Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

DISEMINASI AWAL DEPARTEMEN MANAJEMEN


RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU

Laporan Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kepaniteraan Klinik


Departemen Manajemen
Dibimbing Oleh Ns. Yanti Rosdiana S.Kep., M.Kep dan Ns. Sujud Priono S.Kep.,M.Kep

Oleh:
Kelompok Manajemen 1

Rizhal Hamdani 2014610184


Maria De Jesus 2011610057
Cresensia Naot 2011610015
Terezina Gusmao 2011610097
Mario J. Timo 2011610059
Issanu Yunaefi.
David Viligius Nia 2011610016
Surti 2015611128
Ridho Putra 2010610052
Wahyu Ananda 2011610100
Getrudis Renda Dadi
Beci

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu 57actor dalam menentukan indeks
pembangunan sumber daya manusia (Human Development Index) di samping 57actor
pendidikan dan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan kesehatan merupakan salah
satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar dan setiap individu berhak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan bagi dirinya secara maksimal (Depkes RI, 2002).
Keberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu (Depkes RI, 2006).
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Fungsi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit diselenggarakan dalam
berbagai kegiatan, salah satunya melalui penyelenggaraan pelayanan dan asuhan
keperawatan. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di
Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesionial. Metode pemberian
asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Menurut Keputusan Menpan Nomor 94 tahun 2001, pelayanan keperawatan
adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang
mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual yang komprehensif ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi
peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tuntutan pasien terhadap berbagai aspek pelayanan di Rumah Sakit juga
dirasakan semakin meningkat, maka perlu adanya tindakan nyata dalam meningkatkan
pelayanan di rumah sakit baik yang bersifat medik maupun non medik, terutama yang
bersifat Customer Oriented , yang salah satunya adalah bagaimana petugas
kesehatan memberikan pelayanan prima kepada pasien dan keluarga sehingga
dengan adanya pelayanan prima ini pasien maupun keluarga akan merasa puas dan
nyaman dengan pelayanan yang diberikan, sehingga mereka akan menjadi
sumber ”voice of mouth” yang positif. Sementara itu, menurut Lisa Ford, 2003 terdapat
5 syarat untuk berlangsungnya pelayanan prima yaitu : 1) Dapat dipercaya (realibility),
2) Responsif (responsiveness), 3) Buat pelanggan dapat dihargai (makes customer
feel valued), 4) Empati (emphaty), 5) Kompetensi (competency).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu pentingnya
diadakan manajemen keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan (service
quality), mengingat perawat sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pasien dan
keluarganya di Rumah Sakit, karena frekuensi pertemuannya dengan pasien yang
paling sering. Kualitas pelayanan (servis quality) merupakan salah satu faktor penting
dan fundamental khususnya bagi manajemen keperawatan dan para stakeholdernya.
Hal ini dikarenakan dampak dari servis quality menentukan kualitas layanan
kesehatan. Servis quality memiliki 5 dimensi, yaitu reliability, responsiveness,
assurance, empathy, dan tangible (Sari, 2009).
Berdasarkan fenomena tersebut manajemen keperawatan dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan yang
akan dilakukan sesuai perencanaan yang maksimal dalam menunjang peningkatan
kualitas mutu pelayanan di Rumah Sakit.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa dan perawat mampu menerapkan dan melaksanakan supervisi klinis
dalam manajemen metode tim keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas,
peran dan tanggungjawab secara professional.

B. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
2. Mampu menganalisis situasi manajemen di ruang teratai RSU Karsa Husada
Batu.
3. Mampu mengidentifikasi permasalahan manajemen keperawatan yang ada di
ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
4. Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan yang
teridentifikasi.
5. Mampu membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah (plan of action)
untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan.
6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknik operasional bagi ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
7. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada plan of action
8. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan.
9. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan manajemen
keperawatan di ruang teratai RSU Karsa Husada Batu.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
 Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan
dalam tatanan praktek klinik danpengembangan wawasan pengetahuan atau
teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen bangsal.
 Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Profesional).
 Mengaplikasikan metode supervisi klinis dalam praktek manajemen
keperawatan.
 Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen.

2. Bagi ruangan atau institusi rumah sakit


Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau pengembangan
fungsi manajemen ruangan gunamempertahankan dan peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan
rumah sakit pada umumnya dalam mencapai pelayanan yang prima.
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1. Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu (Rumah Sakit Paru Batu)
Rumah Sakit Paru Batu didirikan tahun 1912 pada masa penjajahan
Belanda dengan pelayanan rawat jalan untuk penyakit paru yang berlokasi di
Kota Batu. Pada tanggal 20 Maret 1934 dibuka ruang perawatan (Rawat Inap)
yang diresmikan oleh Mas Soemarto (Patih Kabupaten Malang), JA Seven
(Poning Master),de Ruyter de Wild (Voorith Bob) dan dikenal dengan nama
Sanatorium. Pada masa penjajahan Belanda Rumah Sakit Paru Batu dikuasai
oleh Pemerintah Belanda dan dijadikan Rumah Sakit Belanda. Setelah
Indonesia Merdeka, Rumah Sakit Paru Batu diserahkan ke Pemerintah
Republik Indonesia khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rumah
.
2.1.1. Luas Lahan
Rumah Sakit Umum Karsa Husada (RS Paru Batu) memiliki luas tanah
41.490 m2 dan luas lahan bangunan 12.344 m2dengan rincian sebagai berikut:
Tanah Sebelah Barat (Jl. Abdul Rahman No.02 Batu) :
-
Luas Tanah : 27.120 m2
-
Luas Bangunan : 3.995 m2
Tanah Sebelah Timur ( Jl. A. Yani No.10 – 13 Batu) :
-
Luas tanah : 14.370 m2
-
Luas Bangunan : 9.567 m2
-
Luas Bangunan :11.882,01 M
2.1.2. Fasilitas Pelayanan
-
Instalasi Rawat Darurat
-
Instalasi Rawat Jalan
 Poli Penyakit Dalam
 Poli Bedah
 Poli Bedah Plastik
 Poli Bedah Digestif
 Poli Akupuntur
 Pli Kulit Kelamin
 Poli DM
 Poli Tumbuh Kembang
 Poli Syaraf
 Poli Paru
 Poli Mata
 Poli THT
 Poli Anak
 Poli Kandungan
 Poli Orthopedi
 Poli Komplementer
 Poli Gigi
 Poli Anestesi
-
Instalasi Rawat Inap
 Ruang Dahlia
 Ruang Teratai
 Ruang Kemunung
 Ruang Mawar
 Ruang Matahari
 Ruang Inap Seruni
 Ruang ICU
 Ruang IGD
 Ruang Stroke Unit
-
Tata Usaha
-
Administrasi
-
Instalasi Penunjang
 Laboratorium
 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
 Rekam Medik
 Instalasi Diklat
 K3RS ( Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit)
 Farmasi
 Pengolahan air limbah
 Radiologi
 Konsultasi Gizi
2.1.3. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa DIII Keperawatan dan DIII
Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi, serta Co-as (Profesi
Dokter) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

2.2. Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Karsa
Husada (RS Paru Batu)
Kepaniteraan klinik Manajemen dilakukan di Ruang Teratai. Kepala
ruangan dipimpin oleh Yuliana, Amd.Kep. Berikut ini adalah uraian tentang
Ruang Teratai.

2.2.1. Sejarah Singkat


Ruang Teratai berdiri bersamaan dengan berdirinya RS Paru Batu.
Ruangan ini ada 3 macam kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III dengan
tipikal multiple case (banyak kasus).
KAMAR KAMAR KAMAR KAMAR
BED MANDI MANDI MANDI MANDI
PASIEN PASIEN PASIEN PASIEN
BED
R. ISOLASI

BED
2.2.2. Denah Ruangan Teratai

BED KAMAR
BED MANDI
PASIEN
BED
BED

BED KAMAR
BED MANDI
PASIEN
BED
BED
BED

KAMAR
III
A
K
E

S
L

BED MANDI
BED PASIEN

BED BED

KAMAR
BED BED MANDI
PASIEN

BED
BED

BED TEMPAT OBAT

BED
NURSE
TEMPAT ALKES STATION
KAMAR
TEMPAT

MANDI
OBAT

NURSE STATION PERAWAT

KAMAR KELAS II
MANDI
R. KARU
BED

PASIEN
BED
BAB III

HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN

1. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gillies


Tanggal 6 Oktober 2016
a. Tingkat ketergantungan pasien
1) Minimal : 4 orang
2) Parsial : 12 orang
3) Total : 2 orang
b. Kebutuhan Perawat
 Keperawatan Langsung
Minimal  2 x 4 = 8 jam
Parsial  4 x 12 = 28 jam
Total  6 x 2 = 12 jam +
48 jam
 Keperawatan tidak langsung
18 x 1jam = 18 Jam
 Penyuluhan
18 x 0,25 jam = 4,5 jam
 Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
48 jam + 18 jam + 4, 5 jam = 70, 5 jam
 Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 10 = 5 orang
Sore = 35% x 10= 3 orang
Malam = 17% x 10 = 2 orang
 Kebutuhan Tenaga Menurut Gillies
A x B x 365
(365-C) x Jam Kerja perhari

Keterangan
A : Jumlah jam perawatan pasien per hari
B : rata-rata klien perhari (BOR x TT)
C : jumlah hari libur selama setahun (76 atau 128)
= 70,5 x 365
(365-76) x 7
= 17976,25
289 x 7
= 12,71 = 12 Perawaat
 Pembagian Tenaga = 20 x 12 orang = 2,4 = 2 orang
100
Jadi kebutuhan perawat = 2 + 12 =14 orang/hari
 Jumlah Kebutuhan per shift
Pagi = 47/100 x 14 = 6,58 = 7 orang
Siang = 35/100 x 14 = 4,9 = 5 orang
Malam 17/100 x 14 = 2,38 = 2 orang
 ALOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah TT x Jumlah hari dalam 1 periode X 100%
= 18
(22 x 1) X 100%
= 1,63 hari,= 1 hari
 TOI = (∈ TT x Periode) – Hari perawatan
€ pasien keluar (Hidup mati)
= (22 x 1) -10 hari
4 = 3 hari

Tingkat Ketergantungan Pasien


a. Skor Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di Ruang
Teratai Rumah Sakit Tingkat II Paru Batu pada tahap pengkajian yakni tanggal
6 Oktober sampai 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 4 Oktober 2016

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 2
Ny. M DM + GEA 2
Ny. S GEA 2
Ny. S CHF 2
Ny. Z CKD + Anemia 2
Tn. J GW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 2
Ny. W GW + AFI 2
Keterangan: 2: Total care; 12: Partial care; 4: Minimal care

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pasien yang dirawat di


ruang Teratai pada tanggal 6 Oktober 2016 sebanyak 11,1% memiliki tingkat
ketergantungan total, sebanyak 66,7% memiliki ketergantungan parsial dan
22,2% memiliki tingkat ketergantungan minimal

Tabel 3.2. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 5 Oktober 2016

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 1
Tn. W IMA 2
Ny. S CHF + AF + dyspepsia synd 2
Ny. M DM + GEA 3
Tn. A HT + Leukositesis + episitosis 2
Sdr. A Dispepsia Synd 3
Ny. A CHF + Dispepsia + CVA 1
Ny. S Epigastic Pain 3
Ny. Z CKD + Anemia 3
Tn..N DHF 2
Tn. J EW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 3
Ny. N CVA 1
Ny. S DM + Vomiting 1
Keterangan: 2: Total care; 12: Partial care; 4: Minimal care

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pasien


yang dirawat di ruang Teratai pada tanggal 20 Oktober 2015 sebanyak
33,3% memiliki tingkat ketergantungan total, sebanyak 33,3% memiliki
ketergantungan parsial dan 33,3% memiliki tingkat ketergantungan minimal.

Tabel 3….. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Teratai Rumah
Sakit Tingkat II Paru Batu pada tanggal 6 Oktober 2016

Nama Skor
Diagnosa Medis
Inisial Klien Ketergantungan
Tn. W Hidro Pnrumothorax + CHF 2
Tn. S Pneumonia + HT +dyspepsia Synd 1
Ny. S CHF + AF + dyspepsia synd 2
Tn. A HT + Leukositesis + episitosis 2
Ny. A CHF + Dispepsia + CVA 2
Ny. S Epigastic Pain 2
Tn..N DHF 1
Tn. J EW + oral ulcer 1
Ny. A DM + Disfagia + HT + Struma nodusa 3
Ny. N CVA 2
Ny. S DM + Vomiting 2
Ny. B DM + Dispepsia 2
Tn. S Anemi 2
Tn. B Hematemesis Melena 2
Ny. T Konstipasi + Dispepsia 2
Ny. S Hipoglikemi 2
Tn. S DM + Papil Edema 2
Tn. A Dispepsia sindrom 2
Ny. W Tifoid fever 2
Keterangan: 1: Total care; 2: Partial care; 3: Minimal care

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pasien yang dirawat di ruang
Teratai pada tanggal 20 Oktober 2015 sebanyak 10,5% memiliki tingkat
ketergantungan total, sebanyak 78,9% memiliki ketergantungan parsial dan 10,5%
memiliki tingkat ketergantungan minimal

 Hasil pengkajian analisis selama tanggal 3 sampai 6 Oktober 2016 di Ruang Teratai
RSU Karsa Husada (RS Paru Batu).

Jumlah BOR
Tgl
(∑Px/∑Bed x 100%)
Bed Px
4/10/15 22 9 41%
5/10/15 22 15 68%
6/10/15 23 19 82,6%
Rata-rata BOR pada tanggal 4-6 Oktober 2016 adalah

BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilaksanakan pengkajian selama 2 hari (4, 5 april 2016) didapatkan
beberapa permasalahan di Ruang Paviliun Melati, untuk menyelesaikan masalah
tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap-tiap
masalah yang diangkat.
4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah “teknik kriteria
matriks (criteria matrix technique)”, yaitu teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5 macam
yaitu :
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv)
3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
1 Intervensi mandiri perawat belum 5 4 5 5 5 2500 1
dilakukan secara maksimal
khususnya terkait pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (KDM)
seperti berhias, personal hygine,
dan oral hygine belum dilakukan
secara optimal.
2 Edukasi ke pasien pre operasi 4 4 5 4 5 1600 2
belum dilakukan secara maksimal
khususnya pemberian papan
puasa pada pasien pre operasi.

Keterangan :
5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = kurang penting, 2 = tidak penting, 1 = sangat
tidak penting

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah


1 Intervensi mandiri 1. Terbatasnya waktu perawat 1. Bersama-sama mahasiswa
perawat belum disebabkan oleh intervensi praktik di ruang melati untuk
dilakukan secara kolaborasi medis dan memenuhi KDM pasien
maksimal melengkapi administrasi pasien setiap pagi selesai operan
khususnya terkait ( status pasien) 2. Menyediakan peralatan yang
pemenuhan 2. Belum tersedianya peralatan
menunjang KDM (sisir,
kebutuhan dasar yang menunjang kegiatan
gunting kuku, mouthwash,
manusia (KDM) pemenuhan KDM (berhias,
lotion, ember kecil)
seperti berhias, personal hygine, oral hygine)
3. Kurangnya kesadaran perawat 3. Memotivasi perawat untuk
personal hygine,
untuk memenuhi KDM pasien melaksanakan kegiatan KDM
dan oral hygine
sebagai salah satu tugas
belum dilakukan
mandiri perawat
secara optimal.
2 Belum optimalnya 1. Tidak diberikan papan penanda 1. Mengingatkan kembali
edukasi pasien dan pada pasien pre operaasi kepada perawat untuk selalu
keluarga terkait 2. Kurangnya kesadaran perawat
memberikan papan tanda pre
penjelasan pre akan pentingnya edukasi dan
op
operasi dan komunikasi ke pasien dan 2. Memotivasi perawat tentang

pemberian papan keluarga. pentingnya edukasi ke

tanda pre operasi pasien pre op


3. Mengingatkan perawat untuk
memberikan informasi
terhadap pasien dan
keluarga

Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah


Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Efisiensi Biaya (Efficiency = E)

Efisien Jumlah Prioritas


Efektivitas
si MxIxV
No Daftar alternatif jalan keluar C
M I V C

1 1. Bersama-sama mahasiswa 5 5 5 1 125 1


praktik di ruang melati untuk
memenuhi KDM pasien setiap
pagi selesai operan
2. Menyediakan peralatan yang 4 5 5 2 50 3
menunjang KDM (sisir, gunting
kuku, mouthwash, lotion, ember
kecil)
3. Memotivasi perawat untuk
5 5 3 1 75 2
melaksanakan kegiatan KDM
sebagai salah satu tugas
mandiri perawat

2 1. Mengingatkan kembali kepada 5 5 5 1 125 1


perawat untuk selalu
memberikan papan tanda pre
op
2. Memotivasi perawat tentang
5 4 5 1 100 3
pentingnya edukasi ke pasien
pre op
3. Mengingatkan perawat untuk
4 5 3 1 60 2
memberikan informasi terhadap
pasien dan keluarga

4.4 Indikator Keberhasilan Program


1. Memenuhi KDM pasien
Indikator Keberhasilan:
a. Bersama-sama mahasiswa praktik di ruang melati untuk memenuhi KDM
pasien setiap pagi selesai operan
b. Menyediakan peralatan yang menunjang KDM (sisir, gunting kuku,
mouthwash, lotion, ember kecil)
c. Memotivasi perawat untuk melaksanakan kegiatan KDM sebagai salah satu
tugas mandiri perawat
Hasil yang ingin dicapai:
a. KDM pasien terpenuhi
b. Tersedianya alat untuk memenuhi KDM Pasien.
c. Motivasi perawat meningkat untuk melaksanakan kegiatan KDM
d. Meningkatnya kepuasan pasien akan pelayanan perawat

2. Edukasi pasien pre operasi


Indikator Keberhasilan:
a. Mengingatkan kembali untuk selalu memberikan edukasi dan papan
penanda jika pasien pre op
b. Mengingatkan perawat untuk memberikan KIE terhadap pasien dan
keluarga
c. Memotivasi perawat tentang pentingnya edukasi ke pasien pre op
Hasil yang ingin dicapai
a. Selalu melakukan edukasi ke pasien dan keluarga pre operasi
b. Perawat selalu memberikan informasi tentang pentingnya dan kegunaan
puasa pre operasi
c. Motivasi perawat meningkat terkait edukasi pada pasien dan keluarga pre
operasi
4.5 Rencana Kegiatan
No Prioritas Faktor Penyebab Why What Where When Who How POA How
Masalah Much
1 Intervensi 1. Kurang nya Agar meningkatkan 1. Menyediakan R. Paviliun 8 April  Karu 1. Sosialisasi masalah 100%
 Katim 2. Membuat jadwal
mandiri waktu dalam kepuasan pasien dan waktu khusus Melati 2016
 Perawat pemenuhan KDM
perawat belum pemenuhan KDM keluarga (konsumen) terkait
pelaksa (seusai operan)
dilakukan pasien yang berpengaruh pemenuhan
2. Peralatan KDM na 3. Menyediakan
secara terhadap pandangan KDM pasien.  Mahasis
belum tersedia peralatan yang
maksimal konsumen terkait 2. Menyediakan wa
3. Kurangnya
berhubungan
khususnya mutu pelayanan peralatan KDM praktik
kesadaran
 Pasien dengan
terkait keperawatan paviliun 3. Memotivasi
perawat untuk
dan pemenuhan KDM
pemenuhan Melati perawat dan
memenuhi KDM
keluarga klien (sisir, gunting
kebutuhan mahasiswa
pasien
kuku,
dasar manusia praktik klinik
mouthwash,
(KDM) seperti lainnya
lotion, ember
berhias, pentingnya
kecil)
personal pelaksanaan
4. Melibatkan
hygine, dan pemenuhan
mahasiswa praktik
oral hygine KDM klien
dalam kegiatan
yang belum sebagai
pemenuhan KDM
dilakukan intervensi
5. Observasi
secara optimal mandiri perawat
implementasi
6. Evaluasi

65
2 Belum 1. Perawat Agar pasien dan 1. menyediakan R. Paviliun 8 April - Karu 1. Sosialisasi 100%
optimalnya tidak keluarga mengerti papan Melati 2016 - Katim masalah
- Perawat 2. Menyediakan
edukasi pasien memberika bahwa pasien pre op penanda
pelaksa papan penanda
dan keluarga papan dianjurkan puasa dan 2. Mengingatkan
na pre operasi.
terkait pre penanda apa kegunaannya. perawat - Mahasis 3. Mengingatkan
operasi. pasien pre Sehingga keluarga pentingnya wa perawat untuk
op misal tidak sembarangan edukasi dan praktik memberikan tanda
untuk puasa memberi makan pada memberikan - Pasien
papan pre operasi
berapa jam pasien pre operasi informasi pada dan 4. Menjelaskan fungsi
pre op pasien pre keluarga puasa pada setiap
2. Kurangnya
operasi. pasien pre operasi.
kesadaran 5. Evaluasi
3. memberikan
perawat
papan
akan
penanda dan
pentingnya
edukasi pasien
edukasi,
pre operasi.
komunikasi
informasi ke
pasien dan
keluarga
tentang
tindakan pre
operasi.
3. Tidak
tersedianya
papan
penanda
bagi pasien
pre op

Anda mungkin juga menyukai