Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas
adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascasalin merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Tromboflebitis penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematian karena infeksi peurperalis. Radang vena golongan 1 disebut
Pelviotromboflebitis/ tromboflebitis pelvis dan infeksi vena vena 2 disebut tromboflebitis
femoralis.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting
sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan
diselesaikan, khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska
persalinan di ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda
vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan,
mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap
berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa jam
pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus
diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
persalinan atau hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan
ibu sedikit naik antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas
puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Konsep Umum Tentang Infeksi Perinatal ?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Perinatal ?
1.2.3 Bagaimana Konsep Umum Dan Asuhan Keperawatan Dengan Tromboflebitis ?

1.3 Tujuan
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
- Bagi mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau
menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tromboplebitis dengan
baik dan benar.
-Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.

1.4 Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
- Bagi mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau
menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tromboplebitis dengan
baik dan benar.
-Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Infeksi Perinatal


2.1.1 Definisi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
Masa perinatal adalah periode yang dimulai saat 28 minggu masa kehamilan
sampai hari ketujuh sesudah persalinan.
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari
setelah dilahirkan. Masa perinatal meliputi masa dalam kandungan dan masa
diluar kandungan. merupakan masa dalam proses tumbuh kembang anak khususnya
kembang otak. (Soetjiningsih)
Infeksi perinatal adalah infeksi yang berkaitan dengan infeksi kongenital, infeksi
yang menyerang neonatus pada saat lahir, infeksi yang menyerang ibu, infeksi
virus lain yang dapat di tularkan secara vertikal. (Holmes dan Baker, 2002)

2.1.2 Etiologi
Etiologi Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti
Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus, dan
Coccus gonococcus.
Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : Escherichia coli,
pseudomonas pyocaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, coccus gonococcus

2.1.3 Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi adalah
a. Bayi malas minum
b. Gelisah mungkin juga terjadi latergi
c. Frekuensi pernafasan
d. Berat badan menurun
e. Pergerakan kurang
f. Muntah
g. Diare
h. Sklerema, edema
i. Perdarahan, Ikterus, Kejang
pada pemeriksaan mungkin dijumpai :bayi berwarna kuning, pembesaran hepar dan
lien (hepatosplenomegali), purpura(bercak darah di bawah kulit)

2.1.4 Klasifikasi
1. Infeksi yang berkaitan dengan infeksi congenital
a. Sifilis
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang di sebabkan oleh spirochaeta
treponema pallidum. Manifestasi sekunder akibat sifilis terjadi 6 minggu sampai 6
bulan setelah infeksi. Sering kali hanya karena syanker primer yang mengalami
regresi dan muncul sebagai ruam makulopapular tanpa rasa gatal yang
mempengaruhi telapak tangan dan telapak kaki.
b. Toksoplasmosis.
Parasit protozoa, toxoplasma gondii, mungkin di dapat dari pajanan terhadap feses
kencing atau akibat memakan daging yang tidak dimasak. Sebagian besar infeksi
tidak menunjukan gejala.Bayi yang terinfeksi berat dapat mengalami tetrad klasik
hidrosefalus atau mikrosefalus, korioretinitis, konvulsi dan klasifikasi serebral.
Terapi yang di berikan pada penderita toksoplasmosis adalah kombinasi
sulfadiazine dan pirimetamin baik digunakan pada individu dewasa yang
simtomatik.
c. Sitomegalovirus
Virus herpes yang dapat bersifat laten. Virus ini menyebar melalui saluran napas
dan genitorinar, dan kadar virus yang tinggi terjadi dalam urine. Manifestasi
utamanya adalah mikrosefali, kebutaan dan tuli. Terapi yang diberikan adalah
agens antivirus spesifik seperti gansiklovir dan foskarnet. Agens ini tidak dapat di
gunakan dalam kehamilan dan harus diberikan melalui intravena. Bantuan
rehabilitas untuk abnormalitas congenital mungkin diperlukan.
d. Rubella
Masa inkubasi adalah 2 3 minggu dan manifestasi klinisnya adalah demam
ringan, sakit tenggorok, pembesaran kelenjar serviks, dan ruam yang mungkin
jelas dan berbeda atau memberi warna muda secara menyeluruh pada batang
tubuh.
e. Varisela zoster.
Virus herpes, varisela zoster, mudah di tularkan dari individu dewasa yang
mengalami cacar air atau Shingles (herpes zoster). Manifestasi klinisnya adalah
demam seperti influenza, timbul erupsi kemerahanpada kulit yang diikuti dengan
terbentuknya vesikel pada punggung, muka, dan ekstermitas, gatal dan lesi pada
daerah lesi, virus varisella dapat menginfeksi janin secara transplasenter. Terapi
yang digunakan adalah pemberian asiklovir 200 mg setiap 4 jam. (Sarwono,
2006).

2. Infeksi Yang Menyerang Neonates Pada Saat Lahir


a. Virus Herpes Simpleks
Virus ini beradaptasi secara baik dengan manusia sebagai pejamunya. Infeksi
primer biasanya terjadi dalam 7 hari setelah pajanan dan dapat disertai oleh lesi
yang meluas disekitar mulut dan orofaring dan pada kasus herpers genital,
disekitar vulva, vagina dan serviks.

Herpes genitalis yang terjadi pada mulut rahim seringkali tanpa gejala klinis dan
ini bukanlah ancaman ringan apalagi bagi wanita hamil. Herpes simpleks 2 ini
bisa mempengaruhi kondisi kehamilan maupun janinnya. Bila penularan
(transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan hal itu akan mengakibatkan
terjadinya abortus. Sedang pada trimester ke II akan mengakibatkan kelahiran
prematur. Jika herpes mengenai seorang ibu dan pada saat persalinan sedang
kambuh maka akan beresiko menular kepada bayi yang dilahirkannya
b. Gonore

Neisseria gonorrhoeae adalah agens yang dapat ditularkan melalui hubungan


seksual yang menyebabkan servisitis, uretritis, endometritis, salpingitis (PID), dan
perihepatitis pada wanita. Agens ini menyebabkan proktitis dan faringitis.
Pentingnya gonorea dalam obstetric dan kebidanan adalah infeksi yang dapat
menyebabkan infeksi mata neonates, jika tidak diobati dapat berkembang menjadi
kebutaan akibat terjadinya jaringan parut pada kornea.

Pada masa kehamilan, terapi yang diberikan adalah ampisilin 2 g IV dosis awal,
lanjutkan dengan 3 X 1 g oral selama 7 hari. Bila pada nifas di berikan
siprofloksasin 1 g oral dosis tunggal. Bila menyerang neonatus dapat diberikan
garamisin tetes mata 3 X 2 tetes dan salah satu antibiotic ampisilin 50 mg/kg BB
IM selama 7 hari.

c. Trikomoniasis

Trichomoniasis vaginalis menyebabkan vulvovaginitis berat pada ibu yang rentan.


Pada pria infeksi ini dapar menyebabkan uretritis , infeksi sementara dapat
ditularkan pada bayi perempuan yang akan mengalami rabas vagina purulen.
Trikomoniasis ditandai dengan rabas vagina purulen dan dapat dikaitkan dengan
inflamasi berat yang menyebabkan rasa sakit dan gatal dengan tanda gelombang
yang meluas sampai paha. Pada penderita trikomoniasis dapat diberikan
metronidazol 3 X 500 mg oral selama 5 hari.

3. Infeksi Virus Lainnya Yang Dapat Ditularkan Secara Vertikal

a. Hepatitis

Hepatitis disebabkan oleh virus RNA yang menyebar melalui rute oral fekal.
Transmisi ke janin dapat diterjadi melalui transplasental, ASI, dan kontak
langsung. Tanda dan gejalanya adalah demam tinggi yang menetap hingga 2
minggu yang kemudian diikuti dengan ikterus, disertai pula dengan mual muntah ,
pusing, anoreksia, kelemahan umum, deficit cairan dan diare. Penanganan khusus
yang diberikan berupa diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
(RLTKTP), dapat juga diberikan vitamin K, glukosa, dan kurkuma rhizome, dan
rehidrasi apabila terjadi deficit cairan akibat muntah yang berlebihan dan demam.

b. Infeksi HIV

Merupakan penyakit yang menimbulkan banyak masalah kesehatan, terutama bila


terjadi pada ibu hamil. Penyakit ini ditandai dengan gangguan system kekebalan
tubuh sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme oportunistik dan timbulnya
tumor spesifik. Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi secara transplasenter, saat
persalinan dan jarang sekali melalui air susu. Penanganan khusus yang harus
dilakukan adalah konseling spesifik bagi mereka yang tertular virus HIV, terutama
yang berkaitan dengan kehamilan dan resiko yang dihadapi, upayakan
ketersediaan uji serologic (ELISA dan Westren Bold), berikan nutrisi dengan nilai
gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik, lakukan terapi (AZT) sesegera
mungkin, terutama bila konsentrasi virus 30.000 50.000 kopi RNA/ml atau jika
CD4 menurun secara drastis. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan
kondisi yang dihadapi (pervaginam atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi).

2.1.5 Patofisiologi

Kemungkinan terbesar ialah bahwa si penolong sendiri membawa kuman ke dalam


rahim penderita ialah karena membawanya kuman yang telah ada dalam vagina ke
atas, misalnya dengan pemeriksaan dalam. Mungkin juga tangan penolong atau alat-
alatnya masuk membawa kuman-kuman dari luar misalnya dengan infeksi tetes.

Terjadinya infeksi adalah sebagai beikut :

Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang


dipakai kurang suci hama
Infeksi yang didapat dirumah sakit ( nasokominal )
Hubugan seks menjelang persalinan.
Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih
dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh ( fokal infeksi ).

Virus seperti rubeola, poliomyelitis, variola, vaccinia,cioxsackie , cytomegalicinclusion,


spirokaeta:sikilis bakteri.

Jarang sekali kecuali E. Culi dan listeria.

Masuk melalui peredaran darah ibu ke plasenta

Melepaskan endotoksin

Gangguan proses metabolisme secara progr8esif pada keadaan foliminan:


merusak dan kematian sel

sistem pernapasan sistem pencernaan sistem integumen sistem sirkulasi

penumpukan intake cairan intake cairan metabolisme


secretberlebihan menurun menurun
adanya infeksi
gangguan rasa nyaman diare/muntah turgor kulit sistemik
nyeri
membran mukosa bb suhu tubuh
peningkatan kering meningkat
frekuensi pernafasan kurangnya volume (hipertermi)
gangguan pemenuhan cairan
ketidakefektifan nutrisi kurang dari perubahan
pola nafas kebutuhan suhu tubuh

2.1.6 Penatalaksanaan
a. Mengatur posisi tidur semi fowler agar sesak berkurang
b. Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
c. Beri ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
d. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisikan bayi tidur miring
ke kiri atau ke kanan
e. Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
f. Rujuk segera ke rumah sakit, jelaskan pada keluarga untuk inform consent

2.1.7 Pengobatan
Perlukaan jalan lahir sudah dapat di pastikan terjadi pada setiap persalinan yang akan
menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat komensial dan menjadi infeksius, maka
dari itu di lakukan pencegahan sebagai berikut:
1. Pencegahan infeksi perintal pada waktu hamil.
a. Meningkatkan keadaan umum penderita selama hamil, persalinan, dan pada saat
kala nifas
b. Mengurangi fakktor prediposisi infeksi kala nifas
2. Saat persalinan
a. Perlukaan di kurangi sebanyak mungkin
b. mencegah terjadinya pendarahan post partum
c. perlukaan yang terjadi di rawat sebaik-baiknya
d. kurang melakukan pemeriksaan dalam
e. hindari persalinan yang berlangsung lama
3. Kala nifas
a. lakukan mobilisasi dini sehinggga darah lekia keluar dengan lancar
b. perlukaan di rawat demgan baik
c. rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial

2.1.8 Penegakan diagnosis


Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu di samping untuk kepentingan bayi
itu sendiri juga lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruang perawatannya.
Diagnosis infeksi perinatal tidaklah mudah. Tanda khas seperti yang terdapat pada
bayi sering kali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis yang ditegakkan dengan
observasi yang teliti, amninesa kehamilan dan persalinan yang teliti, serta akhirnya
dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Infeksi pada neonatus cepat sekali
menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi.
Walaupun demikian, diagnosis dini dapat kita tegakkan jika kita cukup waspada
terhadap tingkah laku neonatus yang sebagai pertanda awal dari permulaan infeksi
umum.

Menegakkan diagnosis sepsis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut


:

1. Hitung darah lengkap dengan turunannya


Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC). Septik neonatus biasanya
menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC), yaitu kurang dari 500 mm.
Hitung jenis darah juga menunjukkan banyak WBC tidak matang dalam aliran darah.
Banyaknya darah tidak matang dihubungkan dengan jumlah total WBC
diidentifikasikan bahwa bayi men galami respons yang signifikan.

2. Platelet
Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet munurun, kultur
darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur harus tersedia
dalam beberapa jam dan akan mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri. Kultur darah
atau sensitivitas membutuhkan waktu 24 48 jam untuk mengembangkan dan
mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.

3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal. Hal ini
dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.
4. Kultur urine
Kultur permukaan (surface culture)
Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri.

2.1.9 Asuhan Keperrawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak
adekuat
2.2 Konsep Umum Tromboplebitis
2.2.1 Definisi Tromboplebitis
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder
akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah.(Adele Pillitteri, 2007)
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya.(Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002)
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan
trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat
akibat peningkatan fibrinogen .

2.2.2 Klasifikasi
1. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini
disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya
perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan
darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
2. Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika
dektra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus.
Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang perluasan
infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.

11
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus anaerob dan
bakteriodes

2.2.3 Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a. perluasan infeksi endometrium
b. mempunyai varises pada vena
c. obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
1. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
2. tromboflebitis sebelumnya
3. Pembedahan obstetric
4. Kelahiran
5. Obesitas
6. Imobilisasi
7. Trauma vaskula
8. Varises
9. Multiparietas
10. Supresi laktasi dengan esterogen
11. Infeksi nifas

2.2.4 Patofisiologi Tromboflebitis


Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang
yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak
memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang
yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat,
obesitas, tumor maupun wanita hamil.

12
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga
mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap
terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi.
Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain
kalium. klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam,
midazolam dan banyak obat khemoterapi
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan
vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik
dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari
polivinil klorida atau polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis.
Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d.Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
h. Gangguan aliran darah

13
2.2.5 Manifestasi Klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena
(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan
cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau
pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-
gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur
vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba
fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah
katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada
penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
1. Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil
penderita hampir tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan
suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat
segera terjadi leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia),
pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

14
2. Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

2.2.6 Penatalaksanaan Tromboflebitis


1. Pelvio tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan
teknik aseptik yang baik
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi,
siapkan untuk menjalani pembedahan.

15
2. Tromboflebitis femoralis
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari
daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan
pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan
yaang kuat pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena
untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi
dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
i. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga
aliran darah tidak terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau
penurunan ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

16
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa
pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada
vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
2. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
3. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4. Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting
untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus
,Eschercia coli dan Bakteriodes
5. Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi
dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada
vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.

2.2.8 Komplikasi
1. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
emboli paru septik
septikemia
emfisema

17
2. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli
paru.

2.2.9 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Aktivitas

riwayat duduk lama, imobilitas dengan tirah baring, Anestesi akibat pembatasan
aktivitas, juga mencakup pekerjaan ibu.

2. Sirkulasi
a. varises vena
b. peningkatan rekuensi nadi
c. riwayat trombosis sebelumnya, masalah jantung, hemograi, hipertensi karena
kehamilan, dan hiperkoagulabitilitas pada puerperium dini
d. nadi perifer berkurang, tanda htman positif, ekstremitas bawah (paha dan betis)
mungkin hangat dan warna kemerahan, tungkai yang sakit, dingin, pucat, serta
oedem
3.Cairan
a. peningkatan berat badan
b. ASI kadang-kadang berkurang pada ibu menyusui
4.nyeri atau ketidaknyamanan
a. nyeri tekan pada area yang sakit
b. trombosis dapat teraba atau berlekuk
5. Keamanan
a. adanya endometritis post partum
b. suhu mungkin agak tinggi dan menggigil

18
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perusi Jaringan yang berhubungan dengan Interupsi Jaringan Vena


Jaringan Vena
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi spasme vaskuler
3. Ansietas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

C. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan perusi Jaringan yang berhubungan dengan Interupsi Jaringan Vena


Jaringan Vena
Kriteria hasil :
a. Nadi perifer dapat diraba
b. Pengisian kapiler adekuat
c. Penurunan edema dan eritema

intervensi

a. Anjurkan tirah baring


b. Observasi ekstremitas terhadap warna. Inspeksi adanya edema dari lipat paha
sampai telapak kaki,ukur,dan catat lingkar betis pada kedua kaki.
c. Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda hotman.
d. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan kaki bawah di atas ketinggian
jantung
e. Instruksikan ibu untuk tidak memaksa ekstremitas yang sakit.
f. Anjurkan nafas dalam.
g. Kaji kemudian pernapasan dan bunyi paru serta catat keluhan-keluhan nyeri
pada dada dan merasakan nyeri ansietas.
h. Lakukan ambulasi progresif setelah fase akut.
i. Berikan kompres hangat lembab pada ekstremitas yang sakit.
j. Kalaborasi dalam pemberian antikoagulan menggunakan heparin.

19
k. Pantau pemeriksaan laboratorium masa protrombin,masa
tromboplastin/hb/Ht,AST (SGOT)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi spasme vaskuler


Kriteria hasil :
a. Nyeri hilang
b. Ibu dapat rileks dan istirahat dengan cepat

Intervensi

a. Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri dengan melakukan palpasi pada kaki.
b. Pertahankan tirah baring dengan tepat.
c. Pantau tanda-tanda vital.
d. Tinggikan ekstremitas yang sakit.
e. Anjurkan perubahan posisi yaitu mempertahankan ekstremitas tetap tinggi
f. Jelaskan prosedur tindakan dan intervensi
g. Identifikasi nyeri dada yang tiba-tiba dan tajam,dispnea,takikadi, atau ketakutan
h. Berikan obat-obatan sesuai indikasi (analgetik,antiinflamasi)
i. Berikan kompres panas yang lembab pada ekstremitas
j. Anjurkan tindakan untuk penurunan ketergantungan emosi seperti teknik
relaksasi dan pengungkapan masalah

3. Ansietas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan


kriteria hasil:
a. mengungkapkan perasaan tentang ansietas
b. menunjukan penurunan perilaku seperti gelisah dan iritabilitas

Intervensi:

a. jelaskan prosedur, tindakan dan intervensi keperawatan


b. anjurkan untuk teknik relaksasi dan pengungkapan masalah
c. bantu ibu merawat diri sendiri dan bayi

20
d. anjurkan kontak melalui telpon atatu bertemu dengan pasangan dan anak-anak.
bila mibu di rumah sakit anjurkan ibu kontak dengan bayinya.

21
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penbahasan masalah di atas, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: Infeksi
perinatal dapat menyerang ibu hamil pada trimester pertama, disebabkan karena adanya
penyakit kelainan dari ibu, ibu kurang mengkonsumsi nutrisi yang baik selama masa
kehamilan dan ibu sering mengkonsumsi makanan yang kurang matang. Infeksi perinatal di
sebabkan oleh virus TORCH5 yang menyerang pada saat masa kehamilan. Jika menyerang
janin dapat berdampak buruk bagi janin bahkan bisa menyebabkan kematian janin. Depresi
post partum yaitu depresi yang terjadi pada ibu setelah masa nifas.

3.2 Saran

Saran dari kelompok kami yaitu untuk calon bumil selama masa kehamilan harus selalu
menjaga kebersihan pribadi, termasuk mencuci tangan dengan air dan sabun, serta
menghindari penggunaan peralatan makanan dan minuman secara bersama-sama dan
mnghindari makanan yang belum matang untuk mencegah terjadinya infeksi pada saat
kehamilan. Sedangkan setelah masa kehamilan atau masa nifas, peran keluarga sangat
penting untuk menjaga psikologi ibu, maka dari itu sebagai keluarga hindarkan faktor-faktor
yang bisa membuat ibu stress setelah melahirkan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Vasra Elita, Rocmah, Sumastri Heni,. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. EGC. Jakarta

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Medical Book. Jakarta

Bagus Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan.

Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan Maternitas. Salemba medika. Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai