Oleh : kelompok 1
1
TAHUN2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada : Ibu Dosen mata kuliah
ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan
kami, demikian pula kepada teman-teman yang turut memberi sumbang saran dalam
penyelesaian makalah sebagaimana yang kami sajikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB III PENUTUP
4
BAB I
PENDAHULUAN
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan,
sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan
pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa
pascapersalinan
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit.
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru
pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-
organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan
dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini, dan masa
nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah
persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah
masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu
5
pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu
setelah melahirkan.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Deteksi Dini Masa Nifas.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Deteksi Dini Masa Nifas.
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa
Nifas Dan Untuk Mengetahui Bagaiman Upaya Penanganannya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian deteksi dini komplikasi pada masa nifas adalah memantau kondisi ibu dan
bayi pasca persalinan dalam rangka menghindari komplikasi yang mungkin terjadi, dan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan (post
partum), bayi dan keluarga khususnya serta masyarakat pada umumnya. (wordpress.com)
7
dengan baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan
anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI. (wordpress.com)
b. Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 jam masa nifas
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan seta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
(wordpress.com)
c. Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 hari masa nifas
1. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4. Memastikan ibu mendapat makanan yangbergizi dan cukup cairan.
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
6. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
(wordpress.com)
d. Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 minggu masa nifas
1. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
2. Memberikan konselin KB secara dini.
Perdarahan Pervaginam
8
serius yang paling sering dijumpai di bagian ostetrik. Sebagai penyebab
langsung kematian ibu, perdarahan post partum merupakan penyebab sekitar
¼ dari keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetric yang diakibatkan
oleh perdarahan post partum. (Marmi.2014:161)
Perdarahan Per Vagina/Perdarahan Post Partum/Post Partum
Hemorargi/Hemorargi Post Partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak
500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
(Suherni.dkk.2009.128)
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini.
1. .Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang – kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga
tersebar pada spon, handuk dan kain didalam ember dan dilantai.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemi
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
(Marmi.2014:161)
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca
bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase
persalinan. (Marmi.2014:162)
Jenis Perdarahan Pervaginam
1. Perdarahan Post Partum Primer:
Perdarahan post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan
dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
9
a. Uterus atonia, yang dapat terjadi karena plasenta atau selaput ketuban
tertahan.
b. Trauma genital, yang meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan
peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi.
c. Koagulasi Intravasculer Diseminata.
Inversi Uterus. (Marmi.2014:162)
Penatalaksanaan Perdarahan:
10
6) Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40
iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40
tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi
bimanual.
8) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,
maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk
menentukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
9) Jika ada infeksi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan
demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik
berspektrum luas.
10) Lakukan pencatatan yang akurat. (Suherni.dkk.2009.130)
Penatalaksanaan lanjut:
11
2) Pada kasus perdarahan post partum atonia jangan pernah
memasukkan pack vagina.
3) Jika penolong berada dirumah, puskesmas tanpa fasilitas dan
keterampilan yang diperlukan rujukan ke rumah sakit dengan
fasilitas dan keterampilan yang memadai. (Marmi.2014:164)
b. Perdarahan Post Partum Traumatik
1) Pastikan asal perdarahan, perineum (robekan atau luka episiotomi),
vulva (ruptur varikositis, robekan atau hematoma; hematoma
mungkin tidak tampak dengan jelas tapi dapat menyebabkan nyeri
dan syok), vagina, serviks (laserasi), uterus (ruptur atau inversi
uterus dapat terjadi dan disertai dengan nyeri dan syok yang jelas).
2) Ambil darah untuk kros cek dan cek kadar Hb
3) Pasang infus IV, NaCl atau RL jika pasien mengalami syok
12
f. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu
oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit.
g. Berikan antibiotik berspektrum luas.
h. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah
pengaruh anestesi. . (Marmi.2014:165)
1. Pengertian
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genitalia yang terjadi pada setiap saat antara arwitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana
teradapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini : (Suherni.dkk.2009.132)
1. Nyeri pelvik.
2. Demam 38, 5˚C atau lebih.
3. Rabas vagina yang abnormal.
4. Rabas vagina yang berbau busuk.
5. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.
13
Sedangkan gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri
pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu beresiko terjadi infeksi
postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada
saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks,
infeksi post SC kemungkinan yang terjadi. (Heryani Reni, 2012 : 112)
Bakteri endogen
1. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrumen pemeriksaan pelvik.
2. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/lacerasi atau jaringan
yang mati (misal setelah persalinan macet atau persalinan traumatik).
3. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.
Bakteri eksogen
1. Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril.
14
2. Melalui substansi/benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal
ramuan/jamu, minyak, kain).
3. Melalui aktivitas seksusal.
2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii
15
1. Sepsis puerperalis bergantung pada seberapa luas sepsis ini telah
menyebar, mungkin tampak sebagai :
a. Infeksi terlokalisasi pada daerah laserasi atau episiotomi.
b. Infeksi pada lacerasi atau episiotomi yang telah menyebar
kejaringan lunak dibawahnya.
c. Endometritis.
d. Salpingitis.
e. Parametritis.
f. Peritonitis menyeluruh.
g. Tromboplebitis septik.
h. Abses tubo ovarium.
i. Abses ligamen besar.
j. Abses pada kantong douglas.
k. Abses disisi lain abdomen atau dada.
l. Septikemia (infeksi yang telah memasuki aliran darah dan
merupakan suatu kondisi yang serius).
1. Infeksi payudara seperti mastitis atau pada stadium lanjut abses
payudara.
2. Infeksi saluran kemih/urinari tract infection (UTI).
3. Infeksi luka (jaringan perut pada SC).
4. Gangguan tromboembolik, termasuk tromboflebitis superfisial dan
trombosis vena dalam, kadang-kadang menimbulkan demam dan
takhikardia.
o Penyebab non infeksius
Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang
sangat umum selama periode post partum terutama dalam 24 jam
pertama. Penyebab demam seperti ini antara lain dehidrasi, luka/trauma
pada jaringan, reaksi terhadap protein janin, engorgement payudara.
Meskipun demam yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
biasanya dianggap tidak berkaitan dengan infeksi, suhu tubuh sekitar
38,5˚C atau lebih selama 24 jam pertama harus menyiagakan akan
kemungkinan terjadinya sepsis puerperalis. (Suherni.dkk.2009.135-136)
16
Infeksi apapun dapat terjadi selama masa puerperium. Di bawah
ini adalah contoh-contohnya : (Suherni.dkk.2009.136)
17
c. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
(Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi. 2014 : 246)
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim. (Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi. 2014 : 246)
e. Episiotomi atau laserasi jalan lahir. (Sari Eka Puspita dan Rimandini
Kurnia Dwi. 2014 : 246)
4. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
1. Demam.
2. Nyeri pelvik.
3. Nyeri tekan di uterus.
4. Lokia berbau menyengat (busuk).
5. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
6. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan
nanah(Suherni.dkk.2009.133)
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam,
sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
18
5. Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intra
uterin, fragmen atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan
jaringan dari dinding vagina setelah persalinan macet).
6. Inserasi tangan, instrumen, atau pembalut/tempon yang tidak steril
(praktek tradisional juga harus diperiksa).
7. Ketuban pecah lama.
8. Pemeriksaan vagina yang sering.
9. Kelahiran melalui SC, dan tindakan operasi lainnya.
10. Laserasi vagina atau laserasi servik yang tidak diperbaiki.
11. PMS yang diderita.
12. Haemoragi post partum.
13. Tidak diimunisasi terhadap tetanus.
14. Diabetes mellitus.
Faktor-faktor risiko di masyarakat :
1. Tidak adanya transportasi dan sarana lain.
2. Jarak rumah ibu yang jauh ke fasilitas kesehatan.
3. Faktor-faktor yang memperlambat pencarian perawatan kesehatan,
status kesehatan wanita yang rendah.
4. Kurangnya pengetahuan tentang tanda tanda gejala sepsis
puerperalis.
19
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan
endometrium meliputi :
a. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka
berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yamg terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. (Sari Eka Puspita dan
Rimandini Kurnia Dwi. 2014 : 246)
b. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka
perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus
dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus. (Sari Eka Puspita dan
Rimandini Kurnia Dwi. 2014 : 247)
c. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke
dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium. (Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi. 2014 :
247)
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki
endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu
singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan
darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri
atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. (Sari Eka
Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi. 2014 : 247)
e. Septikemia dan Piemia
Pada septikemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
20
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat
sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala
f. Peritonitis
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka
21
pembersihan perut (peritoneal lavage). (Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010:
119)
g. Selulitis Pelvik
nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan
rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
meradang itu bisa tumbuh abses. (Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010: 119)
i. Tromboflebitis
22
Pelvio Tromboflebitis
1) Nyeri pada perut bawah atau samping, pada hari ke 2-3 masa nifas
2) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhu badan naik turun
3) Terdapat leukositosis.
paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan
j. Trombolfebitis Femoralis
2) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda-tanda seperti kaki
sedikit fleksi dan rotasi keluar serta sulit bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki yang lain. Nyeri hebat pada lipat paha
Penanganan :
23
2.3.3 Sakit Kepala,Nyeri Epigastrik,Penglihatan Kabur.
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. (Heryani Reni, 2012 : 112)
1) Data subjektif
a. Ibu mengatakan kepalanya terasa sakit.
b. Ibu mengatakan nyeri pada daerah perut atas samping.
c. Ibu mengatakan peenglihatannya kabur.
d. Ibu mengatakan mual, bahkan sampai muntah. (Sulistyawati Ari,
2009 : 187)
2) Data subjektif
a. Ekspresi wajah ibu kelihatan menahan sakit.
b. Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandnagannya lebih jelas.
c. Vital sign : tekanan darah meningkat (lebih dari normal).
d. Kenaikan berat badan yang drastis sejak kehamilan.
e. Kaki odema dua-duanya. (Sulistyawati Ari, 2009 : 188)
3) Pemeriksaan penunjang/laboratorium
a. Terdapat proteinuria.
Penanganan :
24
Pemberian sedatif ringan (Diazepam 3 x 2 mg) atau luminal
3 x 30 mg selama seminggu.
Cek lab (HB, AL, Ct, Bt, Gold a, AT), darah kimia (alb,
globulin, gula darah sewaktu, ureum creatinin, got, gpt).
Cek lab urine (uji faal hati, faal ginjal, estriol).
Kontrol tiap minggu. (Sulistyawati Ari, 2009 : 188)
b. Rawat inap
Dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan.
BB bertambah.
Timbul salah satu pre eklamsi berat. (Sulistyawati Ari, 2009
: 188)
2) Pre eklamsi berat
Penderita dirawat diruang yang tenang.
Diet cukup protein (100 gr/hari) dan kurang garam (0,5
gr/hari).
Infus RL 125/jam (20 tetes/menit).
MgSo4. (Sulistyawati Ari, 2009 : 188)
1) Deteksi melalui :
a. Data subjektif
Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak.
Ibu mengatakan sesak napas dan gampang capek.
Ibu mengatakan badan terasa lemas. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
b. Data subjektif
KU kelihatan menurun (lemah).
25
Vital sign : nadi kecil dan cepat, tensi turun, suhu normal, respirasi
meningkat.
Terdapat odema pada wajah dan ekstermitas.
Pasien kelihatan pucat.
Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
Berkeringat.
Aktivitas berkurang. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EKG. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
Penanganan :
a) Perbanyak istirahat.
b) Diet TKTP rendah garam.
c) Pemantauan melekat vital sign.
d) Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam
RS lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam,
ahli gizi). (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
Pada masa nifas dini, sentivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta anelgesia
epidural atau spinal sensasi peregangan kadung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang
lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan
terutama saat infus oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai
peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang
disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi
menyebabkan infeksi saluran kemih. (Marmi.2014:161 – 167)
26
a. Data subjektif
Ibu mengatakan suhu badan naik dan menggigil.
Ibu mengatakan tidak badan.
Ibu mengatakan muntah setiap habis makan.
Ibu mengatakan sakit waktu kencing dan terasa panas.
Ibu mengatakan kalau kencing seperti anyang-anyangen.
Ibu mengatakan sakit mulai hari ke-5 stetelah melahirkan.
(Sulistyawati Ari, 2009 : 190)
b. Data objektif
Suhu badan meningkat.
Denyut nadi cepat.
Sakit saat ditekan (nyeri tekan) di bagian atas simpisis pubis
dan daerah lipat paha. (Sulistyawati Ari, 2009 : 190)
c. Pemeriksaan laboratorium
Jumlah lekosit meningkat.
Terdapat bakteri. (Sulistyawati Ari, 2009 : 190)
Penanganan :
27
terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak. (Heryani Reni, 2012 : 114)
BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau
tidak disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis. Ibu yang diet jelek,
kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi. (Heryani Reni, 2012 :
114)
Gejala :
Penatalaksanaan :
28
Penyebab :
Gejala :
Pencegahan :
Penatalaksanaan :
29
2) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan
tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau
sendok.
Mastitis
Penyebab :
Gejala :
30
1) Bengkak dan nyeri.
Penanganan :
Abses Payudara
Gejala :
Penanganan :
31
1) Teknik menyusui yang benar.
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan
celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri
dalam waktu 48 jam. (Marmi. 2011: 171)
Penyebab :
Penatalaksanaan :
32
1) Cari penyebab puting susu lecet.
Penyebab :
Gejala :
33
2) Payudara terasa nyeri dan bengkak pada payudara yang
tersumbat. (Marmi. 2011: 172)
Penanganan :
Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya.
Hal yang perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
34
2) Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti : Iying flat on
your back, ciutch ( football ) hold, side Iying, cross cradle
( transition ) hold.
( Marmi.2014 : 173 )
b. Ibu sakit
35
terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG. .
( Marmi 2014 : 173 )
g. Ibu hamil
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini
tidak membahayakan bagi ibu maupun bayi, asalkan asupan gizi
pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian perlu
dipertimbangkan adanya hal – hal yang dapat dialami antara lain :
puting susu lecet, keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan
dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi. . ( Marmi 2014 : 174)
36
Masalah menyusui masa pasca persalinan lanjut
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI
tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakmampuan setelah
menyusui, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara
tidak terasa membesar. Namun kenyataannya ASI sebenarnya tidak kurang.
Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak
mencukupi dan ada keinginan untuk menambah dengan susu formula.
Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi secara
teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayi sehingga
produksi ASI dapat meningkat dan bayi dapat memberikan isapan secara
efektif. . ( Marmi 2014 : 174)
37
b. Ibu kerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut,
antara lain :
38
a. Bayi sering menangis
Bingung puting ( Nipple Confusion ) terl yang berganti – ganti. Hal jadi
akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti – ganti. Hal ini
akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja
otot – otot bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu
kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan
karet dot.
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain :
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah.
Oleh karena itu harus segera dilatih untuk menyusu. Bila bayi di rawat di
rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang
dan bila memungkinkan disusui. ( Marmi 2014 : 176 )
39
d.Bayi dengan ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2 – 10 hari yang disebabkan oleh kadar
bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka :
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapatkan
kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin
dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
( Marmi 2014 : 177)
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi
dengan bibir sumbing pallatum molle ( langit – langit lunak ) dan
pallatum durum ( langit – langit keras ), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu
harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan
otot rahang dan lidah.
e. Bayi kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola ( football position ). Pada saat menyusui
40
secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering
mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat dirumah sakit, berikanlah ASI
peras dan susuilah bayi yang di ada dirumah sakit. Agar ibu dapat
beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau
oranga lain untuk mengasuh bayi anda. ( Marmi 2014 : 177 )
f. Bayi sakit
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum ( jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut ) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis,
sehingga membatasi gerak lidak dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya
untuk “ mengurut “ puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidaj sanggup “memegang” puting dan areola dengan
baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Ileh karena
itu ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah
bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar. Kemudian posisi
kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah – ubah. . ( Marmi 2014 :
178 )
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih
menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan meberikan ASI. Apabila tidak
41
terdapat fasilitas maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara
penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan agar tidak mudah basi
Masalah pada keadaan darurat misalnya : kondisi ibu yang panik sehingga
prosuksi ASI dapat berkurang ; makanan pengganti ASI tidak terkontrol
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh
yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya
ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak. langsung
turut mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi
proses persalinanya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan
makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Sesudah anak lahir ibu
akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas
berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu
menghandaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam
persalinan lambung dan alat pencernaan tidak. langsung turut mengadakan proses
persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinanya
42
tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya
kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-
banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya
kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak
ingin makan sampai kelelahan itu hilang. (Marmi. 2011: 167)
1) Analisa data
a. Ibu merasa trauma dengan persalinannya.
b. Stres dengan perubahan bentuk tubuh yang tidaik menarik lagi seperti
dulu.
c. Pada ibu post SG yang mual sampai muntah karena pengaruh obat
anestesi dan keterbatasan aktivitas (terlalu lama dalam posisi berbaring,
kepala sering pusing).
d. Adanya nyeri setelah melahirkan. (Sulistyawati Ari, 2009 : 192)
2) Kemungkinan penyulit yang akan muncul
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
b. Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
c. Kurang maksimalnya ibu dalam merawat bayinya. (Sulistyawati Ari,
2009 : 193)
Penanganan :
43
2.3.7 perubahan pada ekstremitas (rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan dikaki )
Faktor predisposisi :
1. Obesitas
5. Anemia maternal
7. Endometritis
Manifestasi :
1) Data sebjektif
44
a. Ibu mengatakan sakit pada tungkai bawah disertai dengan pembekakan.
2) Data objektif
a. Suhu badan subfebris selama 7 hari meningkat mulai hari ke-10 sampai ke-
20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar, serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki satunya.
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas.
3) Pemeriksaan penunjang
Penanganan :
a. Perawatan
45
b. Tirah baring.
2.3.8 perubahan psikologis (rasa sedih dan tidak mampu merawat bayi dan dirinya
sendiri)
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih i tahun ibu
post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada
umumnya. seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
(Marmi. 2011: 168)
Faktor penyebab :
1) Data sebjektif
d. Riwayat perkawinan.
46
e. Ibu anak ke...
h. Umur ibu.
2) Data objektif
c. Kebersihan dirinya.
d. Cara menyusui.
Penanganan :
47
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Komplikasi pada masa nifas harus
segera ditangani guna mencegah komplikasi lebih lanjut. Infeksi nifas adalah semua
peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat
persalinan dan masa nifas.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
Semoga makalah ini bisa membuat pembaca lebih banyak mengerti tentang Deteksi dini
komplikasi pada masa nifasSehingga bagi calon pendidik ataupun mahasiswa dapat
memudahkan dalam proses pembelajaran baik menampilkan dalam bentuk diskusi
maupun sebagai bahan ajar.
2. Bidan
Sebagai seorang bidan, kita harus melakukan kunjungan pada masa nifas karena pada
masa ini terjadi banyak sekali komplikasi dan penyulit yang harus di deteksi secara dini.
3. Instansi
48
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
adanya peningkatan kreatifitas mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi.
Heryani Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta : TIM
Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Posnatal
Care). Jakarta : Trans Info Media
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: TIM
49