Anda di halaman 1dari 56

Sepsis Puerperalis

Sabtu, 12 April 2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan


hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh
dunia.Peristiwa ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk
Indonesia. Berdasarkan survey WHO pada tahun 1997 AKI di Indonesia
373/100.000, sedangkan menurut Survey Demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia masih berada pada angka
307/100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran
20/1000 kelahiran hidup. Kematian maternal seharusnya tidak perlu
terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah
melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan, pemberian
gizi yang memadai, peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan lain-lain,
karena itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu
tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju
tercapainya Indonesia Sehat 2010. Penyebab kematian maternal yang
terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan trias
klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Penyebab
tak langsung seperti penyakit hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria,
diabetes mellitus.Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan
pertolongan persalinan dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial
budaya dan faktor pelayanan medis. Infeksi atau sepsis puerperalis
menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara
berkembang, jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan menahun seperti penyakit
radang panggul kronis (Pelvic Inflammatory Disease) dan infertilitas. Hasil
penelitian Florentina (2000) di Kabupaten Lombok Propinsi Nusa Tenggara
Barat menunjukkan bahwa kejadian demam nifas masih relatif tinggi
(23%), dari seluruh demam nifas 46% dapat diidentifikasi sebagai infeksi.
Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kejadian infeksi
nifas disebabkan oleh penolong persalinan yang tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum menolong persalinan, lama persalinan lebih dari
24 jam, ibu melakukan pengasapan pasca persalinan, anemia sewaktu ibu
hamil, lan persalinan terbuat dari tanah. Demam nifas merupakan
manifestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat
dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal.Deteksi dini
terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan

perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah


ini.Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari jalan
lahir itu sendiri, misalnya bekas tempat plasenta lengket di dalam rahim
masih terbuka, adanya luka pada vagina karena robek atau karena
tindakan episiotomi.Daya tahan tubuh yang rendah ditunjang perawatan
yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga menyebabkan
kuman-kuman pada jalan lahir tersebut terutama di vagina yang tadinya
bersifat tidak patogen bisa berubah menjadi patogen. Kondisi ini akan
diperparah oleh luka pada jalan lahir tersebut yang merupakan media
yang amat baik untuk berkembang biaknya kuman. Episiotomi dilakukan
untuk mencegah regangan yang berlebihan pada otot dasar panggul
karena hal ini dapat menimbulkan robekan jalan lahir yang merupakan
faktor resiko terjadinya infeksi post partum. Episiotomi menggantikan
irisan pembedahan yang lurus dan rapi untuk laserasi yang tidak
beraturan, lebih mudah diperbaiki dan sembuh lebih baik dari
robekan.Menurut Cunningham et.al (1989) penggunaan episiotomi dalam
semua ks mencegah trauma perineal yang serius, episiotomi mencegah
trauma pada otot dasar panggul sehingga mencegah stres urinarius yang
inkontinen.Oleh karena itu pendidikan kesehatan tentang perawatan
perineum sangat diperlukan agar pasien dapat melakukan perawatan
perineum selama di rumah. Perawatan perineum perlu diperhatikan agar
proses penyembuhan luka episiotomi menjadi lebih cepat sehingga tidak
terjadi infeksi. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu tindakan
keperawatan yang mempunyai peranan yang penting dalam memberikan
pengetahuan praktis kepada klien tentang tata cara perawatan perineum
sehingga klien dapat melakukan perawatan perineum secara baik dan
benar.
B.

Tujuan

1.

Tujuan khusus

a.

Untuk mengetahui apa itu sepsis puerperalis

b.

Apa etiologi dari sepsis puerperalis

c.

Bagaimana penanganan sepsis puerperalis

d.

Mengenal gejala dan tanda-tanda sepsis puerperalis

2.

Tujuan umum

Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana sepsis puerperalis dapat


terjadi dan bahaya yang ditimbulkanya.Mahasiswa mampu memahami

pentingnya diagnosis dan penatalaksanaan yang segera untuk


menyelamatkan ibu nifas dengan sepsis puerperalis ini.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.

Definisi Sepsis Puerperalis

Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus di mana terdapat
dua atau lebih dan hal hal berikut ini :
1.

Nyeri pelvik;

2.

Demam 38,5C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;

3.

Vagina yang abnormal

4.

Vagina berbau busuk;

5.
Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub
involusio uteri).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.

B.

Fisiologi

Involusi Alat-alat Kandungan


1.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir
tinggi fundus uteri kira kira sepusat.Korpusi uteri sekarang sebagian
besar merupakan miometrium yang dIbungkus serosa dan dilapisi
desidua.Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing
masing 4 5 cm. Karena adanya kontraksi rahim pembuluh darah
tertekan sehingga terjadi Iskemic. Selama 2 hari berikut uterus masih
tetap pada ukuran yang sama dan 2 minggu kemudian telah turun
kerongga panggul dan tidak dapat diraba diatas syimpisis dan mencapai
ukuran normal dalam waktu 4 minggu.
2.
Bekas implantasi uri : Segera setelah persalinan, tempat plasenta
terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah
kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama
atau sekurangnya mendekati sebelum hamil.5 Placental bed mengecil
karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjasi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan
akhirnya pulih.
3.
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
4.
Rasa sakit, yang disebut after pain, (merian atau mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimules.
5.
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
6.
Serviks : Seviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang
tipis, kolaps dan kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks sempit,
serviks menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.Miometrium
segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tapi tidak sekuat
korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi istmus
uteri yang hampir tidak dapat dilihat.
7.
Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia

melakukan berkusuk atauberurut , di mana sewaktu dikusuk tekanan


intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamenta,
fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk/urut,
banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
C.

Sepsis Puerperalis

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun
Etiologi Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
D.

Epidemiologi

Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di


Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada
tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah
dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan
sesar).
Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama menyumbang 5% dari
persalinan vagina. Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu
yang berhubungan dengan infeksi postpartum berkisar dari 4-8%, atau
sekitar 0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan oleh
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan tersebut
adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut kehamilan yang
menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko infeksi
saluran kemih postpartum meningkat dalam African American, Native
American, dan populasi Hispanik.

E.

Etiologi

Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi,


pernah dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus
hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang
pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir.Gorback
mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen.Walaupun dari cerviks dan jalan
lahir ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum
ketuban pecah. Kuman anaerob adalah coccus gram positif
( Peptostreptococus, Peptococus, Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman
aerob adalah bermacam gram positif.
Selain itu infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1.
Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini merupakan
sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain)
2.
Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum.
Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan
orang yang terlihat sehat
3.
E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan
rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula,
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.
4.
Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat
anaerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis.
F.

Presdiposisi

Faktor Predisposisi yang penting pada waktu nifas adalah:


1.
Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita seperti
perdarahan banyak, pre-eklampsia, juga adanya infeksi lain seperti
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2.

Partus lama terutama ketuban pecah lama

3.
Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan
lahir
4.

Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah

5.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
bekas luka dengan diameter 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyakknya vena yang tertutup trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik bagi tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenisjenis yang patogen dalam tubuh wanita.Serviks sering mengalami
perlukaan dalam persalinan begitu juga pulva, vagina, dan perineum,
yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman patogen, proses
radang dapat terjadi terbatas pada luka tersebut atau dapat menyebar
keluar luka asalnya.
G.

Patofisiologi

Sepsis puerperalis dapat terjadi dimasa intrapartum atau


postpartum.sebelum kelahiran,membran amniotik dan membran korionik
dapat terinfeksi jika ketuban pecah (ruptur membran) terjadi berjam-jam
sebelum persalinan dimulai.bakteri kemudian mempunyai cukup waktu
untuk berjalan dari vagina kedalam uterus dan menginfeksi
membran,plasenta,bayi,danibu.korioamnionitis merupakan suatu masalah
yang sangat serius dan dapat membahayakn hidup ibu dan bayinya.
Setelah
persalinan,sepsis puerperalis mungkin terlokalisasi di
perineum,vagina,serviks,atau uterus.Infeksi pada uterus dapat menyebar
dengan cepat sehingga menyebabkan infeksi pada tubafallopi atau
ovarium,parametritis,peritonitis,menyebar ke pembuluh limfe,yang
kemudian akan menyebabkan septikemia jika masuk kealiran darah.Ini
semakin diperumit dengan adanya syok septik dan koagulasi intravaskuler
diseminata (disseminated intravaskuler coagulation [DIC] ) yang dapat
menimbulkan masalah perdarahan.Sepsis puerperalis dengan cepat akan
berakibat fatal.
Ibu di masa postpartum (masa nifas) memang rentam terhadap infeksi
karena adanya faktor-faktor berikut:
1.
Sisi perlengkatan plasenta merupakan tempat yang
besar,hangat,gelap,dan basah.I ni memungkinkan bakteri tumbuh dengan
sangat cepat.Tempat seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk
pembiakan bakteri. Di laboratorium,kondisi-kondisi yang hangat,gelap,dan
basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri tumbuh dan berbiak.
2.
Sisi plasenta memiliki persedian darah yang kaya,dengan pembuluhpembuluh darah yang besar yang langsung menuju sirkulasi vena
utama.Hal ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak
dengat sangat cepat kedalam aliran darah.Ini disebut
septikemia.Septikimia dapat menyebabkan kematian dengan sangat
cepat.

3.
Sisi plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu.Hanya panjang
vagina (9-10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dari
lingkungan luar.Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup direktum
(seperti E.coli) dapat dengan mudah pindah kedalam vagina dan
kemudian menuju uterus.Disini bakteri menjadi bahaya atau patogenik
karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
4.
Selama pelahiran,area serviks ibu,vagina,atau area perineumnya
mungkin robek atau diepisiotomi.area jariangan yang terluka ini rentan
terhadap infeksi,terutama jika teknik steril pada persalinan tidak
digunakan.Infeksi biasanya terlokalisasi,tetapi pada kasus-kasus berat
infeksi ini dapat menyebar ke jaringan dibawah
H.

Klasifikasi

Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:


1.
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan
endometrium
2.

Vulvitis

3.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
4.

Vaginitis

5.
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus.Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
6.

Servisitis

7.
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
8.

Endometritis

9.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

I.

Penatalaksanaan

Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan, keterampilan


dan prioritas.Penekanan terletak pada pentingnya bekerja dengan cepat
dan menurut. Prioritas dalam mengelola sepsis nifas adalah:
1.

menilai kondisi pasien

2.

memulihkan pasien

3.

mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi

4.
mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
5.
memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus
dilakukan pertama atau sebelum hal lainnya.
J.

Penatalaksanaan Sepsis Puerperalis

Prioritas di dalam penatalaksanaan sepsis puerperalais,antara lain:


1.

Kaji kondisi pasien

2.

Resusitasi ibu,jika perlu

3.

Isolasi ibu sesegera mungkin jika ada dugaan infeksi

4.
Ambil spesimen untuk memeriksa organisme penyebab dan pastikan
dianosis,dan
5.
K.

Mulai berikan terapi antibiotik berspektrum luas.


Komplikasi

1.

Sindroma distres pernafasan dewasa

2.

Koagulasi intravascular diseminata

3.

Gagal Ginjal akut

4.

Perdarahan usus

5.

Gagal hati

6.

Disfungsi SSP

7.

Gagal jantung

8.

Kematian
Penanganan Komplikasi

1.

Peritonitas

Peritonitas menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian


peritonium, ini berarti baik peritoneum parietal,yaitu membran yang
melapisi dinding abdomen,maupaun peritoneum viseral,yang terletak di
atas vasera atau organ-organ internal meradang.
Diagnosis :
Penting untuk mengetahui cara mengenali peritonitis.peritonitis dan/
abses multipel didalam abdomen dapat muncul setelah secsio sesaria
atau ruptur uterus boleh jadi merupakan suatu komplikasi dari sepsis
puerperalis.
Penanganan peritonitis menyeluruh :
a.

Obati secara aktif jika diduga, tanpa menunggu kepastian diagnosis.

b.
Mulai dengan antibiotik seperti: benzil penisilin ditambah dengan
gentamisin dan metronidazol,cairan 4 dan analgesik (seperti petidin 50100 mg secara IM setiap 6 jam).
c.
Jika tersedia, pasang selang nasogastrik ( NGT) dan aspirasikan isi
lambung.
d.
Pastikan bahwa ibu segera di bawa ketingkat rujukan yang lebih
tinggi yang memiliki pertolongan medis/ beda terampil.
2.

Salpingo-ooforitis dan Parametritis

Salpingo-ooforitis adalah infeksi pada ovariun dan tuba fallopi.Parametritis


adalah infeksi pada parametrium.Parametrium adalah jaringan renggang
yanmg ditemukan disekitar uterus.
Jaringan ini memanjang sampai kesisi servik dan kepertengahan lapisanlapisan ligamen besar.
Diagnosa salpingo-ooforitis:
a.

Demam

b.

Nyeri bilateral

c.

Nyeri tekan bawah abdomen

Diagnosa parametritis :
a.

Demam

b.

Nyeri atau nyeri tekan pada kedua sisi abdomen

c.

Nyeri tekan yang cukup terasa pada pemeriksaan vagina

Penanganan dari salpingo- ooforitis atau parametritis :


Mulai dengan antibiotik seperti: benzil penisilin ditambah gentamisin dan
metrodinazol. Jika perlu berikan obat pereda nyeri seperti : petidin 50
100 mg secara IM setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 3 hari iya harus segera di bawa kerumah
sakit.
3.

Septikemia

Septikemia adalah ada dan berkembangbiaknya bakteri di dalam aliran


darah.
Diagnosa :
a.

Demam

b.

Menggil

c.

Denyut nadi cepat

d.

Dan ibu sangat sakit

Penatalaksanaannya :
Mulai dengan antibiotik,misalnya benzilpenisilin tambah gentamisin dan
metronidazol. Segera rujuk ibu ke rumah sakit bila perlu dipertimbangkan
untuk memberikan heparin jika diduga terjadi disseninatet intravascular
coagulation.
4.

Abses

Diagnosa :
Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada pemeriksaan vagina, nyeri
yang hebat dan nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun diberikan
antibiotik
Penatalaksaannya :
Rujuk ibu ke rumah sakit untuk kolpotomi posterior ( insisi bedah kedalam
dinding posterior vagina).laparatomi untuk abses di abdomen.
BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Meskipun banyak patologi yang terjadi selama masa nifas, hanya sedikit
yang merupakan ancaman serius bagi jiwa.Selama ini perdarahan
pascapersalinan merupakan kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan system rujukan dalam dua decade maka infeksi
lebih menonjol dari penyebab kematian dan morbiditas ibu. Patologi yang
sering terjadi pada masa nifas adalah:
1.

Infeksi nifas

2.

Perdarahan dalam masa nifas

3.

Infeksi saluran kemih

4.

Patologi menyusui Infeksi nifas

Infeksi puerperalis adalah infeksi luka jalan lahir pascapersalinan,


biasanya terjadi dari indometrium bekas insersi placenta. Deman dalam
nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas maka demam dalam
nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam nifas
sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi
nifas.Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan
oleh pielitis, infeksi jalan pernafasan, malaria, dan tifus. Morbiditas nifas
ditandai dengan suhu 38oC atau lebih, yang terjadi selama 2 hari
berturut-turut, kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan
lamanya persalinan, aspesis, transpusu darah dan bertambah baiknya
kesehatan umum (kebersihan, gizi dll). Mikroorganisme penyebab infeksi
puerperalis dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari jalan lahir
penderita sendiri (endogen) mikroorganisme endogen lebih sering
menyebabkan infeksi mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab
ialah golongan Streptokokkus, basil coli dan Stafilokokkus. Akan tetapi,
kadang-kadang mikroorganisme lain memegang peranan seperti
Clostridium welchii, gonococcus, salmonella typi atau clostridium tetani.
DAFTAR PUSTAKA Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004.
Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC Biomed M
mitayani,S.ST. 2009.Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba
Medika http://www.downloadskripsigratis.com/2010/11/pengaruhpendidikan-kesehatanperawatan.html
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/infeksi-puerperalis.html http://tinytinytrie.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan

Hari/Tanggal
/ Jam
No

.
DX
Implementasi/ Tindakan
keperawatan
Respon HasilParaf
Rabu, 29-072011
Mengkaji fungsi
pernapasan:auskultasi
bunyinapas,serta
kondisinya,juga tanda vital
Memberikan posisi
yangnyaman bagi klien
(semi fowler)
Memberikan pakaian
longgar,sertamenyerap
keringat
Membantu melakukan
tindakansuctionbilaada
sekresi tertahan
Kolaborasi dengan
dokterdalampemberian
cairaninfusaminoplasma
dan ventilator
Suara napas rochi dan
wheezing,
RR : 26 x/menit
Klien tampak nyaman
dengan posisi yang
diberikan
Klien tampak nyaman
denganpakaianyang
diberikan
Sudah dilakukan
tindakansuctionsetiap
ada sekresi tertahan
Klien mendapatkan
cairaninfusberupa
aminoplasma1 fls dan
ventilator
Rabu, 29-06-

2011
10:00
II
Mencuci tangan
sebelumdansesudah
merawat luka
Melakukan
penggantianposisi
sesering mungkin
Menggunakan tehnik
sterilpadawaktu
penggantianbalutan/
penghisapan
Berkolaborasi dengan
dokterdalampemberian
antibiotik
Sudah dilakukan baik
cuci tangan sebelum dan
sesudah Tindakan
Klien tampak merasa
nyamandenganposisi
yang diberikan
Tehnik sterilisasi
telahdilakukanpada
waktupenggunaan
balutan/ penghisapan
Klien mendapatkan
obatberupacairaninfus
yaitu levofloxacim 1 fls
35

E.EVALUASI

Hari/Tgl/
Jam
No
.
DX
Catatan Perkembangan/ EvaluasiParaf
Kamis, 3006-2011
10:00
IS :
-Keluarga klien mengatakan gangguan dalam bernafas
dapat berkurang
O:
-Pemeriksaan fisik dada (thorak) : auskultasi : Bunyi
vesikuler
-Klien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan
-Pernafasan tampak kembali normal dengan RR : 18
x/menit
-Klien mendapatkan obat berupa cairan infus
aminoplasma 1 fls dan Ventilator
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
Pasien pulang
Kamis, 3006-2011
10:15
IIS :
O:
-Sudah dilakukan baik cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
-Klien tampak merasa nyaman dengan posisi yang
diberikan
-Sudah dilakukan tehnik steril pada waktu penggunaan
balutan/ penghisapan
-Klien mendapat obat berupa cairan infus yaitu
levofloxacim 1 fls
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
Pasien pulang

1 Definisi Sepsis Puerperalis


Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal hal
berikut ini :
Nyeri pelvik;
Demam 38,5C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
rabas vagina yang abnormal;
Rabas vagina berbau busuk;
Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.
2 Fisiologi
# Involusi Alat-alat Kandungan
(1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Segera setelah plasenta lahir
tinggi fundus uteri kira kira sepusat. Korpusi uteri sekarang sebagian
besar merupakan miometrium yang dIbungkus serosadan dilapisi desidua.
Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing masing 4
5 cm. Karena adanya kontraksi rahim pembuluh darah tertekan sehingga
terjadi Iskemic. Selama 2 hari berikut uterus masih tetap pada ukuran
yang sama dan 2 minggu kemudian telah turun kerongga panggul dan
tidak dapat diraba diatas syimpisis dan mencapai ukuran normal dalam
waktu 4 minggu
(2) Bekas implantasi uri : Segera setelah persalinan, tempat plasenta
terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah
kelahiran, ukuran pembuluh darahekstra uteri mengecil menjadi sama
atau sekurangnya mendekati sebelum hamil.5Placental bed mengecil
karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjasi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan
akhirnya pulih
(3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
(4) Rasa sakit, yang disebut after pain, (merian atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
obat-obat antisakit dan antimules
(5) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas
(6) Serviks : Seviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang

tipis, kolaps dan kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks sempit,
serviks menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.Miometrium
segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tapi tidak sekuat
korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi istmus
uteri yang hampir tidak dapat dilihat
(7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia
melakukan berkusuk atau berurut , di mana sewaktu dikusuk tekanan
intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamenta,
fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk/urut,
banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
3 Sepsis Puerperalis
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal2.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas2.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun
4 Epidemiologi
Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di
Amerika Serikatadalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada
tahun 2001, 5,5% persalinanvagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah
dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4%
dari persalinan sesar).

5 Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi,
pernah dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus
hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang
pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir. Gorback
mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan
lahir ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum
ketuban pecah.

6 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

1.
Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung
tangan pada pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan
dan alat-alat lain yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
2.
Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter
atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas
yang bekerja dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan
penderita infeksi saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3.
Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen,
berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kumankuman ini bisa dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk,
kain-kain dan alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4.
Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab
penting terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya
ketuban.
7 Klasifikasi
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan
endometrium
Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
8 Penatalaksanaan

Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan,


keterampilan dan prioritas.Penekanan terletak pada pentingnya bekerja
dengan cepat dan menurut. Prioritas dalam mengelola sepsis nifas adalah:
a. menilai kondisi pasien
b. memulihkan pasien
c. mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi
d. mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
e. memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus
dilakukan pertama atau sebelum hal lainnya.
9 Komplikasi

Sindroma distres pernafasan dewasa


Koagulasi intravascular diseminata
Gagal Ginjal akut
Perdarahan usus
Gagal hati
Disfungsi SSP
Gagal jantung
Kematian

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali pra hamil dan
berlangsung kira kira 6 8 minggu.
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah 6
minggu (42 hari) untuk kembalinya alat alat reproduksi pada keadaan
normal atau keadaan sebelum hamil.

Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi
minggu minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
naik antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda
dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi.
Hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas.Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam
darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan
yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation Respon
Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS.
1.

Suhu >380C atau <36 C

2.

Denyut jantung >90 x permenit

3.

Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg

4.

Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel imatur (band)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:


a.

Apakah pengertian Sepsis Puerperalis?

b.

Bagaimanakah perkembangan Sepsis Puerperalis?

c.

Apakah tanda & gejala Sepsis Puerperalis?

d.

Apa saja komplikasi Sepsis Puerperalis?

e.

Bagaimanakah cara pencegahannya?

f.

Bagaimanakah cara pengobatan Sepsis Puerperalis?

C.

TUJUAN

a.

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran-gambaran umum maupun khusus baik


secara teori maupun secara nyata mengenai Sepsis puerperalis.
b.

Tujuan Khusus

1.

Untuk mengetahui pengertian sepsis puerperalis

2.

Untuk mengtahui perkembangan sepsis puerperalis

3.

Untuk mengetahui tanda dan gejala sepsis puerperalis

4.
Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang diakibatkan oleh sepsis
puerperalis
5.

Untuk mengetahui cara pencegahannya

6.

Kuntuk mengetahui cara pengobatan dari sepsis puerperalis

D.

MANFAAT

Agar pembaca dapat mengetahui apa itu Sepsis puerperalis beserta tanda
dan gejalanya, serta cara pencegahan dan pengobatannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN

Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang


dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran)
atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus di mana
terdapat dua atau lebih dan hal hal berikut ini :
Nyeri pelvik;
Demam 38,5C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
rabas vagina yang abnormal;
Rabas vagina berbau busuk;
Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio
uteri).
Semua infeksi traktus genitalia yang terjadi akibat komplikasi, abortus,
persalinan atau kelahiran disebut Sepsis Puerperalis. Streptokokus,
stafilokokus, kllostridia, bakteri koliform atau bakteroides adalah kuman
patogen yang paling sering didapati selulitis akibat laserasi vagina atau
serviks mungkin merupakan tempat awal infeksi, demikian juga dengan
endometrium terutama di daerah perlekatan plasenta (setara dengan
luka, setara dengan luka permukaan yang luas), kelemahan (anemia,
kurang gizi pada sistemik serviks pecah selaput ketuban yang lama,

persalinan lama, dan kelahiran traumatik cenderung menimbulkan infeksi


nifas.

B.

EPIDEMIOLOGI

Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di


Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada
tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah
dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan
sesar). Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama menyumbang
5% dari persalinan vagina.
Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang berhubungan
dengan infeksi postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar 0,6 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup
Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan oleh
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan tersebut
adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut kehamilan yang
menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko infeksi
saluran kemih postpartum meningkat dalam African American, Native
American, dan populasi Hispanik.

C.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala sepsis puerperalis antara lain malaise, sakit kepala,
anoreksia, dan sedikit peningkatan suhu secara remiten, serta
peningkatan denyut nadi, biasanya mulai 3-4 hari setelah melahirkan
dapat diikuti oleh masa tidak nyaman yang samar di perineum atau
abdomen bagina bawah, dan mual serta muntah. Sering kali Lochia
menjadi berbau busuk.Demam tinggi (demam nifas), nadi cepat, rasa
sakit setempat, dan nyeri tekan pada pelvis dapat diamati selama satu
sampai dua hari berikutnya.Dapat terjadi syok bakteremia.

D.

KOMPLIKASI

Sebagian besar penderita menunjukkan fokal infeksi sebagai sumber


bakterimia, hal ini disebut sebagai bakterimia sekunder, sepsis gram
Negatif merupakan komensal normal dalam saluran gastrointestinal, dan

kemudian menyebar ke dalam struktur yang berdekatan, seperti pada


peritonitis setelah perforasi apendical, atau bisa berpindah dari perineum
ke ureter atau kandung kemih. Selain itu sepsis gram negatif focus
primernya bisa berasal dari gastrointestinal. Sepsis gram positif biasanya
timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga bisa berasal dari luka
terbuka misalnya luka bakar
Infeksi traktus genitalia umumnya berkembang dari endometritis menjadi
endomiometritis, menjadi selulitis pelvis daIn peritonitis atau
tromboflebitis pelvis septik.Dapat terjadi pembentukan abses, septikemia,
emboli paru syok septik, dan kematian.
Atau antara lain:

Sindroma distres pernafasan dewasa

Koagulasi intravascular diseminata

Gagal Ginjal akut

Perdarahan usus

Gagal hati

Disfungsi SSP

Gagal jantung

Kematian

E.

DIAGNOSA BANDING

Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas pada
tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar
keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar port
de entery tampaknya sakit , suhu akan meningkat dengan kadang
kadang disertai mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah
dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang
tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan

Komplikasi demam nifas yang tidak berhubungan dengan traktus genitalia


menurut urutan kekerapannya adalah mastitis, infeksi saluran kemih,
pernapasan, serta enteritis.

F.

PENCEGAHAN

-Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya.Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

- Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam
kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alatalat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis segera
setelah keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut.
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan dengan
operasi caesar, berikan metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam.Antibiotik
diteruskan sampai pasien bebas demam selama 48 jam.

Selama nifas

Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan


lahir.Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar.Tiap penderita dengan tanda-tanda
infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas
sehat.
Upaya menghindari terjadinya sepsis puerperalis, memerlukan tekhnik
asepsis ketat selama pemeriksaan pelvis dan kelahiran.Minimalisasi
trauma obstretitis karena jaringan yang terluka rentan terhadap infeksi.

G.

PENGOBATAN
Manajemen Umum Sepsis Puerperalis:

1. Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam


pemberian pelayanan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah
penyebaran infeksi pada pasien lain dan bayinya.

2. Pemberian antibiotik
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48
jam, dan kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c.

metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.

Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter
akan mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih
tinggi mungkin diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah
diberikan antibiotik IV.Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan
ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan
tetanus toksoid.

3. Memberikan banyak cairan


Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi,
membantu menurunkan demam dan mengobati shock.Pada kasus yang

parah, maka perlu diberikan cairan infus.Jika pasien sadar bisa diberikan
cairan oral.

4. Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan


Fragmen plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis nifas. Pada
rahim, jika terdapat lokhia berlebihan,berbau busuk dan mengandung
gumpalan darah, eksplorasi rahim untuk mengeluarkan gumpalan dan
potongan besar jaringan plasenta akan diperlukan. Tang Ovum dapat
digunakan, jika diperlukan.

5. Keterampilan dalam perawatan kebidanan


Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan untuk
membantu penyembuhannya. Berikut aspek perawatan yang penting:
- Istirahat
- Standar kebersihan yang tinggi, terutama perawatan perineum dan
vulva
- Antipiretik dan / atau spon hangat mungkin diperlukan jika demam
sangat tinggi
- Monitor tanda-tanda vital, lokhia, kontraksi rahim, involusi, urin output,
dan mengukur asupan dan keluaran
- Membuat catatan akurat
- Mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang.

6. Perawatan bayi baru lahir


Kecuali ibu sangat sakit, bayi baru lahir bisa tinggal dengannya.Namun,
tindakan pencegahan diperlukan untuk mencegah infeksi dari ibu ke
bayi.Pengamatan sangat penting untuk mengenali tanda-tanda awal
infeksi, karena infeksi pada neonatus dapat menjadi penyebab utama
kematian neonatal. Hal yang perlu diperhatikan :
- Mencuci tangan : jika ibu cukup baik kondisinya, penting untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi baru lahir

- Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat
sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri
dalam perawatan bayi baru lahir.
- Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh
ibu, saudara dekat mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup
baik. Namun, harus ditekankan bahwa karena bayi yang baru lahir juga
berisiko dalam mengembangkan infeksi.

7.

Manajemen lebih lanjut

Jika tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata,


laparotomi akan dilakukan untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik
dan sepsis, mungkin diperlukan histerektomi subtotal.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus.Infeksi traktus
genitalia umumnya berkembang dari endometritis menjadi
endomiometritis, menjadi selulitis pelvis dan peritonitis atau
tromboflebitis pelvis septik.
Sepsis puerperalis dapat dipengaruhi oleh masa kehamilan, persalinan
dan mas nifas. Dan pada dasarnya terjadi saat masa post partum (nifas).

B.

SARAN

Saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah, masyarakat harus


mampu untuk menjaga kesehatannya, terutama pada ibu hamil baik
trimester I, II, dan ke III. Karena kemungkinan terjadinya Sepsis
puerperalis antara lain adalah kekurangan nutrisi, kebutuhan istrahat
yang tidak terpenuhi, sehingga ibu bisa saja mengalami anemia. Terutama
pada bulan tafsiran persalinan ibu.Pemililihan tenaga yang hendak

menolong partus juga perlu diperhatikan, agar menghindari kemungkinankemungkinan terjadinya maslah-masalah pada persalinan.

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS


TUJUAN
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya
HASIL

Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat yang memadai dan tepat


waktu. Penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis

Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas

PRASYARAT
1.
System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan,
baik di rumah, dipuskesmas,, ataupun rumah sakit
2.
Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas,
termasuk penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan dengan
tepat sepsis puerperalis

3.
Tersedia peralatan/ perlengkapan penting : sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntuik sekali
pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan
bersih DTT/ steril
4.
Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga
tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5.

Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu

6.
System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan
baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan
PROSES
Bidan harus :
1.
Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2
atau lebih gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban
mulai hari ke 2 ( 2 kali 24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
-

Suhu tubuh > 38 C

Nyeri peru atau pelvis

Pengeluaran cairan vagina yang abnormal

Cairan vagina yang berbau busuk

Terhambatnya pengecilan ukuran uterus

2.

Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/ gejala infeksi

3.
Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada
terhadaptanda/ gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya
4.
Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk
mencari sumber infeksi ( mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk
infeksi kronis )
5.
Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat
perdarahan pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum
berlubang besar 16 atau 18 G, rujuklah ibu segera ke RS. ( ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta )
6.
Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok ( suhu
38 C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri
cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk biu ke RS.

Ampisilin 2 gr IV setip 6 jam

Gentamisin 5 mg/ kg berat badan IV setiap 24 jam

Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam

7.
Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk,
berikan antibiotika ( misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral
setiap 6 jam, ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari )
8.
Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota
keluarga lainnya sampai infeksi teratasi
9.
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/
bayi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,
terutama untuk ibu nifas atau bayi lain
11. Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri,
penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati
( sebaiknya dibakar), jika tidak ada pembalut steril, maka dapat
digunakan kain yang telah dijemur sampai kering )
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi
baik, dan banyak minum bagi ibu
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI ( namun demikian, bayi
memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi
)
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam
24 jam segera rujuk ke RS
16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang
didiskusikan di standar 21

Modul Kebidanan Sepsis puerperalis


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PETA KEDUDUKAN MODUL
GLOSARIUM

I.PENDAHULUAN
1.Standar Kompetensi : Mampu memberikan perawatan yang tepat sesuai
dan membuat keputusan keputusan klinis berdasarkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan kepada ibu yang mengalami komplikasi
selama kehamilan dan persalinan
Kompetensi Dasar :
2.Deskripsi
Setiap tahun ada sekitar 200.000 juta ibu hamil dinegara berkembang
lebih dari 500.000 diantaranya akan meninggal karena penyebab yang
berhubungan dengan kehamilan dan jutaan lainnya akan menderita
komplikasi yang cukup signifikan akibat kehamilan .Selain itu tujuh juta
kematian perinatal terjadi akibat masalah kesehatan ibu.
3.Waktu
10 14 hari
4.Prasayarat
Mengukur tekanan
persalinan normal,
Mengukur tekanan
persalinan normal,

darah,melakukan pemeriksaan vagina,memimpin


memberikan injeksi dan memberikan infuse intravena.
darah,melakukan pemeriksaan vagina,memimpin
memberikan injeksi dan memberikan infuse intravena.

5.Petunjuk Penggunaan Modul


Sesi yang ada didalam modul disajikan dalam susunan sebagai berikut:
-Tujuan Sesi
- Objektif sesi
-Rencana sesi yang mencakup metode belajar mengajar dan kerangka
waktu yang diajukan untuk setiap sesi dan sumber yang diperlukan
- Rencana Sesi
6.Tujuan Akhir
- Mahasiswa mampu memberikan perawatan sepsis puerperalis
7.Cek Penguasaan standar kompetensi
Apakah mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus
sepsis puerperalis ?

II.PEMBELAJARAN
1.Pembelajaran 1
Tujuan : Peserta Didik mampu memahami bagaimana sepsis puerperalis
dapat terjadi dan bahaya yang ditimbulkannya. Peserta didik mampu
memahami pentingnya diagnose dan penatalaksanaan yang segera untuk
menyelamatkan kehidupan.
Objektif
Setelah menyelesaikan sesi 1, peserta didik diharapkan mampu :
1.
Mendefinisikan sepsis puerperalis dan memberikan contoh contoh
bakteri yang bias menyebabkan terjadinya hal itu
2.

Menjelaskan perbedaan antara bakteri endiogen dan eksogen

3.
Menjelaskan bagaiamana bakteri endogen dapat menjadi
berbnahaya dan bagaimana bakteri eksogen dapat masuk kedalam vagina
RENCANA
Kuliah, diskusi (1 jam)
Kunjungan masyarakat dan kunjungan rumah sakit/fasilitas kesehatan
untuk memeriksa catatan (1/2 hari)
2.Uraian Materi
Jelaskan bahwa salah satu penyebab utama kematian ibu, sepsis
puerperalis, menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di
Negara berkembang.Jika tidak menyebabkan kematian, sepsis puerperlais
dapat menyebabkan masalah masalah kesehatan menahun seperti
penyakit radang panggul kronis (PID) dan infertilitas.
Sangat penting bagi bidan untuk mampu mencegah sepsis puerperalis
dan melakukan tindakan yang segera jika sespsis ini terjadi.
Bagian pertama sesi ini meliputi pengajaran tentang sepsis puerperalis
dan cara terjadinya. Kemudian rencanakan kunjungan masyarakat untuk
menyelidiki angka kejadian sepsis puerperalis didalam masyarakat itu.
Defenisi Sepsis Puerperalis
Bakteri Penyebab
Tanda dan gejala Sepsis Puerperalis

Faktor Resiko pada sepsis Puerperalis


Terjadinya Sepsis Puerperalis/patofisiologi
Penyebab lain demam dimasa post partum
Diskusi
Kunjungan Masyarakat
3.Rangkuman
Ringkasan Modul
Tugas
Instruksi untuk peserta didik
1.Defenisikan sepsis puerperalis
2.Sebutkan sisi infeksi pada sepsis puerperalis
3. Sebutkan factor-faktor resiko pada sepsis puerperalis
4.Jelaskan mengapa setiap factor itu dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya infeksi\
5. Tandai factor factor resiko yang dapat dihindari dan dicegah
6. Sebutkan langkah langkah yang harus diambil untuk mencegah
faktor2 yang dapat dihindari disetiap tingkatan system perawatan
kesehatan dan masyarakat, pusat kesehatan, RSUD,

Anda diberikan sebuah contoh. Kerjakan soal diatas dengan cara yang
sama dengn contoh yang diberikan dengan menggunakan lembar kerja
yang disediakan.
Waktu anda untuk bekerja di dalam kelompok adalah 1 jam.Tunjuk
sesorang untuk menjadi ketua kelompok dan seorang lagi untuk
melaporkan kembali.
Contoh:
Sisi Infeksi
Faktor resiko
Mengapa factor ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi

Dapat dihindari
Langkah langkah untuk menghindari kejadian
Infeksi di sisi plasenta
Pecah ketuban yang lama
karena bakteri dapat masuk dari vagina dalam uterus
ya
Masyarakat:
Rujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika rupture terjadi lebih dari
12 jam dan tidak dalam persalinan

Pusat Kesehatan:
Rujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika rupture terjadi lebih dari
12 jam dan tidak dalam persalinan serta berikan antibiotic.
RSUD:
Percepat persalinan dengan oksitosin jika terjadi persalinan macet.Berikan
antibiotik pengganti
LEMBAR KERJA
PENCEGAHAN SEPSIS PUERPERALIS
Sisi infeksi
Factor factor resiko
Mengapa factor ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi
Dapat dihindari
Langkah langkah untuk menghindari kejadian
Sepsis Puerperalis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetilia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan
atau abortus.World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan

hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini
sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Kematian maternal seharusnya tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu
sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan,
pemberian gizi yang memadai, peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan lain-lain, karena
itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Penyebab
kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan
trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Infeksi atau sepsis
puerperalis menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara berkembang,
jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan menahun seperti penyakit radang panggul kronis (Pelvic Inflammatory Disease)
dan infertilitas.
amo i illin g i+. 8 /am gentamy in $ mg.kg**. &6 /am
metronidaEol
$''m g i + . - / a m 2 i l i h a n a n t i b i o t i k l a i n n y a ; e f o t e t a n , e f
o i t i n , e f t i E o i m i n e , piperillin dengan. tanpa taEobatam, dan
ampiillin. sulbatam (unasyn)2 e m b e r i a n a n t i b i o t i k d i l a n / u t k a
n sampai dengan afebris &6 /am Antibiotik s p e k t r u m l u
as lainnya; piperaillin. taEobatam 0,0#$ g i+.
8 / a m a t a u lindamy in 1'' mg i+. - /am
arbapenem, ertapenem atau meropenem g i+.hari, dan
imipenem. ilastatin g i+. 85- /am

*eberapa pilihan antibiotika pada sepsis.sepsis berat. syok septik


sebagai berikut
; 2 a d a u m u m n y a u n t u k i n f e k s i y a n g t e r k a i t d e n g a n
k e h a m i l a n d a n persalinan, yang diurigai dengan infeksi aerob dan
anaerob masihdapat diberikan kombinasi peniillin, aminoglikosid dan
lindamiynatau
metronidaEolC& S e b a g a i a l t e r n a t i f , p a d a p a s i e n 5 p a s i
e n y a n g t i d a k m e n g a l a m i neutropenia dapat diberikan
sefalosposrin generasi kedua atau
ketigaS e f a l o s p o r i n g e n e r a s i k e t i g a a t a u k e e m p a t , s e p e
t i e f o t a i m e , eftiEoime, efoperaEone, eftriaone,
e f p i r o n e , e f e p i n e , a t a u e f t a E i d i m e s e r t a m e ro p e n e m d
a p a t d i p e r t i m b a n g k a n p a d a i n f e k s i yang berat atau pada infeksi
oleh berbagai maam strain bakteria
gramnegatifC0 2 a d a s e p s i s b e r a t y a n g m e n g a n a m n
ya9a direkomendasikank o m b i n a s i s e f a l o s p o r i n
g e n e r a s i k e 5 0 a t a u k e 5 6 d e n g a n aminoglikosidaC6
2ada beberapa rumah sakit, terdapat bakteri gram negatif yang
resistenterhadap aminoglikosida dan ephalosporine generasi
ke5&, 0, dan
62 a d a k o n d i s i i n i d a p a t d i b e r i k a n m e r o p e n e m a t a u
iprofloain

.seudomonas aeruginosa
yang resisten terhadap gentami in
dapatd i b e r i k a n a m i k a i n , e f t a E i d i m e , e f e p i m e , m e r
o p e n e m , a t a u tobramisin Strain >nerokokal yang saat
ini resisten dengan
banyak a n t i b i o t i k a d a p a t d i b e r i k a n h l o r a m p e n i o l , d o
k s i y l i n a t a u fluoroNuinolonC
&
$ "bat anti /amur tidak dian/urkan untuk diberikan se ara rutin,
ke uali pada pasien5pasien yang mengalami penurunan imunitas dan k
ondisikondisi tertentu yang memudahkan ter/adinya infeksi /amur dan
dapatdiberikan ampoteriin
* atau flukonasol
3ika demam masih ada dalam #& /am setelah pemberian
antibiotik, e+aluasi dantindakan lebih lan/ut harus dilakukan
0
3ika kondisi sepsis membutuhkan tindakanmedis lebih lan/ut, maka
inter+ensi pembedahan dan persalinan dapat dilakukan (:abel 0 dan
6)
$
abel 4. Indikasi untuk Inter5ensi Pembedahan dalam Pengelolaan Sepsis &erat

Kolesistis dengan obstruksi kantung empedu

2ankreatitis
necrotizing

Abses perinefrik

Apendisitis akut

*atu gin/al obstruktif

Mikroabses uterin.gangrene gas

Infark usus

asiitis
necrotizing

Daerah episiotomi terinfeksi


Sumber/ Sibai, 0122
abel 6. Indikasi untuk Inter5ensi Persalinan dalam Pengelolaan Sepsis Maternal

Kolesistis dengan obstuksi kantung empedu5 I n f e k s i i n t r a u t e r i n 5

Disseminated (ntravascular "oagulation


(DI=)5 * a h a y a f u n g s i k a r d i o p u l m o n a r i k a re n a g a n g g u a n
a i r a n peritoneal dan. atau besar uterus

Sindrom kompartemen

!idramnion

Kehamilan multfetus5 * a r o t r a u m a .
Acute respiratory distress syndrome
(ARDS) berat

3anin5 K e m a t i a n / a n i n 5 < s i a ke h a m i l a n b e r k a i t a n
d e n g a n re n d a h n y a m o r b i d i t a s . mortalitas neonatus
Sumber/ Sibai, 0122
K2SIMP7A+8

Sepsis dapat menyebabkan morbiditas dan kematian yang


epat pada9anita hamil

Selalu urigai sepsis pada semua 9anita hamil sakit sampai


terbuktisebaliknya

2enggunaan form obser+asi deteksi dini harus direkomendasikan


untuk semua 9anita hamil di rumah sakit

2emberian antibiotik spektrum luas sedini mungkin

Fibatkan bagian "bstetri, Ginekologi, Mikrobiologi dan :im


dokter Ointensi+e areL dari a9a

SEPSIS PUERPERALIS

1 Definisi
Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali
mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali pra
hamil dan berlangsung kira kira 6 8 minggu2 .
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah
6 minggu (42 hari) untuk kembalinya alat alat reproduksi pada keadaan
normal atau keadaan sebelum hamil3 .
Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi
minggu minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil4 .
Nifas dibagi dalam 3 periode2 :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.

2 Fisiologi
# Involusi Alat-alat Kandungan

(1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga


akhirnya kembali seperti sebelum hamil 2. Segera setelah plasenta lahir
tinggi fundus uteri kira kira sepusat. Korpusi uteri sekarang sebagian
besar merupakan miometrium yang dIbungkus serosa dan dilapisidesidua.
Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing masing 4
5 cm. Karena adanya kontraksi rahim pembuluh darah tertekan sehingga
terjadi Iskemic. Selama 2 hari berikut uterus masih tetap pada ukuran
yang sama dan 2 minggu kemudian telah turun kerongga panggul dan
tidak dapat diraba diatas syimpisis dan mencapai ukuran normal dalam
waktu 4 minggu5 .
Setelah persalinan uterus seberat kurang lebih 1 kg. karena involusi
1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhirnya minggu
kedua menjadi 300 gram dan segera sesudahnya menjadi 100 gram.
Jumlah sel sel otot tidak berkurang banyak hanya ukuran selnya yang
berubah5 .
Setelah 2 hari persalinan desidua yang terringgal di uterus
berdiferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik,
terkelupas keluar bersama lochea dan lapisan basalis tetap utuh menjadi
sumber
pembentukan
endrometrium
baru.
Proses
regenerasi
endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh
endometrium pulih kembali dalam minggu ke-35.
(2) Bekas implantasi uri : Segera setelah persalinan, tempat plasenta
terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah
kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama
atau sekurangnya mendekati sebelum hamil. 5 Placental bed mengecil
karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjasi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan
akhirnya pulih2.
(3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari2.
(4) Rasa sakit, yang disebut after pain, (merian atau mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimules2.
(5) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa verniks


kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
Lochiostasis : lochia tidak lancar keluarnya.
(6) Serviks : Seviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis,
kolaps dan kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks sempit, serviks
menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.Miometrium segmen
bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tapi tidak sekuat korpus
uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi istmus
uteri yang hampir tidak dapat dilihat5.
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman.Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah
7 hari hanya dapat dilalui 1 jari2.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong berdinding
lunak yang ukurannya secara perlahan mengucil. Rugaeterlihat kembali
pada minggu ketiga. Himen muncul sebagai potongan jaringan yang
disebut carunclae mirtiformis5.
(7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia
melakukan berkusuk atau berurut , di mana sewaktu dikusuk tekanan
intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamenta,
fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk/urut,
banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan
gimnastik pasca persalinan2.
3 Sepsis Puerperalis

1.
2.
3.
4.

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal2.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas2.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu
persalinan dan nifas.Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh
sebab apapun2.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain
didalam darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu
peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation
Respon Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS4 :
Suhu >380C atau <36 C
Denyut jantung >90 x permenit
Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg
Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel imatur (band)
4 Epidemiologi
Secara
keseluruhan angka insiden
dan
prevalensi
infeksi
postpartum di Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh
Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4%
daripersalinan sesar mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi
postpartum secara keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang
hampir setengah dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4%
dari persalinan sesar). Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama
menyumbang 5% dari persalinan vagina6.
Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang
berhubungan dengan infeksi postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar
0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup6.
Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan
oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan
tersebut adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut kehamilan
yang menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko
infeksi saluran kemih postpartum meningkat dalam African American,
Native American, dan populasi Hispanik6.
5 Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang
terjadi, pernah dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus
hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang

1.

2.

3.

4.

pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir. Gorback
mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan
lahir ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum
ketuban pecah. Kuman anaerob adalah coccus gram positif
( Peptostreptococus, Peptococus, Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman
aerob adalah bermacam gram positif dan E.colli5 :
Selain itu infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini merupakan
sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain) 5
Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum.
Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan
orang yang terlihat sehat5
E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius5.
Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis5.
Table 1. Bacteria Commonly Responsible for Female Genital
Infections

Aerobes
Group A, B, and D streptococci
Enterococcus
Gram-negative
bacteriaEscherichia
Klebsiella, andProteus species

coli,

Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Gardnerella vaginalis
Anaerobes
Peptococcus species
Peptostreptococcus species
Bacteroides fragilis group
Prevotella species
Clostridium species
Fusobacterium species
Mobiluncus species
Other
Mycoplasma species
Chlamydia trachomatis
Neisseria gonorrhoeae
Sumber : . Puerperal Infection dalam Williams Obstetrics twenty-second
edition4
Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan
antara beberapa macam bakteri.Bakteri tersebut bisa endogen atau
eksogen.
Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa
menimbulkan bahaya (misal, beberapa jenis stretopkokus dan
stafilokokus, E. Coli, Clostridium welchii).Bahkan jika teknik steril sudah

digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri


endogen.
Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan
infeksi jika5,7 :
Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrumen pemeriksaan pelvic
Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi, atau
jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau setelah
persalinan macet)
Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.
Bakteri eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus,
Clostridium
tetani,
dsb).
5,7
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina :

melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril

melalui substansi / benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal,


ramuan / jamu, minyak, kain)

melalui aktivitas seksual.


Di tempat tempat di mana penyakit menular seksual (PMS) (misal,
gonorrhea dan infeksi klamidial) merupakan kejadian yang biasa, penyakit
tersebut merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi uterus. Jika
seorang ibu terkena PMS selama kehamilan dan tidak diobati, bakteri
penyebab PMS itu akan tetap berada di vagina dan bisa menyebabkan
infeksi uterus setelah persalinan5,7.
Faktor Predisposisi yang penting pada waktu nifas adalah5,7 :
1.
Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita seperti
perdarahan banyak, pre-eklampsia, juga adanya infeksi lain seperti
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2.
Partus lama terutama ketuban pecah lama
3.
Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
4.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
5.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
bekas luka dengan diameter 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyakknya vena yang tertutup trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik bagi tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenisjenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan dalam persalinan begitu juga pulva, vagina, dan perineum,
yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman patogen, proses
radang dapat terjadi terbatas pada luka tersebut atau dapat menyebar
keluar luka asalnya.

1.

2.

3.

4.
5.

6 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut5,7 :
Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung tangan pada
pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina
kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-alat lain
yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kumankuman.
Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantupembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja
dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan penderita infeksi
saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk, kain-kain dan
alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting
terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban.
Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan.Infeksi intrapartum biasanya terjadi
pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa
kali dilakukan pemeriksaan dalam.Gejala-gejala ialah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula.Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.
Patogenesis Sepsis
Sebagian besar penderita menunjukkan fokal infeksi sebagai sumber
bakterimia, hal ini disebut sebagai bakterimia sekunder, sepsis gram
Negatif merupakan komensal normal dalam saluran gastrointestinal, dan
kemudian menyebar ke dalam struktur yang berdekatan, seperti pada
peritonitis setelah perforasi apendical, atau bisa berpindah dari perineum
ke ureter atau kandung kemih. Selain itu sepsis gram negatif focus
primernya bisa berasal dari gastrointestinal. Sepsis gram positif biasanya
timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga bisa berasal dari luka
terbuka misalnya luka bakar8.
Inflamasi sebagai tanggapan dari tubuh terhadap berbagai macam
stimulasi imunogen dari luar. Inflamasi sebenarnya merupakan upaya
tubuh untuk menghilangkan dan eradikasi organisme penyebab, berbagai
jenis sel akan teraktivasi dan memproduksi berbagai jenis mediator

inflamasi termasuk berbagai jenis sitikon. Mediator inflamasi sangat


komplek karena melibatkan banyak sel dan mediator yang dapat
mempengarui satu sama lain8.
Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri dalam sepsis.
Masih banyak faktor lain ( non sitokin) yang sangat berperan dalam
menentukan perjalanan penyakit. Respon tubuh terhadap suatu patogen
melibatkan bermacam-macam komponen sistem imun dan berbagai
macam sitokin baik itu yang bersifat pro inflamasi maupun yang bersifat
anti inflamasi. Termasuk sitokin pro inflamasi TNF, IL-1, interferon yang
bekerja membantu sel menghancurkan IL-1 reseptor antagonis (IL1-1ra),
IL-4 IL-10 yang bertugas memodulasi, koordinasi atau represi terhadap
respon yang berlebihan. Apabila keseimbangan kerja antara pro inflamasi
dengan antiinflamasi tidak tercapai dengan sempuna maka dapat
menimbulkan kerugian bagi tubuh8,9,10.
Penyebab sepsis dan syok septik yang paling banyak berasal dari
stimulasi sitokin, baik dari stimulasi toksin, baik dari endotoksin gram (-),
maupun endo toksin gram (+). Endotoksin dapat secara langsung dengan
LPS dan bersama-sama dengan perantaraan reseptor CD14+ akan
bereaksi dengan makrofag dan makrofag akan meng ekspresikan
imunodulator diatas hanya dapat terjadi pada bakteri, apat terjadi pada
rangsangan endotoksik, eksotoksik, virus, dan parasit, maka mekanisme
tersebut diatas masih urang lengkap dan tidak dapat menerangkan
mekanisme sepsis dalam arti keseluruhan, oleh karena konsep tersebut
tidak menerangkan peranan limfosit T dalam keadaan sepsis dan
terjadinya syok septik9.
Di indonesia dan negara berkembang lainnya sepsis tidak hanya
disebabkan oleh bakteri gram negatif saja, tetapi juga disebabkan oleh
bakteri gram positif yang mengeluarkan eksotoksin. Eksotoksin, virus, dan
parasit, yang dapat berperan sebagai superantigen setelah di fagosit oleh
monosit atau ditampilkan sebagai APC( Antigen Presenting Sell). Antigen
ini membawa muatan poli peptida spesifik yang berasal dari major
Histocompatibility Complex. Antigen yang bermuatan peptida MCH kelasII
akan berikatan dengan CD4+ ( Limposit TH1 dan TH2) dengan perantara
TCR( T Cell Reseptor)10.
Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limfosit T
akan mengeluarkan terhadap sepsis maka limfosit T akan mengeluarkan
subtansi Th1 yang berfungsi sebagai imunodulator yaitu : IFN Gamma,
IL-2, dan M-CSF ( Makofag Coloni Stimulating Factor). Limfosit TH2 akan
mensekresikan Il-4, IL-5, IL-6 dan IL-10, IFN-Gamma merangsang
makrofag mengeluarkan IL -1 beta dan THP =alfa, IFN-G IL -10, IL-1 beta
dan TNF-alfa berkorelasi dalam keparahan penyakit dalam kematian,

tetapi ternyata sitokin IL-2 dan TNF-alfa selain merupakan seaksi terhadap
sepsis dapat pula merusakkan endotel permukaan darah yang
mekanismenya sampai dengan saat ini masih belum jelas. IL-1 beta
sebagai ekspresi interselular adhesi molekuler-1. dengan adanya
macrofag koloni stemulating factor akan mudah mengadakan adhesi.
Interaksi endotel dengan neutrofil terdiri dari tiga langkah, yaitu 1.
bergulirnya meutrofil P dan E-selektin yang dikeluarkan oleh endotel dan
L- selektin neutrofil dalam mengikat ligan respektif. merupakan langkah
yang sangat penting adhesi dan aktivasi neutrofil yang mengikat
intergetrin CD-11 atau CD-18 yang melekatkan neutrofil pada endotel
dengan molekul adhesi (ICAM) yang dihasilkan oleh endotel . 3.
transmigrasi meutrofil menembus dinding endotel9,10.
Neutrofil yang beradhesi dengan endotel mengeluarkan lisosim yang
akan menyebabkan dinding endotel lisis, akibatnya endotel terbuka.
Neutrofil juga membawa superoksidan yang termasuk dalam radikal
bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria dan siklus
GMPs. Akibat dari proses tersebut endotel menjadi nekrosis, sehingga
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, ternyata kerusakan endotel
pembuluh darah tesebut akan mengakibatkan kerusakan organ multiple
sesuai dengan pendapat Bone bahwa kelainan organik multiple tidak
disebabkan oleh infeksi tetapi akibat inflamasi sistemik dengan sitokin
sebagai mediator. Pendapat tersebut diperkuat oleh Cohen bahwa
kelainan organ multiple disebabkan karena trombosis dan koagulasi dalam
pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik yang berakhir dengan
kematian9,10.
7 Klasifikasi
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan
endometrium4
Vulvitis4,5
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
Vaginitis4,5
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah

ulkus.Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal


terbatas.
Servisitis4,5
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
Endometritis4,5
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
2. Penyebaran dari ke empat tempat tersebut melalui vena-vena, pembuluh
limfe, dan melalui permukaan endomertium4.

Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah


Septikemia dan Piemia4
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman
yang sangat pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian
karena infeksi nifas4.
Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung
masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.Adanya
septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah.Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena
diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.Tromboflebitis ini
menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii
(tromboflebitis pelvika).Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil
yang mengandung kuman-kuman dilepaskan.Tiap kali dilepaskan,
embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah
ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan
sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat
tersebut.Keadaan ini dinamakan piemia7.
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain
Peritonitis4,5
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau

melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang


menyebabkan parametritis ( sellulitis pelvika).
Parametritis (sellulitis pelvika)4,5
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis
pelvika4,5.
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni 4:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai
kedasar ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
Penyebaran melalui permukaan endometrium
Salpingitis, ooforitis4
Kadang-kadang walaupun jarang, infeksi yang menjalar ketuba
Fallopii, malahan ke ovarium.

2.8 Gambaran Klinis


1.Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan
kadang-kadang perih bila kencing.Bilamana getah radang bisa keluar,
biasanya keadaannya tidak berat suhu sekitar 38 C, dan nadi dibawah
100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang
tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40C dengan kadangkadang disertai menggigil4,5.
2. Endometritis
Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada
perabaan, dan lembek. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi
cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan
dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia
pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau 4,5.
3.Septikemia dan Piemia
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai dengan menggigil.Selanjutnya, suhu berkisar antara 3940C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140160/menit atau lebih).Penderita dapat meninggal dalam 6-7 hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada
piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri

dan suhu agak meningkat.Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum dengan


suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus
memasuki peredaran darah umum. Satu cirri khusus pada piemia ialah
bahwa berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai dengan
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu4,5.
4.Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika.Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas
pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan
umum tetap baik.Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat
pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi tinggi,
nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire.
Muka penderita yang mulanya kemerah-merahan, menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica4,5,7.
5.Sellulitis Pelvika
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas.Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai
dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam,
hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
dapat meluas keberbagai jurusan.Ditengah-tengah jaringan yang
meradang itu bisa tumbuh abses. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan
perut
nyeri4,5,7.
6.Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvioperitonitis4,5.
9 Diagnosa
Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas
pada tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau
menjalar keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas
diluar port de entery tampaknya sakit , suhu akan meningkat dengan
kadang kadang disertai mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih
banyak1,4,5.
Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil
getah dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang

tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan1,4,5.
10 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan,
keterampilan dan prioritas.Penekanan terletak pada pentingnya bekerja
dengan cepat dan menurut. Prioritas dalam mengelola sepsis nifas
adalah2,5:
a. menilai kondisi pasien
b. memulihkan pasien
c. mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi
d. mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
e. memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus
dilakukan pertama atau sebelum hal lainnya.
Manajemen Umum Sepsis Puerperalis2,3,5
1. Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam
pemberian pelayanan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah
penyebaran infeksi pada pasien lain dan bayinya.
2.
Pemberian antibiotik7,8,9
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48
jam, dan kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c. metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas,
dokter akan mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang
lebih tinggi mungkin diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah
diberikan antibiotik IV.Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan
ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan
tetanus toksoid.
Memberikan banyak cairan3,5
Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi,
membantu menurunkan demam dan mengobati shock.Pada kasus yang
parah, maka perlu diberikan cairan infus.Jika pasien sadar bisa diberikan
cairan oral.
3.

Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan3,5


Fragmen plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis
nifas. Pada rahim, jika terdapat lokhia berlebihan,berbau busuk dan
mengandung gumpalan darah, eksplorasi rahim untuk mengeluarkan
gumpalan dan potongan besar jaringan plasenta akan diperlukan. Tang
Ovum dapat digunakan, jika diperlukan.
4.

Keterampilan dalam perawatan kebidanan3,5


Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan
untuk membantu penyembuhannya. Berikut aspek perawatan yang
penting:
-Istirahat
-standar kebersihan yang tinggi, terutama perawatan perineum dan vulva
-antipiretik dan / atau spon hangat mungkin diperlukan jika demam
sangat tinggi
-monitor tanda-tanda vital, lokhia, kontraksi rahim, involusi, urin output,
dan mengukur asupan dan keluaran
-membuat catatan akurat
-mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang.
5.

Perawatan bayi baru lahir3,5


Kecuali ibu sangat sakit, bayi baru lahir bisa tinggal
dengannya.Namun, tindakan pencegahan diperlukan untuk mencegah
infeksi dari ibu ke bayi.Pengamatan sangat penting untuk mengenali
tanda-tanda awal infeksi, karena infeksi pada neonatus dapat menjadi
penyebab utama kematian neonatal. Hal yang perlu diperhatikan :
-Mencuci tangan : jika ibu cukup baik kondisinya, penting untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi baru lahir
-Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat
sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri
dalam perawatan bayi baru lahir.
-Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh ibu,
saudara dekat mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup
baik. Namun, harus ditekankan bahwa karena bayi yang baru lahir juga
berisiko dalam mengembangkan infeksi.
6.

7.
Manajemen lebih lanjut3,5
Jika tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata,
laparotomi akan dilakukan untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik
dan sepsis, mungkin diperlukan histerektomi subtotal.

11 Komplikasi4,7

Sindroma distres pernafasan dewasa


Koagulasi intravascular diseminata
Gagal Ginjal akut
Perdarahan usus
Gagal hati
Disfungsi SSP
Gagal jantung
Kematian
12 Pencegahan
-Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan3,5.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi5.

-Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam
kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alatalat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan3,5.
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis
segera setelah keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut7,8:
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam

Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan


dengan operasi caesar, berikan metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam.
Antibiotik diteruskan sampai pasien bebas demam selama 48 jam7,8.
-Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir.Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda
infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas
sehat3,5.

13 Prognosis
Menurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat
dengan mortalitas tinggi dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum.
Piemia menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya
berlangsung lebih lama. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya
kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses
memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya2,3,5.

Anda mungkin juga menyukai