Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

“ASUHAN KEBIDANAN DALAM PERSPEKTIF GENDER”

OLEH :

DYAH FAJARWATI AROFAH (1815401015)

EKA TRIVASYAH PUTRI H. 91815401012)

KAMELIA HERFITA PUTRI (1815401013)

SINTIA MEI LIANA (1815401014)

PRODI D-III KEBIDANAN SEMESTER 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas KESEHATAN REPRODUKSI dalam berperspektif gender.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terimakasih kepada Seluruh
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 1 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................
BAB II ISI
2.1 Definisi Kesehatan reproduksi.............................................
2.2 Definisi Gender………………………………………………….
2.3 Seksualitas……………………………………………………
2.4 Prinsip Asuhan Kebidanan Berperspektif Gender...............

2.5 Pendekatan Asuhan Kebidanan Berperpektif Gender........

2.6 Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi..........................

2.7 Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi......

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ………………………………………………………
SARAN………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

a. Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di
adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender

b. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung
jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan
Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

c. Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara
social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan
sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis
(WHO, 1998).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami angkat yaitu kesehatan reproduksi dalam perspektif
gender. Apakah kalian tau hubungan antara kesehatan reproduksi, seksualitas, dan budaya
yang mempengaruhi gender? Dimakalah ini semuanya akan dibahas, sehingga para
mahasiswa akan mengetahui perbedaan dan pengertian dari kesehatan reproduksi, seksualitas,
dan budaya yang mempengaruhi gender.

1.3 Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini agar mahasiswa mengetahui pengertian dari
budaya yang berpengaruh terhadap gender, isu gender dalam reproduksi, pengertian
seksualitas, bentuk-bentuk ketidak adilan gender, dan lain lain.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kesehatan Reproduksi

Suatu keadaan kesejahteraan fisik mental dan sosial yang utuh,bukan bebas dari penyakit
atau kecacatan.Dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,fungsi serta
prosesnya. ( WHO ,1992 )/UU 36 /2009 PASAL 71 ayat 2.

2.2 Definisi Gender

Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perandan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah
atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh
masyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO
1998)

Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut. :
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran
ini sering pula disebut dengan peran di sector publik.

Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang berkaitan
dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti
mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor
domestik.
Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam
pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.

Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial
. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai
perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis.

Peran Kodrat
Wanita:
1. Menstruasi
2. Mengandung
3. Melahirkan
4. Menyusui dengan air susu ibu
5. Menopause

Pria:
Membuahi sel telur wanita
Peran Gender
1. Mencari nafkah.
2. Memasak.
3. Mengasuh anak.
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan
pekerjaan milik bersama.
6. Dan lain-lain.
2.3 Seksualitas

Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system reproduksi


dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang
adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2).
Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui cirri
fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan(Badan
Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis
melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4)

Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia
seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998)

seksualitas meliputi 5 area yaitu:


1. Sensualitas

Kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh. Umumnya
sensualitas melibatkan panca indera (aroma, rasa,penglihatan, pendengaran,sentuhan) dan
otak (organ yang paling kuat terkait dengan seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memory,
dan pengalaman)

2. Intimasi

Ikatan emosional atau kedekatn dalam relasi interpersonal. Biasanya mengandung


unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang lain, kehangatan,
kedekatan fisik, dan saling menhargai.

3. Identitas

Peran jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender perempuan dan laki-laki
serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas) serta orientasi seksual. Hal ini juga
menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga ia mampu
menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan peran jenis kelaminnya.

4. Lifecycle (lingkaran kehidupan)

Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologi organ
seksual.

5. Exploitation (eksploitasi)

Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekersan seksual,


pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual
2.4 Prinsip Asuhan Kebidanan Berperspektif Gender

1. Berfokus kepada perempuan ( women center care )

Prinsip women centercare adalah penerapan asuhan kbidanan yang melibatkan perempuan
dalam setiap pemberian asuhan dengan cara sebagai berikut :

1. Mendorong perempuan untuk berkontribusi secara aktif dalam proses


kehamilan,persalinan, dan nifas.
2. Mendorong perempuan sebagai pengambil keputusan dalam menentukan kesehatan
reproduksinya termasuk pengambilan keputusan untuk proses kehamilan , persalinan,
nifas, dan menjadi akseptor keluarga berencana.
3. Fokus utama dalam pemberian asuhan adalah dengan cara rosponsif terhadap
kebutuhan perempuan dan bayi.
4. Memahami setiap orang yang diberi asuhan adalah indiviidu yang unik, sehingga
setiap memberikan asuhan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu.

2. Asuhan berkelanjutan ( continu of care )

Asuhan berkelanjutan mempunyai pengertian sebagai berikut

1. Continu of care atau continuum of care life – cycle across adalah dalam pemberian
asuhan kebidanan harus berkesinambungan, yaitu asuhan kebidanan dilakukan pada
daur siklus kesehatan reproduksi perempuan , sesuai dengan ruang lingkup kebidanan
yang di atur dalam keputusan mentri kesehatan pada 1464/2010, termasuk kesehatan
remaja, pra konsepsi, konseling,ANC,INC,PNC, Bayi Baru Lahir,Bayi, dan Anak
Balita, serta kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.
2. Continuum of care pathwayas adalah asuhan kebidanan dilakukan disetiap tatanan
pelayanan kesehatan sesuai system pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
berkelanjutan mulai dari pelayanan plimer,sekunder dan tersier.

3. Asuhan yang berbasis bukti dan memperhatikan keaman pasien( evidence base and
patien safety)
Asuhan kebidanan berbasis bukti adalah pemberian asuhan berdasarkan bukti-bukti tentang
konsep fisiologi dan psikologis kehamilan , persalinan,nifas, dan menyusui, yang merupakan
proses yang alamia atau normal dari kehidupan reproduksi perempuan.
Asuhan ini menggunakan hasil penelitian tentang keaman sebagai acuan dalam proses
pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah dan memperoleh hasil maksimal.
Memberikan prioritas kepada keefektifitas dan efisien asuhan yang normal atau fisiologis
denganseminimal mungkin melakukan tindakan invansif, serta tidak merugikan atau
menyakiti pasien.

2.5 Pendekatan Asuhan Kebidanan Berperpektif Gender

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menerapkan asuhan kebidanan


komunitas berperspektif gender diantaranya yaitu :

1. Pendekatan kemanusiaan ( humanistic )

Pendekatan kemanusiaan adlah pendekatan dengan memanusiakan manusia artinya

1. Asuhan kebidanan dilakukan secara manusiawi , aman, dan nyaman bagi perempuan.
2. Menghargai harkatdan martabat perempuan
3. Menghargai hak-hak perempuan
4. Menjaga prifasi dan kerahasiaan
5. Mengutamakan pendekatan alamia atau fisiologi dan penggunaan teknologgi yang di
sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, mengatur ruang persalinan seperti kamar atau
ruang dirumah ibu sendiri ( naturally setting )

2. Pendekatan menyeluru ( holistic)

Pendekatan secara menyeluru yaitu dalam memberikan asuhan kebidanan tidak hanya
memperhatikan masalah fisik saja, tetapi pemberian asuhan harus dilakukan secara
menyeluruh dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual-kulturan.
3. Pendekatan komprehensif

Pendekatan komprenhensif yaitu pemberian asuhan kebidanan dengan menempatkan


perempuan , janin, dan bayi sebagai satu kesatuan, serta ada peran aktif dari individu yang
diberi asuhan dalam proses persalinan . selain itu, pelayanan kebidanan harus dapat di akses
oleh semua perempuan dengan memperhatikan kebutuhan individu , keluarga, kelompok, dan
masyarakat.

2.6 Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).

1. Kesehatan ibu dan bayi (safe motherhood)


a. Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan. Misalnya : menentukan kapan
hamil dan dimana akan melahirkan.
b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki – laki.
2. Keluarga berencana
a. Kesetaraan perKB yang timpang antara laki – laki dan perempuan.
b. Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metoda kontrasepsi
c. Pengambilan keputusan
d. Ada anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karna kodrat perempuan untuk hamil
dan melahirkan.
3. Kesehatan reproduksi remaja
a. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab.
b. Ketidakadilan dalam aspek hokum
c. Dalam tidakan aborsi ilegal yang terancam adalah perempuan
4. Penyakit menular PMS
a. Perempuan selalu dijadikan obyek intervensi dalam program pemberantasan PMS, walau
laki – laki sebagai konsumen,justru memberikan kontribusi yang besar pada permasalahan
tersebut.
b. Setiap upaya mengurangi praktik prostitusi, perempuan sebagai PSK selalu menjadi obyek
dan tudingan sumber permasalahan, sementara laki – laki mungkin menjadi sumber penularan
tidak pernah diintervensi dan dikoreksi.
2.7 Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi

Dalam upaya menghapus kekerasan terhadap perempuan, berbagai teori dipelajari agar
isu-isu kekerasan terhadap perempuan masih nampak ada di berbagai Negara termasuk
Indonesia dapat dicari alternative atau pendekatan yang sesuai dengan permasalahanya.
Tujuan pengarusutamaan gender adalah memberikan panduan pelaksanaan bagi
penyelenggaraan pembangunan melalui upaya promosi, advokasi, KIE dan fasilitasi agar
dapat mempunyai akses terhadap informasi guna melakukan proses perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian atas kebijaksanaan dan program pembangunan
nasional yang berwawasan gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
· Upaya bidan dalam pengarusutamaan
a. Seorang bidan harus memberdayakan perempuan di aspek kehidupan, terutama pendidikan,
kesehatan, dan akses terhadap sumber daya.
b. Bidan memperkuat kemampuan ditingkat nasional dan regional.
c. Bidan dapat menetapkan tentang keadilan dan kesetaraan gender sebagai tujuan
pembangunan nasional
Sasaran pengarusutamaan gender
a. Sasaran utama : organisasi pemerintah dari pusat sampai ke lapangan yang berperan dalam
membuat kebijakan, program dan kegiatan.
b. Selain itu organisasi swasta, organisasi profesi, keagamaan, dan lain – lain, dimana mereka
sangat dekat dan terjun langsung paling depan berhadapan dengan masyarakat.
Prinsip pengarusutamaan gender
a. Pluralistic, yaitu dengan menerima keragaman budaya .
b. Bukan pendekatan konflik, yaitu menghadapi permasalahkan tidak membedakan antar laki-
laki dan perempuan .
c. Sosialisasi dan advokasi . memperluas informasi bagi masyarakat umum dan melakukan
kegiatan-kegiatan untuk memperkokoh kesetaraan dan keadilan gender .
d. Menjunjung nilai HAM dan demokrasi .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat karena seseorang tersebut
sebagai perempuan atau laki-laki. Perbedaan perempuan dan laki-laki berdasarkan jenis
kelamin, yang dibentuk oleh masyarakat dan lingkungan serta dipengaruhi oleh waktu,
tempat , sosial budaya, system kepercayaan dan situasi politik.
Proses tersebut lama kelamaan menjadi budaya yang berdampak menciptakan perlakuan
diskriminatif terhadap kaum perempuan.Perilaku diskriminasi terhadap perempuan dapat
mengakibatkan berbagai permasalahan terhadap perempuan dan yang akan metimbul
perkosaan, pelecehan seksual, kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan sebagainya. Strategi
untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender di kenal dengan pengarusutamaan gender,
yang merupakan konsep pendekatan baru untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam
segala aspek sosial pembangunan.

3.2 Saran

Untuk tercapainya diskriminasi gender, mayarakat dapat lebih menerima dan terbuka
dengan adanya gender. masyarakat dapat memahami idenya dan dapat memberikan dukungan
yang dibutuhkan. Seorang ayah dan ibu harus memberikan contih yang baik pada anaknya
agar anak memiliki etika yang baik. Orang tua harus pandai memilihkan pendidikan yang
tepat untuk anaknya Memberikan kesadaran pada anak akan pentingnya beretka baik dalam
hubungan berinteraksi sosial
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung. C.V. Wacana Prima, 2009.

Bowo, Tri. 2008. Isu gender dalam kesehatan reproduksi. www.google.com. Visited 22 april
2013

Iqbal, Moh. 2008. Diskriminasi gender. www.google.com. visited 22 april 2013

Nining, R. 2009. Pengertian gender. www.google.com. Visited 22 april 2013

Rahmat, R. 2012. Kesehatan reproduksi. wwwgoogle.com. visited 23 april 2012

Surya, Adi. 2011. Kesehatan reproduksi dalam prespektif gender. www.google.com. Visited 22
april 2013

Anda mungkin juga menyukai