Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI (TUBERCULOSIS)


Pengaruh Intervensi Keperawatan Komprehensif Pada Kualitas Hidup Dan
Prognosis Pasien Dengan Tuberkulosis BTA-Positif

Disusun Oleh :

BAMBANG ADI PURNOMO

420J0002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi....................................................................................................... i

Bab I Pendahuluan...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1

Bab II Landasan Teori............................................................................... 2

2.1 Definisi Tuberkulosis.............................................................................. 2

2.2 Etiologi Tuberkulosis............................................................................... 2

2.3 Manifestasi Klinis.................................................................................. 3

2.4 Penatalaksanaan Pada Pasien Tuberkulosis............................................ 4

BAB III Analisis Dan Sintesis..................................................................... 6

3.1 Identitas Jurnal......................................................................................... 6

3.2 Isi Jurnal................................................................................................... 6

3.3 Pembahasan.............................................................................................. 7

3.4 Kritik Terhadap Jurnal............................................................................. 8

3.5 Manfaat Keperawatan............................................................................. 8

BAB IV Penutup.......................................................................................... 9

4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 9

4.2 Saran........................................................................................................ 9

Daftar Pustaka

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kebutuhan oksigenasi yang sering dijumpai oleh masyrakat
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
hampir seluruh organ tubuh, namun yang paling banyak terdapat pada organ
paru adalah tuberkulosis (Nurarif & Kusuma, 2013). Tuberkulosis ditandai
oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh
hipersensitivitas yang di perantarai sel (cell-mediated hypersensitivity) (Wahid
& Suprapto, 2013). Menurut WHO, (2015) menyatkan bahwa penderita TB di
seluruh dunia terdapat 10,4 juta orang incident terkena TB dan 1,4 juta orang
mengalami kematian akibat TB di seluruh dunia. Pada tahun 2015 di
Indonesia terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun
2014.
Pada tahun 2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak
dibandingkan tahun 2014 yang hanya 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi
terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah (Kemenkes, RI 2016).
Menurut data Riskesdas tahun (2018), kasus data penderita tuberculosis di
Provinsi Jawa Barat merupakan data kasus tertinggi di Indonesia yaitu
sebanyak 186.809 orang.
Berdasarkan data dan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menganalisis jurnal tentang bagaimana intervensi keperawatan kepada pasien
TBC

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana intervensi keperawatan pada pasien tuberculosis ?

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Tuberkulosis


Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycrobacterium tuberculosis
(Smeltzer and bare, 2013).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah (Price and Wilson, 2012).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium bavis (Ngastiyah, 2010).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya. TB paru adalah penyakit yang dapat menular melalui
udara (airborne disease). Kuman TB menular dari orang ke orang melalui
percikan dahak (droplet) ketika penderita TB paru aktik batuk, bersin, bicara
atau tertawa. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dormant) selama beberapa
tahun (Syam et al, 2013).

2.2 Etiologi Tuberkulosis


Penyebab tuberculosis ini adalah Mycobacterium Tuberculosis.
Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium aficanum. Faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang dapat terinfeksi Mycobacterium tuberculosis paru
menurut Suriadi et al, (2010) adalah:
a. Usia Pada orang dewasa terjadi masa pertumbuhan cepat namun
kemungkinanmengalami infeksi cukup tinggi karena asupan nutrisi yang
tidak seimbang.

2
b. Jenis Kelamin Angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada
wanita.
c. Herediter Daya tahan tubuh seseorang diturunkan secara genetik.
d. Keadaan stress Situasi yang penuh stress meyebabkan kurangnya asupan
nutrisi sehingga daya tahan tubuh menurun.

2.3 Manifestasi Klinis Tuberkulosis


Gambaran klinik TBC paru dapat dibagai menjadi 2 golongan yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik
1) Batuk Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk mebuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari
3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah (Wahid & Suprapto, 2013).
2) Batuk darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah. Ciri-ciri batuk darah yaitu darah
yang dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokan, darah berbuih
bercampur udara, darah segar berwarna merah muda, darah bersifat alkalis,
anemia kadang-kadang terjadi, benzidin test negatif (Wahid & Suprapto,
2013).
3) Sesak nafas Sesak nafas atau dispnea adalah gejala umum pada banyak
kelainan pulmonal dan jantung, terutama jika terdapat peningkatan
kekakuan paru dan tahanan jalan nafas (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-
hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-
lain (Wahid & Suprapto, 2013).

