Indah Pelinda
PO 71.20.1.16.017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi dan Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas KONSEP DASAR LANJUT USIA ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian tugas ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
tugas ini di kemudian hari.
Akhir kata saya berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk
dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125
juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2
milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri
di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia.
Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.
Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan
pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2 2020
diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi
(Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60
tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan
meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua
di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan
Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia
lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan,
2013) Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata
lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh
Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi
(ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan
tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi
diri sendiri.
1.2 TUJUAN
1.2.6 Mengetahui perubahan degeneratif secara fisik dan psikososial pada lansia
1.2.6 Mampu memahami perubahan degeneratif secara fisik dan psikososial pada
lansia
TINJAUAN TEORI
Beberapa pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) tentang
batasan-batasan umur pada lansia sebagai berikut:
c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari
umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari
umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai kematian. 13
d. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi
menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur
75-80 tahun dan very old 80 tahun keatas.
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat beberapa teori
penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang
dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi
oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan
struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada
perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis. 14
c. Teori Kultural Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang
menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang
dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat
pada suatu 15 daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia
lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.
d. Teori Sosial Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas
(lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan
usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan
teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak
diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).
e. Teori Genetika Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan
memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang
cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata
sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.
f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem
imun untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel,
perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965).
g. Teori Menua Akibat Metabolisme Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang
yang botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut 16 dengan “budeg”
bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono, 2006).
h. Teori Kejiwaan Sosial Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan
bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity
theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang
mereka mulai menarik diri dari pergaulan
Perubahan perubahan yang terjadi pada Lansia menurut (Maryam et al, 2008) antara
lain :
a. Perubahan fisik Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler, pada Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku,
kemampuan memompa darah menurun (menurunyankontraksi dan volume),
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya 11 resistensi pembuluh
darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Dalam hal respirasi terjadi
penurunan otot otot pernapasan yang kekuatanya menurun serta kaku, elastisitas
paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus. Pernapasan : Saraf pancaindra mengecil sehingga
fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya
yang berhubungan dengan stress. Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin
akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflex.Musculoskeletal lansia pada cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh(osteporosis), bungkuk (kifosis), persedian membesar dan menjadi kaku
(atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung menurun,lapar menurun dan
peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung
mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan. Genitourinia (ginjal ): lansia
mengalami beberapa hal yakni mengecil, aliran ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengosentrasi urine ikut menurun. Vesika urinaria : otot otot melemah,
kapasitasnya menurun dan retensi urine. Prostat:hipertrofi pada 75% lansia. Vagina
lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis yakni selaput lendir mengering dan
sekresi menurun. Persepsi atau panca indra lansia mengalami perubahan pada
Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.Penglihatan: respons terhadap
sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun dan Risiko katarak. Endokrin: produksi hormone menurun. Kulit
: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga
menebal, elastisitas menurun, vakularisasi menurun, rambut memutih,kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki berlebihan seperti
tanduk.Proses Belajar dan kemampuan memori ada tetapi relatif menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
b. Perubahan Mental
2. Mandiri
Mampu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru. Selektif dalam
mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3. Tidak puas
Mengalami konflik batin karena proses penuaan. Biasanya akibat dari
kehilangan kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status social, teman yang
disayangi dll.
4. Bingung
Kaget dikarenakan kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, acuh.
3. Berpenyakitan
Mitos: Dipandang mengalami masa degenerasi biologis disertai penderitaan-
penderitaan akibat dari bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan: Proses menua disertai menurunnya daya tahan tubuh, tetapi pada jaman
sekarang penyakit pada masa tua dapat diobati dan dikontrol.
Kenyataan: Banyak lansia yang tetap bugar dan sehat serta tidak mengalami
penurunan daya ingat. Selain itu banyak cara untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan daya ingat
Tidak lagi merasa jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis
Kenyataan: Perasaan dan emosi orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
akan berhenti hanya karena menjadi lansia.
6. Aseksualitas
Mitos: Hubungan seks menurun karena tidak adanya gairah, dorongan, dan daya seks.
Kenyataan: Kehidupan seks lansia bisa saja berjalan dengan normal tergantung
dari tiap individu. Frekuensi bisa saja menurun sejalan dengan meningkatnya
usia tetapi masih bisa dipertahankan tergantung dari keinginan masing-masing
individu.
7. Ketidak produktifan
Mitos: Dipandang sebagai usia yang tidak produktif
Kenyataan: Banyak lansia yang mencapai kematangan dan produktifitas, mental sert
material.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Lanjut usia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
atau lebih, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Orang yang telah
memasuki lansia maka akan mengalami berbagai perubahan baik itu
secara fisik maupun secara psikis. Perubahan tersebut akan memunculkan
masalahan-masalah yang dapat menghambat kehidupannya, sehingga
membutuhkan bantuan yang berupa pelayanan sosial dari orang lain atau
lembaga tertentu.
Jumlah lanjut usia yang ada di Indonesia saat ini telah mengalami
kenaikan, begitu pula dengan lansia yang ada di Kabupaten Sleman.
Apabila kenaikan jumlah lansia yang ada pada saat ini tidak kelola
dengan baik maka akan memunculkan fenomena sosial seperti banyaknya
lansia yang terlantar. Pemerintah telah mengupayakan tentang
kesejahteraan bagi lanjut usia seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
Panti Wredha Mulya Mandiri muncul sebagai alternatif untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan sosial selain dari pemberian pelayanan
pemerintah. Dengan memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia
melalui Panti Wredha Mulya Mandiri diharapakan dapat meningkatkan
kesejahteraan lansia. Kesejahteraan bagi lansia ini sangat berkaitan
dengan pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia tersebut. Melalui
pelayanan sosial bagaimana lansia ini dapat merasakan kesejahteraan
yang mereka dambakan sesuai dengan keadaan yang mereka
rasakan saat ini. Tujuan dari berdirinya Panti Wredha Mulya ini adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, agar kesejahteraa lansia juga
ikut meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat
disimpulkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lansia yang tinggal di dalam Panti Wredha Mula Mandiri memahami
makna sejahtera ketika mereka tidak tinggal bersama dengan keluarga
mereka, karena ketika tinggal bersama dengan keluarga lansia tidak
dapat merasakan kebebasan, merasa hidupnya dibatasi oleh
keluarganya sehingga merasa terkekang. Oleh sebab itu lansia lebih
memilih tinggal di dalam panti, karena dapat melakukan berbagai
kegiatan dengan bebas. Seperti yang diungkapkan James Midgley
kondisi sejahtera individu ketika masalah sosial dapat dimenej dengan
baik, permasalahan yang dialami lansia tersebut dapat dikelola
dengan menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Hak-hak
lansia yang ada di dalam panti dilindungi sehingga kesejahteraan
mereka terjamin.
2. Lansia yang ada di luar panti tidak mempunyai keinginan untuk
tingga di dalam panti wredha, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam keluarga ataupun masyarakat. Tinggal bersama
keluarga lebih nyaman, karena dapat berinterkasi dengan keluarga
dan masyarakat sekitar, dan keberadaan lansia juga masih dianggap
tidak merasa dibuang karena mendapatkan perhatian dari keluarga
dan masyarakat.
3. Kesejahteraan lanjut usia memiliki makna yang berbeda-beda setiap
individu, sesuai dengan keadaan dan kondisi yang mereka rasakan
saat ini. Sejahtera bukan hanya saja secara materi saja, akan tetapi
dari segi psikologi lansia.
Ketika lansia telah merasakan bahagia dapat dikatan sejahtera sesuai
dengan indikator kesejahteraan.
4. Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian dan penghargaan
yang diandalkan pada saat indvidu mengalami kesulitan. Keluarga
lansia masih memebrikan dukungan sosial terhadap lansia baik itu
lansia yang ada di dalam panti maupun yang di luar panti. Melalui
dukungan sosial yang diberikan baik dari keluarga, stakeholder
maupun dari pengurus panti dapat meminimalisir rasa kesepian pada
lansia. Masih terjalinnya hubungan yang baik meskipun lansia telah
tinggal di dalam panti. Begitu pula dengan lansia yang ada di luar
panti keluarga masih peduli dengan keberadaanya, dihormati sebagi
orangtua yang menjadi teladan bagi kehidupan.
B. Saran
Medika.
Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Govermance : Teori dan