Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA

LANSIA

Dosen Pengajar mata kuliah Gerontik : Arif Andrianto M.Kep.Sp.Kom

Disusun Oleh :

1. Gesti Kartanti (201601046)

2. Ronny May Hanafi (201601054)

3. Siti Mardiyanti Pratiwi (201601056)

4. Alifa Assa Diyah (201601067)

5. Yulia Dinda Lestari (201601077)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Metode Penelitian.
Makalah ini mungkin tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

a. Bapak M.Sajidin, selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.


b. Ibu Ana Zakiyah, selaku ketua program studi S1 Keperawatan Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto.
c. Bapak Arif Andrianto, selaku dosen mata kuliah Gerontik yang telah
memberikan tugas kepada kami.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami juga


menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnannya makalh ini akan kami terima dengan lapang dada. Semoga makalh
ini dapat memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan
pembelajaran, serta dapat menambah wawasan .

Mojokerto, 15 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah orang yang systemsistem iologisnya mengalami


perubahan struktur dan fungsi yang dikarenakan usianya yang sudah lanjut.
Perubahan ini dapat berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan
ketidakmampuan atau dapat terjadi secara nyata dan berakibat
ketidakmampuan total. Lanjut usia akan banyak mengalami perubahan fisik
kemampuan dan fungsi tubuh yang akan mengkibatkan tidak stabilnya konsep diri
(Nugroho, 2008). Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar
mereka tidak terlalu tergantung kepada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri
(mandiri), menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari
keluarga dan lingkungannya (Aprilia, James, & Rompas, 2017). Penurunan
produktifitas dari kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan fungsi,
sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami penurunan dalam
melaksanakan kegiatan harian seperti makan, ke kamar mandi, berpakaian dan
lainnya dalam Activities Daily Living (ADL) (Noviyanti, Basuki, & Soemah,
2016).

Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan


secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging structured population). Para ahli memproyeksikan
pada tahun 2020 mendatang usia harapan hidup lansia di Indonesia menjadi 71,7
tahun dengan perkiraan jumlah lansia menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34%.
Sedangkan jumlah lansia di Jawa Timur mencapai 2.971.004 jiwa atau 9,36 %
(Dinsos, 2015). Serta jumlah Lansia di Mojokerto pada tahun 2015 mencapai
132.429 lansia.

Berdasarkan hasil penelitian (Aprilia, James, & Rompas, 2017)


menjelaskan distribusi data usia responden dan rentang usia > 75 tahun dan < 75
tahun yaitu sebanyak 20 responden atau 50.0 %. Menurut Nugroho (2002) hal ini
di sebabkan karena dengan bertambahnya usia lansia terdapat penurunan fisik,
perubahan mental, (penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor berkurang).
Berdasarkan perawatan diri lansia hasil menjelaskan bahwa perawatan diri lansia di
BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara kurang baik yaitu sebanyak 29 orang
atau 72.5 %.
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus di perhatikan karena keerhasilan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang (Hidayat, 2008). Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia
dapat dilihat dari kualitas hidup. dan kualitas orang lanjut usia dapat dinilai dari
kemandirian tanpa pengawasan atau pengarahan atau pun bantuan dari priadi yang
masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi itu di anggap
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu (Aprilia, James, & Rompas,
2017)

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan YME. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,
mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Batasan umur lanjut usia
tergantung dari sudut mana memandangnya. Menurut Undang-Undang Nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang dimaksud lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Kemandirian lansia dalam ADL merupakan
kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas sehari – hari yang dilakukan
oleh manusia secara rutin dan universal. Ketergantungan lanjut usia disebabkan
kondisi lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan bila
dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari. Akibat berbagai masalah fisik, psikologis, dan
lingkungan yang yang dialami oleh lansia. Defisit Perawatan diri yang diatasi
dengan baik akan memberikan dampak antara lain banyak gangguan kesehatan
yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan
baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku, serta masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. Faktor yang berhubungan
dengan defisit perawatan diri adalah gangguan kognitif, penurunan motivasi,
kendala lingkungan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuro muskular, nyeri,
ganggangguan persepsi, dan lain sebagainya (Nurarif & Kusuma, 2015)
Peran perawat dalam mengatasi defisit Perawatan diri lansia adalah dengan cara
memantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas, membantu memilih pakaian
yang sudah digunakan dan dilepas, membantu klien dalam berpakaian maupun
toileting. Menyediakan alat bantu, menjadwalkan makan dan toileting bagi klien
(Nurarif & Kusuma, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan dengan masalah defisit keperawatan diri
pada lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang
asuhan keperawatan pada klien lansia dengan defisit perawatan diri dan
memberi pengetahuan pada pembaca tentang asuhan keperawatan kepada klien
lansia dengan defisit perawatan diri.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien lansia dengan Defisit
Perawatan diri.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada klien
lansia dengan Defisit Perawatan diri.
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien lansia
dengan Defisit Perawatan diri.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien lansia
dengan Defisit Perawatan diri.
5. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien lansia
dengan Defisit Perawatan diri.

1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Kasus

Di Rumah sakit Kabupaten Mojokerto terdapat pasien yang bernama Ny.A


yang berumur 72 tahun. Klien datang pada tanggal 11 Movember 2019
bersama keluarganya. Keluarga klien membawanya ke RS sekitar 3 hari
yang lalu. Klien mengalami sakit kepala secara tiba-tiba dan kemudian
terjadi penurunan kesadaran. Keluarga klien mengatakan selama dirawat di
Rumah Sakit, klien tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar kebersihan diri.
Saat dilakukan pengkajian terlihat Ny.A tampak Tubuh tampak rambut dan
tubuh klien kotor,berbau dan berdaki, Gigi kuning, mulut kering dan kotor,
kuku kaki dan tangan terlihat panjang dan kotor. Keluarga klien mengatakan
klien sudah mengalami stroke sejak 5 bulan yang lalu. Setelah dikaji dan
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tanggal 11 november 2019 , klien
tidak sadarkan diri , dokter menyarankan klien untuk di rawat di ruang ICU,
diagnosa medis Stroke hemoragik didapatkan S :38º C, Tekanan darah :
160/90 mmHg, Nadi : 101 x/menit, Pernafasan : 28 x/menit, Saturasi 02
: 97%, Tinggi badan : 156 cm, Berat badan : 55 kg GCS : 1-1-1
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama : Ny.A
b. Umur : 72 Tahun (old)
c. Alamat : Puri
d. Pendidikan : SD
e. Tanggal masuk panti werdha : 11 november 2019
f. Jenis kelamin : Perempuan
g. Suku : Jawa
h. Agama : Islam
i. Status perkawinan : Janda
j. Tanggal pengkajian : 11 november 2019

2. Status kesehatan saat ini

3. Riwayat kesehatan dahulu


4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran : Composmentis (E1V1M1).
c. Tanda-tanda vital :
d. Integumen :
e. Kepala :
f. Mata :
g. Telinga :

h. Mulut & tenggorokan :


i. Leher :
j. Dada :
k. Sistem pernafasan :
l. Sistem kardiovaskuler :
m. Sistem gastrointestinal :
n. Sistem perkemihan :
6. Pengkajian Psikososial dan spritual

7. Pengkajian Fungsional Klien


a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori

b. Modifikasi dari bartel indeks


N Dengan Keterangan
Kriteria Mandiri
o Bantuan
1 Makan 10

2 Minum 10

3 Berpindah dari satu 15 Mandiri


tempat ketempat lain
4 Personal toilet (cuci 5 Frekuensi:
muka, menyisir rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk toilet ( 5 Frekuensi:
mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15

7 Jalan dipermukaan 10
datar
8 Naik turun tangga 10

9 Mengenakan pakaian 10

1 Kontrol Bowel (BAB) 10


0
1 Kontrol Bladder 10
1 (BAK)
1 Olah raga/ latihan 10
2
1 Rekreasi/ pemanfaatan 10
3 waktu luang
Keterangan:
d. 130 : mandiri
e. 65-125 : ketergantungan sebagian
f. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor :
8. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
a. The Time Up Ana Go (TUG Test)
Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam kategori
varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik.
A. ANALISA DATA
N Data Fokus Eti Probl
o ologi em

1 1.
B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Hari / Waktu Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)
DX Tanggal

1. Rabu, 03 09.00- 10.00 1. Mengkaji keadaan umum klien S : Keadaan umum pasien lemah.
Mei 2017 2. Memantau kebersihan diri
klien dengan kebersihan diri
3. Melakukan mandi kering pada O : Badan bau, kulit kepala
klien di atas tempat tidur berketombe dan bau, gigi kotor
4. Menggosok gigi klien dan bau, kuku kaki dan tangan
menggunakan kassa dan tong panjang dan kotor.
spatel.
5. Merawat rambut klien A : Masalah belum teratasi.
6. Memotong kuku

P : Intervensi dilanjutkan Pantau


kebersihan klien.

2. Rabu, 03 11.00- 12.00 1. Memantau TTV S : Keadaan umum pasien lemah


Mei 2017 2. Memberi obat demam
Paracetamol.
3. Memberikan kompres hangat. O : Pasien tidur dalam posisi
4. Melepaskan pakaian yang semi fowler 45º TD: 160/90
menyebabkan suhu tubuh mmHg HR: 104 x/menit RR: 26
meningkat. x/menit Suhu: 38ºC Saturasi O2:
95%. Universitas Sumatera Utara
31

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat demam
(Paracetamol).
3. Kamis, 10.00- 11.00 1. Mengkaji kembali kebutuhan S : Keadaan umum pasien lemah.
04 Mei personal hgyiene klien.
2017 2. Memantau kembali
kebersihan diri klien dengan O : Badan bau, kulit kepala
kebersihan diri. berketombe dan bau, gigi kotor
3. Melakukan mandi kering dan bau.
pada klien di atas tempat
tidur. A : Masalah sebagian teratasi.
4. Memberikan pendkes kepada
keluarga klien dalam
membantu pemenuhan P : Intervensi dilanjutkan Pantau
kebersihan diri klien kebersihan klien. Kuku sudah di
potong

4. Kamis, 12.00- 13.00 1. Mengkaji TTV S : Klien tidak sadarkan diri.


04 Mei 2. Mengkaji keadaan luka.
2017 3. Melakukan observasi tanda-
tanda infeksi O : Pasien tidur dalam posisi
4. Melakukan miring kanan dan semi fowler 45º TD: 130/80
miring kiri pada klien setiap 2 mmHg HR: 76 x/menit RR: 26
jam sekali. x/menit Suhu: 37ºC Saturasi O2:
5. Memantau kebersihan tempat 88%. Universitas Sumatera Utara
tidur. 32 Terdapat lesi pada bokong.
Keadaan pasien bau.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan
Melakukan miring kanan dan
miring kiri pada klien setiap 2
jam sekali Pantau lesi pada
bokong. Pantau kebersihan
pasien.

5. Jumat, 14.00- 16.00 1. Mengkaji kembali kebutuhan S : Klien tidak sadarkan diri.
04 Mei personal hgyiene klien.
2017 2. Memantau kembali kebersihan
diri. O : Badan sedikit bersih, gigi
3. Memberikan pendkes kepada bau.
keluarga klien dalam
membantu pemenuhan
kebersihan diri klien A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan
Mempertahankan kebersihan
pasien.

6. Jumat, 17.00- 17.45 1. Mengkaji TTV. S : Klien tidak sadarkan diri.


05 Mei 2. Mengkaji kembali keadaan
2017 luka.
3. Melakukan observasi kembali O : Pasien tidur dalam posisi
tanda-tanda infeksi. semi fowler 45º TD: 120/70
4. Melakukan miring kanan dan mmHg HR: 79 x/menit RR: 24
miring kiri pada klien setiap 2 x/menit Suhu: 37ºC Saturasi O2:
jam sekali. 90%. Terdapat lesi pada bokong.
5. Memantau kebersihan tempat
tidur.. A : Masalah teratasi sebagian.
6. Memberikan pendkes kepada
keluarga untuk melakukan
miring kanan dan miring kiri P : Intervensi dilanjutkan
setiap 2 jam sekali. Melakukan miring kanan dan
miring kiri pada klien setiap 2
jam sekali Pantau lesi pada
bokong. Memberikan pendkes
kepada keluarga

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai