Oleh:
Kelompok Manajemen 1
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa dan perawat mampu menerapkan dan melaksanakan supervisi klinis
dalam manajemen metode tim keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas,
peran dan tanggungjawab secara professional.
B. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
2. Mampu menganalisis situasi manajemen di ruang teratai RSU Karsa Husada
Batu.
3. Mampu mengidentifikasi permasalahan manajemen keperawatan yang ada di
ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
4. Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan yang
teridentifikasi.
5. Mampu membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah (plan of action)
untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan.
6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknik operasional bagi ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
7. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada plan of action
8. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan.
9. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan manajemen
keperawatan di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan
dalam tatanan praktek klinik danpengembangan wawasan pengetahuan atau
teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen bangsal.
Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Profesional).
Mengaplikasikan metode supervisi klinis dalam praktek manajemen
keperawatan.
Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen.
2.1. Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu (Rumah Sakit Paru Batu)
Rumah Sakit Paru Batu didirikan tahun 1912 pada masa penjajahan
Belanda dengan pelayanan rawat jalan untuk penyakit paru yang berlokasi di
Kota Batu. Pada tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang perawatan (Rawat Inap)
yang diresmikan oleh Mas Soemarto (Patih Kabupaten Malang), JA Seven
(Poning Master),de Ruyter de Wild (Voorith Bob) dan dikenal dengan nama
Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda Rumah Sakit Paru Batu dikuasai
oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda. Setelah
Indonesia Merdeka, Rumah Sakit Paru Batu diserahkan ke Pemerintah
Republik Indonesia khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rumah
.
2.1.1. Luas Lahan
Rumah Sakit Umum Karsa Husada (RS Paru Batu) memiliki luas tanah
41.490 m2 dan luas lahan bangunan 12.344 m2dengan rincian sebagai berikut:
Tanah Sebelah Barat (Jl. Abdul Rahman No.02 Batu) :
-
Luas Tanah : 27.120 m2
-
Luas Bangunan : 3.995 m2
Tanah Sebelah Timur ( Jl. A. Yani No.10 – 13 Batu) :
-
Luas tanah : 14.370 m2
-
Luas Bangunan : 9.567 m2
-
Luas Bangunan :11.882,01 M
2.1.2. Fasilitas Pelayanan
-
Instalasi Rawat Darurat
-
Instalasi Rawat Jalan
Poli Penyakit Dalam
Poli Bedah
Poli Bedah Plastik
Poli Bedah Digestif
Poli Akupuntur
Pli Kulit Kelamin
Poli DM
Poli Tumbuh Kembang
Poli Syaraf
Poli Paru
Poli Mata
Poli THT
Poli Anak
Poli Kandungan
Poli Orthopedi
Poli Komplementer
Poli Gigi
Poli Anestesi
-
Instalasi Rawat Inap
Ruang Dahlia
Ruang Teratai
Ruang Kemunung
Ruang Mawar
Ruang Matahari
Ruang Inap Seruni
Ruang ICU
Ruang IGD
Ruang Stroke Unit
-
Tata Usaha
-
Administrasi
-
Instalasi Penunjang
Laboratorium
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Rekam Medik
Instalasi Diklat
K3RS ( Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit)
Farmasi
Pengolahan air limbah
Radiologi
Konsultasi Gizi
2.1.3. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa DIII Keperawatan dan DIII
Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi, serta Co-as (Profesi
Dokter) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
2.2. Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa
Husada (RS Paru Batu)
Kepaniteraan klinik Manajemen dilakukan di Ruang Teratai. Kepala
ruangan dipimpin oleh Yuliana, Amd.Kep. Berikut ini adalah uraian tentang
Ruang Teratai.
BED
2.2.2. Denah Ruangan Teratai
BED KAMAR
BED MANDI
PASIEN
BED
BED
BED KAMAR
BED MANDI
PASIEN
BED
BED
BED
KAMAR
III
A
K
E
S
L
BED MANDI
BED PASIEN
BED BED
KAMAR
BED BED MANDI
PASIEN
BED
BED
BED
NURSE
TEMPAT ALKES STATION
KAMAR
TEMPAT
MANDI
OBAT
KAMAR KELAS II
MANDI
R. KARU
BED
PASIEN
BED
BAB III
Keterangan
A : Jumlah jam perawatan pasien per hari
B : rata-rata klien perhari (BOR x TT)
C : jumlah hari libur selama setahun (76 atau 128)
= 70,5 x 365
(365-76) x 7
= 17976,25
289 x 7
= 12,71 = 12 Perawaat
Pembagian Tenaga = 20 x 12 orang = 2,4 = 2 orang
100
Jadi kebutuhan perawat = 2 + 12 =14 orang/hari
Jumlah Kebutuhan per shift
Pagi = 47/100 x 14 = 6,58 = 7 orang
Siang = 35/100 x 14 = 4,9 = 5 orang
Malam 17/100 x 14 = 2,38 = 2 orang
ALOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah TT x Jumlah hari dalam 1 periode X 100%
= 18
(22 x 1) X 100%
= 1,63 hari,= 1 hari
TOI = (∈ TT x Periode) – Hari perawatan
€ pasien keluar (Hidup mati)
= (22 x 1) -10 hari
4 = 3 hari
Tabel 3.1. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 4 Oktober 2016
Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 2
Ny. M DM + GEA 2
Ny. S GEA 2
Ny. S CHF 2
Ny. Z CKD + Anemia 2
Tn. J GW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 2
Ny. W GW + AFI 2
Keterangan: 2: Total care; 12: Partial care; 4: Minimal care
Tabel 3.2. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 5 Oktober 2016
Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 1
Tn. W IMA 2
Ny. S CHF + AF + dyspepsia synd 2
Ny. M DM + GEA 3
Tn. A HT + Leukositesis + episitosis 2
Sdr. A Dispepsia Synd 3
Ny. A CHF + Dispepsia + CVA 1
Ny. S Epigastic Pain 3
Ny. Z CKD + Anemia 3
Tn..N DHF 2
Tn. J EW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 3
Ny. N CVA 1
Ny. S DM + Vomiting 1
Keterangan: 2: Total care; 12: Partial care; 4: Minimal care
Tabel 3….. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 6 Oktober 2016
Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 1
Ny. S CHF + AF + dyspepsia synd 2
Tn. A HT + Leukositesis + episitosis 2
Ny. A CHF + Dispepsia + CVA 2
Ny. S Epigastic Pain 2
Tn..N DHF 1
Tn. J EW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 3
Ny. N CVA 2
Ny. S DM + Vomiting 2
Ny. B DM + Dispepsia 2
Tn. S Anemi 2
Tn. B Hematemesis Melena 2
Ny. T Konstipasi + Dispepsia 2
Ny. S Hipoglikemi 2
Tn. S DM + Papil Edema 2
Tn. A Dispepsia sindrom 2
Ny. W Tifoid fever 2
Keterangan: 1: Total care; 2: Partial care; 3: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pasien yang dirawat di ruang
Teratai pada tanggal 20 Oktober 2015 sebanyak 10,5% memiliki tingkat
ketergantungan total, sebanyak 78,9% memiliki ketergantungan parsial dan 10,5%
memiliki tingkat ketergantungan minimal
Hasil pengkajian analisis selama tanggal 3 sampai 6 Oktober 2016 di Ruang Teratai
RSU Karsa Husada (RS Paru Batu).
Jumlah BOR
Tgl
(∑Px/∑Bed x 100%)
Bed Px
4/10/15 22 9 41%
5/10/15 22 15 68%
6/10/15 23 19 82,6%
Rata-rata BOR pada tanggal 4-6 Oktober 2016 adalah
BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilaksanakan pengkajian selama 2 hari (4, 5 april 2016) didapatkan
beberapa permasalahan di Ruang Paviliun Melati, untuk menyelesaikan masalah
tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap-tiap
masalah yang diangkat.
4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah “teknik kriteria
matriks (criteria matrix technique)”, yaitu teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 macam
yaitu :
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv)
3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
1 Intervensi mandiri perawat belum 5 4 5 5 5 2500 1
dilakukan secara maksimal
khususnya terkait pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (KDM)
seperti berhias, personal hygine,
dan oral hygine belum dilakukan
secara optimal.
2 Edukasi ke pasien pre operasi 4 4 5 4 5 1600 2
belum dilakukan secara maksimal
khususnya pemberian papan
puasa pada pasien pre operasi.
Keterangan :
5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = kurang penting, 2 = tidak penting, 1 = sangat
tidak penting
65
2 Belum 1. Perawat Agar pasien dan 1. menyediakan R. Paviliun 8 April - Karu 1. Sosialisasi 100%
optimalnya tidak keluarga mengerti papan Melati 2016 - Katim masalah
- Perawat 2. Menyediakan
edukasi pasien memberika bahwa pasien pre op penanda
pelaksa papan penanda
dan keluarga papan dianjurkan puasa dan 2. Mengingatkan
na pre operasi.
terkait pre penanda apa kegunaannya. perawat - Mahasis 3. Mengingatkan
operasi. pasien pre Sehingga keluarga pentingnya wa perawat untuk
op misal tidak sembarangan edukasi dan praktik memberikan tanda
untuk puasa memberi makan pada memberikan - Pasien
papan pre operasi
berapa jam pasien pre operasi informasi pada dan 4. Menjelaskan fungsi
pre op pasien pre keluarga puasa pada setiap
2. Kurangnya
operasi. pasien pre operasi.
kesadaran 5. Evaluasi
3. memberikan
perawat
papan
akan
penanda dan
pentingnya
edukasi pasien
edukasi,
pre operasi.
komunikasi
informasi ke
pasien dan
keluarga
tentang
tindakan pre
operasi.
3. Tidak
tersedianya
papan
penanda
bagi pasien
pre op