dekat, dekat
- Keuntungan pasien mempunyai teman dan bercakap”
- Kerugian tidak mempunyai teman dan tidak bercakap
- Latih cara berkenalan (pasien -> perawat)

SP 2 :
- Evaluasi kegiatan berkenalan
- Latih cara berbicara
- Masukan pada jadwal kegiatan

SP 3 :
- Evaluasi kegiatan berkenalan
- Latih cara berbicara pada kegiatan (2 keg)
- Masukan pada jadwal

SP 4 :
- Evaluasi
- Latih keg. Harian
- Nilai kemampuan
- Nilai apakah isos teratasi

SP 5 :
- Evaluasi
- Latih kegiatan harian

Strategi Pelaksana Keluarga


SP 1 :
- Diskusikan masalah
- Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses isolasi sosial
- Jelaskan cara merawat isos
- Latih cara berkenalan dan berbicara
- Beri pujian

SP 2 :
- Evaluasi kegiatan berkenalan & berbicara
- Jelaskan kegiatan rumah tanggga
- Latih cara berbicara

SP 3 :
- Evaluasi
- Jelaskan kegiatan sosial
- Latih pasien belanja
SP 4 :
- Evaluasi
- Follow up Rsj/pkm -> kambuh
- Anjurkan membantu sesuai jadwal

SP 5 :
- Evaluasi
- Nilai kemampuan

13. Daftar masalah keperawatan


a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

14. Intervensi Keperawatan


Isolasi sosial
Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk I :klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi:
 Beri salam terapeutik
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat
berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaanklien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiapberinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapiklien
 Buat kontak interaksi yang jelas

Tuk II : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi:
 Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarikdiri
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang
menyebabkan klien tidak maubergaul.
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

TukIII : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan


orang lain dan kerugian berinteraksi dengan orang lain Intervensi:
 Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memilikiteman
 Memberi kesempatan klien untuk berinteraksi dengan oranglain
 Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
oranglain
 Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain tentan kerugian apabilatidak
 Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan oranglain

Tuk IV : klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap.


Intervensi:
 Mengkaji kemapuan klien membina hubungan dengan oranglain
 Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain
 Mendorong klien untuk berinteraksi dengan oranglain
 Memberi pujian klien terhadap keberhasilan yang telahdicapai
 Membantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
 Mendiskusikan jadwal harian dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain

Tuk V :Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah


berinteraksi dengan oranglain.
Intervensi:
 Mendorong klien mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan
oranglain
 Mendiskusikan bersama kliententang perasaannya setelah berinteraksi
dengan oranglain
 Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
keuntungan berinteraksi dengan oranglain

Tuk VI : Klien dapat menggunakan system pendukung atau


keluarga.

Intervensi:
 Membina hubungan saling percaya kepadakeluarga
 Mendiskusikan tentang:
a. Perilaku menarikdiri
b. Penebab perilaku menarikdiri
c. Akibat yang terjadi apabila perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi perilaku menarikdiri
e. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien
dalam berkomunikasi dengan oranglain
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta


Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2018.
Willy F.Maramis, Albert A.Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press, 2009; p.38
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Zahnia, Siti dan Sumekar Wulan. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia.
Jurnal Mojarity. 5(5): 160-166)

Anda mungkin juga menyukai