Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA KEHAMILAN DAN NIFAS

A. GONORE

Definisi

Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria


gonorrhoeae.

ETIOLOGI

Gonore disebabkan oleh gonoko yang ditemukan oleh neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk Neissseria,
sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N.
meningitides, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N. catarrhalis serta N.
pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes
fermentasi.

Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar


0,8 u, panjang 1,6 u dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat negatif-gram,
tampak diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati
pada keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39C, dan tidak tahan zat
desinfektan.

Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dan bersifat non virulen , pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.

GAMBARAN KLINIK

Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama.

Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal uretra disekitar
orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh
tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai
nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum
kemerahan, edema dan ektropion . tampak pula duh tubuh yang makropurulen.
Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral.

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan
wanita. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal
atau pemeriksaan keluarga berencana.

Infeksi pada wanita, pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Pada
pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan skret mukopurulen. Duh
tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut disertai vaginitis yang
disebabkan oleh trichomonas vaginalis.

KOMPLIKASI

Pada wanita, infeksi pada serviks (servisitis gonore) dapat menimbulkan


komplikasi salpingitis ataupun penyakit radang panggul (PRP). PRP yang
sistomatik ataupun asimtomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba
sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Selain itu bila infeksi
mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin
akan menyebabkan terjadinya bartolinitis.

Komplikasi diseminata pada pada pria dan wanita dapat berupa arthritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.

Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genitogenital,


pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis,
dan konjungtivitis.
DIAGNOSIS

a. sediaan langsung

pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok


negatif-Gram, intraselular dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil
dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, mara
kelenjar bartholin, serviks dan rectum.

b. kultur (biakan)

media yang digunakan ialah media transport dan media pertumbuhan.

Contoh media transport :

- Media stuart : hanya untuk transfor saja, sehingga perlu ditanam kembali
pada media pertumbuhan.
- Media transgrow : selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningitidis , dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan
merupakan gabungan media transfor dan media pertumbuhan, sehingga
tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer-martin dengan menambahkan trimetoprim untuk
mematikan proteus spp.

contoh media pertumbuhan :

- Media Thayer martin : media ini selektif untuk mengisolasi gonore


- Modified Thayer martin agar : isinya ditambah dengan trimetoprim untuk
mencegah pertumbuhan kuman proteus spp.
- Agar coklatMcLeod : dapat ditumbuho kuman lain selain gonokok.

c. tes defenitif

1. tes oksidasi

2 tes fermentasi

d. tes beta-laktamase
e. tes thomsom

PENGOBATAN

Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur


N.G.P.P. ialah kuinolon, spektinomisin, kanamisin , sefalosporin,dan tiamfenikol.
Mengingat begitu cepatnya peningkatan frekuensi galur N.G.P.P., kita harus
waspada bahwa dalam jangka waktu yang singkat akan ditemukan frekuensi galur
N.G.P.P. yang lebih tinggi. Karena itu pengobatan gonore dangan penisilin dan
derivatnya perlu ditinjau lagi efektifitasnya.

PENATALAKSANAAN URETRITIS GONORE PADA SAAT INI

Pada penatalaksanaan uretritis gonore, sebelumnya kita harus


memperhatikan fasilitas laboratorium yang ada untuk menemukan penyebabnya.
Begitu juga dalam hal penatalaksanaan duh tubuh uretra, prinsipnya pertama kali
ditujukan untuk uretritis gonore dan bila kemudian ternyata ditemukan uretritis
nongore, maka pengobatannya baru dilaksanakan setelah infeksi gonore teratasi
.oleh karena itu pada praktisnyaperlu dibedakan antara ada atau tidaknya fasilitas
pemeriksaan mikroskopis.

B. KANDIDOSIS VULVOVAGINAL

Definisi

Kandidiasis vulvovaginal (KVV) atau kandidiasis/kandidosis vaginal


adalah infeksi vagina dan / kandidosis vaginal adalah infeksi vaginal atau dan /
atau vulva oleh kandida, khususnya C. albicans (81%), atau kadang-kadang T.
glabrata (16%). Spesies lain (C.tropicalis, C.stellatoidea, C.pseudotropicalis, C.
krusei) sangat jarang, hanya berkisar 3%. Bersama dengan trikomoniasis dan
vaginosis bacterial menyebabkan gejala keputihan yang banyak membawa wanita
berkunjung dipoliklinik PMS. Karena itu oleh WHO dikelompokkan dalam STD-
related vaginal discharge.

ETIOLOGI

Kandidiasis atau kandidosi adalah infeksi dengan berbagai manifestasi


klinis yang disebabkan oleh C. albicans dan ragi (yeast) lain dari genus kandida.
Infeksi sistemik pada orang imunokompromis, termasuk Aids mudah terjadi.
Infeksi biasanya bersifat local kecuali pada vulva dan atau vagina, juga pada
hidung, mulut, tenggorokkan, usus dan kulit. Jamur vaginal dikaitkan dengan
vaginitis oleh Wilkinson pada tahun 1849, kemudian oleh castelani tahun 1925.
Kandida adalah kuman oportunis, dapat dijumpai diseluruh badan, terutama dalam
mulut, kolon , kuku vagina , dan seluruh anorektal. Kandida tumbuh sebagai
blastospor. Bentuk oval, tanpa kapsul, dan berproduksi melalui, pembentukan
tunas, hifa yang pipih , memanjang, tidak bercabang dapat tumbuh dalam biakan
atau invivo sebagai tanda penyakit aktif.

Faktor fredisposisi atau faktor resiko meliputi : faktor hormonal,


(kehamilan, menstruasi, dan kontrasepsi hormonal) meningkatnya kadar
karbohidrat (DM), pemakaian antibiotic jangka panjang meningkatnya suhu dan
kelembaban (pakaian yang ketat dan oklusif) imunologi supresi (pemakaian
steroid atau imunosepresan, atau efek imunologis), dan iritasi atau trauma.

Pasien dengan pms lain kebanyakan memakai pil kb lebih banyak


memakai antibiotic disbanding populasi lain sebagai control, dengan demikian
kaitan KVV dengan PMS lain lebih bersifat kebetulan daripada prilaku. Banyak
PMS menunjukkan peningkatan insidensnya dalam musim panas, begitu juga
KVV. Hal ini disebabkan meningkatnya aktivitas seksual dalam musim liburan
sedangkan meningkatnya keringat dan meningkatnya suhu perineal merupakan
predisposisi untuk KVV.
GAMBARAN KLINIS

Gambaran KVV adalah keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan
keputihan yang tidak berbau. Pada pemeriksaan terdapat vulvinitis, dengan
eritema dan edema vulva, fisura perineal pseudomembran dan lesi satelit
papulopustular disekitarnya. Disamping itu terdapat vaginitis dan eksoservisitis
baik pada pemeriksaaan langsung maupun dengan kolposkopik. Dapat terjadi
infeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bakterial.

KOMPLIKASI

Pada pemnderita kompeten KVV jarang menimbulkan komplikasi KVV


gestational beresiko untuk neonates. Indisen kandiasis oral meningkat sampai 2-
35 kali diantara bayi yang dilahirkan dengan KVV . dermatitis kandidal , terutama
pada daerah popok(diaper) sering terjadi . meskipun jarang, komplikasi serius
seperti abses otak , dan peritonitis bisa terjadi .

DIAGNOSIS

Keputihan harus dibedakan:

- Yang langsung : vaginitis atau vaginosis


- Tidak langsung :servisnitis
- Vaginosis/vaginitis
Diagnosis vaginosis dan bacterial , dapat disingkirkan apabiala pada
pemeriksaan tidak di jumpai tand a-tanda radang pada vagina atau vulva dan tes
amin (sniff test)-.keputihan karena trikomonas mudah dikenal denagn adnya bau
busuk. Apabila tidak berbau atau berbau masam merupakan petunjuk kerja KVV.
Diagnosis klinis KVV biasanya mudah dikonfimasi dengan pemeriksaan
mikroskopik dari secret vaginal dengan sediaan basah KOH 10% atau denagn
pewarnaan gram bentuk invasif terlihat adanya bentuk ragi atau (yeast form).
- Blastospora bentuk lonjong
- Sel tunas
- Pseudohifa seperti sosis panjang bersambung.
- Kadang kadang bersepta.
PENATALAKSANAAN

Keputihan adalah gejala utama yang membawa pasien datang ke poli


klinik PMS. Meskipun keputihan tidak selalu ditularkan senggama tetapi
penularan secara seksual perlu diwaspadai. WHO menganjurkan penyaringan
keputihan menular seksual dengan penilaian resiko karena diagnosis PMS pada
wanita cukup sulit.

Pencegahan untuk penderita dengan penilaian resiko positif diberikan


pengobatan servisitis dan vaginitis pengobatan KVV engan resiko negative ,
denagn obat anti kandida , topical,krim,maupun tablet vaginal preparat azol lebih
efektif daripada nistatin. Pengobatn mengahasilkan penyembuhan 80-90%.

Rejimen yang direkomendasikan :

- Mikonazol atau klotrimazol 200 mg intravaginal atau hari , 3 hari


- Klotrimazzol 500 mg intravaginal dosis tunggal
- Nistatin 100000 IU intravaginal atau hari , 14 hari
Untuk vulva khususnya dapat diberikan krim klortrimazol 1% atau
mikonaol 2% selama 7 sampai 14 hari atau salep tiokonazol 6,5 % sekali
oles. Pengobatan dosis tunggal seyogyakan untuk kasus ringan,dosis
multivel untuk kasus berat.

Rejimen alternatif

Beberapa uji coba menunjukan hasil pengobatan oral dengan


plikonaol,kotakonaol, atau itrakonazol sama efektifnya dengan oengobatan
topical.

tindak lanjut

pasien diharuskan kembali untuk tindak lanjut hanya kalau gejala tidak
hilang atau kambuh.
Penataksanaan pasagan seks

KVV tidak dapat menlaui senggama seperti halnya vaginitis karena


trikomonas , pasagan seks tidak perlu mendapatkan seks yang sama.

Kehamilan

KVV biasa terjadi pada selama kehamilan hanya pada preparat


,azol,topical yang dpat dipakai untuk KVV pada vanita hamil .kebanyakan untuk
member pengobatan 7 hari selama kehamilan.

KVV pada penderita HIV

KVV akut sering terjadi dan lebih berat diantara wanita dengan infeksi
HIV. Sampai sekarang belum di tentukan penangganan optimal untuk KVV pada
penderita infeksi KVV.sampai saat ini penataklaksaannya sama dengan penderita
KVV tanpa penderita HIV.

C. SIFILIS
Definisi
Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh treponema pollidum sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalananya dapat menyerang hamper semua
alat tubuh ,dapat meyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat
ditylarkan dari ibu dan janin.

ETIOLOGI
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh schaudinn dan Hoffman
ialah treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetaless familia
spirochaetaceae dan genus treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur ,
panjangnya antara 6-15 um,lebar 0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh
empat lekukan.gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang pada stadium aktf
menjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pda umumnya tidak dapat dilakukan
diluar badan. Diluar badan kuman tersebut cepat mati ,sedangkan dalam rah untuk
transfuse dapat hidup tujuh puluh dua jam.
KLASIFIKASI
Sifilis dibagi menjadi dua yaitu sifilis kongenital dan sifilis akuisita. Sifilis
congenital dibagi menjadi dimi ,lanjut dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi
menurut menurut dua ara secara klinis dan epidemiologic. Menurut cara pertama
sifilis dibagi menjadi tiga stadium .: stadium 1(S I),stadium II (S II) dan stadium
III (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi:
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi ), terdiri dari
SI,SII,stadium rekuren dan stadium dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi) terdiri
atasstadium laten lanjut dan S III

SIFILIS PADA KEHAMILAN DAN SIFILIS KOGENITAL

Sudah lama tredapat angkapan bahwa bayi dalam kandungan setelah umur
kehamilan umur 18 dengan 20 minggu dapat terkena infeksi kerika lapisan sel
langhans (lapis sitotropoblastik) mengalami atropi, sehingga treponema dapat
memlui plasenta.
Pemeriksaan dengan mikroskop electron tidak terlihat nya atropi
lengkap.hal yang saat ini tidak dianut lagi sebab ternyata infeksi bayi dalam
kandungan dapat terjadi saat 10 minggu masa kehamilan . setiap infeksi sebelum
20 mingggu kehamilan tidak akan meransang mekanisme imunitas, sebab sistem
imun bayi yang dikandung belum berkembang dan tidak tampak kelainan
histologist reaksi bayi terhadap infeksi.
Infeksi pada janin lebih banyak terjadi bila ibu berada pada tingkat dini,
sebab pada saat ini banyak organism beredar dalam darah. Pada tahun pertama
setelah infeksi yang tidak diobati, terdapat kemungkinan sampai 90%, infeksi
akan ditularkan kepada bayi yang dikandung. Kemungkinan bayi memperoleh
infeksi menurun dengan cepat, setelah tahun kedua, dan menjadi jarang setelah 4
tahun. Pada umumnya makin lama seorang ibu terkena infeksi, maka makin
sedikit kemungkinannya menginfeksi janinnya.
Pada masa belum dikenal antibiotika , seorang ibu dari bayi yang
menderita sifilis kongenital akan memberi keterangan bahwa telah terjadi
keguguran, yang kemudian diikuti lahirnya bayi prematur meninggal waktu lahir,
dan selanjutnya lahir cukup umur meninggal waktu lahir, dan kemudian lahir bayi
yang sehat. Penggunaan antibiotika yang luas mengubah gambaran tersebut.
Seorang wanita yang menderita sifilis lanjut walaupun tidak umum, akan
melahirkan bayi yang menderita sifilis, akan tetapi bayi yang lahir dari kehamilan
terdahulu ternyata normal. Hal tersebut dapat dijelaskan adanya kemungkinan
trepone keluar secara berkala dari jaringan limfoid kedalam peredaran darah pada
sifilis lanjut. Maka bila hal tersebut terjadi, bayi dalam kandungan akan terinfeksi.
Seorang wanita yang menderita sifilis dini, tidak mendapat pengobatan , 30% bayi
akan meninggal dalam kandungan, 30% meninggal setelah lahir, terinfeksi tetapi
masih hidup sekitar 40% yang disertai gejala sifilis lanjut.
1. Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan,namun sebagian besar
kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan inutero.Resiko sifilis
kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa
kehamilan.Lesi sifilis kongenital biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada
saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten .Penularan inutero terjadi
transplasental,sehingga dapat dijumpai Treponemapallidum pada plasenta ,tali
pusat ,serta cairan amnionTreponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan.Kemudian berkembang
biak dan menyebabkan responsperadangan selular yang akan merusak
janin.Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau lahir
mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intra
uterine maupun ekstra uterin.
PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir
semua bagian tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf.
Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke
janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan
bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat
disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin.

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa:
1. Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan bagian dalam
lesi, untuk melihat adanya Tfalidum
2. Penentuan antibody didalam serum

PENATALAKSANAAN
Hingga saat ini obat pilihan utama untuk sifilis ialah pinisilin, bila ternyata
alergi terhadap penisilin, diberikan antibiotika lain diperlukan konsentrasi yang
cukup dalam serum yang menbunuh preponema . in vitro P.pallidum sensitive
terhadap penisilin dengan konsentrasi sekitar 0,01 / ml . dengan demikian
konsentrasi 0,03 u/ml dalam serum dapat diperoleh dengan penisilin yang bersifat
long acting.

D. KANDILOMATA AKUMINATA

Definisi
Kandilomata akuminata (KA) adalah penyakit seksual yang disebakan
oleh virus papiloma humanus atau VPH tipe tertentu dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa

ETIOLOGI
Virus papiloma humanus adalah virus DNA yang merupakkan virus
epiteliotropik dan tergolong dalam family papopapiridae. Dengan menggunakan
cara hibridisasi DNA , sampai saat ini telah dapat di isolasi lebih dari 70 tipe
VPH, namun yang dapat menimbulkan KA sekitar 23 tipe . VPH belum dapat
dibiak dalam kultur sel. (in vitro). Sehingga penelitian terhadap virus tersebut
sangat terbatas.
Telah dikethui bahwa ada hubungan antara infeksi VPH Tipe tertentu pada
genital dengan terjadinya karsionoma serviks. Berdasarkan kemungkinana yang
terjadi disolasia epitel dan keganasaan maka VPH dibagi menjadi VPH yang
mempunyai VPH yang mempunyai resiko rendah (low risk) dan VPH yang
mempunyai resiko tinggi( high risk). VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering
ditemukan pada KA yang eksofitik dan pada displasi derajat rendah atau (low risk
). Sedangkan VPH tipe 16 dan 18 sering ditemukan pada dysplasia derajat tinggi
dan keganasan (high risk ).

MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi kondilomata akuminata berlangsung antara 1-8 bulan.
VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondilomata
akuminata sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat
hubungan seksual.
Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis,sulkas koronarius , ,
frenulum dan batang penis ,sedang pada wanita adalah fourchette posterior
,vestibulum.
Untuk kepentigan klinis maka dibagi 3 bentuk yaitu:
1. Bentuk akuminata
2. Bentuk papul
3. Bentuk datar

Penatalaksanaan
Dapat dilakukan dengan kemoterapi , bedah listrik , bedah beku , bedah
scalpel , laser CO2 , interferon , dan imunoterapi . Pemilihan cara pengobatan
bergantung pada besar , lokalisasi , jenis dan jumlah lesi serta keterampilan dokter
yang melakukan pengobatan .
Secara kemoterapi , dapat diberikan :
a. Tingtur Podifilin 15 - 25 % . Setelah melindungi kulit di sekitarnya dengan
vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi , oleskan tingtur pada lesi dan
biarkan selama 4 - 6 jam kemudian cuci . Jika belum sembuh , dapat
diulangi setelah 3 hari . Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc
karena dapat bersifat toksik dengan gejala mual , muntah , nyeri ,
abdomen , gangguan nafas , dll . Obat ini tidak boleh diberikan pada
wanita hamil .
b. Asam triklorasetat 50 % dioleskan seminggu sekali , hati - hati karena
dapat menimbulkan ulkus yang dalam . Dapat diberikan pada wanita yang
hamil .
c. 5-fluorourasil 1 - 5 % dalam krim , terutama untuk lesi pada meatus uretra
. Diberikan setiap hari sampai lesi hilang , sebaiknya tidak misksi selama
2 jam setelah pengobatan .

Ada beberapa cara pengobatan KA , yaitu kemoterapi , tindakan bedah dan


imunutropi . Pemilihan cara pengobatan yang dipakai tergantung pada besar ,
lokalisasi , jenis dan jumlah lesi , serta keterampilan dokter yang melakukan
pengobatan .

a. Kemoterapi
1. Tinkutra podofilin 10 % - 25 % . Setelah melindungi kulit di sekitarnya
dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi , oleskan tingtur pada
lesi dan biarkan selama 4 - 6 jam kemudian cuci . Jika belum sembuh ,
dapat diulangi setelah 3 hari . Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc
karena dapat bersifat toksik dengan gejala mual , muntah , nyeri , abdomen
, gangguan nafas , dll . Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
2. Podofilotoksin ( podofiloks ) bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat
di dalam podofilin . Setelah pemakaian podofiloks , dalam beberapa hari
akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian
podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi
sistemik belum pernah dilaporkan . Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh
penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut - turut .
3. Asam triklorasetat 50 % dioleskan seminggu sekali , hati - hati karena
dapat menimbulkan ulkus yang dalam . Dapat diberikan pada wanita yang
hamil .
4. 5-fluorourasil 1 - 5 % dalam krim , terutama untuk lesi pada meatus uretra
Diberikan setiap hari sampai lesi hilang , sebaiknya tidak misksi selama 2
jam setelah pengobatan .

b. Tindakan bedah
1.Bedah scalpel
2.Bedah litrik
3.Bedah beku ( N2 cair N2O cair )
4.Bedah laser ( CO2 )

c.Interferon
Pemberiannya dalam bentuk suntikan ( intramuscular atau intralesi ) atau
bentuk krim , dan dapat diberikan bersama pengobatan yang lain . Secara klinis
terbukti bahwa interferon alfa , beta , dan gama bermanfaat dalam pengobatan
infeksi VPH . Dosis interferon alfa yang diberikan adalah 4 - 6 kali IU
intramuscular , 3 kali seminggu selama 6 minggu . Interferon beta diberikan
dengan dosis 2 kali 10 mega IU intramuscular selama 10 hari berturut - turut .

d.Immunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadapn pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama immunodulator .Salah satu obat yang saat ini
sering dipakai adalah Imiquimod. Imiquimod dalam bentuk krem , dioleskan 3 x
seminggu , paling lama 16 minggu . Dicuci setelah 6 8 jam pemakaian .
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau
digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama
6 minggu ataudengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari
berturut-turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan
sirkumsisi (khitan).

Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang kadang dapat
kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit
yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya
penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang
sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear
juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif
secara seksual.

a. Mortalitas merupakan hal sekunder terhadap perubahan maligna menjadi


karsinoma pada pria dan wanita.
b. Infeksi HPV tampak untuk menjadi lebih sering dan memburuk pada
pasien dengan variasi tipe defisiensi imun. Angka rekurensi, ukuran,
ketidaknyamanan dan risiko dari perkembangan onkologis merupakan
yang tertinggi di antara pasien ini.Infeksi sekunder adalah hal yang tidak
biasa.
c. Kesakitan laten menjadi lebih aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma
akuminata dapat berkaitan dengan parturitas.Trauma kemudian dapat
muncul, menghasilkan krusta atau eritema.Perdarahan telah dilaporkan
pada lesi yang besar yang dapat timbul selama kehamilan.
d. Pada pria, perdarahan telah dilaporkan sesuai datarnya meatus uretra penis,
biasanya dikaitkan dengan HPV-16. Akhirnya, obstruksi uretra akut pada
wanita juga dapat timbul.
e. Kedua jenis kelamin dapat rentan terhadap infeksi.
f. Penyakit tambahan dapat menjadi lebih sering pada pria (dilaporkan pada
75% pasien).
g. Prevalensi adalah yang terbesar pada orang dengan usia antara 17-33
tahun, dengan insidensi meningkat pada orang yang berusia 20-24 tahun.
h. Merokok, kontrasepsi oral, pasangan seksual yang banyak, dan usia koitus
awal merupakan factor resiko dalam mendapatkan kondiloma akuminata.
i. Umumnya, dua pertiga individu yang mempunyai kontak seksual dengan
seorang partner yang mempunyai kondiloma akuminata akan timbul lesi
dalam waktu 3 bulan.
j. Keluahan utama biasanya salah satu dari benjolan yang tidak nyeri,
pruritus, atau keluar cairan..

Anda mungkin juga menyukai