Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

“Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Aktual Masa Nifas ”

Dosen Pembimbing : Melani Asi, S.Si.T, M.Kes

OLEH:

LISDA

(P00312016028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN DIV KEBIDANAN

TINGKAT 2 (A REGULER)

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun diberi kekuatan, kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas yang
berjudul “Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Aktual Masa Nifas”.

Penyusun menyadari bahwa apa yang penyusun sajikan masih jauh dari
kesempurnaan, meskipun pada prinsipnya penyusun telah berupaya semaksimal
mungkin dengan modal pengetahuan dan keterampilan yang dimilki untuk
mewujudkan penulisan ini.

Seiring pula rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penyusun haturkan


kepada dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, yang
terhormat Ibu Melani Asi, S,Si,T, M,Kes selaku Pembimbing mata kuliah ini yang
telah mempercayakan makalah ini ditugaskan kepada penyusun sehingga makalah
ini memberikan penyusun tambahan ilmu pengetahuan baru.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Kendari, 10 Februari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..

A. Latar Belakang……………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

A. Masalah Nyeri………………………………………………………………
B. Masalah Infeksi……………………………………………………………..

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………

A. Kesimpulan………………………………………………………………....
B. Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Pada masa ini
seorang bidan  harus tetap memberikan asuhan kebidanan yang menyeluruh
baik pada ibu maupun bayinya sesuai dengan langkah dalam manajemen 
kebidanan  mengingat angka morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi yang
masih sangat tinggi di masa postpartum ini. Proses manajemen kebidanan
diawali dari mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-data dasar tersebut baik
subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi kemudian diproses menjadi
masalah atau diagnosis khusus. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang terdiri dari diakui dan telah
disyahkan oleh profesi,  berhubungan langsung dengan praktek kebidanan,
memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical judgement dalam praktek
kebidanan dan dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami
kenyataan terhadap diagnosanya. Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada
ibu nifas, biasanya bidan akan menemukan suatu kondisi dari pasien melalui
proses pengkajian yang membutuhkan suatu pelaksanaan tertentu.
Dalam makalah ini akan dijabarkan masalah actual pada masa nifas dan
masalah potensial pada masa nifas.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah berikut ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa sajakah masalah actual uyang terjadi pada masa nifas?
2. Apa sajakah masalah potensial yang dapat terjadi pada masa nifas?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini  memeiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masalah actual yang terjadi pada masa nifas
2. Untuk mengetahui masalah potensial yang dapat terjadi ada masa nifas?

D. Manfaat Penulisan
Dengan diadakannya penulisan makalah ini maka diharapkan akan
memberikan nilai positif yang dapat di ambil, yaitu seperti:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat 
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II.
2. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
perubahan fisiologis pada kala II persalinan.
3. Bagi penulis maupun pembaca dapat lebih memahami mengenai
perubahan fisiologis apa saja yang terjadi pada kala II persalinan dan dapat
melaksanakan asuhan kebidanan pada kala II persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN

MERUMUSKAN DIAGNOSA ATAU MASALAH AKTUAL MASA NIFAS

Berasal dari data – data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data


kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan
diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diidentifikasikan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh. Masalah sering berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi
kenyataan tentang diagnosisnya dan ini seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan
pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang.
Dalam perumusan diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam
beberapa pokok bahasan diantanya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan
perineum, perawatan payudara, masalah asi exclusif , masalah KB, gizi ibu nifas,
tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui.

A. MASALAH NYERI

Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus


berurutan yang terjadi secara terus – menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada
wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri lebih berat
pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan
menyebabkan intermitten ( sebentar – sebentar ). Berbeda pada wanita primipara,
yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi
intermitten. Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin
oleh hipofisis posterior. Pelepasan oksitosin tidak memicu refleks let down
(pengeluaran asi) pada payudara, tetapi jugamenyebabkan kontraksi uterus.
Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik,
yang memerlukan kandung kemih kosong. Ibu harus diingatkan bahwa pengisian
kandung kemih yang sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan cairan
setelah melahirkan akan menyebabkan kebutuhan berkemih yang sering. Kandung
kemih yang penuh menyebabkan posisi uterus keatas, menyebabkan relaksasi dan
kontraksi uterus yang lebih nyeri. Jika kandung kemih kosong, beberapa wanita
merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah posisi dirinya berbaring
telungkup, dengan bantal atau gulungan selimut diletakkan dibawah abdomen.
Kompresi uterus yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram secara
signifikan.

Analgesia yang efektif bagi sebagian besar wanita yang kontraksinya


sangat nyeri dapat diperoleh dengan mengutamakan asetaminofen (tylenol)
ataupun ibuprofen (motrin). Meskipun produk yang mengandung aspirin tidak
direkomendasikan bagi ibu menyusui karena resiko penurunan hitung trombosit
dan dapat menyebabkan sindrom reye, ibuprofen dan asetaminofen terbukti
aman.Masalah nyeri yang lain juga bisa disebabkan karena luka jahitan bekas
laserasi jalan ahir.

Bidan diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan


pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antara lain :

a) After pains/ keram perut

Hal ini disebabkan kontraksi dalam relaksasi yang terus menerus pada
uterus. Banyak terjadi pada multipara karena adanya penurunan otot uterus
secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-sebentar).
sedangkan pada wanita menyusui after pains disebabkan karena isapan bayi
menstimulasi produksi oksitosin yang bukan hanya memicu refleks let down
(pengeluaran ASI) tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri uterus
tersebut akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik dan kandung
kemih dalam keadaan kosong. Hal terpenting adalah ibu dianjurkan untuk
mengosongkan kandung kemih/ BAK secara teratur karena pengisian
kandung kemih akan sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan
cairan setelah melahirkan. Selain itu, anjurkan juga ibu untuk tidur tengkurap
dengan bantal dibawah perut dan mobilisasi, bila perlu beri analgestik 1 jam
sebelum menyusui.

b) Nyeri akibat pembengkakan payudara.

Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri
yang terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah sebagai tanda
ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu malah berhenti menyusui,
kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengeliatnya payudara dan
ibu mengalami demam.

3 hal yang dilakukan pada upaya pencegahan :

 pemberian ASI sedini mungkin,

 pemberian ASI setiap 2-3 jam dan jangan memberikan bayi minum
air atau suplemen lain,

 gunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.

Cara mengurangi masalah:

 kompres air hangat pada payudara,

 jika puting bengkak, perah secara manual,

 Gunakan penompang yang baik,

 beri paracetamol untuk penghilang nyeri,

 perawatan payudara
c) Nyeri luka jahitan perineum pada persalinan spontan
Ibu nifas mengalami nyeri tidak lebih dari 8 minggu yang disebabkan oleh
trauma persalinan (laserasi ataupun episiotomi) dan penjahitan robekan
perineum.

Cara mengatasi :

 meletakkan potongan es diatas genetalia,

 duduk didalam air hangat atau air dingin,

 lakukan kegel exercise

 Bila perlu beri analgesik oral

d) Nyeri luka bekas operasi pada persalinan SC


Ibu diberitahu cara perawatan luka bekas operasi, dianjurkan
makan makanan yang mengandung protein yang tinggi, istitahat yang
cukup dan diberikan terapi analgetik dan antibiotik.

e) Konstipasi dan Haemoroid

Penyebab : wanita yang cenderung mengalami konstipasi,


penekanan pembuluh darah pada bagian anus dan rektum pada saat
meneran.

Cara mengatasi: duduk diatas air hangat atau dingin, hindari


duduk terlalu lama, banyak minum dan banyak makan makanan berserat,
pemberian analgesik.
B. MASALAH INFEKSI

Infeksi nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genital


pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
bada melebihi 38octanpa menghitung dari hari pertama dan berturut-turut
selama da hari pada 10 hari pertama masa nifas.

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh


masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan
dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang
paling penting, akan tetapi berekat kemajuan ilmu kebidanan khususnya
pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya, dan
penemuan obat-obat baru seperti sulfa dan antibiotika lainnya, di negara-
negara maju peranannya sebagai penyebab kematian tersebut adalah
berkurang. Di negara-negara sedang berkembang dengan pelayanan
dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peranan
infeksi nifas masih besar.

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi


demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint commitee on
maternal welfare (amerika serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah
kenaikan suhu sampai 38oc atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, denagan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari
mulut sekurang-kurangnya 4 kali sehari. Sesudah partus terdapat luka-luka
dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-hari pertama post partum
harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar.
Oleh sebab itu, semua alat dan kainyang berhub ungan dengan daerah
genital harus suci hama. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya
pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.tiap penderita dengan
tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita
dalam nifas yang sehat.

Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran


reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi tidak lagi
bertanggung jawab terhadap tingginya insiden mortalitas puerperium
seperti dahulu, saat lebih dikenal sebagai demam nifas. Akan tetapi,
infeksi puerperium masih bertanggung jawab terhadap presentase
signifikan morbiditas puerperium.

Beberapa faktor predisposisi :

 Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban.

 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh


penderita,seperti perdarahaan banyak, preeklamsia, juga infeksi
lain, seperti pnemonia, penyakit jantung, dan sebagainya.

 Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan


lahir.

 Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

Organisme pada infeksi puerperium berasal dari 3 sumber :

 Organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia bawah


atau dalam usus besar.

 Infeksi saluran genetalia bawah.

 Bakteri dalam nasofaring atau tangan personel yang menangani


persalinan atau di udara dan debu lingkungan.Bakteri dari sumber
infeksi pertama adalah bakteri endogen dan menjadi patogaen
hanya jika terdapat kerusakan jaringan atau jika terdapat
kontaminasi saluran genetalia dari usus besar. Wanita sebaiknya
secara rutin di jalani menjalani penapisan terhadap adanya infeksi
saluran genetalia bawah dan segera ditangani saat pranatal. Sumber
infeksi ketiga paling baik dicegah dengan mencuci tangan dan
teknik asepsis yang cermat.

Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu


tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap.
Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi
berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensifitas, pemeriksaan
lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan kalaborasi
dengan dokter.

Macam-macam infeksi nifas :

 Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-


kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi pada kuman yang tidak seberapa
patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan
mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrosis
serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah
sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi
yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.
 Peritonitis

Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di


dalam uterus langsung mencapau peritoneum dan menyebabakan
peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua lembar
ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (sellulitis
pelvika).

 Infeksi luka

Yaitu infeksi yang terjadi pada ibu nifas yang terjadi pada
daerah perineal setelah melahirkan, bisa karena robekan perineum
ataupun akibat luka episiotomi. Sedangkan luka abdominal terjadi
setelah persalinan sesar. Semua ini dapat terjadi karena pencegahan
infeksi yang kurang baik. Kegagalan pada therafi antimikroba pada
wanita post partum dengan SC. Faktor risiko adalah obesitas. DM,
anemia dan gangguan hemostasis yang disertai dengan
pembentukan haematoma.Infeksi luka setelah SC biasanya
menimbulkan demam yang dimulai sekitar hari keempat pasca
operasi, Infeksi luka yang paling serius adalah fasitiis nekrotikans,
nekrotik pada jaringan yang luas. Yang memperberat keadaan ini
diantaranya DM, obesitas dan hipertensi. Infeksi fasitiis
nekrotikans.

 Abses velvic

Dapat terjadi pada ibu nifas setelah persalinan

 Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi


mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah sepanjang
vena dan cabang – cabangnya . Disebabkan oleh adanya trombosis
atau embolus karena adanya perubahan atau kerusakan pada
pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.

 Pielonefritis

Pielonefritis adalah infeksi akut saluran kemih atas, dengan


gejala disuria, sering kencing, nyeri supra/retro pubi, nyeri perut,
nyeri pinggang, demam tinggi/menggigil, sakit di dada, anoreksia
dan mual muntah. Kadang ibu sampai syok.

 Sistiti

Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai


peradangan bagian atas saluran kemih.

 Bendungan payudara

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 dan atau
ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan
disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tiak lancar., karena bayi
tidak cukup serin menyusu, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan
dapat pula karena pembatasan waktu menyusui.

 Mastitis

Mastitis kebanyakanterjadi pada primi para, disebabkan


oleh bakteri stapilokukus aureus.Gejala: mamma membesar, nyeri,
dan timbul kemerahan di kulit, terjadi lesi pada puting, peradangan,
oedem dan pembengkakan, sehingga akan menyebabkan
penyumbatan aliran ASI.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah actual yang terjadi pada masa nifas yaitu,

1. Masalah nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada


persalinan normal tanpa komplikasi

2. Masalah infeksi, infeksi-peradangan pada semua alat genetalia pada


masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
tubuh melebihi 38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan merumuskan diagnosa atau masalah


aktual masa nifas ini, diharapkan kita sebagai calon bidan harus bisa
mengidentifikasi adanya masalah dalam masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009.Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :


Mitra Cendikia

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan nifas normal

Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.

Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : YBPSP.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.   

http://merumuskan%20diagnosa%20atau%20masalah%20aktual.htm

http://BAB I PENDAHULUAN 1.1%C2%A0 Latar Belakang Masa nifas


(puerperium) adalah masa pul.htm

Anda mungkin juga menyukai