PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, mempunyai nilai strategis
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan karena setiap masalah individu merupakan
masalah keluarga dan begitu juga sebaliknya. Pendekatan keluarga diarahkan pada
penggalian dan pemberdayaan potensi keluarga baik secara mandiri maupun dengan
bantuan orang lain untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga atau anggota keluarga. Namun dalam menjalankan peran dan fungsi keluarga
kadang-kadang tidak semudah membalikkan tangan. Seringkali kita memembaca,
mendengar di berbagai pemberitaan media adanya kasus-kasus penganiayaan dalam
keluarga yang lebih dikenal dengan “Family Violence” atau sering juga terkenal dengan
istilah “Intimate Partner Violence (IPV)/kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga ( IPV) mendapat sebuah kritik dari masyarakat
yang peduli dengan masalah kesehatan. Di dalam hasil survei Nasional tentang kekerasan
terhadap wanita (co-sponsored by the Centers for Disease Control and Prevention and the
National Institute of Justice), 25% dari 8000 seluruh responden wanita di US menyatakan
bahwa mereka pernah mengalami penganiayaan oleh patner mereka di dalam hidup
mereka (Tjaden & Thoennes, 1998). Baru–baru ini Sebuah study di Canada (Coker,
Smith, Mckeown & King, 2000) Ditemukan 55,1% dari 1401 wanita yang mengunjungi
praktek klinik keluarga telah mempunyai pengalaman beberapa bentuk kekerasan oleh
patnernya dan 20,2% dari itu peserta saat ini mengalami percobaan IPV. Di dalam
pengaturan jarak melahirkan, studi tersebut telah mengidentifikasi angka kejadian dari
penyalahgunaan waktu kehamilan kurang lebih 18.1% dari sample 1.203 anak remaja dan
wanita dewasa (Parker & Soeken, 1994) sebanyak 37,6% dari sampel hanya anak remaja
yang hamil (Curry, 1998). Dampak negatip dari penganiayaan dalam hubungannya
dengan kesehatan fisik dan mental wanita telah didokumentasikan (Letourneau, Holmes
& Chasedun Roark, 1999; Ullman& Siegel, 1995)Salah satu permasalahan yang sering
terjadi pada keluarga adalah keluarga pasangan baru. Hasil survey sosial ekonomi
nasional (Biro Pusat Statistik, 1997) ditemukan bahwa kekerasan terhadap perempuan di
pedesaan (66,7 %) lebih banyak dari perkotaaan (33,3 %). Khusus perkosaan (66,7 %) di
pedesaan dan (32,3 %) di perkotaan).
Sebagai jawaban atas kejadian ini, program untuk korban kekerasan dalam rumah
tangga yang sudah berkembang di beberapa negara dalam dekade terakhir. Batas
perlindungan yang di berikan pada wanita tidak sebanding sehingga perlu dukungan
teman sebaya, jasa pembela, individu, dan group psikoterapi serta program untuk
pencegahan. Program ini ada di berbagai tempat termasuk rumah sakit, pengadilan,
berbagai tempat di masyarakt, organisasi keagamaan dan organisasi wanita ( Chalk &
King 1998). Di Indonesia UU terhadap perlindungan kekerasan dalam keluarga belum
ada, sehingga tempat pelayanan terhadap korbannyapun sampai sat ini belum ada.
Beberapa LSM sudah mulai membentuk pelayanan korban kekerasan dalam keluarga,
Institusi yang dikelola oleh pemerintah sampai saat ini belum ada.
Melihat fakta demikian muncul pertanyaan “Apakah yang bisa dilakukan oleh
perawat untuk mencegah dan memulihkannya?”. Inilah yang membuat penulis tertarik
untuk membahas dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Korban Kekerasa Dalam Keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Keperawatan pada korban kekerasan dalam
keluarga.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan dan menentukan
prioritas masalah keluarga yang mengalami kekerasan.
c. Mampu membuat perencanaan Keperawatan pada korban kekerasan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Studi Kasus :
Suatu keluarga baru menikah tanggal 21 Maret 2004. Tn. M adalah seorang pegawai
negeri di salah satu instansi pemerintah di Jakarta. Tn. M tamat D III dan sudah
bekerja di instansi tersebut kurang lebih 5 tahun yang lalu, sedangkan Ny. N adalah
Seorang Ibu Rumah tangga yang sebelum menikah juga bekerja sebagai pegawai
kontrak di Perusahan swasta. Mereka telah saling mengenal lebih kurang 1 tahun
sebelum mereka memutuskan menikah. Tn. M sekarang berumur 28 tahun sedang Ibu
N berumur 24 tahun. Sebelum menikah ke duanya tinggal di rumah kost masing-
masing. Sementara kedua orang tua pasangan ini tinggal di Propinsi yang berbeda.
Perkawinan kedua disetujui oleh masing-masing orang tua. Orang tua Tn. M berasal
dari Sumatra utara sedangkan orang tua Ibu N dari Solo , Jawa tengah. Setelah
menikah mereka sepakat untuk tinggal bersama. Penghasilan Tn. M Rp.
1.200.000/bln. Atas kesepakatan bersama Tn. M berkeinginan agar Ibu N tidak
bekerja karena menurut pemahamannya seorang Suami tugasnya mencari nafkah
untuk rumah tangga. Sedangkan istri bertugas mengelola rumah tangga. Mereka
menyewa sebuah rumah susun yang yang terdiri dari satu kamar berukuran 4 x 4 m,
sebuah dapur dengan ukuran 2 x 2 m dan sebuah kamar mandi dan WC yang
berukuran 1x 2 m. Pada awalnya keduanya merasakan kebahagiaan dan mersakan
tidak ada kurang apapun. Seiring dengan perjalanan waktu kebutuhan sebagai
keluarga semakin bertambah. Kebutuhan akan alat-alat rumah tangga seperti alat-alat
rumah tangga semakin banyak, Tn. M selalu mencoba mengikuti keinginan
Istrinya.sehingga tanpa terasa ruangan untuk mereka berdua sudah terasa penuh
disamping bawaan barang-barang mereka sebelumnya. Tn. M adalah seorang anak
tunggal dari orang tua. Sedang ibu N mempuanyai 5 bersaudara. Orangtua Tn. M
selalu menanyakan meraka apakah Istrinya sudah hamil atau belum. Tn. M
berkeinginan untuk memenuhi keinginan orang tua nya. Sementara itu Ibu N berharap
bahwa untuk sementara mereka menunda sementara keinginan untuk punya anak
sambil menunggu kesiapan mereka dari segi finansial dan berharap mereka dapat
menyewa rumah yang lebih layak untuk sebuah keluarga yang akan mempunyai anak.
Perbedaan pandangan ini membuat ke 2 nya sering salah paham antara satu dengan
yang lain. Sebenarnya Tn. M juga punya pemikiran yang sama dengan istrinya, tapi
mengingat umur orang tuanya yang sudah 80 tahun Ia berharap orang tuanya dapat
menimang cucu sebelum meninggal. Rasa stres menghadapi kondisi ini membuat Tn.
M bingung, uring-uringan, sering pulang malam dan berkata kasar dan keras kepada
isterinya. Setiap suaminya marah ibu N selalu diam lebih baik mengalah agar
perkawinannya tetap utuh karena budaya yang dianut jawa yang mempunyai persepsi
isteri harus mengabdi pada suami dan narimo. Sementara itu ibu N selalu berusaha
memberikan pengertian tentang kondisi yang sebenarnya. Dalam keseharian kerja Tn.
M bekerja dari jam 7 pagi sampai dengan jam 4 sore. Tn. M selalu makan diluar pada
siang hari sedangkan untuk sarapan dan makan malam mereka lakukan bersama.
Kebiasaan Ibu N bekerja sebelumnya membuat Ia mulai merasa jenuh yang hanya
berada dirumah dengan rutinitas kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Ia sudah
jarang bertemu dengan kawan-kawan dia sebelumnya. Rasa riang dan canda dengan
kawan-kawan muncul dalam bayangannya. Kadang-kadang Ia merasakan
keterikatannya dengan suami jika harus mengunjungi kawannya. Ingin rasanya dia
bercanda dan mengulangi kejadian yang lepas seperti masa sebelumnya. Hal ini tidak
pernah diceritakan pada suaminya apalagi sejak sering marah dan pulang malam, ia
takut suaminya tersinggung, sehingga ia hanya dapat memendam apa yang dia
rasakan.
Pengelompokan data dan masalah keperawatan :
DATA MASALAH
DO : Konflik mengambil keputusan
Keluarga serius menceritakan masalahnya
kapan ingin punya anak
kepada perawat
DS :
Tn. M mengatakan bahwa orang tuanya
menginginkan supaya cepat mempunyai
anak dengan alasan sudah tua dan ingin
segera menimang cucu.
Ny. N mengatakan menginginkan untuk
menunda punya anak dengan alasan
menunggu kesiapan finansial dan dapat
menyewa rumah yang layak untuk punya
anak.
Tn. M mengatakan Perbedaan pandangan
keinginan mempunyai anak ini membuat
dirinya dan isteri sering salah paham antara
satu dengan yang lain, sering uring-uringan
dan marah-marah serta berkata kasar.
Prioritas masalah :
Konflik mengambil keputusan kapan ingin mempunyai anak.
No Kriteria Skore Alasan
1. Sifat masalah
Skala : Tidak sehat 1 Dalam keluarga ada stressor
yaitu orang tua ingin punya
anak tetapi ny. B masih ingin
mendanya. Ini akan
menyebabkan konflik dalam
mengambil keputusan.
2. Kemungkinan masalah dapat 1 Tn. M sependapat dengan
diubah : sebagian isterinya, sehingga tinggal
mencari waktu yang tepat
untuk menyampaikan ke orang
tuanya Tn. M.
3. Potensial masalah untuk diatasi: 1 Dasar keduanya menikah
tinggi dilandasi oleh rasa cinta dan
dierestui kedua orang tua dari
kedua belah pihak.
4. Menonjolnya masalah : masalah 1 Masalah ini dirasakan oleh Tn.
dirasakan dan harus segera M sehingga ia bingung harus
ditangani berbuat apa.
Jumlah 4
Kelliat, B.A., (2001), Ftindak Kekerasan Terhadap Perempuan, Materi Kuliah, Tidak
Dipublikasikan.
Friedman. M.M, (1998); Family Nursing : Theory & Practice, 4/E, Connectiout :
Appleton- Century- Cropts.
Disusun oleh :
Rochani Istiawan
7303010318
COLABORATIVE LEARNING
TUGAS MATA AJAR : Manajemen Mutu PelayananKeperawatan
DOSEN : Tien Gartinah, MN
Disusun oleh :
Djuariah Chanafi
Kurniawan Yudianto
Setyowati
Roswita Hasan
Zuraidah