Anda di halaman 1dari 16

TELAAH JURNAL

PERAN PERAWAT DAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN


PASCA BENCANA PADA PERAWATAN KOMUNITAS

Pemulihan PTSD Anak-Anak Korban Bencana Tanah Longsor Dengan Play


Therapy

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.01. Latar Belakang Masalah


Secara geografis, Indonesia terletak di Asia Tenggara antara dua
samudera yaitu samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia dikenal sebagai
daerah tektonik aktif karena terdiri dari tiga lempeng tektonik utama yang
aktif. Indonesia juga memiliki lebih dari 500 gunung berapi, termasuk 128
gunung berapi aktif, yang mewakili 15 persen dari gunung berapi aktif di
dunia (Amin M.K, 2017 dalam National Development Planning Agency,
2006). Secara Geologis, Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan
Pegunungan Muda Mediterania, merupakan bagian dari rangkaian dari
Pegunungan Himalaya dengan sifat batuan basa. Sedangkan daerah
Indonesia bagian tengah dan timur merupakan deretan Pegunungan Sirkum
Pasifik dengan sifat batuannya asam (Amin M.K, 2017, dalam Asian
Disaster Reduction Center, 2006). Karakteristik geografis dan geologi
tersebut menandai bahwa Indonesia sebagai negara rawan bencana alam.
Berdasarkan keterangan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho
mencatat pada awal tahun 2018 telah terjadi 438 kejadian bencana. Tanah
longsor menjadi bencana yang paling mematikan. Dalam periode 2010
hingga Februari 2018 telah terjadi bencana tanah longsor sebanyak 3.753
kali. Sebanyak 1.661 orang meninggal dunia akibat tanah longsor (Haryanto
I, 2018)
Banyak dampak yang diakibatkan oleh kejadian bencana tanah
longsor baik secara fisik maupun non fisik. Dampak psikologis yang paling
sering muncul dalam kasus bencana antara lain Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD), sedih berkepanjangan, depresi, gangguan kecemasan,
gangguan penyalahgunaan zat, persepsi terdistorsi, pesimisme, dan upaya
bunuh diri (Sandhu & Kaur, 2013; Thoha, 2012). Dampak psikologis PTSD
merupakan masalah psikologis yang sering muncul terutama pada satu tahun
pertama atau dua tahun setelah bencana (Neria, Nandi, & Galea, 2008).
Prevalensi seumur hidup PTSD berkisar dari 6,1 hingga 9,2 persen
pada sampel nasional dari populasi orang dewasa umum di Amerika Serikat
dan Kanada, dengan tingkat prevalensi satu tahun 3,5 hingga 4,7 persen.
Sebagai contoh, dalam sampel Amerika Serikat dari 5.992 responden, 82,7
persen terpapar peristiwa traumatik yang berat dan berpotensi, dan 8,3
persen dari trauma yang terpapar didiagnosis dengan PTSD seumur hidup.
Lebih lanjut, di antara pasien dari klinik perawatan masyarakat primer, 65
persen melaporkan riwayat paparan peristiwa yang berpotensi traumatis
berat, 12 persen melanjutkan untuk mengembangkan PTSD, sedangkan
tingkat prevalensi yang lebih rendah ditemukan di luar Amerika Utara.
Sebuah studi WHO menemukan prevalensi seumur hidup PTSD di negara-
negara berpenghasilan menengah keatas dan menengah bawah masing-
masing 2,3 dan 2,1 persen. Sampel nasional 10.641 orang Australia
menemukan prevalensi seumur hidup PTSD sebesar 1,0 persen. Tingkat
yang lebih tinggi dari PTSD dalam sampel Amerika Utara dibandingkan
dengan negara lain tidak dipahami dengan baik. Kemungkinan
mengembangkan PTSD dan presentasi gangguan tampaknya dipengaruhi
oleh sejumlah faktor individu dan social. ( Sareen J, 2018)
Di Indonesia dalam sebuah penelitian tentang Prevalensi PTSD
dan Karakteristik Gejala Stres Pascatrauma Pada Anak Dan Remaja
Korban Bencana Alam dengan jumlah sampel 859 anak dan remaja berusia
antara 8 sampai dengan 17 tahun dengan 485 partisipan berasal dari Jawa
Barat (56,5%) dan 374 partisipan berasal dari Sumatra Barat (43,5%). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 171 orang (19,9%) memenuhi kriteria
diagnosis PTSD (Rahmadian A, 2016).
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini
banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas suatu intervensi
dalam penanganan kasus atau kejadian mengenai penyakit baik dalam dunia
medis maupun keperawatan, salah satunya yaitu play therapi atau terapi
bermain yang mana banyak diterapkan pada penanganan penderita PTSD
pada anak-anak. Play therapy atau terapi bermain adalah suatu metode
konseling yang menggunakan play/bermain untuk berkomunikasi dan
menolong anak. Juga merupakan disiplin ilmu yang berlandaskan teori-teori
psikologi. Salah satu pionir play therapy adalah seorang psikolog yang
bernama Virginia Axline. Beliau mengembangkan 8 Prinsip Dasar Terapi
Bermain Non-Directive sejak tahun 1940. Penelitian yang dilakukan oleh
Play Therapy United Kingdom (afiliasi Play Therapy International) sekitar
71% anak-anak yang mendapat play therapy menunjukkan perubahan positif
(Sjaflan I, 2018). Penelitian lain mengenai efektivitas terapi bermain
terhadap penurunan gangguan stres pasca trauma pada anak dengan subjek
penelitian adalah 26 anak yang memiliki karakteristik duduk di kelas III –
IV SD, berusia antara 8 – 10 tahun, dan mengalami gangguan stres pasca
trauma kategori sedang sampai sangat tinggi. Hasil uji-t berpasangan
menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor gangguan stres pasca trauma pada saat posttest 1 dan
posttest 2 dibandingkan dengan saat pretest (t 10,854 dan p < 0.05),
sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan skor yang signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terapi
bermain efektif untuk menurunkan gangguan stres pasca trauma pada anak
terbukti (Ardina & Mona, 2006).

1.02. Tujuan
Adapun tujuan dari penelaahan jurnal ini untuk melatih dan
menambah pengetahuan mahasiswa tentang karakteristik suatu jurnal
dengan membandingkan jurnal utama dengan jurnal pembanding sehingga
dapat diketahui mengenai kekuatan dan kelemahan serta implikasi yang bisa
diterapkan dalam dunia keperawatan.
1.03. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami kajian topik mengenai peran
perawat dan masyarakat dalam penanganan trauma pasca bencana pada
perawatan komunitas terutama terkait pemulihan PTSD anak-anak korban
bencana tanah longsor dengan play therapy maupun dengan terapi lain yang
bisa digunakan.
BAB II
RESUME JURNAL

2.01. Jurnal I
2.01.1. Identitas Jurnal Utama
Judul : Pemulihan PTSD Anak-Anak Korban Bencana
Tanah Longsor Dengan Play Therapy
Nama Jurnal : Jurnal Keperawatan Soedirman
Volume : 11, No.1, Maret 2016, halaman 23-30
Penulis : Mukhadiono, Widro Subagyo, Wahyudi

2.01.2. Tujuan Penelitian


Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui gejala
PTSD dan pengaruh play therapy terhadap PTSD pada anak-anak
korban longsor di Kabupaten Banjarnegara

2.01.3. Metode Penelitian


a. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan desain penelitian
menggunakan quasy experiment pre post test with control group.
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yaitu anak-anak korban bencana tanah
longsor Di Kabupaten Banjarnegara yang mengalami gangguan
psikologis paska bencana. Kriteria inklusi sampel adalah anak-
anak usia 4-12 tahun dan mengikuti sesi play therapy sampai
selesai. Kriteria eklusinya adalah anak-anak yang tidak
mengalami gangguan jiwa berat.
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Jemblung, Desa Sampang,
Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
d. Jenis Analisa Data
Analisa data dengan pair t test.
e. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah
play therapy ( p 0,001). Pada kelompok control tidak terdapat
perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan sesudah play
therapy (0,163).
Gangguan perilaku yang menonjol pada anak-anak korban
bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara dari hasil pre
test adalah sembunyi jika mendengar suara keras seperti sirine,
ambulan, dan lain-lain, mengalami ketakutan tanpa alas an yang
jelas , tampak cemas, tampak sedih, dan menunjukkan perilaku
agresif. Beberapa gangguan perilaku yang menonjol berada pada
frekuensi sering merefleksikan kondisi kejiwaan anak-anak
korban bencana tanah longsor dalam kondisi stress dan trauma
akibat bencana yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.
GAngguan perilaku yang menonjol adalah sembunyi jika
mendengar sura sirine, ambulan, dan lain-lain. Sebanyak 23
anak menunjukkan perilaku dimaksud pada kategori sering.

Gangguan perilaku yang menonjol pada anak-anak korban


bencana tanah longsor hasil post test adalah tampak cemas,
mengalami mimpi buruk, tampak sedih dan mudah marah.
Perilaku tersebut berbeda dengan hasil pre test dan fekuensi data
terbanyak juga berubah. Hasil pretest frekuensi data yang
menonjol pada kategori sering, sedangkan frekuensi data hasil
post test yang menonjol pada kategori kadang-kadang.

Tabel 1 berisi tentang perbedaan PTSD sebelum dan sesuddah


Play Therapy dengan N=38. Rata-rata skor PTSD kelompok
intervensi sebelum play therapy 22,63 dan sesudah play therapy
21,11. Rentang skor sebelum play therapy 17-28, sedangkan
sesudah play therapy 17-24.
Pada kelompok control, rata-rata skor PTSD sebelum play
therapy 22,74 dan sesudah play therapy 24,53. Rentang skor
sebelum play therapy 21-30 dan sesudah play therapy 21-30.
Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
kelompok intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah
Play Therapy ( p value 0’001). Sementara kelompok control
tiddak terdapat perbedaan signifikan skor PTSD sebelum dan
sesudah Play Therapy ( p value 0,163)
Tabel 2 berisi tentang selisih skor PTSD Bencana N=38 pada
kelompok intervensi dan control. Rata-rata selisih skor PTSD
sebelum dan sesudah play therapy pada kelompok intervensi
1,53 dan pada kelompok control 0,21.
2.01.4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama… hari/minggu
dengan… di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan
Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara pada bulan…-… dapat
diambil kesimpulan terdapat perbedaan signifikan kelompok
intervensi dengan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapi (p
0,001), dan pada kelompok control tidak terdapat perbedaan
signifikan, skor PTSD sebelum dan sesudah play therapi (p 0,163).

2.02 Jurnal II
2.02.1. Identitas Jurnal II
Judul : Analisa Kebutuhan Program Trauma Healing
Untuk Anak-Anak Pasca Bencana Banjir di
Kecamatan Sungai Pua Tahun 2018:
Implementasi Manajemen Bencana
Nama Jurnal : Menara Ilmu
Volume : Volume XII No. 7 Juli 2018
Penulis : Ade Rahman
2.02.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kebutuhan anak di Kecamatan Sungai Pua Terhadap program
trauma healing pasca bencana banjir tahun 2018
2.02.3. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Kualitatif
b. Sampel Penelitian
Jumlah sampel adalah 72 orang anak-anak korban bencana
banjir di Nagari Sariak Kecamatan Sungai Pua yang didapat
dengan metode totally random sampling. Instrumen penelitian
ini menggunakan angket.
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Tahun 2018, di Nagari Sariak Kecamatan Sungai Pua
d. Jenis Analisa Data
Pendekatan Analisa Kebutuhan
e. Hasil
Analisa data menghasilkan empat kebutuhan program trauma
healing bagi anak-anak. Bahwa 30 orang anak (41,7%)
membutuhkan entertaiment sebagai kebutuhan mereka untuk
menyembuhkan diri dari trauma akibat banjir, selanjutnya 22
anak (30,5) membutuhkan home visit, 12 anak (16,7%)
membutuhkan sharing partner dan 8 anak (11,11%)
membutuhkan pelayanan kesehatan.
2.02.4. Kesimpulan
Anak-anak pasca trauma bencana banjir membutuhkan
program trauma healing untuk mengatasi rasa trauma dalam diri
mereka. Dari hasil angket yang dibagikan, dan dianalisa kebutuhan
antara lain : entertaiment, home visit, sharing partner dan pelayanan
kesehatan. Diharapkan dengan program ini dapat mengurangi rasa
trauma anak pasca bencana, dan dapat dilanjutkan penelitian dengan
menggunakan hasil analisa kebutuhan ini untuk melihat seberapa
efektif program-program ini.
2.03. Jurnal III
2.03.1. Identitas Jurnal III
Judul : Effectiveness of cognitive behavior therapy in
comparison to CBT- plus play therapy among
children with post-traumatic stress disorder in
Manado, Indonesia
Nama Jurnal : International Journal of Research in Medical
Sciences
Volume : Volume 5 Edisi 4 April 2017, Halaman 1589-
1593
Penulis : Dorce Sisfiani Sarimin dan Tinneke A. Tololiu
2.03.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
intervensi PTSD pre dan post CBT pada anak usia sekolah di
Manado, menentukan perbedaan intervensi PTSD pre dan post CBT
plus pada anak usia sekolah di Manado, dan menentukan perbedaan
PTSD pada anak-anak usia sekolah yang diberikan intervensi CBT
dan CBT plus.
2.03.3. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasi-experiment
pre-post-test desain studi untuk membandingkan intervensi pada
dua kelompok yang dilakukan sebelum dan sesudah percobaan,
dimana perbedaan pre-test dan post-test diasumsikan sebagai
efek dari percobaan.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok anak-anak sekolah
yang terdiagnosis Post Traumatic Stres Disorder (PTSD). Grup
A diberi CBT (terapi perilaku kognitif) plus sementara Grup B
hanya diberikan CBT (terapi perilaku kognitif). Metode CBT
yang digunakan adalah metode restrukturisasi kognitif (menulis
pemikiran negatif dan pemecahan masalah).
b. Sampel Penelitian
Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan
kriteria siswa berusia 8-12 tahun dan didiagnosis dengan PTSD,
siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan
bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah mereka
yang tidak mengikuti semua sesi perawatan sampai selesai.
Pengukuran untuk meminta keberadaan PTSD pada anak-anak
sekolah yang digunakan kuesioner oleh Weathers, Huska dan
Keane, yang terdiri dari 17 pertanyaan. Langkah-langkah
pelaksanaan CBT yang meninjau, terapi kognitif, terapi perilaku,
evaluasi terapi kognitif dan terapi perilaku, dan pencegahan
kambuh.
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Siswa SD N 23 Dendengan Dalam dan SD N 30 Perkamil di
Manado.
d. Jenis Analisa Data
Analisis data menggunakan paired t-test atau indeoendent t-test.
e. Hasil
Ada penurunan skor PTSD pada anak-anak baik pada kelompok
CBT maupun kelompok CBT plus. Terapi bermain pada
kelompok CBT plus bisa memberikan pengurangan yang lebih
tinggi pada skor PTSD dibandingkan dengan anak-anak yang
hanya menerima intervensi CBT.
2.03.4. Kesimpulan
Intervensi CBT plus terbukti efektif dalam mengurangi
skor PTSD pada anak-anak dengan PTSD.

BAB III
PEMBAHASAN
3.01. Analisis Jurnal
3.01.1. Tinjauan Teori
a. Definisi PTSD
Post Traumatik Stress Dissorder (PTSD) menurut
American Psychology Association (APA) merupakan suatu
pengalaman seseorang yang mengalami peristiwa traumatic
yang dapat menyebabkan gangguan pada integritas diri
individu sehingga individu ketakutan, ketidakberdayaan dan
trauma tersendiri (Towsend, 2009; Varcarolis, 2010)
National Institute of Mental Health (NIMH)
mendefinisikan PTSD sebagai gangguan berupa kecemasan
yang timbul setelah seseorang mengalami peristiwa yang
mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya. Peristiwa trauma
ini bisa berupa serangan kekerasan, bencana alam yang
menimpa manusia, kecelakaan, atau perang (Nevid, 2003).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah
gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami
atau menyaksikan peristiwa traumatis. PTSD bisa akut (gejala
berlangsung kurang dari 3 bulan), kronis (gejala berlangsung
lebih dari 3 bulan), atau onset tertunda (selang waktu 6 bulan
sampai timbulnya gejala) (Sarimin dan Tololiu, 2017).
Biasanya, individu dengan PTSD akan menampilkan
maladaptive coping sebagai reaksi terhadap stres yang
dirasakan. Dengan demikian, mereka membutuhkan perawatan
yang tepat untuk PTSD (Schiraldi, 2009).
b. Play Therapy

c. CBT

d. Trauma Healing

3.01.2. Kekurangan dan Kelebihan


a. Jurnal I
1) Kekurangan

2) Kelebihan

b. Jurnal II
1) Kekurangan
a) Abstrak hanya menggunakan bahasa Inggris.
b) Tidak mencantumkan rentang waktu penelitian.
c) Ada beberapa penulisan yang tidak sesuai EYD
(Ejaan yang Disempurnakan). Contoh nama daerah
tidak menggunakan huruf besar di awal kata pada
penjelasan karakteristik sampel (nagari sariak
kecamatan sungai pua, ditulis menggunakan huruf
kecil semua), spasi tidak teratur.
d)
2) Kelebihan
…..

c. Jurnal III
1) Kekurangan
a) Tidak mencantumkan rentang waktu penelitian.
b) Pada diagram alur disebutkan populasi yang akan
diteliti yaitu siswa di SD N 23 Dendengan Dalam dan
SD N 30 Perkamil di Manado, namun pada jurnal
tidak dijelaskan proses screening atau perbedaan
pengambilan sampel dari dua sekolah tersebut. Seperti
jumlah sampel yang didapatkan dari masing-masing
sekolah tidak dijelaskan.
c) Pada kesimpulan kurang sesuai dengan tujuan.
2) Kelebihan
a) Abstrak singkat dan jelas, sehingga dengan membaca
abstrak tersebut pembaca dapat mengetahui hasil dari
penelitian tersebut.
b) Penulisan jurnal rapih.

3.01.3. Analisa Jurnal


……(jurnal utama)…. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ade Rahman (2018) yang menyebutkan bahwa ada
banyak cara yang dapat ditempuh untuk melakukan trauma healing
yaitu dengan pemberian obat atau terapi psikis. Terapi psikis pada
anak-anak dapat dilakukan melalui beberapa metode, salah satunya
adalah melalui teknik play teraphy. Dengan menggunakan play
therapy, anak akan diajak mengatasi traumanya melalui media
permainan. Metode lain yaitu dengan terapi melalui tari, dengan
tari anak dapat mengekspresikan emosi yang ada di dalam dirinya.
Hal ini dikarenakan tari bersifat rekreatif (Rahman, 2018).
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorce
Sisfiani Sarimin dan Tinneke A. Tololiu (2017) yang menyebutkan
manajemen PTSD menurut National Institute Of Mental Health
(NIMH) adalah psikoterapi dan pengobatan atau kombinasi
keduanya. Psikoterapi yang sering digunakan untuk menangani
PTSD adalah manajemen kecemasan, terapi kognitif, dan terapi
pemaparan. …………….

3.02. Implikasi Keperawatan

BAB IV
KESIMPULAN

4.01. Kesimpulan

4.02. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Asian Disaster Reduction Center. (2006), "Country Report 2006: Indonesia",

Sarimin, D. S. & Tololiu, T. A. (2017). Effectiveness of cognitive behavior


therapy in comparison to CBT- plus play therapy among children with
post-traumatic stress disorder in Manado, Indonesia. Jurnal
Internasional Penelitian dalam Ilmu Kedokteran Volume 5 Edisi 4
Halaman 1589-1593. www.msjonline.org, diakses tanggal 04
Desember 2018.
Rahman, A. (2018). Analisa Kebutuhan Program Trauma Healing Untuk Anak-
Anak Pasca Bencana Banjir Di Kecamatan Sungai Pua Tahun 2018:
Implementasi Manajemen Bencana. Menara Ilmu Volume 12 No. 7.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/download/843/
754, Diakses pada tanggal 04 Desember 2018.
Schiraldi, G. R. (2009). Gangguan stres pasca-trauma: panduan untuk
penyembuhan, pemulihan dan pertumbuhan. Sourcebook Edisi ke-2.
New York: Mc Graw Hill.
National Development Planning Agency (2006), National Action Plan for
Disaster Reduction 2006-2009. Office of the State Minister for
National Development Planning Agency and National Coordinating
Agency for DisasterManagement, Jakarta.

Nevid, J. S. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.


Neria, Y., Nandi, A., & Galea, S. (2008). Post-traumatic stress disorder following
disasters: A systematic review. Psychological Medicine, 38(4), 467-
80.
Sandhu, D., & Kaur, S. (2013). Psychological impacts of natural disasters. Indian
Journal of Health and Wellbeing, 4(6), 1317-1319.

Tsunami dan ‘Post-Traumatic Stress Disorder’,


http://aceh.tribunnews.com/2015/12/26/tsunami-dan-post-traumatic-
stress-disorder.

Haryanto I. 2018. BNPB: Sudah 438 Bencana di 2018, Longsor Paling Banyak
Makan Korban. Detik News https://news.detik.com/berita/d-
3882938/bnpb-sudah-438-bencana-di-2018-longsor-paling-banyak-
makan-korban
Amin M.K (2017). Post Traumatic Stress Disorders Pasca Bencana. Magelang:
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017
Sareen J, (2018). Gangguan Stres Pasca Trauma Pada Orang Dewasa:
Epidemiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Kursus, Penilaian,
Dan Diagnosis. Up to Date.
https://www.uptodate.com/contents/posttraumatic-stress-disorder-in-
adults-epidemiology-pathophysiology-clinical-manifestations-course-
assessment-and-diagnosis

Rahmadian A, 2016. Prevalensi PTSD dan Karakteristik Gejala Stres


Pascatrauma Pada Anak Dan Remaja Korban Bencana Alam. Jurnal
Ilmu Pendidikan dan Pengajaran: Universitas Pendidikan Indonesia
Vol 3 no 1 th 2016.
http://ejournal.sps.upi.edu/index.php/edusentris/article/view/184

Sjaflan I. (2018). Mari mengenal Terapi Bermain (Play Therapy Non-Directive).


Pion Clinician. https://pionindonesia.com/2018/06/01/mari-
mengenal-terapi-bermain-play-therapy-non-directive/

Ardina & Mona. (2006). Efektivitas Terapi Bermain Terhadap Penurunan


Gangguan Stres Pasca Trauma Pada Anak. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai