Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR LANJUT USIA

(disusun untuk memenuhi tugas perbaikan nilai mata kuliah kep.gerontik)

Dosen Pembimbing: H. RIDWAN, S.Pd.,SKM.,M.Kes.

Disusun Oleh: Tingkat 3a

Indah Pelinda

PO 71.20.1.16.017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi dan Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas KONSEP DASAR LANJUT USIA ini dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian tugas ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
tugas ini di kemudian hari.

Akhir kata saya berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, Mei 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu
proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA),
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari
lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher &
Noorkasiani, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk
dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2
milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri
di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia.

Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.
Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan
pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2 2020
diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi
(Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).

Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60
tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua
di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan
Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia
lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan,
2013) Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata
lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh
Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi
(ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan
tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi
diri sendiri.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Mengetahui pengertian lanjut usia

1.2.2 Mengetahui cara membina hubungan yang teraupetik pada lansia

1.2.3 Mengetahui keunikan kelompok lanjut usia

1.2.4 Mengetahui kompetisi klinis sebagai basis tindakan keperawatan

1.2.5 Mengetahui cara berkomunikasi dengan baik

1.2.6 Mengetahui perubahan degeneratif secara fisik dan psikososial pada lansia

1.3 INDIKATOR PEMBELAJARAN

setelah mengikuti proses pembelajaran, mahasiswa mampu :

1.2.1 Mampu mengetahui pengertian dari lanjut usia

1.2.2 Mampu membina hubungan yang teraupetik pada lansia

1.2.3 Mampu menghargai keunikan kelompok lanjut usia

1.2.4 Mampu mempunyai kompetisi klinis sebagai basis tindakan keperawatan

1.2.5 Mampu berkomunikasi dengan baik

1.2.6 Mampu memahami perubahan degeneratif secara fisik dan psikososial pada
lansia

1.2.7 Mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN LANSIA


Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat (2) , (3), (4) UU no 13 tahun 1998 tentang
kesehatan di katakan bahwa usia lanjut adalah seorang yang telah mencapai umur 60
tahun.Menurut Word Health Organization (WHO) Usia pertengahan (middle range)
memiliki rentang usia:45-49 tahun, kriteria umur lanjut usia awal (elderly) memiliki
rentang usia 60-74 tahun, Kriteria Lanjut usia tua (old) memiliki rentang usia 75-90 tahun,
sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia diatas 90 tahun (Effendi &
Makhfudli, 2009).
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah,
2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara
bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda, 2011)
menjadi tiga kelompok yakni:
a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki
lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.

Beberapa pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) tentang
batasan-batasan umur pada lansia sebagai berikut:

a. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang


berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas”.

b. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu


usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia
sangat tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun.

c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari
umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari
umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai kematian. 13

d. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi
menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur
75-80 tahun dan very old 80 tahun keatas.

2.2 PROSES MENUA

Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa teori
penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang
dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi
oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan
struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada
perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis. 14

b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging) Teori psikologi menjelaskan bagaimana


seorang merespon perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan
walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki
kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu tentang
kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling
tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme),
yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan
cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson
(erikson’s eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai
seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas
ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa
adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).

c. Teori Kultural Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang
menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang
dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat
pada suatu 15 daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia
lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.

d. Teori Sosial Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas
(lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan
usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan
teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak
diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).
e. Teori Genetika Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan
memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang
cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata
sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.

f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem
imun untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel,
perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965).

g. Teori Menua Akibat Metabolisme Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang
yang botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut 16 dengan “budeg”
bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono, 2006).

h. Teori Kejiwaan Sosial Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan
bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity
theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang
mereka mulai menarik diri dari pergaulan

2.3 PERUBAHAN PADA LANSIA

Perubahan perubahan yang terjadi pada Lansia menurut (Maryam et al, 2008) antara
lain :

a. Perubahan fisik Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler, pada Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku,
kemampuan memompa darah menurun (menurunyankontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya 11 resistensi pembuluh
darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Dalam hal respirasi terjadi
penurunan otot otot pernapasan yang kekuatanya menurun serta kaku, elastisitas
paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus. Pernapasan : Saraf pancaindra mengecil sehingga
fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya
yang berhubungan dengan stress. Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin
akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflex.Musculoskeletal lansia pada cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh(osteporosis), bungkuk (kifosis), persedian membesar dan menjadi kaku
(atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung menurun,lapar menurun dan
peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung
mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan. Genitourinia (ginjal ): lansia
mengalami beberapa hal yakni mengecil, aliran ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengosentrasi urine ikut menurun. Vesika urinaria : otot otot melemah,
kapasitasnya menurun dan retensi urine. Prostat:hipertrofi pada 75% lansia. Vagina
lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis yakni selaput lendir mengering dan
sekresi menurun. Persepsi atau panca indra lansia mengalami perubahan pada
Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.Penglihatan: respons terhadap
sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun dan Risiko katarak. Endokrin: produksi hormone menurun. Kulit
: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga
menebal, elastisitas menurun, vakularisasi menurun, rambut memutih,kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki berlebihan seperti
tanduk.Proses Belajar dan kemampuan memori ada tetapi relatif menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.

b. Perubahan Mental

Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Perubahan fisik, khususnya


organ perasa, Kesehatanumum, tingkat pendidikan, Keturunan (hereditas) dan
Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena
faktor lain misalnya penyakit.
2.4 TIPE-TIPE LANSIA

1. Arif dan bijaksana


Kaya dengan pengalaman, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan jaman
serta mempunyai kesibukan dan bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan seringkali menjadi panutan.

2. Mandiri
Mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru. Selektif dalam
mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

3. Tidak puas
Mengalami konflik batin karena proses penuaan. Biasanya akibat dari
kehilangan kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status social, teman yang
disayangi dll.

4. Bingung
Kaget dikarenakan kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, acuh.

2.5 MITOS TERHADAP LANSIA


1. Kedamaian dan Ketenangan Mitos: Santai, menikmati hasil kerja Kenyataan :
Sering stress karena kesulitan biayandan keluhan-keluhan lain karena menderita
penyakit misal; depresi, kekhawatiran, paranoid, masalah psikotik.

2. Konservatif dan kemunduran Mitos:


Pandangan bahwa lansia pada umumnya;
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah untuk berubah

3. Berpenyakitan
Mitos: Dipandang mengalami masa degenerasi biologis disertai penderitaan-
penderitaan akibat dari bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan: Proses menua disertai menurunnya daya tahan tubuh, tetapi pada jaman
sekarang penyakit pada masa tua dapat diobati dan dikontrol.

4. Penurunan daya ingat


Mitos: Masa pikun karena kerusakan bagian otak

Kenyataan: Banyak lansia yang tetap bugar dan sehat serta tidak mengalami
penurunan daya ingat. Selain itu banyak cara untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan daya ingat

5. Tidak ada cinta lagi


Mitos:

Tidak lagi merasa jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis
Kenyataan: Perasaan dan emosi orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
akan berhenti hanya karena menjadi lansia.

6. Aseksualitas
Mitos: Hubungan seks menurun karena tidak adanya gairah, dorongan, dan daya seks.

Kenyataan: Kehidupan seks lansia bisa saja berjalan dengan normal tergantung
dari tiap individu. Frekuensi bisa saja menurun sejalan dengan meningkatnya
usia tetapi masih bisa dipertahankan tergantung dari keinginan masing-masing
individu.

7. Ketidak produktifan
Mitos: Dipandang sebagai usia yang tidak produktif

Kenyataan: Banyak lansia yang mencapai kematangan dan produktifitas, mental sert
material.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Lanjut usia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
atau lebih, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Orang yang telah
memasuki lansia maka akan mengalami berbagai perubahan baik itu
secara fisik maupun secara psikis. Perubahan tersebut akan memunculkan
masalahan-masalah yang dapat menghambat kehidupannya, sehingga
membutuhkan bantuan yang berupa pelayanan sosial dari orang lain atau
lembaga tertentu.
Jumlah lanjut usia yang ada di Indonesia saat ini telah mengalami
kenaikan, begitu pula dengan lansia yang ada di Kabupaten Sleman.
Apabila kenaikan jumlah lansia yang ada pada saat ini tidak kelola
dengan baik maka akan memunculkan fenomena sosial seperti banyaknya
lansia yang terlantar. Pemerintah telah mengupayakan tentang
kesejahteraan bagi lanjut usia seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
Panti Wredha Mulya Mandiri muncul sebagai alternatif untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan sosial selain dari pemberian pelayanan
pemerintah. Dengan memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia
melalui Panti Wredha Mulya Mandiri diharapakan dapat meningkatkan
kesejahteraan lansia. Kesejahteraan bagi lansia ini sangat berkaitan
dengan pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia tersebut. Melalui
pelayanan sosial bagaimana lansia ini dapat merasakan kesejahteraan
yang mereka dambakan sesuai dengan keadaan yang mereka
rasakan saat ini. Tujuan dari berdirinya Panti Wredha Mulya ini adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, agar kesejahteraa lansia juga
ikut meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat
disimpulkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lansia yang tinggal di dalam Panti Wredha Mula Mandiri memahami
makna sejahtera ketika mereka tidak tinggal bersama dengan keluarga
mereka, karena ketika tinggal bersama dengan keluarga lansia tidak
dapat merasakan kebebasan, merasa hidupnya dibatasi oleh
keluarganya sehingga merasa terkekang. Oleh sebab itu lansia lebih
memilih tinggal di dalam panti, karena dapat melakukan berbagai
kegiatan dengan bebas. Seperti yang diungkapkan James Midgley
kondisi sejahtera individu ketika masalah sosial dapat dimenej dengan
baik, permasalahan yang dialami lansia tersebut dapat dikelola
dengan menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Hak-hak
lansia yang ada di dalam panti dilindungi sehingga kesejahteraan
mereka terjamin.
2. Lansia yang ada di luar panti tidak mempunyai keinginan untuk
tingga di dalam panti wredha, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam keluarga ataupun masyarakat. Tinggal bersama
keluarga lebih nyaman, karena dapat berinterkasi dengan keluarga
dan masyarakat sekitar, dan keberadaan lansia juga masih dianggap
tidak merasa dibuang karena mendapatkan perhatian dari keluarga
dan masyarakat.
3. Kesejahteraan lanjut usia memiliki makna yang berbeda-beda setiap
individu, sesuai dengan keadaan dan kondisi yang mereka rasakan
saat ini. Sejahtera bukan hanya saja secara materi saja, akan tetapi
dari segi psikologi lansia.
Ketika lansia telah merasakan bahagia dapat dikatan sejahtera sesuai
dengan indikator kesejahteraan.
4. Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian dan penghargaan
yang diandalkan pada saat indvidu mengalami kesulitan. Keluarga
lansia masih memebrikan dukungan sosial terhadap lansia baik itu
lansia yang ada di dalam panti maupun yang di luar panti. Melalui
dukungan sosial yang diberikan baik dari keluarga, stakeholder
maupun dari pengurus panti dapat meminimalisir rasa kesepian pada
lansia. Masih terjalinnya hubungan yang baik meskipun lansia telah
tinggal di dalam panti. Begitu pula dengan lansia yang ada di luar
panti keluarga masih peduli dengan keberadaanya, dihormati sebagi
orangtua yang menjadi teladan bagi kehidupan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran


yang sekiranya bisa menjadi bahan masukankepada pemerintah dan juga
bagi lembaga terkait.
1. Sebagai bahan pertimbangan sebelum membuat kebijakan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan lansia. Perlunya kajian
mengenai kebijakan yang menjadi kebutuhan lansia, sehingga
program yang akan dibuat dan diterpakan tepat terhadap lansia.
2. Keluarga, masyarakat dan pemerintah harus lebih memberikan
perhatian kepada lansia agar tidak semakin banyak lansia yang
terlantar akibat kurangnya perhatian dari pihak-pihak tersebut.
3. Pemberian pelayanan lansia yang sesuai dengan kebutuhan
mereka baik pelayanan dalam panti maupun di luar panti.
Lansia mempunyai hak untuk dapat memilih tempat tinggal
seperti utuk memilih tinggal di dalam panti namun ada pula
yang lebih memilih tinggal bersama keluarga karena
memegang nila-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
Daftar Pustaka

Effendi, F & Makhfudi. 2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan

Praktek dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2006. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sunaryo, 2016. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Maryam, R.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba

Medika.

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Govermance : Teori dan

Implementasi. Jakarta : Salemba Empat

Martono, H. 2006. Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatric ( Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai