Anda di halaman 1dari 10

INFEKSI TRAKTUS GENITALIS OLEH BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian
Infeksi traktus genitalis adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, parasit dan protozoa) menimbulkan gejala
klinik utama di saluran reproduksi dan saluran kemih (maupun sistemik) dan atau
penularannya melalui hubungan seksual. (Yesinta Diandra, 2014). Infeksi Traktus
Genitalis oleh bakteri adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme bakteri, menimbulkan gejala klinik utama di saluran reproduksi dan
saluran kemih (maupun sistemik) dan atau penularannya melalui hubungan seksual.

2. Prevalensi
Infeksi Chlamidya trachomatis pada banyak negara merupakan penyebab utama
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan WHO tahun 1995 menunjukkan
bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai
saat ini belum ada angka yang pasti mengenai infeksi C. trachomatis.1 C. trachomatis
merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak dibanding dengan organisme
lain. Dari berbagai studi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari penderita UNS dapat diisolasi C.
trachomatis, selanjutnya 4 - 43 % dari pria penderita gonore dan 0 - 7 % dari pria dengan
uretritis asimtomatik.2 Dalam bidang penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis dapat
merupakan penyebab uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis,
epididimitis, limfogranuloma venerium dan seterusnya.1.3 Angka transmisi seksual C.
trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda. Hutapea NO (1992) melaporkan
penularan terhadap mitra seksual 38 pria UNS dengan positif Chlamydia terjadi pada 17
wanita (45 %).3 Diperkirakan 25 - 50 % infeksi C. trachomatis bersifat asimtomatik, terutama
pada wanita (80 %), akan tetapi C. trachomatis mempunyai peranan penting pada servisitis
mukopurulen dan infeksi radang panggul (PID). Di Amerika 25 - 50 % kasus PID oleh karena
C. trachomatis dan meliputi 5 - 8 % wanita muda yang datang ke beberapa klinik maternitas
dan merupakan karier C. trachomatis.1 Infeksi C. trachomatis sampai saat ini masih
merupakan problematik karena keluhan ringan, kesukaran fasilitas diagnostik, mudah
menjadi kronis dan residif, dan mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti
infertilitas dan kehamilan ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
mempunyai resiko untuk menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.4.5 Mengingat
tingginya angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara tunggal ataupun bersamaan
dengan PMS lain, serta dampak dari komplikasinya maka perlu diberikan perhatian yang
besar dalam hal diagnosis dan pengobatannya.
Menurut Mandal BK, et al ,2008 angka kejadian gonorea paling tinggi pada orang berusia 15-
24 tahun yang tinggal di kota, sosioekonomi rendah, tidak menikah, homosexual, atau
memiliki riwayat PMS terdahulu. Infeksi ditularkan sangat mudah 50% pada wanita dan 20 %
pada pria setelah sekali terpajan vagina tanpa pelindung. 75% wanita asimtomatik 5% pria
heterosex.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kulian keperawatan kesehatan perempuan
2. Tujuan Kusus
a. Untuk mengetahui pengertian infeksi traktus genitalis yang disebabkan oleh bakteri
b. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi traktus genitalis
yang disebabkan oleh bakteri
c. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi traktus genetalis yang disebabkan oleh bakteri
d. Untuk mengetahui penanganan infeksi traktus genetalis yang disebabkan oleh bakteri
e. Untuk mengetahui askep pada infeksi traktus genetalis yang disebabkan oleh bakteri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Infeksi traktus genitalis adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, parasit dan protozoa) menimbulkan gejala
klinik utama di saluran reproduksi dan saluran kemih (maupun sistemik) dan atau
penularannya melalui hubungan seksual. (Yesinta Diandra, 2014). Infeksi Traktus
Genitalis oleh bakteri adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme bakteri, menimbulkan gejala klinik utama di saluran reproduksi dan
saluran kemih (maupun sistemik) dan atau penularannya melalui hubungan seksual.

B. Jenis-jenis Penyakit yang di timbulkan oleh infeksi traktus genitalis oleh bakteri.
1. ISK

2. Urethritis ( Pada Pria )


a. Gejala :
Duh tubuh uretra, dysuria dan rasa tidak nyaman pada uretra
b. Etiologi :
Neiseria Gonorea, Uretritis non gonokokal, chlamidya (menyebabkan 30-
50% kasus), urea plasma urealitikum, mikoplasma gentilium, trikomonas
vaginalis, HSV, candida, neiseria meningitidis, striktur uretra dan benda
asing.
c. Komplikasi :
Epididimo orkhitis, syndrome reiter dan penularan ke pasangan,
d. Pemeriksaan Penunjang :
Sweb uretra, urine porsi awal
e. Pengobatan :
Skrining untuk EMS lainya, pemberitahuan dan pengobatan bagi pasangan
pasien, pengobatan disesuaikan dengan bakteri yang menyebabkan, seperti
- Neisseria gonorea : Ciprofloksasin atau ceftriaxone
- Chlamydia trachomatis : azytromicyn atau doksisiklin
3. Penyakit Radang Panggul
a. Gejala :
Nyeri abdomen bagian bawah, duh tubuh vagina, demam, dyspareunia,
perdarahan per vaginam irregular, nyeri tekan adneksa.
b. Penyebab :
Infeksi acenden dari endoservik N.gonorea dan chlamydia trachomatis
c. Predisposisi :
Usia muda, berganti-ganti pasangan sex, memiliki pasangan baru,
penggunaan kontrasepsi selain penghalang atau tanpa kontrasepsi,
terminasi kehamilan.
d. Komplikasi :
Infertilitas kehamilan ektopik, nyeri pelvis kronik, perihepatitis.
e. Pemeriksaan penunjang :
Swab endoserfik ( PCR chlamydia, kultur gonokokus), swab vagina tinggi
(kultur), Urin ( PCR chlamydia), USG ( bila dicurigai terdapat abses), bila
diagnosenya belum pasti maka di perlukan laparoskopi.
f. Pengobatan :
- Ofloxacyn dan metronidazole,
- Eritromicyn dan metronidazole ( bila dicurigai hamil)
- Bila gejala sistemik berat di beri cephalosporin IV dan doksisiklin IV,
doksisiklin oral di tambah metronidazole 4, atau ofloksasin IV ditambah
metronidazole IV
- Skrining untuk EMS lainya, pemberitahuan dan pengobatan bagi pasangan
pasien
4. Gonorea
Merupakan infeksi mukosa pada epitel colum nar yang ditularkan melalui
hubungan sexual dan disebabkan oleh Neisseria gonorea. Lokasi infeksi extra
genital : orofaring, mata dan jarinagn perihepatik. Masa inkubasi 2-7 hari.
a. Manifestasi klinis
Pada pria :
Nyeri peri anal, pruritus, secret mukoid atau mukopurulen atau perdarahan
anus, infeksi asimtomatik pada 60 % kasus, protitis distal yang terlihat,
oktitis distal 20% proktitis histologi 40%, urethritis.
Pada wanita :
Sekret vagina, dysuria, servisitis urethritis atau proktitis.
b. Komplikasi :
Diseminasi, perihepatitis, endocarditis, meningitis.
Kusus pada pria : prostatitis, striktur uretra, abses periuretra /limfangitis
penis
Kusus Wanita : PID, sterilitas, bartolinitis, konjungtivitis neonatal.
c. Pengobatan :
Ciprofloksasin oral atau ceftriaxone IM, amoxicillin oral (dosis tinggi 3g)
5. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh trponema palidum yang termasuk dalam keluarga
spiroketa (borelia leptospira spirilumdan treponema). Sifilis bisa didapat atau
kongenital, dibagi menjadi 2 tahap. Tahap awal kuarang dari 2 tahun dari
infeksi, tahap lanjut lebih dari 2 tahun.
Sifilis didapat lanjut dibagi menjadi laten lanjut, tersier (hanya untuk sifilis
gumatosa jinak), dan kuaterner (termasuk semua manifestasi lain sifilis
lanjut). Penularan melalui kontak seksual, kadang kadang melalui kontak
intim non seksual, jarang mlalui trauma inokulasi, atau melalui tranfusi darah
dan juga melalui penularan vertical in utero. Masa inkubasi 17-28 hari
a. Patologi dan pathogenesis
Endarteritis obliteratif terjadi pada semua tahap penyakit. Keadaan ini
berhubungan dengan infiltrasi perivaskuler oleh makrofag dan sel plasma
dalam chancre primer, hyperkeratosis pada sifilis sekunder kutan, serta
nekrosis sentral dan granulomata pada guma. Treponema masuk ke tubuh
melalui membrane mukosa atau kulit yang mengalami abrasi dimana
timbul chanre primer. Chancre ini sembuh secara spontan dalam 2-4
minggu dan menghilang bersamaan dengan tahap sekunder atau
diseminata, ketika treponema dapat diidentifikasi dari lesi kulit, selain dari
darah, kelenjar getah bening, dan system saraf pusat.
b. Manifestasi Klinis
Chancre primer pada 95% kasus bersifat genital dan memiliki karakteristik
berikut :
1) Chancre biasanya merupakan lesi bundar soliter, tidak nyeri,dengan
tepi eritematosa berbatas tegas dan memiliki dasar bersih serta
berindusari.
2) Manifestasi ini berhubungan dengan limfadenopati inguinal seperti
karet, terbuka, tidak nyeri dan tidak nyeri tekan
3) Chancre merupakan ulkus yang dapat sembuh tanpa membentuk
jaringan parut dalam 4-6 minggu.
c. Komplikasi

Sifilis sekunder : 6-8 minggu dari infeksi. Tanda sifilis sekunder sangat
banyak dan dapat didahului oleh gejala konstitusional ringan seperti
demam dan gejala menyerupai influenza. Manifestasi khasnya adalah

1) Ruam makulopapular (90% kasus) yang tidak gatal dan simetris,


terdapat diseluruh tubuh dan wajah, kulit kepala, telapak tangan,
telapak tangan dan telapak kaki. Di daerah perianal, sifilis ini
bermanifestasi sebagai kondiloma lata, di mulut sebagai ulkus mukosa
( jejak siput/snail-track/ bercak mukosa) dan pada rambut sebagai
alopesia berbentuk bercak.
2) Limfadenopati sedang generalisata yang tidak nyeri (50%), terutama
pada kelenjar epitroklear.
3) Uveitis, hepatitis, dan glomerulonephritis pada beberapa pasien.

Sifilis tersier : sifilis tersier ( kulit, membrane mukosa,dan tulang) dapat


terjadi 3 tahun atau lebih setelah tahap primer dan lesi khas, pada tahap ini
adalah guma.
1) Guma kutan biasanya merupakan ulkus punced-out dengan dasar
wash-leather, dipigmentasi sentral dan hiperpigmentasi perifer yang
sembuh untuk membentuk parut.
2) Guma mukosa destruktif, peritonitis (sabre tibia), guma hati, dan
uveitis juga dapat terjadi

Sifilis kuartener : sifilis kuartener memilikiefek utama pada jantung dan


system saraf

Sifilis kardiovaskuler : terjadi pada kira-kira 10% pada pasien yang tidak
diobati (pada wanita dua kali lebih banyak daripada pria). Sifilis ini secara
primer merupakan aortitis dengan inkompetensi aorta sekunder, stenosis
ostinum coroner (menyebabkan angina) dan kadang-kadang dilatasi
anuerisma aorta.

Neurosifilis : dibagi menjadi meningovaskuler, parenkimatosa dan tabes


dorsalis. Terjadi pada 20% pasien yang tidak diobati. Sifilis
meningovaskuler dapat timbul 5 tahun setelah infeksi awal dan timbul
sebagai meningitis aseptic, palsi saraf kranial, dan kadang-kadang
hemiplegia.

Sifilis kongenital : disebabkan oleh infeksi in utero dan bermanifestasi dini


dengan bicara sengau, ruam makulopapular, osteokondritis,
hepatosplenomegali, dan anemia, atau bermanifestasi lanjut dengan
keratitis interstisial, dahi menonjol, tuli, susunan gigi abnormal dan
atropati rekuren.

Diagnosis

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI TRAKTUS GENETALIA

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama

3. Riwayat Penyakit ( Sekarang, dahulu )


1) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
3) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
5) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
6) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi
oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya.
7) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit

B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Bagian
Luar
Inspeksi :
a. Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
b. Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
c. Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus,
keluaran dan nodul
2. Pemeriksaan Bagian
Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan
warnanya
Palpasi
• Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
• Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
• Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
• Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan

Diagnose Keperawatan :
a. Ansietas
b. Nyeri Akut
3.4 Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa : ansietas

a. Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.


b. Mempertahankan penampilan peran.
c. Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
d. Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada.
e. Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

a. Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.


b. Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar intensif.
c. Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbangan gizi anak.
e. Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
f. Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
g. Kurang pengetahuan pada orang tua.
b. Diagnosa : Nyeri Akut
NOC :
kriteria hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin

Anda mungkin juga menyukai