DEFINISI
Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae, bakteri diplokokkus gram negatif yang menjadikan manusia sebagai perantaranya.
Kultur dari bakteri N. gonorrhoeae dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada
tahun 1882 dan dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan
tempat biakan selektif pada media agar khusus. Media Thayer-Martin merupakan media yang
selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan
kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur.
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-
genital dan ano-genital. Tetapi di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat,
pakaian, handuk, thermometer. N. gonorrhoeae tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondisi
geografis. Laki-laki, wanita baik dewasa maupun anak-anak dapat tertular penyakit ini.
Penyebaran infeksi ini secara global didukung oleh kebiasaan manusia berpindah tempat yang
turut meningkatkan faktor resisten.
EPIDEMIOLOGI
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat
proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi
insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita pada tahun 2000,
insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki
insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).
Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Pada tahun 1975
dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan
bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984.
Faktor-faktor resiko:
- hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi
- mempunyai banyak pasangan seksual
- pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi
- pada anak – penyalahgunaan seksual (sexual abuse) oleh penderita terinfeksi.
ETIOLOGI
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat
tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di
atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui
transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan
suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37o dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang
optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak
bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
PATOGENESIS
Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi
mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi
ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili
kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan
meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin
mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya
perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan
endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva
mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah
epitel skuamosa dari vagina.
Masuknya gonokokus kedalam peritoneum pelvis pada wanita melalui tuba uterina dapat
menyebabkan peritonitis. Masuknya gonokokus ke aliran darah dapat menyebabkan (1)
bakteremia, dengan demam dan ruam kulit; (2) ekdokarditis gonokokus, yang cenderung
menyerang katup sisi kanan dan kiri jantung; dan (3) artritis gonokokus, seringkali
monoartikular, yang menyerang sendi-sendi besar, paling sering sendi lutut. Selain itu, infeksi
gonokokus dapat ditularkan ke janin selama persalinan melalui saluran lahir, menimbulkan
oftalmitis neonatas, akibat akhirnya sering kali adalah kebutaan. Menetaskan obat profilaktik
larutan perak nitrat 1% ke dalam konjungtiva dapat mencegah komplikasi ini. (Chandrasoma,
2006).
DIAGNOSIS
Diagnosis gonore ditegakkan melalui apusan langsung pada sekret uretra dan vagina.
Pewanaan gram menunjukkan diplokokus gram-negatif baik ekstraselular maupun di dalan
netrofil. Diagnosis tersebut harus dipastikan dengan biakan yang memerlukan media khusus dan
lingkungan tinggi CO2. Biakan ini penting dilakukan karena spesies Neisseria selain gonokokkus
mungkin terdapat komensal dalam vagina.
Masa inkubasi gonore sangat singkat, bervariasi antara 2-10 hari terkadang lebih lama,
dengan kebanyakan gejala biasanya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi oleh penderita. Pada
sejumlah kecil kasus dapat asimptomatik selama beberapa bulan. Tanda, gejala dan komplikasi
berbeda pada pria dan wanita. Diketahui 10% laki-laki dan 50% wanita bersifat asimptomatik.
Gejala lain:
a. duh rektal yang mukopurulen atau purulen
b. orofaringeal-faringitis
c. mata purulen konjungtivitis
d. DGI (Disseminated Gonorrheal Infection):
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
a. parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID (penyakit
radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis kronik dan kehamilan
ektopik
b. adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi
gonokokkus pada wanita hamil
c. adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus pada mata
d. adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu
e. adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis
f. destruksi permukaan sendi artikular
h. destruksi katup jantung
i. kematian karena CHF atau meningitis12.
PROGNOSIS
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan diterapi.
Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan lengkap. Tetapi jika
pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan besar dapat menyebabkan komplikasi lebih
lanjut.
PENANGANAN
Pengobatan pada situasi khusus, misalnya:
a. Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang
direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai
dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat
ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil
juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral
sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap
penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.
Diberikan terapi parenteral 24-48 jam, setelah ada perbaikan diganti dengan regimen oral yang
diberikan selama 1 minggu:
-Regimen awal diberikan Seftriakson 1 gr IM atau IV per 24 jam
- Alternatif regimen yang dapat diberikan yaitu:
Sefotaksim 1 gr IV per 8 jam
Seftisoksim 1 gr IV per 8 jam
Siprofloksasin 400 mg IV per 12 jam
Olflosaksin 400 mg IV per 12 jam
Levofloksasin 250 mg IV per 24 jam
Spektinomisin 2 gr IM per 12 jam
c. Ophtalmia neonatorum
Regimen yang dianjurkan yaitu Seftriakson 25-50 mg/kg BB IV atau IM sebagai dosis tunggal,
dosis tidal lebih dari 125 mg.3,4
1. gejala-gejala klinik, seperti disuria, uretritis, servisitis, fluor albus berupa nanah encer
agak kuning atau kuning-hijau, dan kadang-kadang bartholinitis akut atau vulvokolpitis.
2. Pemeriksaan laboraturium dengan sedian apus getah uretra dan getah kanalis servikalis
yang dipulas dengan Methylene blue atau menurut gram : terdapat banyak sel nanah dan
banyak diplokokus intra dan ekstraseluler. Apabila hasilnya negative atau meragukan,
maka sebaiknya dilakukan pembiakan. Juga pada gonorea kronik pemeriksaan apus saja
tidak mempunyai arti banyak; pembiakan merupakan cara pemeriksaan yang paling baik.
Tidak boleh dilupakan bahwa suami juga diperiksa, dan koitus dilarang selama suami istri
belum sembuh benar. Konjungtivitis gonoroika neonatorum (blenorrhoea neonatorum), bukan
penyakit congenital, melainkan infeksi terjadi dalam persalinan waktu kepala melewati jalan
lahir, dan mata bayi bersentuhan dengan bagian-bagian yang mengandung gonokokkus.
Pengobatan dengan penicillin biasanya memberi hasil yang memuaskan, kecuali dalam kasus-
kasus yang resisten. Yang dianjurkan adalah Procain penicillin G dalam larutan air sekali suntik
sebanyak 4,8 juta satuan, kanan dan kiri separuh-separuh. Johnson, dkk (1970) melaporkanhasil
yang baik dengan pemberian Amphisilin per oral dalam dosis tunggal sebanyak 3,5 kg. Apabila
penderita tidak tahan penicillin, dapat diberikan eritromisin 4 kali sehari 0,5 gr selama 5-10 hari,
atau suntikan kanamisin dalam dosis tunggal (1g kanan dan 1 g kiri), seperti dilaporkan oleh
Shapiro dan Lorentz (1970). Pemeriksaan klinik dan laboraturium perlu diulang 3 hari atau lebih
setelah pengobatan selesai. Apabila penyakitnya kambuh, maka penderita harus diobati lagi,
dengan dosisi 2 kali lipat. Untuk mencegah kemumgkinan blenorrhea neonatorum semua
neonatus kedua matanya harus diberi salep Erythrimycin atau Chloromycetin. Seorang ibu yang
menderita gonorrhea dapat tetap menyusui bayinya