3
4) Nyeri dada Nyeri dada pada tuberkulosis paru timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura, sehingga menimbulkan pleuritis (Somantri,
2012). Bagian dari paru-paru yang paling peka terhadap rasa nyeri adalah
pada lapisan pleura parietalis.Nyeri timbul pada tempat peradangan,
sifatnya menusuk dan akan bertambah hebat bila disertai batuk, bersin,
serta nafas dalam (Baradah & Jauhar, 2013). Nyeri dada yang berkaitan
dengan kondisi pulmonari mungkin terasa tajam, menusuk, dan intermiten
atau mungkin pekak, sakit dan persisten (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Gangguan sistemik
1. Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-
kadang panas bahkan dapat mencapai 40-41oC. Keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
TBC yang masuk. Demam biasanya timbul pada sore dan malam hari,
hilang timbul (Wahid & Suprapto, 2013).
2. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain adalah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Gejala malaise sering
ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang nyeri otot, dll.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (Wahid & Suprapto,
2013).

2.4 Penatalaksanaan Pada Pasien Tuberkulosis

a. Pengobatan TBC Paru


Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB
per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat
(efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek
penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2
macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan

4
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg (Depkes RI, 2010).

b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila
diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan
yang baik (Depkes RI, 2010).

5
BAB III

ANALISI JURNAL

3.1 Identitas Jurnal


3.1.1 Judul Jurnal : Pengaruh Intervensi Keperawatan Komprehensif
Pada Kualitas Hidup Dan Prognosis Pasien Dengan
Tuberkulosis BTA-Positif.

3.1.2 Nama Pengarang : Yan-Yan Liu, Huong-Mei Zhao, Zhao-Xia Zhang


3.1.3 Nama Jurnal : Biomedic Research
3.1.4 Tahun Terbit : 2017

3.2 Isi Jurnal


Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi
keperawatan komprehensif terhadap kualitas hidup dan prognosis pasien
tuberkulosis BTA-positif. Metode: Sebanyak 80 pasien tuberkulosis BTA-
positif yang sebelumnya dirawat di rumah sakit kami selama periode Januari
2015 hingga Oktober 2015 direkrut dan dibagi secara acak menjadi kelompok
kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol mendapat intervensi keperawatan
konvensional, sedangkan kelompok eksperimen mendapat intervensi
keperawatan komprehensif. Efek intervensi keperawatan pada kualitas hidup
dan prognosis pasien dalam kedua kelompok dibandingkan. Hasil: Skor
pemeriksaan keadaan mental mini (28,92 ± 6,04), skor fungsi mental (65,8 ±
9,2), dan skor fungsi sosial (57,2 ± 6,5) pasien dalam kelompok eksperimen
secara signifikan lebih tinggi (P <0,05) daripada mereka dari pasien dalam
kelompok kontrol. Namun, aktivitas skor kehidupan sehari-hari (38,04 ±
3,02) kelompok eksperimen secara signifikan lebih rendah daripada
kelompok kontrol (P <0,05). Setelah intervensi keperawatan, kelompok
eksperimen memiliki indeks gas darah arteri yang secara signifikan lebih
baik, termasuk PaO2 (72,39 ± 2,72), PaCO2 (36,23 ± 3,85), dan SpO2 (94,36
± 3,28), daripada kelompok kontrol. Insiden komplikasi dan tingkat

6
kekambuhan masing-masing adalah 7,5% dan 10%, dan secara signifikan
lebih rendah (P <0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol (17,5% dan
15%; P <0,05). Kesimpulan: Intervensi keperawatan yang komprehensif
memberikan efek pengobatan yang ideal untuk pasien dengan tuberkulosis
BTA-positif. Ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan prognosis pasien dan
karenanya layak untuk diterapkan secara luas.

3.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan oleh Intan lestari (2019), meneliti tentang
Penerapan Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penderita
Tuberkulosis Paru, dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan
asuhan keperawatan keluarga terhadap penderita tuberkulosis berupaya untuk
meningkatkan self care behaviour pada penderita TB. Sejalan dengan teori
Orem, (2001), dalam Indanah (2010) Dimana selfcare behaviour merupakan
strategi koping, pembelajaran fungsi regulator seseorang terhadap kejadian
yang menimbulkan stress serta suatu bentuk aktifitas nyata seseorang untuk
berpartisipasi aktif terlibat dalam upaya mempertahankan status kesehatannya
dan menujukan fungsi perawatan dirinya.
Persamaan pada penelitian ini adalah sama - sama meneliti tentang
intervensi pada penderita tuberkulosis paru. Sedangkan perbedaan yang
terdapat antara kedua penelitian tersebut adalah dari tujuan yang diterapkan
oleh kedua peneliti, penelitian dari Intan Lestari menyatakan bahwa
penerapan asuhan keperawatan bisa meningkatkan self care behavior pada
penderita tuberkulosis paru, sedangkan pada peneliti Yan-Yan et, al
menjelaskan bahwa dengan diberikan intervensi keperawatan dengan cara
yang komperhensif bisa meningkat kualitas hidup dan prognosis pada
penderita TBC.
Dalam penelitian toto Wahyono (2019), meneliti tentang Kualitas Hidup
Pasien Tuberkulosis (TB) Paru selama menjalani terapi di Rumah Sakit Paru
Respira Yogyakarta, dalam penelitian tersebut didapatkan hasil pada
pengobatan kurang dari 2 bulan, terdapat ada 4 pasien (23,5%) dengan

7
kualitas hidup buruk, dan 13 pasien (76,5%) dengan kualitas hidup baik, pada
pengobatan 2 sampai 4 bulan ada 2 pasien (14,3%) dengan kualitas hidup
buruk, dan 12 pasien (85,7%) dengan kualitas hidup baik, pada pengobatan
lebih dari 6 bulan tidak ada pasien dengan kualitas hidup buruk, dan 23
pasien (100%) dengan kualitas hidup baik.
Pada penelitian Toto Wahyono, terlalu fokus ke lamanya terapi untuk
menentukan baiknya kualitas hidup pada penderita tbc, sedangkan pada
penelitian Yan-Yan et. Al dalam menentukan kualitas hidup pasien di
bentuklah intervensi keperawatan secara komperhensif dimulai dari
keperawatan mental, pendidikan kesehatan, dukungan keluarga, instruksi
pelepasan.
Sesuai dengan teori dari Mashudi, F (2012) menjelaskan bahwa faktor
kualitas hidup pada individu atau pasien adalah dukungan sosial, medis,
psikologis, demografis, dan konseling.

3.4 Kritik Terhadap Jurnal


Tidak menjelaskan hasil penelitian pada setiap point – point tatalaksan
pada setiap intervensi keperawatan, di jurnal hanya menjelaskan hasil dari
perbandingan kualitas hidup, perbandingan indeks ABG, perbandingan
prognosis.

3.5 Manfaat Keperawatan


Diharapkan analisis jurnal ini bisa menjadi bahan referensi atau bahan
pertimbangan untuk profesi keperawatan dalam intervensi keperawatan untuk
penderita TBC (tuberculosis) agar dapat meningkatkan kualitas hidup dan
prognosis pada pasien TBC (tuberculosis)

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycrobacterium tuberculosis
(Smeltzer and bare, 2013). Pada interevensi keperawatan dapat mempengarhi
kualitas hidup, prognosis, maupun kehidupan sosialnya (Mashudi, F. 2012).

4.2 Saran
Diharapkan analisis jurnal ini bisa menjadi bahan referensi bagi
mahasiswa maupun sesama profesi perawat. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahid & Suprapto. (2013). Keperawatan Medical Medical Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di


Indonesia. Jakarta : BAPPENAS

Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Mashudi, Farid. (2012). Psikologi Konseling, Jogjakarta, Diva press.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC; 2012.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai