Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

“MERUMUSKAN DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

TENTANG GANGGUAN BAB PADA IBU NIFAS”

DISUSUN OLEH:

NORA FITRI AYUNDA

154310604

DOSEN PEMBIMBING:

LISA RAHMAWATI, S.SiT, M.Keb

JURUSAN DIV KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2016/2017


i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….………….....i

KATA PENGANTAR.….………………………………………………...………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang……………………………….………………….…….…...……...……1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...……...………...…..2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………….……………………………...…….....2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diagnosa


Kebidanan………………………………………………………3
2.2 Gangguan BAB pada Ibu Nifas dan Penatalaksanaannya
……………………………3
2.3 Merumuskan Masalah/Diagnosa Potensial dari Gangguan BAB
…………………….6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………………...7
3.2 Saran ………………………………….
………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………..8
ii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui yang dibimbing oleh dosen kami, Ibu Lisa Rahmawati, S.SiT,
M.Keb ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Semoga kita sebagai umatnya selalu berpegang teguh pada ajarannya.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya ada hambatan yang selalu menyertai. Namun
atas bantuan dan bimbingan dari orang tua, Dosen, dan teman - teman akhirnya semua
hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat diatasi.

Dan adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai buku sumber tentang Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui, lalu kami rangkum dan susun sedemikian rupa hingga
terbentuk seperti makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan tidak lupa
kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam
bentuk kosa kata maupun keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kebaikan kami kedepannya. Terima Kasih.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Padang, 14 November 2016


iii

Penulis
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, Ari.
2009:1)

Pada masa ini sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya serat selama
persalinan. Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan
pada perineumja ngan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Oleh sebab itu,
pada masa ini seorang bidan  harus tetap memberikan asuhan kebidanan yang
menyeluruh baik pada ibu sesuai dengan langkah dalam manajemen  kebidanan 
mengingat angka morbilitas dan mortalitas ibu yang masih sangat tinggi di masa
postpartum ini. (Suherni, 2009)

Proses manajemen kebidanan diawali dari mengumpulkan semua data yang


dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. Berasal dari data-
data dasar tersebut baik subjektif maupun objektif dilakukan interpretasi
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. (Nanny lia dwi, vivian
dan Tri Sunarsih, 2011)

Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain


berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi dan bila memungkinkan akan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati
pasien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi. (Sulistyawati, Ari. 2009:130)
2

I.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Apa itu diagnosa kebidanan?


2. Bagaimana gangguan BAB pada Ibu nifas dan penatalaksanaannya?
3. Bagaimana cara merumuskan masalah/diagnosa potensial dari gangguan
BAB?

I.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas :
1. Agar mengetahui tentang pengertian diagnose kebidanan.
2. Agar mengetahui gangguan BAB dan penatalaksanaannya.
3. Agar mengetahui cara merumuskan masalah/diagnosa potensial dari
gangguan BAB.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diagnosa Kebidanan


Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
terdiri dari diakui dan telah disahkan oleh profesi,  berhubungan langsung dengan
praktek kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical
judgement dalam praktek kebidanan dan dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan.

Rumusan diagnosa dan  masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standar
nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah
yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan
untuk mengurangi rasa takut.

Dalam asuhan kebidanan, kata “masalah” dan “diagnosa”, keduanya dipakai


karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa,  tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap
diagnosanya. Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas, biasanya
bidan akan menemukan suatu kondisi dari pasien melalui proses pengkajian yang
membutuhkan suatu pelaksanaan tertentu. (Sulistyawati, Ari. 2009:125)

2.2 Gangguan BAB pada Ibu Nifas dan Penatalaksanaannya

Gangguan BAB disebabkan karena motilitas usus berkurang selama paersalinan,


obat anastesi, dan mungkin ibu takut karena sakit atau merusak jahitan.
4

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan karena makanan padat dan kurangnya serat selama persalinan.
Disamping itu, rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila masih terjadi konstipasi dapat
diberikan obat laksan peroral atau perrektal. Bila masih belum berhasil,
dilakukanlah klisma, enema yang artinya suntikan urus-urus. (Suherni, 2009)

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan seperti ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada awal masa pasca-pospartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering
kali sudah menduga nyeri saat defekasi, karena nyeri yang dirasakannya di
perineum akibat episiotomy, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang
teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal. (Bobak,
2004:498)

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi. Maka, dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil melakukan klisma. (Persis H, 1995:288)

Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul koprotestase hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin
akan terjadi febris. Lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan
berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau lakukan
klisma bilamana perlu.(marmi;184;2012). 

Sebagian besar ibu takut untuk BAB karena nyeri perineum dan juga adanya
penekanan waktu persalinan sehingga biasanya BAB tertunda 2-3 hari. Beberapa
wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun kebanyakan kasus sembuh
secara spontan. Untuk membantu ibu mencegah konstipasi anjurkan ibu untuk
tinggi makanan berserat dan buah-buahan, memperbanyak minum minimal 3 liter
perhari.
5

Wanita yang menderita hemoroid selama kehamilan sering mengeluh bahwa


mereka lebih merasakan nyeri pada masa postpartum. 1 dari 20 wanita mengalami
hemoroid untuk pertama kali sewaktu melahirkan tetapi kebanyakan kasus akan
hilang dalam waktu dua atau tiga minggu.

 Faktor-faktor yang menyebabkan BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari


sebagai berikut :
1. Enema pre persalinan.
2. Ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena adanya
haemoroid/ wasir.
3. Kerja usus cendrung melambat setelah melahirkan.
4. Diet cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan.

 Penatalaksanaan dari ibu nifas yang mengalami gangguan BAB


Anjurkan ibu untuk :
1. Melakukan kembali kegiatan makan.
2. Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat. Faktor diit memegang
peranan penting dalam memulihkan faal usus.
3. Ambulasi dini secara teratur (Menurut Huliana, Mellyna, 2003,
Perawatan Ibu Pasca Melahirkan)

Asuhan yang dilakukan yaitu:

1.Memperbanyak minum, minimal 3 liter perhari.


2.Meningkatkan makanan yang berserat, seperti buah-buahan.
3.Biasakan BAB tepat waktu, saat pertama kali ada dorongan untuk BAB.
4.Kalau perlu pemberian laksatif untuk melunakkan feses.

Pemberian obat-obatan untuk pengaturan kerja usus kerap kali bermanfaat bila
pola penanganan diatas belum bekerja dengan baik pada hari 2-3 post partum,
seperti:
6

1. Malam kedua = agarol / emilk of magnesia 15 ml.


2. Malam ketiga = tablet colocyl.
3. Hari ke empat = suppositana gliverin / sedikit enema (pil yang dibuat dari
bahan yang mudah mencari dan mengandung obat-obatan untuk
dimasukkan ke dalam liang anus) ini penting untuk menghindarkan
gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran
cairan vagina menurut Farrer, Helen, 1999, Perawatan Maternitas).

Beritahu ibu efek samping analgesic narkotik (misalnya, penurunan mobilitas


saluran cerna). Hal ini bisa memberikan ibu semangat menerapkan tindakan untuk
mengurangi resiko konstipasi.pelunak tinja sering diberikan dan laksatif
diperlukan pada masa awalperiode pascapartum. Dengan program pemulangan
pasien lebih awal, ibu baru dapat pulang ke rumah sebelum ia mampu buang air
besar. (Bobak, 2004:532)

2.3 Merumuskan Masalah/Diagnosa Potensial dari Gangguan BAB

Berikut adalah beberapa diagnosa potensial gangguan BAB yang mungkin


ditemukan pada pasien nifas:

Data dasar subjektif:

a. Pasien mengatakan sudah lebih dari 4 hari belum buang air besar.
b. Pasien mengatakan takut untuk buang air besar karena takut jahitan akan
membuka.
c. Pasien masih takut untuk jongkok.

Data dasar objektif :

a. Sudah lebih dari 4 hari pasien belum buang air besar.


b. Dengan pemeriksaan vaginal toucher teraba skibala (feses yang mengeras)
pada dinding belakang vagina.
(Sulistyawati, Ari. 2009:125)
7

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
terdiri dari diakui dan telah disyahkan oleh profesi,  berhubungan langsung
dengan praktek kebidanan, memiliki ciri khas kebidanan, didukung oleh clinical
judgement dalam praktek kebidanan dan dapat diselesaikan dengan pendekatan
manajemen kebidanan.

Sebagian besar ibu takut untuk BAB karena nyeri perineum dan juga adanya
penekanan waktu persalinan sehingga biasanya BAB tertunda 2-3 hari. Beberapa
wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun kebanyakan kasus sembuh
secara spontan. Untuk membantu ibu mencegah konstipasi anjurkan ibu untuk
tinggi makanan berserat dan buah-buahan, memperbanyak minum minimal 3 liter
perhari.

3.2 SARAN

Sebaiknya bidan mampu memberikan asuhan masa nifas mengenai penjelasan


tentang upaya menghindari gangguan BAB seperti konstipasi pada ibu nifas.
Tindakan tersebut mencakup upaya menjamin cukup serat dalam makanan dan
cukup minum serta melakukan latihan seperti senam nifas.
8

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Ed.4.


Jakarta:EGC.

Nanny lia dwi, vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta: Selemba Medika.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.


Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai