a) DEFINISI
b) EPIDEMIOLOGI
a. infeksi oleh Chlamydia trachomatis telah teridentifikasi pada 50% laki-laki
yang mengalami uretritis nonspesifik dan 20-60% wanita penderita gonore.
b. penyakit klamidia merupakan penyakit IMS yang paling umum terjadi
daripada gonore.
c. 5% bayi yang lahir di amerika serikat menderita infeksi klamidia, 50%
diantaranya mengalami konjungtivitis dan 20% diantaranya mengalami
pneumonia.
c) ETIOLOGI
a) klamidia sering ditemukan berkaitan dengan IMS lainnya.
b) genus Chlamydia memiliki dua spesies:
1. Chlamydia psittaci tidak menyebabkan IMS dan tidak berkaitan dengan
perawatan obstetric ginekologi (obgin). Infeksi menyebabkan penyakit
yang menyerupai flu ringan, diderita setelah terpajan kotoran burung
yang mengandung parasit.
2. Chlamydia trachomatis merupakan spesies IMS yang menyebabkan
penyakit antara lain:
a. penyakit radang panggul (PRP)
b. uretritis nongonokukus dan pascagonokokus
c) konjungtivis kronik:
(1) konjungtivitis kronik dapat terkait dengan anggota kluarga yang
terinfeksi.
(2) tercatat sebagai penyebab utama kebutaan.
(3) infeksi saat dewasa umumnya terjadi karena pajanan rabas genital yang
mengandung klamidia.
d) klamidia blenore
(1) janin biasanya terkena penyakit ini melalui jalan lahir yang terinfeksi.
(2) banyak manifestasi klinis penyakit ini termasuk:
(3) konjungtivitis ringan sampai berat
(4) pneumonitis bisa sangat parah dan fatal
e) limfogranuloma venerum
merupakan strain Chlamydia trachomatis yang ditandai dengan ulserasi
genital minor yang sementara dan adenopati inguinal (serta kemungkinan
uretritis).spesies ini dapat dikultur pada media spesifik yang sama seperti
media infeksi klamidia genital lainnya dan berdiferensiasi sebagai strain
limfogranuloma venerum pada kultur.
d) PATOFISIOLOGI
Hydrogen peroxid
Infeksi asendens
PID
Gejala inflamasi
RUPTUR
Perdarahan infertil
e) MANIFESTASI KLINIS
1. umum
a. rabas vagina mukopurulen dan berbau busuk yang mengalir dari
ostium uteri serviks
b. eritema, edema, dan kongesti pada serviks dan vagina
2. Servisitis
a. ektopi cobblestone
b. meningkatnya perdarahan
c. rabas mukopurulen dari ostium uteri
3. uretritis
a. disuria ringan atau nyeri abdomen bawah
b. piuria steril
c. awitan yang bertahap
d. rabas mukopurulen yang berasal dari uretra
C. pasien yang mengalai infeksi klamidia bisa mengalami periode laten yang
sangat panjang, seperti sifilis setelah infeksi awal.
1. servisitis mukopurulen
2. infeksi uretra
2. PRP dan perihepatitis akut
3. konjungtivitis neonates dan pneumonia
f) DIAGNOSIS
g) PENATALAKSANAAN
1. jumlah sel darah putih (SDP) terlalu banyak untuk dihitung pada slide
sediaan basah tanpa disertai bakteri atau jamur dalam jumlah banyak.
2. dugaan IMS lain telah disingkirkan atau diobati, namun tidak berhasil
(khususnya bila rabas vagina berbau busuk, mukopurulen yang
menunjukkan gonore atau klamidia).
3. terjadi disuria dan sering berkemih, dugaan ISK serta uretritis telah
disingkirkan.
4. terdapat servisitis
6. hasil pap smear menunjukkan klamidia.
7. terdapat riwayat klamidia, khususnya yang disertai gejala.
8. pasangan pasien menderita uretritis yang bukan disebabkan gonokokus
B. Uji semua pasien obgin yang baru dan mereka yang diduga atau terpajan
klamidia.
1. bila pasien hamil, periksaan ulang serviks dan ulangi kultur pada
usia 34-36 minggu taksiran usia kehamilan.
b. terapi pasangan.
Hepatitis B
a) DEFINISI HEPATITIS B
Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang paling berbahaya. Penyakit ini lebih
sering menular dibandingkan hepatitis jenis lainnya. Hepatitis B menular melalui
kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B (VHB / HBV)
b) EPIDEMIOLOGI
- Prevalensi hepatitis B tertinggi ada di Asia dan afrika
- Hepatitis B tersebar di seluruh dunia WHO memperkirakan lebih dari 2
milyar orang terinfeksi HBV (termasuk 240 juta dengan infeksi kronis)
- Hepatitis menyerang semua golongan umur
- Dilihat dari jenis kelamin pria lebih beresiko terkena hepatitis B daripada
wanita
- Transmisi virus disebarkan secara parenteral melalui darah atau produk
darah, kontak seksual, atau pajanan prenatal
- Angka penularan secara vertikal dari ibu pengidap Hepatitis B kepada
bayinya cukup tinggi. Berdasarkan penelitian beberapa rumah sakit di
Indonesia, prevalensi HBsAg pada ibu hamil berkisar 2,1—5,2% (Soewignyo,
1992).
c) ETIOLOGI
Infeksi hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Virus ini ditularkan
dari orang ke orang melalui darah, air mani atau cairan tubuh lainnya. Ketika
virus Hepatitis B memasuki liver, maka virus akan menyerang sel-sel hati dan
mulai berkembang biak. Hal ini menyebabkan peradangan pada hati dan
mengarah ke tanda-tanda dan gejala infeksi hepatitis B. Cara umum HBV
ditularkan meliputi :
d) FAKTOR RESIKO
Orang yang sering berganti-ganti pasangan
Penderita HIV
Penderita hemodialisis.
Pekerja kesehatan, petugas laboratorium.
Pasangan Penderita Hepatitis B.
MSM (Man Sex Man) / Homoseksual
Anak yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B.
IDUs (Injection Drug User).
Berkunjung ke wilayah dengan endemisitas tinggi.
e) PATOFISIOLOGI
f) MANIFESTASI KLINIS
a) Hepatitis B akut
o Mual
o Muntah
o Tidak nafsu makan
o Mata,kulit dan kuku berwarna kuning
o Badan terasa lemas dan mudah lelah
o Kebutuhan tidur meningkat
b) Hepatitis B kronik
o Mudah lelah
o Cemas
o Tidak nafsu makan
o Mual
o Muntah
o Merasa lemas
o Terjadi asites yaitu penumpukan cairan dalam rongga perut sehingga
perut terlihat membuncit
g) KOMPLIKASI
Sirosis hati ( sekelompok penyakit hati kronik yang mengakibatkan kerusakan
sel hati dan sel tersebut digantikan oleh jaingan parut sehingga terjadi
penurunan jumlah jaringan hati normal)
Kegagalan fungsi hati
h) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menggunakan tes laboratorium HBsAg test, anti HBs dan anti HBc
o HBsAg : test untuk menentukan seseorang pernah terinfeksi virus
hepatitis B
o Anti HBs : test untuk menentukan seseorang telah mempunyai
kekebalab terhadap virus hepatitis B
o Anti HB c : test untuk menentukan seseorang telah mempunyai
kekebalan (adanya replikasiinti sel) terhadap Virus Hepatitis B.
i) PENATALAKSANAAN MEDIS
Interferon alfa merupakan protein alami yang disintesis oleh sel-sel system
imun tubuh sebagai respon terhadap adanya inducer (virus, bakteri, parasite
atau sel kanker ). Fungsinya sendiri digunakan untuk memberikan perbaikan
parameter biokimia dan kerusakan sel-sel hati pada sekitar 25-50% pasien.
Efek samping :
o Gejala flu
o Pasien mengeluh demam
o Mengggil
o Nyeri kepala
o Nyeri otot dan sendi
Lamivudin merupakan antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzi
reserve transcriptase yang diperlukan dalam pembentukan DNA. Fungsinya
digunakan untuk meredakan peradangan hati, mengurangi jumlah virus
hepatitis B pada tubuh penderita
Efek samping :
o Gangguan saluran pencernaan
o Nyeri perut
o Sakit kepala
o Demam
o Kulit kemerahan
o Pembesaran hati
Entecavir berfungsi menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan untuk
sintesis DNA virus. Digunakan juga untuk terapi infeksi hepatitis B kronis
pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan jaringan hati.
Efek samping :
o Mengantuk
o Nyeri pada ulu hati
o Nyeri kepala
o Diare
j) PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Lakukan tirah baring
Penderita sebaiknya tirah baring dan tidak bekerja saat mengalami fase akut.
Umumnya, penderita akan merasa lebih baik jika membatasi aktivitas
hariannya. Prinsipnya, istirahat akan menjamin tubuh melakukan pemulihan
sel-sel yang rusak
Pilihan minuman, makanan, dan obat yang tepat
Perawat memberitahukan kepada pasien untuk menghidari alcohol dan
obat-obatan yang dapat membebani atau merusak hati. Perawat juga
mengedukasi kepada pasien terkait makanan yang dikonsumsi sebaiknya
cukup kalori dan protein. Pada penderita hepatitis B dengan gangguan mual
dan muntah yang hebat dan terus-menerus maka dapat diberikan makanan
dalam bentuk cairan infus.
Perlu dilakukan imunisasi pada pasangan seksual
Perlunya penggunaan kondom selama berhubungan seksual dengan
pasangan yang belum diimunisasi
Tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau cukur
Menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang lain
Sterilisasi alat sebelum melakukan tindakan invasive dan mencuci tangan
sebelum menangani penderita
Gonorea
a) Definisi
Penyakit gonore adalah penyakit seksual yang sering terjadi. Penyebabnya
adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae (Diplococcus gram negatif) yang bersifat
purulen dan menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia.
b) Epidemiologi
Gonore adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Pada tahun
1964 WHO memperkirakan terjadi 65 juta kasus baru gonore setiap tahunnya di
dunia. Sampai dengan tahun 1972 terjadi peningkatan 17,5% pada populasi di
dunia. Di Amerika Serikat terjadi peningkatan yang mencapai puncaknya pada
tahun 1975 yaitu antara 473 per 100.000 penduduk pertahun, kemudian
menurun 342 per 100.000 penduduk pada tahun 1987. Pada tahun 2010, total
309.341 kasus gonore dilaporkan terjadi dengan rate 100,8 per 100.000
penduduk, terjadi peningkatan 2,9% dari tahun 2009 namun secara keseluruhan
terjadi penurunan 15,8% selama periode 2006-2010
Tahun 2009, 29.202 kasus gonore telah dilaporkan dari 28 negara anggota Uni
Eropa dengan rate 9,7 per 100.000 penduduk. Insiden gonore yang dilaporkan
tiga kali lebih banyak pada laki-laki daripada wanita, dengan rate 15,9 per
100.000 penduduk pada laki-laki dan 6,3 per 100.000 penduduk wanita. 44%
dari kasus gonore terdiagnosis pada orang dengan umur antara 15 dan 25 tahun.
Dari semua kasus gonore dilaporkan di tahun 2009, 24% kasus terjadi pada pria
melakukan seks dengan pria. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi
peningkatan kasus di Denmark, Islandia, Portugal dan sedikit penurunan kasus di
10 negara lainnya.
c) Etiologi
Gonore merupakan infeksi mukosa pada epitel koumnar yang ditularkan melelui
hubungan seksual dan disebabkan oleh neisseria gonorrhoaeae. Secara
morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe,yaitu: tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili yang bersifat virulen,serta tipe 3 dan 4 tidak mempunyai pili dan bersifat non
virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan menimbulkan reaksi radang.
d) Factor resiko
- Berganti-ganti pasangan
- mempunyai mitra seksual yang sudah terinfeksi penyakit ini.
- Tidak mengguanakan kondom pada saat berhubungan seksual
e) Patofisiolgi
Faktor : bakteri
Faktor berganti-ganti PMS Disebabkan neiseria gonorrhea
pasangan (konokokus)
Gonokokus menempel ke
Menular melalui dalam sel epitel melalui vili
hubungan seksual yang ada dipermukaan
(genitor-genital, bakteri
orogenital, anogenital)
serum Gonokokus
terpajan ke
system imun
Wanita : kelenjar skene, Laki-laki : prostat, vas
batholini, endometrium, deferens, vesikula
komplemen tuba falopi, ovarium seminalis, epididimis,
testis
IgA Difagositosis
oleh neutrofil
Mengganggu fungsi Mengganggu fungsi
genetalia : genetalia :
Menyerang dengan mudah jika
gonokokus virulen yang mengandung BAK sakit, anus gatal Cairan penis abnormal,
vili, protein, membrane bagian luar nyeri terjadi sering BAK dan terasa
lipopolisakarida, protease IgA perdarahan, cairan sakit, anus gatal nyeri
vagina dan terjadi perdarahan.
abnormal(setelah
koitus/selama haid),
Berkembang dan kelamin terasa gatal,
menginduksi perut bag bawah terasa
reaksi radang sakit, hubungan koitus
leukositer terasa sakit.
Menginfeksi uretra,
endoserviks, saluran anus,
konjungtiva dan faring
Infeksi
meluas
f) Manifestasi klinis
a. Pada wanita
o Sering buang air kecil dan sakit
o Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
o Cairan vagina abnormal
o Pendarahan vagina abnormal selama atau setelah berhubungan seks
atau antara periode haid
o Alat kelamin terasa gatal
o Perdarahan haid tidak teratur
o Perut bagian bawah terasa sakit
o Hubungan seksual terasa menyakitkan
b. Pada pria
o Cairan penis abnormal
o Sering buang air kecil dan sakit
o Anus gatal, nyeri dan terjadi pendarahan
g) Komplikasi
a. Kompliasi pada pria
o Tysonitis :
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi paada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat
berdasarkan ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah
frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses
dan merupakan sumber infeksi laten.
o Paraureritis
Sering pada orang dengan orifisium eksternum yang terbuka atau
hipospadi. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada
kedua muara parauretra.
o Litritis
Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang –
benang atau butir – butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat
terhjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
o Cowpreritis
Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan
disuria.
o Prostatitis
Prostatitis akut ditndai dengan perasaan tidak enak didaerah
perineum dan suprapubis , malese, demam , nyeri kencing sampai
hamaturi, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi
urin,tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi.
o Vesikulitis
Gejala subyektif merupakan gejaka protatis akut. Pada pemeriksaan
melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak
dan keras seperti sosis,memanjang seperti prostat.
o Vas deferentitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
pada sisi yang sama
o Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya
disertai deferntitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya
epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang disebaklan
oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang
mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering
dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat , instrumentasi
yang kasar atau aktivitas seksual yang berlebihan. Epididimitis dan
alur spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis sehingga
menyerupai hidrokel sekunder.
o Trigonitis
Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan
hematuria
b. Komplikasi pada wanita
o Uretritis
Biasanya gejala ringan atau tanpa gejala, fluor sedikit. Gejala utama
ialah disuria, kadang kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium
uretra ekstrnum tampak merah , edematosa dan ada sekret
mukopurulen.
o Servisitis
Biasanya gejala ringan , dapat asymptomatis. Pada pemeriksaan
tampak serviks merah dengan erosi dan sekret mukupurulen
o Parauretritis
Penyumbatan saluran kencing
o Bartholitis
Labium mayora pada sisi yang terkena membengkak , merah dan
nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan nyeri sekali bila
penderita berjalan dan penderita sukar untuk duduk. Bila saluran
kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui
mukosa kulit
h) Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra
pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi.
- Pemeriksaan ini akan menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri
gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit.
- Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media
pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman gram positif dan kolimestat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan
terutama pada pasien wanita.
- Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria
akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes
fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan
glukosa saja.
o Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan
tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
o Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah
bangun pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari
gelas pertama ke gelas kedua.
o Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan
gelas kedua tampak jernih
i) Penatalaksanaan medis
1. Medikamentosa
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
Herpes genital
a) Definisi
Herpes Genetalis adalah penyakit virus yang sangat menular yang disebarkan
melalui kontak fisik intim atau kontak seksual dan disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV) yang mana dapat menyebabkan ulserasi pada area genetal.
Infeksi ini akan ada sepanjang hidup yang berfek pada daerah vulva, meliputi
kulitm anus dan serviks pada wanita dan pada pria pada penis dan sekitar kulit
b) Epidemiologi
Berdasarkan jurnal tahun 2010 oleh Gilbert dkk Prevalensi genetal herpes pada
tahun 2006 hingga 2009 oleh studi analisis American CollageHealth Association’s
di Amerika adalah 10.6% pada umur sekitar 20 hingga 29 tahun dan lebih dari
90% pasien tidak menyadari akan penyakit ini, hassilnya dijumpai 18,4% pada
wanita dan 7.1% pada pria.
c) Etiologi
Terdapat dua jenis HSV, dan keduanya dapat menginfeksi kulit dan selaput lender
o Nyeri
o Rasa tersengat
o Terbakar
o Gatal di sekitar vulva, dalam dan luar bibir vagina
o Adanya gelembung putih berisi air yang sangat nyeri
o Dapat sembuh setelah 2 hingga 3 minggu
Episode berulang
e) Patofisiologi
f) Pemeriksaan Diagnostik
- Tes Tzanck yang diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, akan
terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitivitas dan soesifisitas pemeriksaan
ini umumnya rendah
- Pemeriksaan langsung dengan mikroskop electron, hasilnya sudah dapat
dilihat dalam waktu 2 jam, tetapi tidak spesifik karena dengan teknik ini
kelompok virus herpes tidak dapat dibedakan
- Kultur jaringan, paling sensitive dan spesifik dibandingkan cara-cara lainnya.
Bila titer virus dalam specimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat dilihat
dalam jangka waktu 24-48 jam. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan
dengan terjadinya granulasi sitoplasmik dan sel raksasa berinti banyak.
Namun cara ini memiliki kekurangan dalam lamanya waktu pemeriksaan dan
biaya yang mahal
- Pemeriksaan imunoperoksidase tak langsung dan imunofloresensi langsung
memakai antibody poliklinal memberikan kemungkinan hasil positif palsu
dan negative palsu. Dengan memakai antibody monoklal pada pemeriksaan
imunofluoresensi, dapat ditentukan tipe virus. Pemeriksaan imunofluoresen
memerlukan tenaga yang terlatih dan mikroskop khusus. Pemeriksaan
antbodi monoclonal dengan cara mikroskopik imunofluoreses tak langsung
dari kerokan lesi, sensitivitasnya sebesar 78-88%
- Pemeriksaan dengan ELISA adalah pemeriksaan untuk menentukan adanya
antigen HSV. Pemeriksaan ini sensitivitasnya sebesar 95% dan sangat
spesifik, tetapi dapat berkurang jika specimen tidak segera diperiksa. Tes ini
memerlukan waktu selama 4.5 jam
g) Penatalksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang dapat mengatasi herpes genetalis secara
keseluruhan, namun perlu diperhatikan, seperti :
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan akan
memberikan anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes oada
partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :
- Asiklovir (zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis orimer, asiklovir intravena (5mg/kg BB/ 8 jam selama 5
hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topical 5%
dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus
serta mempercepat kesembuhan.
- Famsiklovir
- Valasiklovir
Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara tepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavabilitas asiklovir
sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar
obar dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg
telah dibandingkan dengan asiklovir 200 mg 5 kali seharo selama 20 hari untuk
terapi herpes genitalis episode awal.
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif berdasarkan jenis infeksi yang terjadi, pengobatan
antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat penularan. Selain itu
diperlukan monitoring dan penanganan untuk mencapai derajat kesehatan reproduksi yang
baik.
Komponen penatalaksanaan IMS meliputi:
1. Anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit,
2. Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
3. Diagnosis yang tepat,
4. Pengobatan yang efektif,
5. Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual,
6. Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya,
7. Penatalaksanaan mitra seksual,
8. Pencatatan dan pelaporan kasus, dan
9. Tindak lanjut klinis secara tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit yang menyebar
terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu pasangan menularkan suatu
organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab penyakit ke pasangannya misalnya saat
berhubungan seks baik secra oral, vaginal, anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua penyekit
menular seksual ini mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina Smith, 2005). Penyakit menular sexual
ini banyak jenisnya yang diatas sudah di jelaskan mulai definisi sampai penata lakssanaan medisnya.
Macam penyakitnya di antaranya adalah HIV/AIDS, gonorrhea, trikomoniasis vaginalis, kondiloma
akuminta, sifilis, klamidiasis, hepatitis B, herpes genitalia dan scabies. Di ats merupakan penyakit
yang dapat di tularkan melalui hubungna seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Benson Ralph, Penoll Martin. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC
Manuaba I.A Chandranita, Manuaba I. B Gde, Manuaba I. B., 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:EGC
Timmreck Thomas.2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta:EGC
Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Kementerian Kesehatan RI 2011
daedi.com.penyakit-menular-seksual (diakses tanggal 9 Desember 14 Pkl 15:50 WIB)
Manuaba, Ida Bagus, Gde, penuntun kepanitraan klinik obstetri dan ginekologi –Ed.2 Jakarta EGC,
2003
Manuaba, Ida Bagus Gde ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, Jakarta: ECG , 1998
Sumber :Department of Obstetrics and Gynecology, Jefferson Medical College, Thomas Jefferson
University, Philadelphia, PA 19107.
American Journal of Obstetrics and Gynecology (Volume 165, Issue 4, Part 2, October 1991, Pages
1168–1176)
Wheeler Linda, 2003. Buku Saku Perawatan Pranatal dan PascaPartum. Jakarta : EGC
Behram, Kliegman, Arvin , 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15.
Jakarta : EGC
Coffin, LS; Newberry, A, Hagan, H, Cleland, CM, Des Jarlais, DC, Perlman, DC (January 2010).
"Syphilis in Drug Users in Low and Middle Income Countries". The International journal on drug
policy
Hayes, C peter dkk. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA Biologi SMP Kelas IX. Quadra
Yudarsono. 1987. Infeksi Chlamydia pada Genitalia. Bali: Kursus Penyegar Penyakit Seksual PADVI.
Geri morgan DKK. Obstetric & ginekologi : panduan praktik ed.2. 2003. Jakarta. EGC
(European Centre for disease prevention and control (ECDC).2011. sexually transmitted infections
in Europe 1990-2009 Stockholm :ECDC)
(Centers for disease control and prevention.2011. sexually transmitted disease surveillance 2010.
Atlanta : U.S. Departemen of Health and Human Services )
Wurie,IM, Wurie, AT, Gevao,SM. Sero-prevalence of Hepatitis B virus among middle to high-socio
economic antenatal population in Sierra Leone. WAJM Vol 24 No.1, January – March, 2005
Chin J, Kandun IN, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Ed17 tahun 2000
pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman%20Hepatitis%20OK.pdf
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen ed.2 .
Jakarta : EGC
Sari, Wening. 2008. Care Your Self : Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus
Davey, Patrick. 2006. Medicine At a Glance. Jakarta : Erlangga
Judge, Dianne. 2004. Genital Herpes : What Women Should Know. United State : Journal Watch.
Women’s Health
Gilbert, Levandowski, et al. 2010. Characteristics Associated Wih Genital Herpes Testing Among
Young Adults : Assesing Factors From Two National Data Sets. USA : Journal of American Collage
Health