Latar Belakang
Tujuan
1.
Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
2.
Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus di mana terdapat
dua atau lebih dan hal hal berikut ini :
1.
Nyeri pelvik;
2.
Demam 38,5C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja;
3.
4.
5.
Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub
involusio uteri).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.
B.
Fisiologi
Sepsis Puerperalis
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun
Etiologi Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
D.
Epidemiologi
E.
Etiologi
Presdiposisi
3.
Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan
lahir
4.
5.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
bekas luka dengan diameter 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyakknya vena yang tertutup trombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik bagi tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenisjenis yang patogen dalam tubuh wanita.Serviks sering mengalami
perlukaan dalam persalinan begitu juga pulva, vagina, dan perineum,
yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman patogen, proses
radang dapat terjadi terbatas pada luka tersebut atau dapat menyebar
keluar luka asalnya.
G.
Patofisiologi
3.
Sisi plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu.Hanya panjang
vagina (9-10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dari
lingkungan luar.Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup direktum
(seperti E.coli) dapat dengan mudah pindah kedalam vagina dan
kemudian menuju uterus.Disini bakteri menjadi bahaya atau patogenik
karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
4.
Selama pelahiran,area serviks ibu,vagina,atau area perineumnya
mungkin robek atau diepisiotomi.area jariangan yang terluka ini rentan
terhadap infeksi,terutama jika teknik steril pada persalinan tidak
digunakan.Infeksi biasanya terlokalisasi,tetapi pada kasus-kasus berat
infeksi ini dapat menyebar ke jaringan dibawah
H.
Klasifikasi
Vulvitis
3.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
4.
Vaginitis
5.
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus.Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
6.
Servisitis
7.
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
8.
Endometritis
9.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
I.
Penatalaksanaan
2.
memulihkan pasien
3.
4.
mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
5.
memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus
dilakukan pertama atau sebelum hal lainnya.
J.
2.
3.
4.
Ambil spesimen untuk memeriksa organisme penyebab dan pastikan
dianosis,dan
5.
K.
1.
2.
3.
4.
Perdarahan usus
5.
Gagal hati
6.
Disfungsi SSP
7.
Gagal jantung
8.
Kematian
Penanganan Komplikasi
1.
Peritonitas
b.
Mulai dengan antibiotik seperti: benzil penisilin ditambah dengan
gentamisin dan metronidazol,cairan 4 dan analgesik (seperti petidin 50100 mg secara IM setiap 6 jam).
c.
Jika tersedia, pasang selang nasogastrik ( NGT) dan aspirasikan isi
lambung.
d.
Pastikan bahwa ibu segera di bawa ketingkat rujukan yang lebih
tinggi yang memiliki pertolongan medis/ beda terampil.
2.
Demam
b.
Nyeri bilateral
c.
Diagnosa parametritis :
a.
Demam
b.
c.
Septikemia
Demam
b.
Menggil
c.
d.
Penatalaksanaannya :
Mulai dengan antibiotik,misalnya benzilpenisilin tambah gentamisin dan
metronidazol. Segera rujuk ibu ke rumah sakit bila perlu dipertimbangkan
untuk memberikan heparin jika diduga terjadi disseninatet intravascular
coagulation.
4.
Abses
Diagnosa :
Masa yang menonjol dan berfluktuasi pada pemeriksaan vagina, nyeri
yang hebat dan nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun diberikan
antibiotik
Penatalaksaannya :
Rujuk ibu ke rumah sakit untuk kolpotomi posterior ( insisi bedah kedalam
dinding posterior vagina).laparatomi untuk abses di abdomen.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Meskipun banyak patologi yang terjadi selama masa nifas, hanya sedikit
yang merupakan ancaman serius bagi jiwa.Selama ini perdarahan
pascapersalinan merupakan kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan system rujukan dalam dua decade maka infeksi
lebih menonjol dari penyebab kematian dan morbiditas ibu. Patologi yang
sering terjadi pada masa nifas adalah:
1.
Infeksi nifas
2.
3.
4.
Hari/Tanggal
/ Jam
No
.
DX
Implementasi/ Tindakan
keperawatan
Respon HasilParaf
Rabu, 29-072011
Mengkaji fungsi
pernapasan:auskultasi
bunyinapas,serta
kondisinya,juga tanda vital
Memberikan posisi
yangnyaman bagi klien
(semi fowler)
Memberikan pakaian
longgar,sertamenyerap
keringat
Membantu melakukan
tindakansuctionbilaada
sekresi tertahan
Kolaborasi dengan
dokterdalampemberian
cairaninfusaminoplasma
dan ventilator
Suara napas rochi dan
wheezing,
RR : 26 x/menit
Klien tampak nyaman
dengan posisi yang
diberikan
Klien tampak nyaman
denganpakaianyang
diberikan
Sudah dilakukan
tindakansuctionsetiap
ada sekresi tertahan
Klien mendapatkan
cairaninfusberupa
aminoplasma1 fls dan
ventilator
Rabu, 29-06-
2011
10:00
II
Mencuci tangan
sebelumdansesudah
merawat luka
Melakukan
penggantianposisi
sesering mungkin
Menggunakan tehnik
sterilpadawaktu
penggantianbalutan/
penghisapan
Berkolaborasi dengan
dokterdalampemberian
antibiotik
Sudah dilakukan baik
cuci tangan sebelum dan
sesudah Tindakan
Klien tampak merasa
nyamandenganposisi
yang diberikan
Tehnik sterilisasi
telahdilakukanpada
waktupenggunaan
balutan/ penghisapan
Klien mendapatkan
obatberupacairaninfus
yaitu levofloxacim 1 fls
35
E.EVALUASI
Hari/Tgl/
Jam
No
.
DX
Catatan Perkembangan/ EvaluasiParaf
Kamis, 3006-2011
10:00
IS :
-Keluarga klien mengatakan gangguan dalam bernafas
dapat berkurang
O:
-Pemeriksaan fisik dada (thorak) : auskultasi : Bunyi
vesikuler
-Klien tampak nyaman dengan posisi yang diberikan
-Pernafasan tampak kembali normal dengan RR : 18
x/menit
-Klien mendapatkan obat berupa cairan infus
aminoplasma 1 fls dan Ventilator
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
Pasien pulang
Kamis, 3006-2011
10:15
IIS :
O:
-Sudah dilakukan baik cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
-Klien tampak merasa nyaman dengan posisi yang
diberikan
-Sudah dilakukan tehnik steril pada waktu penggunaan
balutan/ penghisapan
-Klien mendapat obat berupa cairan infus yaitu
levofloxacim 1 fls
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
Pasien pulang
tipis, kolaps dan kendur setelah kala III persalinan. Mulut serviks sempit,
serviks menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.Miometrium
segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tapi tidak sekuat
korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi istmus
uteri yang hampir tidak dapat dilihat
(7) Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia
melakukan berkusuk atau berurut , di mana sewaktu dikusuk tekanan
intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamenta,
fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk/urut,
banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
3 Sepsis Puerperalis
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal2.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas2.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun
4 Epidemiologi
Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di
Amerika Serikatadalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada
tahun 2001, 5,5% persalinanvagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah
dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4%
dari persalinan sesar).
5 Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi,
pernah dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus
hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang
pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir. Gorback
mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan
lahir ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum
ketuban pecah.
6 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1.
Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung
tangan pada pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan
dan alat-alat lain yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
2.
Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter
atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas
yang bekerja dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan
penderita infeksi saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3.
Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen,
berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kumankuman ini bisa dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk,
kain-kain dan alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4.
Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab
penting terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya
ketuban.
7 Klasifikasi
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan
endometrium
Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
8 Penatalaksanaan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali pra hamil dan
berlangsung kira kira 6 8 minggu.
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah 6
minggu (42 hari) untuk kembalinya alat alat reproduksi pada keadaan
normal atau keadaan sebelum hamil.
Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi
minggu minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
naik antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda
dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi.
Hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan
dan nifas.Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam
darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan
yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation Respon
Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS.
1.
2.
3.
4.
B. RUMUSAN MASALAH
b.
c.
d.
e.
f.
C.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang diakibatkan oleh sepsis
puerperalis
5.
6.
D.
MANFAAT
Agar pembaca dapat mengetahui apa itu Sepsis puerperalis beserta tanda
dan gejalanya, serta cara pencegahan dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
B.
EPIDEMIOLOGI
C.
Tanda dan gejala sepsis puerperalis antara lain malaise, sakit kepala,
anoreksia, dan sedikit peningkatan suhu secara remiten, serta
peningkatan denyut nadi, biasanya mulai 3-4 hari setelah melahirkan
dapat diikuti oleh masa tidak nyaman yang samar di perineum atau
abdomen bagina bawah, dan mual serta muntah. Sering kali Lochia
menjadi berbau busuk.Demam tinggi (demam nifas), nadi cepat, rasa
sakit setempat, dan nyeri tekan pada pelvis dapat diamati selama satu
sampai dua hari berikutnya.Dapat terjadi syok bakteremia.
D.
KOMPLIKASI
Perdarahan usus
Gagal hati
Disfungsi SSP
Gagal jantung
Kematian
E.
DIAGNOSA BANDING
Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas pada
tempat-tempat masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar
keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar port
de entery tampaknya sakit , suhu akan meningkat dengan kadang
kadang disertai mengigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah
dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang
tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan
F.
PENCEGAHAN
-Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya.Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
- Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam
kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alatalat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis segera
setelah keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut.
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan dengan
operasi caesar, berikan metronidazol IV 500 mg tiap 8 jam.Antibiotik
diteruskan sampai pasien bebas demam selama 48 jam.
Selama nifas
G.
PENGOBATAN
Manajemen Umum Sepsis Puerperalis:
2. Pemberian antibiotik
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48
jam, dan kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c.
Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas, dokter
akan mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang lebih
tinggi mungkin diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah
diberikan antibiotik IV.Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan
ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan
tetanus toksoid.
parah, maka perlu diberikan cairan infus.Jika pasien sadar bisa diberikan
cairan oral.
- Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat
sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri
dalam perawatan bayi baru lahir.
- Ibu sangat sakit: jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh
ibu, saudara dekat mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup
baik. Namun, harus ditekankan bahwa karena bayi yang baru lahir juga
berisiko dalam mengembangkan infeksi.
7.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus.Infeksi traktus
genitalia umumnya berkembang dari endometritis menjadi
endomiometritis, menjadi selulitis pelvis dan peritonitis atau
tromboflebitis pelvis septik.
Sepsis puerperalis dapat dipengaruhi oleh masa kehamilan, persalinan
dan mas nifas. Dan pada dasarnya terjadi saat masa post partum (nifas).
B.
SARAN
menolong partus juga perlu diperhatikan, agar menghindari kemungkinankemungkinan terjadinya maslah-masalah pada persalinan.
PRASYARAT
1.
System berjalan dengan baik agar ibu mendapat pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan,
baik di rumah, dipuskesmas,, ataupun rumah sakit
2.
Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas,
termasuk penyebab, pencegahan, pengenalan, dan penanganan dengan
tepat sepsis puerperalis
3.
Tersedia peralatan/ perlengkapan penting : sabun, air bersih yang
mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntuik sekali
pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan
bersih DTT/ steril
4.
Tersedia obat-obatan penting : cairan infus RL dan antibiotika. Juga
tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai
5.
6.
System rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan
baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan
PROSES
Bidan harus :
1.
Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2
atau lebih gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban
mulai hari ke 2 ( 2 kali 24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
-
2.
3.
Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada
terhadaptanda/ gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika
menemukannya
4.
Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk
mencari sumber infeksi ( mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk
infeksi kronis )
5.
Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat
perdarahan pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum
berlubang besar 16 atau 18 G, rujuklah ibu segera ke RS. ( ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta )
6.
Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok ( suhu
38 C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri
cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk biu ke RS.
7.
Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk,
berikan antibiotika ( misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral
setiap 6 jam, ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari )
8.
Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota
keluarga lainnya sampai infeksi teratasi
9.
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/
bayi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,
terutama untuk ibu nifas atau bayi lain
11. Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri,
penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati
( sebaiknya dibakar), jika tidak ada pembalut steril, maka dapat
digunakan kain yang telah dijemur sampai kering )
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi
baik, dan banyak minum bagi ibu
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI ( namun demikian, bayi
memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi
)
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam
24 jam segera rujuk ke RS
16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang
didiskusikan di standar 21
I.PENDAHULUAN
1.Standar Kompetensi : Mampu memberikan perawatan yang tepat sesuai
dan membuat keputusan keputusan klinis berdasarkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan kepada ibu yang mengalami komplikasi
selama kehamilan dan persalinan
Kompetensi Dasar :
2.Deskripsi
Setiap tahun ada sekitar 200.000 juta ibu hamil dinegara berkembang
lebih dari 500.000 diantaranya akan meninggal karena penyebab yang
berhubungan dengan kehamilan dan jutaan lainnya akan menderita
komplikasi yang cukup signifikan akibat kehamilan .Selain itu tujuh juta
kematian perinatal terjadi akibat masalah kesehatan ibu.
3.Waktu
10 14 hari
4.Prasayarat
Mengukur tekanan
persalinan normal,
Mengukur tekanan
persalinan normal,
II.PEMBELAJARAN
1.Pembelajaran 1
Tujuan : Peserta Didik mampu memahami bagaimana sepsis puerperalis
dapat terjadi dan bahaya yang ditimbulkannya. Peserta didik mampu
memahami pentingnya diagnose dan penatalaksanaan yang segera untuk
menyelamatkan kehidupan.
Objektif
Setelah menyelesaikan sesi 1, peserta didik diharapkan mampu :
1.
Mendefinisikan sepsis puerperalis dan memberikan contoh contoh
bakteri yang bias menyebabkan terjadinya hal itu
2.
3.
Menjelaskan bagaiamana bakteri endogen dapat menjadi
berbnahaya dan bagaimana bakteri eksogen dapat masuk kedalam vagina
RENCANA
Kuliah, diskusi (1 jam)
Kunjungan masyarakat dan kunjungan rumah sakit/fasilitas kesehatan
untuk memeriksa catatan (1/2 hari)
2.Uraian Materi
Jelaskan bahwa salah satu penyebab utama kematian ibu, sepsis
puerperalis, menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di
Negara berkembang.Jika tidak menyebabkan kematian, sepsis puerperlais
dapat menyebabkan masalah masalah kesehatan menahun seperti
penyakit radang panggul kronis (PID) dan infertilitas.
Sangat penting bagi bidan untuk mampu mencegah sepsis puerperalis
dan melakukan tindakan yang segera jika sespsis ini terjadi.
Bagian pertama sesi ini meliputi pengajaran tentang sepsis puerperalis
dan cara terjadinya. Kemudian rencanakan kunjungan masyarakat untuk
menyelidiki angka kejadian sepsis puerperalis didalam masyarakat itu.
Defenisi Sepsis Puerperalis
Bakteri Penyebab
Tanda dan gejala Sepsis Puerperalis
Anda diberikan sebuah contoh. Kerjakan soal diatas dengan cara yang
sama dengn contoh yang diberikan dengan menggunakan lembar kerja
yang disediakan.
Waktu anda untuk bekerja di dalam kelompok adalah 1 jam.Tunjuk
sesorang untuk menjadi ketua kelompok dan seorang lagi untuk
melaporkan kembali.
Contoh:
Sisi Infeksi
Faktor resiko
Mengapa factor ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi
Dapat dihindari
Langkah langkah untuk menghindari kejadian
Infeksi di sisi plasenta
Pecah ketuban yang lama
karena bakteri dapat masuk dari vagina dalam uterus
ya
Masyarakat:
Rujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika rupture terjadi lebih dari
12 jam dan tidak dalam persalinan
Pusat Kesehatan:
Rujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika rupture terjadi lebih dari
12 jam dan tidak dalam persalinan serta berikan antibiotic.
RSUD:
Percepat persalinan dengan oksitosin jika terjadi persalinan macet.Berikan
antibiotik pengganti
LEMBAR KERJA
PENCEGAHAN SEPSIS PUERPERALIS
Sisi infeksi
Factor factor resiko
Mengapa factor ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi
Dapat dihindari
Langkah langkah untuk menghindari kejadian
Sepsis Puerperalis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetilia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan
atau abortus.World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan
hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini
sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Kematian maternal seharusnya tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu
sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan,
pemberian gizi yang memadai, peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan lain-lain, karena
itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Penyebab
kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan
trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Infeksi atau sepsis
puerperalis menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara berkembang,
jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan menahun seperti penyakit radang panggul kronis (Pelvic Inflammatory Disease)
dan infertilitas.
amo i illin g i+. 8 /am gentamy in $ mg.kg**. &6 /am
metronidaEol
$''m g i + . - / a m 2 i l i h a n a n t i b i o t i k l a i n n y a ; e f o t e t a n , e f
o i t i n , e f t i E o i m i n e , piperillin dengan. tanpa taEobatam, dan
ampiillin. sulbatam (unasyn)2 e m b e r i a n a n t i b i o t i k d i l a n / u t k a
n sampai dengan afebris &6 /am Antibiotik s p e k t r u m l u
as lainnya; piperaillin. taEobatam 0,0#$ g i+.
8 / a m a t a u lindamy in 1'' mg i+. - /am
arbapenem, ertapenem atau meropenem g i+.hari, dan
imipenem. ilastatin g i+. 85- /am
.seudomonas aeruginosa
yang resisten terhadap gentami in
dapatd i b e r i k a n a m i k a i n , e f t a E i d i m e , e f e p i m e , m e r
o p e n e m , a t a u tobramisin Strain >nerokokal yang saat
ini resisten dengan
banyak a n t i b i o t i k a d a p a t d i b e r i k a n h l o r a m p e n i o l , d o
k s i y l i n a t a u fluoroNuinolonC
&
$ "bat anti /amur tidak dian/urkan untuk diberikan se ara rutin,
ke uali pada pasien5pasien yang mengalami penurunan imunitas dan k
ondisikondisi tertentu yang memudahkan ter/adinya infeksi /amur dan
dapatdiberikan ampoteriin
* atau flukonasol
3ika demam masih ada dalam #& /am setelah pemberian
antibiotik, e+aluasi dantindakan lebih lan/ut harus dilakukan
0
3ika kondisi sepsis membutuhkan tindakanmedis lebih lan/ut, maka
inter+ensi pembedahan dan persalinan dapat dilakukan (:abel 0 dan
6)
$
abel 4. Indikasi untuk Inter5ensi Pembedahan dalam Pengelolaan Sepsis &erat
2ankreatitis
necrotizing
Abses perinefrik
Apendisitis akut
Infark usus
asiitis
necrotizing
Sindrom kompartemen
!idramnion
Kehamilan multfetus5 * a r o t r a u m a .
Acute respiratory distress syndrome
(ARDS) berat
3anin5 K e m a t i a n / a n i n 5 < s i a ke h a m i l a n b e r k a i t a n
d e n g a n re n d a h n y a m o r b i d i t a s . mortalitas neonatus
Sumber/ Sibai, 0122
K2SIMP7A+8
SEPSIS PUERPERALIS
1 Definisi
Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali
mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali pra
hamil dan berlangsung kira kira 6 8 minggu2 .
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah
6 minggu (42 hari) untuk kembalinya alat alat reproduksi pada keadaan
normal atau keadaan sebelum hamil3 .
Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi
minggu minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil4 .
Nifas dibagi dalam 3 periode2 :
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan, atau tahunan.
2 Fisiologi
# Involusi Alat-alat Kandungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 derajat Celcius oleh karena resorpsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam resorpsi. Hal ini
adalah normal2.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas2.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu
persalinan dan nifas.Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh
sebab apapun2.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain
didalam darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu
peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation
Respon Syndrom ( SIRS) berikut adalah criteria dari SIRS4 :
Suhu >380C atau <36 C
Denyut jantung >90 x permenit
Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg
Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel imatur (band)
4 Epidemiologi
Secara
keseluruhan angka insiden
dan
prevalensi
infeksi
postpartum di Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh
Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4%
daripersalinan sesar mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi
postpartum secara keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang
hampir setengah dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4%
dari persalinan sesar). Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama
menyumbang 5% dari persalinan vagina6.
Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang
berhubungan dengan infeksi postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar
0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup6.
Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan
oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan
tersebut adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut kehamilan
yang menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko
infeksi saluran kemih postpartum meningkat dalam African American,
Native American, dan populasi Hispanik6.
5 Etiologi
Dalam obstetri modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang
terjadi, pernah dilaporkan epidemi yang disebabkan grup A streptoccocus
hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang
1.
2.
3.
4.
pada keadaan normal berada pada usus atau jalan lahir. Gorback
mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan
lahir ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum
ketuban pecah. Kuman anaerob adalah coccus gram positif
( Peptostreptococus, Peptococus, Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman
aerob adalah bermacam gram positif dan E.colli5 :
Selain itu infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini merupakan
sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain) 5
Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum.
Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan
orang yang terlihat sehat5
E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius5.
Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis5.
Table 1. Bacteria Commonly Responsible for Female Genital
Infections
Aerobes
Group A, B, and D streptococci
Enterococcus
Gram-negative
bacteriaEscherichia
Klebsiella, andProteus species
coli,
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Gardnerella vaginalis
Anaerobes
Peptococcus species
Peptostreptococcus species
Bacteroides fragilis group
Prevotella species
Clostridium species
Fusobacterium species
Mobiluncus species
Other
Mycoplasma species
Chlamydia trachomatis
Neisseria gonorrhoeae
Sumber : . Puerperal Infection dalam Williams Obstetrics twenty-second
edition4
Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan
antara beberapa macam bakteri.Bakteri tersebut bisa endogen atau
eksogen.
Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa
menimbulkan bahaya (misal, beberapa jenis stretopkokus dan
stafilokokus, E. Coli, Clostridium welchii).Bahkan jika teknik steril sudah
melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
1.
2.
3.
4.
5.
6 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut5,7 :
Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung tangan pada
pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina
kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-alat lain
yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kumankuman.
Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantupembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja
dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan penderita infeksi
saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk, kain-kain dan
alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting
terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban.
Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan.Infeksi intrapartum biasanya terjadi
pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa
kali dilakukan pemeriksaan dalam.Gejala-gejala ialah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula.Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.
Patogenesis Sepsis
Sebagian besar penderita menunjukkan fokal infeksi sebagai sumber
bakterimia, hal ini disebut sebagai bakterimia sekunder, sepsis gram
Negatif merupakan komensal normal dalam saluran gastrointestinal, dan
kemudian menyebar ke dalam struktur yang berdekatan, seperti pada
peritonitis setelah perforasi apendical, atau bisa berpindah dari perineum
ke ureter atau kandung kemih. Selain itu sepsis gram negatif focus
primernya bisa berasal dari gastrointestinal. Sepsis gram positif biasanya
timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga bisa berasal dari luka
terbuka misalnya luka bakar8.
Inflamasi sebagai tanggapan dari tubuh terhadap berbagai macam
stimulasi imunogen dari luar. Inflamasi sebenarnya merupakan upaya
tubuh untuk menghilangkan dan eradikasi organisme penyebab, berbagai
jenis sel akan teraktivasi dan memproduksi berbagai jenis mediator
tetapi ternyata sitokin IL-2 dan TNF-alfa selain merupakan seaksi terhadap
sepsis dapat pula merusakkan endotel permukaan darah yang
mekanismenya sampai dengan saat ini masih belum jelas. IL-1 beta
sebagai ekspresi interselular adhesi molekuler-1. dengan adanya
macrofag koloni stemulating factor akan mudah mengadakan adhesi.
Interaksi endotel dengan neutrofil terdiri dari tiga langkah, yaitu 1.
bergulirnya meutrofil P dan E-selektin yang dikeluarkan oleh endotel dan
L- selektin neutrofil dalam mengikat ligan respektif. merupakan langkah
yang sangat penting adhesi dan aktivasi neutrofil yang mengikat
intergetrin CD-11 atau CD-18 yang melekatkan neutrofil pada endotel
dengan molekul adhesi (ICAM) yang dihasilkan oleh endotel . 3.
transmigrasi meutrofil menembus dinding endotel9,10.
Neutrofil yang beradhesi dengan endotel mengeluarkan lisosim yang
akan menyebabkan dinding endotel lisis, akibatnya endotel terbuka.
Neutrofil juga membawa superoksidan yang termasuk dalam radikal
bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitokondria dan siklus
GMPs. Akibat dari proses tersebut endotel menjadi nekrosis, sehingga
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, ternyata kerusakan endotel
pembuluh darah tesebut akan mengakibatkan kerusakan organ multiple
sesuai dengan pendapat Bone bahwa kelainan organik multiple tidak
disebabkan oleh infeksi tetapi akibat inflamasi sistemik dengan sitokin
sebagai mediator. Pendapat tersebut diperkuat oleh Cohen bahwa
kelainan organ multiple disebabkan karena trombosis dan koagulasi dalam
pembuluh darah kecil sehingga terjadi syok septik yang berakhir dengan
kematian9,10.
7 Klasifikasi
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan
endometrium4
Vulvitis4,5
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.
Vaginitis4,5
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan1,4,5.
10 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas adalah: kecepatan,
keterampilan dan prioritas.Penekanan terletak pada pentingnya bekerja
dengan cepat dan menurut. Prioritas dalam mengelola sepsis nifas
adalah2,5:
a. menilai kondisi pasien
b. memulihkan pasien
c. mengisolasi sesegera mungkin pasien yang diduga infeksi
d. mengambil spesimen untuk menyelidiki organisme kausatif dan
mengkonfirmasikan diagnosis
e. memulai terapi antibiotik yang sesuai prioritas, ini berarti harus
dilakukan pertama atau sebelum hal lainnya.
Manajemen Umum Sepsis Puerperalis2,3,5
1. Mengisolasi pasien yang diduga terkena sepsis puerpuralis dalam
pemberian pelayanan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mencegah
penyebaran infeksi pada pasien lain dan bayinya.
2.
Pemberian antibiotik7,8,9
Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48
jam, dan kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c. metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Jika demam masih ada 72 jam setelah pemberian antibiotik di atas,
dokter akan mengevaluasi dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat yang
lebih tinggi mungkin diperlukan. Antibiotik oral tidak diperlukan jika telah
diberikan antibiotik IV.Jika ada kemungkinan pasien terkena tetanus dan
ada ketidakpastian tentang sejarah vaksinasi dirinya, perlu diberikan
tetanus toksoid.
Memberikan banyak cairan3,5
Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi,
membantu menurunkan demam dan mengobati shock.Pada kasus yang
parah, maka perlu diberikan cairan infus.Jika pasien sadar bisa diberikan
cairan oral.
3.
7.
Manajemen lebih lanjut3,5
Jika tidak ada perbaikan dengan manajemen umum peritonitis di ata,
laparotomi akan dilakukan untuk mengalirkan nanah. Jika uterus nekrotik
dan sepsis, mungkin diperlukan histerektomi subtotal.
11 Komplikasi4,7
-Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam
kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alatalat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan3,5.
Menyarankan semua wanita hamil untuk mencari bantuan medis
segera setelah keluar lendir darah atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut7,8:
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam
13 Prognosis
Menurut derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat
dengan mortalitas tinggi dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum.
Piemia menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya
berlangsung lebih lama. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya
kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses
memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya2,3,5.