Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN SISTEM

KATARAK (POST OPERASI)


Dosen Pembimbing :
Arif Andriyanto, M.Kep., Sp.Kom

Disusun oleh:
Kelompok 6/4B/S1 Keperawatan

1. Novita Dwi L (2016010)

2. Mulyadi (2016010)

3. Happy Kurnia S (201601052)

4. Muzaqi Thoriqoh (2016010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019-2020
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan

- lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun

menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan

meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan

diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial

ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease

evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah

penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa.

Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat

terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan

mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara

berkembang.

Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah

katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak

merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang

keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak

banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering

diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen

Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami


kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak

diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan

katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia

seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di

atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun

daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan katarak?

2. Apa saja etiologinya?

3. Bagaimana klasifikasinya?

4. Bagaimana penatalaksanaanya?

5. Bagaimana asuhan keperawatan gerontiknya?

Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik dengan pasien

dengan penyakit katarak (post operasi)

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan katarak

2. Untuk mengetahui apa saja etiologinya

3. Untuk mengetahui klasifikasinya

4. Untuk mengetahui penatalaksanannya


BAB 2
Tinjauan Kasus

Ny. J 78 tahun. Pendidikan SD. Agama Islam. Status Janda tinggal di panti
werdha selama 1 tahun. Mempunyai 5 orang anak. 2 diantaranya sudah meninggal
karena sakit. 10 tahun yang lalu Ny.J pernah sakit dan tidak bisa bangun dari tempat
tidur. Saat pengkajian Ny J Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur
sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan punya riwayat katarak.
Semenjak operasi klien mengeluhkan nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas,
berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala. Ny J mengatakan alergi terhadap
makanan tertentu seperti telur dan ikan kering. TTV : TD 110/70mmHg, Nadi
80x/m, pernapasan 20x/m,suhu 36 derajat c,akral dingin.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA NY. J DENGAN POST OPERASI KATARAK

1. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 April 2019 pada pukul 11.30 WIB
samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
2. Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : Ny. J
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1940
c) Pendidikan terakhir: SD
a) Agama: Islam
b) Satus perkawinan: janda
c) TB/BB: 140 cm / 33 kg
d) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
e) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
f) Alamat: Surabaya
g) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
h) Hubungan dengan klien: adik kandung.

2) Riwayat keluarga

Keterangan:
= laki - laki = klien Ny. J

= perempuan = Tinggal sendiri di


panti

= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling,
sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Panti werdha, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun.
Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja,
tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi
tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup
bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga
punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk
menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga
mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap
hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena
ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman – temannya yang
lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan
kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta
RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat
memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan
klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini
belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien
secara rutin, bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di
musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang
3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain,
klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri
pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai
menyebar ke kepala.
Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari
langsung atau baru bangun tidur.
Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai
mata kiri terasa panas dan berair.
Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar
matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi
dari perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai
perawatan luka pada post operasi serta pantangan – pantangan yang
harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian ,
terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien
belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin
Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti
debu, cuaca tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor
dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu
memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan
berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada
luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak
penumpukan sekret pada mata kiri klien.
10) Tinjauan sistem
a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c) Skala koma glasgow: 15
d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD:
130/80 mmHg.
e) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran
jantung.
- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai.
f) Sistem Penglihatan :
- Konjungtiva : anemis
- Sklera: anikterik
- Strabismus : tidak ada
- Penglihatan : kabur
- Peradangan : ada
- Riwayat katarak : ada
- Keluhan : ada, nyeri pada mata kirinya, mata kiri terasa
panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala

g) Sistem pernafasan:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)
- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.
- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
h) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan
pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
i) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi
3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)
j) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis
(-), kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama
kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
k) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada
pembesaran kelenjar.
l) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas
terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
m) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur
umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien
mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari
dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga
klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti.
BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya,
klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah
makanan.
n) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya,
riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
o) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas,
suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup
aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak
kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan
orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga mampu
mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+).
Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. Kemampuan
pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara
agak keras supaya klien mendengar.
11) Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor:
10, fungsi intelektual utuh.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif
dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan – raguan,
kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda – tanda depresi
pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien
dalam kedaan normal.
12) Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Interupsi Nyeri
- Klien mengeluh nyeri pada pembedahan
mata kiri pot op menyebar ke katarak pada mata
kepala saat terpapar sinar kiri.
matahari atau baru bangun
tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri
kambuh, mengalami kesulitan
tidur.
- Klien mengatakan riwayat
operasi katarak mata kiri 16
hari yll.

DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)

DS:
2. - Klien mengatakan mata kiri
terasa nyeri, panas dan nyeri Peningkatan Resiko infeksi
menyebar sampai ke kepala. kerentanan
- Klien mengatakan mata skunder terhadap
kirinya terus berair dan interupsi
mengeluarkan kotoran. pembedahan
katarak.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16
hari yll.

DS:
3. - Klien mengatakan matanya
terasa kabur sejak 3 tahun Keterbatasan Resiko cidera
yang lalu. penglihatan.
- Klien mengatakan usianya
sudah 85 tahun.

DO:
- Klien berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi ragu –
ragu.
- Klien mampu melihat dalam
jarak pandang 50 mtr.
4. Perumusan Masalah
1) Nyeri
2) Resiko infeksi
3) Resiko cidera

1.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat
terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)

2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi


pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar
sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan
kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.

3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:


DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.

2.2 Proritas Keperawatan


1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat
terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)

2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi


pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar
sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan
kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.

2) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:


DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.
3.2 Perencanaan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri b/d interupsi Setelah diberikan  Bantu klien dalam mengidentifikasi 
pembedahan katarak asuhan keperawatan tindakan penghilangan nyeri yang
pada mata kiri. selama 3 hari, nyeri efektif dengan tidur dalam posisi ½
berkurang ditandai duduk.
dengan:
- Nyeri berkurang.  Lakukan tindakan penghilanagn
- Istirahat tidur nyeri non invasif atau non 
tercukupi 8 jam. farmakologik, seperti berikut;
- Mata tidak berair dan - Posisi: tinggikan bagian kepala
tidak merah. tempat tidur, berubah – ubah
antara berbaring pada punggung
dan pada sisi yang tidak
dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
 Berikan dukungan tindakan
penghilangan nyeri dengan aalgesik
yang diresepkan.

 Observasi nyeri terutama bila disertai 


mual.

 Pertegas pembatasan aktifitas yang 


disebutkan dokter yang mungkin
termasuk menghindari aktifitas
berikut:
- Berbaring pada sisi yang 
dioperasi
- Membungkuk melewati pinggang
- Mengangkat benda yang beratnya
melebihi 10 kg.
- Mandi
- Mengedan selama defekasi.

 Tingkatkan penyembuhan luka:


- Berikan dorongan untuk
Setelah diberikan mengikuti diet yang seimbang
Resiko infeksi b/d asuhan keperawatan dan asupancairan yang adekuat.
2. peningkatan kerentanan selama 3 hari, infeksi  Gunakan teknik aseptik untuk
skunder terhadap tidak terjadi ditandai meneteskan tetes mata:
interupsi pembedahan dengan: - Cuci tangan sebelum memulai 
katarak. - Penyembuhan luka - Pegang alat penetes agak jauh
insisi tanpa infeksi. dari mata
- Kemerahan (-) - Ketika meneteskan, hindari
- Edema kelopak mata kontak antara ata, tetesan dan alat
(-) penetes.
- Drainase pada Ajarkan teknik ini kepada klien dan
kelopak mata (-) anggota keluarganya. 
- Materi purulen (-)  Kaji tanda dan gejala infeksi:
- Peningkatan suhu - Kemerahan, edema pada kelopak
tubuh (-) mata
- Infeksi konjungtiva (pembuluh
darah menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan
bulu mata
- Materi purulen pada bilik anterior
(antara korm\nea dan iris)
- Peningkatan suhu
- Nilai laboratorium abnormal
(mis. Peningkatan SDP, hasil
kultur dan sensitivitas positif) 
 Lakukan tindakan untuk mencegah
ketegangan pada jahtan (misal
anjurkan klien menggunakan
kacamata protektif dan pelindung
mata pada siang hari dan pelindung
mata pada malam hari).

 Modifikasi lingkungan untuk


menghilangkan kemungkinan
bahaya:
- Singkirkan penghalang dari jalur
berjalan.
- Pastikan pintu dan laci tertutup
atau terbuka dengan sempurna.
Setelah diberikan  Tinggikan tempat tidur. Letakkan 
asuhan keperawatan benda dimana klien dapat melihat dan
Resiko cidera b/d selama 3 hari, cidera meraihnya tanpa klien menjangkau
keterbatasan tidak terjadi ditandai terlalu jauh.
3. penglihatan. dengan:
- Klien tidak
mengalami cidera
atau trauma jaringan
selama dirawat. 

3.3 Implementasi
Waktu/tgl Implementasi Evaluasi
4 – 4– 2019  Memberikan HE pentingnya:  Klien kooperatif.
09.00 - Pembatasan aktifitas.  Klien berjanji akan selalu
- Asupan gizi dan minum yang mengahbiskan porsi
memadai (makan 1 porsi makanannya.Klien banyak
habis). bertanya tentang nyeri
- Mengurangi paparan terhadap yang dirasakannya.
sinar matahai atau kontak
langsung dengan benda
alergen.  Klien marapikan meja kecil
di samping tempat tidur.
5 – 4 – 2019  Mengevaluasi lingkungan kamar  Klien menata barang –
09.30 tidur klien: barang (gelas, piring,
- Penempatan benda – benda sendok) di atas tempat
di meja. tidur.
- Kebersihan lantai kamar.  Gorden telah terpasang.
- Memasang gorden untuk  Lantai kamar disapu dan
mengurangi paparan dipel oleh petugas.
terhadap snar matahari.

 Klien bersemangat belajar


memebrsihkan sekret
mata.Klien dapat
meneteskan obat tetes mata
sendiri dibantu oleh teman
5 – 4– 2019  Mengajarkan teknik perawatan sekamarnya.
11.00 kebersihan mata:  Klien sudah punya
- Cara membersihkan sekret. kacamata pelindung sinar
- Cara meneteskan obat tetes matahari.
mata.
- Menggunakan pelindung  Klien berbaring ke posisi
mata bila keluar wisma di sebelah kanan, kadang
siang hari. berganti posisi dengan
semi fowler.

 Mengatur posisi tidur klien  Klien tampak kesulitan


5 – 4 – 2019 berbaring ke sisi mata yang tidak mengikuti instruksi, tetapi
12.30 dioperasi. mau mencoba unutk
berlatih.

 Melatih relaksasi untuk


mengurangi rasa sakit pada mata
6 – 4 – 2019 kiri.
09.00

3.4 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri b/d interupsi S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah
pembedahan katarak pada mata agak berkurang, klien sudah dapat istirahat
kiri. dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

S: Klien mengatakan matanya sudah tidak panas


2. Resiko infeksi b/d peningkatan lagi,berair (-)
kerentanan skunder terhadap O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-)
interupsi pembedahan katarak. A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

S: Klien mengatakan penglihatannya sudah


lebih terang.
Resiko cidera b/d keterbatasan O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing
3. penglihatan. dan tanpa memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

DAFTAR PUSTAKA
RepublikIndonesia. 2007. RisetKesehatanDasar (RISKESDAS)

Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut
Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa


Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat
Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown
and Company. Boston

Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta

Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta

...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes
Ri. Jakarta

...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II.
Depkes Ri. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai