Anda di halaman 1dari 19

DESA SIAGA SEHAT JIWA

Untuk Memenuhi Tugas mata Kuliah keperawatan Jiwa

DOSEN : Faizatur Rohmi.M.Kep

OLEH :
RIMA ELFIANA
1820104

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat karunia serta
taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah. Keperawatan Jiwa dengan judul
Desa Siaga Sehat Jiwa.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita, dalam keperawatan jiwa khusunya tentang Desa Siaga Sehat jiwa. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna
oleh sebab itu kami berharap akan adanya saran dan kritik agar kedepannya kami bisa membuat
makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kepanjen, 07 Oktober 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI....................................................................................................... 3


2.1 Definisi ........................................................................................................................ 3
2.1.1 Desa Siaga ............................................................................................................ 3
2.2 Desa Siaga Sehat Jiwa ................................................................................................. 3
2.3 Community Mental Health Nursing (CMHN) ............................................................ 4
2.4 Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa.................................................................................... 4
2.5 Tujuan.......................................................................................................................... 5
2.6 Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa ................................................................. 5
2.6.1 Kemitraan ............................................................................................................. 5
2.6.2 Proses Rekruitmen Kader .................................................................................... 7
2.6.3 Proses orientasi Kader.......................................................................................... 8
2.7 Menejerial.................................................................................................................... 8
2.8 Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa ......................................................................... 9
2.9 Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga ............................................................... 10
2.10 Kriteria Desa Siaga.................................................................................................... 11
2.11 Visi dan Misi Desa Siaga .......................................................................................... 13
2.12 Indikator Keberhasilan Desa Siaga ........................................................................... 13

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 15
3.2 Saran .......................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Maraknya bencana alam seperti tanah longsor, banjir, gempa, tsunami dan lain-lain,
akhir-akhir ini telah memperparah kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di tanah air kita.
Pencemaran lingkungan, penggundulan hutan pengungsian dan wabah penyakit serta Kejadian
Luar Biasa (KLB) telah terjadi di sebagian besar Negara kita. Konflik sosial yang
berkepanjangan telah menimbulkan kerusakan dan pertikaian, stress, gangguan jiwa dan
kemiskinan.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini yang kesemuanya
mengakibatkan dampak fisik dan psikologis, maka WHO memandang perlu program CMHN.
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari proses
recruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan persiapan yang
melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah
setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan BC-CMHN
berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi perawat Puskesmas, sehingga
memilikikompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepadapasien gangguan jiwa,
selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.
Dalam undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 24 tentang
kesehatan jiwa menyebutkan :
a. Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal
baik intelektual maupun emotional.
b. Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan
dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan
pemulihan penderita gangguan jiwa.
c. Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung sarana pelayanan kesehatan
jiwa dan sarana lainnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menambah wawasan mahasiswa tentang DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa).
1
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental heatlth nursing.
b. Konsep desa siaga sehat jiwa.
c. Tujuan pembentukan desa siaga.
d. Bagaimana pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa.
e. Peran perawat desa siaga sehat jiwa.
f. Sasaran dalam pengembangan desa siaga.
g. Criteria desa siaga.
h. Visi dan misi desa siaga.
i. Indicator keberhasilan desa siaga.
ii.
1.3 Rumusan Masalah
. Apa definisi dari desa siaga, desa siaga sehat jiwa dan community mental heatlth nursing ?
a. Bagaimana konsep desa siaga sehat jiwa?
b. Apa tujuan dari desa siaga?
c. Bagaimana pengelolaan dalam desa siaga sehat jiwa?
d. Bagaimana peran perawat desa siaga sehat jiwa?
e. Apa sasaran dalam pengembangan desa siaga?
f. Bagaimana criteria desa siaga?
g. Apa visi dan misi desa siaga?
h. Apa indicator keberhasilan desa siaga?

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) di
desanya (Depkes RI, 2006 dalam Efendi, 2009).
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawat daruratankesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakanmenjadi desa
siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa.
Desa Siaga yang telah dicanangkan pemerintah, merupakan gambaran masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa,
dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga.

2.2 Desa Siaga Sehat Jiwa


Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Apsari, 2010). Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga
sehat jiwa merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, bencana,
serta masalah gangguan kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong
royong. Beberapa tahapan yang akan dilaksanakan di desa siaga sehat jiwa diantaranya,
meliputi persiapan, sosialisasi, pelatihan kader, pendampingan, monitoring, dan pelaporan.
Dengan dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan dapat mengurangi dampak dan kerugian
akibat dari adanya penderita gangguan jiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan kesehatan mental berbasis
masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap terhadap masalah kesehatan jiwa
masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi
masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Yuni, 2010).

3
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat untuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya masalah
kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv, 2010).
Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental
Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
e. Rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa

2.3 Community Mental Health Nursing (CMHN)


Comunity Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan
pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011)
CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan yang berfungsi untuk membantu masyarakat dalam
menyelesaikan masalah-masalahn jiwa akibat dampak bencana.
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang
mendasarkan pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan komprehensif.
Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi
aspek biologis, psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi
primer, sekunder dan tersier.

2.4 Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa


WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif karena dapat
memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di masyarakat.
Salah satu program dan produk dari CMHN tersebut adalah membentuk desa siaga sehat jiwa
dengan tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat, pendidikan
kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial, resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa,
terapi aktivitas dan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri, serta askep bagi keluarga
pasien gangguan jiwa.
4
Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa
Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan
jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit,
serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat melalui kegiatan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental Health Nursing).
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang mendasarkan
pada prinsip – prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan komprehensif. Keperawatan
jiwa yang holistik dan komprehensif yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder
dan tersier.

2.5 Tujuan
Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan pelayanan
kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis
masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta
lebih berkulitas (quality).
Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009) adalah:
1. Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) didesanya.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri dibidang kesehatan.
c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan
lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

2.6 Pengelolaan dalam Desa Siaga Sehat Jiwa


2.6.1 Kemitraan
Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi
kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan,
5
keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes RI., 2000). Bentuk kemitraan antara
masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor baik
pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan
sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama.
Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media informasi yang
diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif dalam
mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap jenjang administrasi dengan
melaksanakan pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan Tingkat
Desa/Kelurahan.
Kemitraan di bagi menjadi 2 ,yaitu :
a. Kemitraan Lintas Sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara tenaga
kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan
melalui kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab nasing-masing.
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten, Tingkat
Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara menggalang kerjasama dengan berbagai
sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan (dana, sarana dan prasarana,
kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung pelaksanaan program CMHN.
b. Kemitraan Lintas Program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar tenaga
kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas termasuk GP+,
maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan : dokter, bidan, psikolog klinik,
psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui
kesepakatan bersama tentang peran dan tanggung jawab masing-masing.
2. Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan masyarakat
desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu meingkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi, mengatasi masalah
kesehatan jiwa dan mempertahankan kesehatan jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat
merupakan proses pengembangan potensi baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat
sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka
6
sendiri. Kader merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam
pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga
potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang
diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan apabila kader
tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader kesehatan
jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah kader.

2.6.2 Proses Rekruitmen Kader


Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader yang
mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa.. Proses awal dalam
merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi tentang pembentukan Desa Siaga Sehat
Jiwa disertai dengan kriteria kader yang dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.

Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :


a. Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh masyarakat
setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa dan kebutuhan
kader kesehatan jiwa.
b. Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang dibutuhkan
untuk tiap desa dan dusun.
c. Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
d. Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir yang telah disediakan untuk
proses seleksi selanjutnya.

Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :


a. Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat/tokoh agama atau
organisasi masyarakat yang ada di masyarakat dalam menentukan calon kader yang
memenuhi syarat
7
b. Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader kesehatan jiwa dan
bersedia menjalankan program CMHN
c. Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.

2.6.3 Proses orientasi Kader


Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui masa orientasi
yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan pelatihan kader kesehatan jiwa . Orientasi yang
dilakukan juga mencakup informasi budaya kerja Desa Siaga Sehat Jiwa dan informasi umum
tentang visi, misi, program, kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi menggunakan metode
klasikal selama 2 hari, praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja (implementasi Desa
Siaga Sehat Jiwa ).
Materi pelatihan kader mencakup :
1) Program Desa Siaga Sehat Jiwa
2) Deteksi dini kasus di masyarakat ( kelompok keluarga sehat, kelompok keluarga dengan
masalah psikososial, dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa )
3) Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :
a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa
b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial
c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa
d) Terapi aktivitas kelompok pasien gangguan jiwa
4) Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri
5) Rujukan kasus
6) Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja kader dalam
melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat Jiwa. Penilaian kader meliputi penilaian
selama pelatihan di kelas (pre dan post test) serta penilaian penampilan di lapangan.
2.7 Menejerial
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut
Swanburg(2000), manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga
ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen

8
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan, pengobatan, dan bantuan terhadap pasien.
a. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan akan menentukan cara pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertangung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan komunitas. Desa
Siaga Sehat Jiwa menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program . Setiap perawat
CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaaan.
Toma dan kader pada setiap dusun bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian Desa Siaga Sehat Jiwa terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi. Pada
pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
2) Daftar Jadwal Kegiatan
Daftar yang berisi jadual kegiatan, Fasilitator CMHN, Perawat CMHN, Toma, Kader, dan
penanggung jawab kegiatan pada setiap daerah binaan.
3) Daftar pasien pada kelompok binaan

2.8 Peran Perawat Desa Siaga Sehat Jiwa


Secara umum perawat jiwa komunitas dapat berperan sebagai perawat praktisioner, perawat
pendidik, dan peran perawat koordinator.
1. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana (praktisioner = direct nursing care) adalah peran perawat jiwa
komunitas yang memungkinkan terjadinya interaksi antara perawat CMHN dan klien/keluarga
dalam rangka memberikan asuhan kasus keperawatan secara langsung, melului aktifitas asuhan
dengan menggunakan proses keperawatan. Hubungan perawat klien mempunyai tujuan
peningkatan kemampuan klien dalam hal penyelesaian masalah dan peningkatan fungsi klien.
Aktifitas intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen kasus kesehatan
jiwa, intervensi keperawatan pada individu dan keluarga serta aktivitas kolaborasi dengan tim
kesehatan lain.
9
2. Perawat Pendidik (Edukator)
Peran perawat pendidik cukup luas, tetapi secara khusus pada perawat jiwa adalah
dalam rangka menjalankan fungsi independen pendidikan kesehatan/keperawatan bagi klien
dan keluarga agar mampu menjalankan lima fungsi keluarga sehat jiwa dan mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah. Aktifitas keperawatan yang dapat dijalankan sesuai dengan
fungsi keluarga yang meliputi peningkatan kemampuan mengenal masalah, mengambil
keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah psikososial atau
gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan klien dan keluarga yang dapat mendukung
penyelesaian masalah dan kemampuan dalam menggunakan fasilitas atau sumber-sumber di
lingkungan sekitar klien yang dapat dijadikan sebagi sumber koping dalam menyelesaikan
masalah kesehatan jiwa.
3. Perawat Koordinator
Peran perawat koordinator adalah melakukan hubungan dalam rangka koordinasi dan
negosiasi kepada pihak-pihak terkait. Aktifitas keperawatan yang dapat dikerjakan meliputi
kegiatan penemuan kasus kesehatan jiwa dan menjalankan fungsi rujukan kasus gangguan jiwa
maupun masalah psikososial yang menjadi asuhannnya.

2.9 Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga


Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1. Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.
2. Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia usaha.
3. Semua individu dan keluarga didesa.
Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa criteria yang harus dipenuhi, yaitu
desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesda). Poskesda disini merupakan
suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan kegiatan-
kegiatan seperti berikut:
1. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian
luar biasa (KLB) serta factor-faktor resikonya.
2. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
serta kekurangan gizi.
3. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
10
5. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok,
yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga kelompok tersebut adalah
(Pahlevi, 2012):
1. Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di
desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut yaitu tokoh
- tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan lain – lain.
3. Sasaran Tersier
Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang -
undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala Desa, pejabat pemerintahan
lainnya, dunia usaha, donatur, dan stakeholders lain.

2.10 Kriteria Desa Siaga


Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki forum desa /
lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana / akses pelayanan kesehatan dasar.
Dalam pengembangannya Desa Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria
Desa Siaga (Pahlevi, 2012) :
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada forum /
lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya kelompok
rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dan sebagainya. Demikian juga
Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada tahap pertama. Pembinaan intensif dari
petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk
pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja forum dengan
pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif lamdari anggota forum untuk
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu , Demikian juga
Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya.
11
Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan
untuk pengembangan kualitas Posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting lain
yang diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas PONEK sehingga semua hamil bersalin
nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami komplikasi dapat ditangani dengan
baik. Disamping itu sistem surveilans berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan,
artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor
risiko di lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta memberikan informasi
pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu
mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis
masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar
biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan kesehatan
berbasis masyarakat.
Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena
kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan, masyarakat didorong lagi untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh
masyarakat, misalnya tabulin. Pembinaan masih diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya
sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun
juga terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim
Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
Desa siaga tidak hanya sekedar konsep yang bertengger di atas awan. Dengan mengacu
visi Departemen Kesehatan agar rakyat indonesia dapat mewujudkan kesehatan secara mandiri,
perlu dilakukan tindakan - tindakan nyata. Sebagai contoh, pembentukan Pos Kesehatan Desa
( Poskesdes ) yang bertujuan agar setiap desa mampu mengidentifikasi dan mencegah bencana,
wabah, kurang gizi dan persoalan - persoalan lain. Poskesdes diharapkan pula untuk
merevitalisasi upaya - upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti posyandu, pos obat desa,
ambulans desa, bank daerah desa, kelompok pemakai air dan koperasi jamban.

12
2.11 Visi dan Misi Desa Siaga
1. Visi
Mewujudkan Desa menjadi Desa Siaga Sehat.

2. Misi
a. Menggerakkan pembangunan kesehatan.
b. Memelihara dan meningkatkan pengetahuan,SDM.
c. Memberdayakan masyarakat agar mampu berperilaku hidup sehat.
d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
e. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
f. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

2.12 Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu (Pahlevi, 2012):
1. Indikator masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan Desa siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:
a. Ada tidaknya Forum Masyarakat Desa.
b. Ada tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya.
c. Ada tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).
e. Ada tidaknya kader aktif.
f. Ada tidaknya sarana bangunan Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
g. Ada tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan
untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat misal: kentongan, bedug,
dll.
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di
suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga Indikator proses terdiri atas hal - hal
sebagai berikut :
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi tidaknya UKBM Poskesdes.
13
c. Ada tidaknya pembinaan dari Puskesmas PONEK.
d. Berfungsi tidaknya UKBM yang ada.
e. Berfungsi tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawat daruratnya
dan bencana.
f. Berfungsi tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
g. Ada tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS.
h. Ada tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.

3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator keluaran terdiri atas
hal - hal berikut :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA ).
b. Cakupan pelayanan UKBM - UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat.

4. Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri dari atas hal-hal sebagai
berikut.
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
d. Jumlah balita dengan gizi buruk.
e. Tidak terjadinya KLB penyakit.
f. Respon cepat masalah kesehatan.
g. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi,
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah
pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani
proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
3.2 Saran
Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama,oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang Desa Siaga,namun
juga akan melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan
Desa Siaga.

15
Daftar Pustaka

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Diakses
tanggal 11 April 2013 di http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-
siaga-sehat-jiwa.

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses pada tanggal 14 April 2013 di
http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-nursing.html.

Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga. Diakses pada tanggal 12 April
2013 di http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-desa-
siaga.html

Yogyatv. (2010). Pencanangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Diakses pada tanggal 12 April 2013 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-siaga-sehat-jiwa.

Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (Dssj) Terhadap Sikap
Masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan
Bantul

Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 April 2013 di


http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537

Depkes RI. 2002. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi
Kesehatan.Jakarta: Depkes RI.

16

Anda mungkin juga menyukai