Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Profesionalisme Kebidanan
Dosen Pengampu: Wulan Tertiana S., M.Keb., AIFO

Oleh :

Kelompok 3

1. Ni Kadek Wiwin Kusuma (2015201010)


2. Ni Komang Diah Laksmi Dewi (2015201011)
3. Ni Luh Gede Yanti Pratiwi (2015201012)
4. Ni Luh Putu Melani Widiantari Putri (2015201013)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yag Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas” disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Profesionalisme Kebidanan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan materi mengenai “Deteksi Dini Komplikasi Masa
Nifas” bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Wulan Tertiana Santhi.,
M.Keb., AIFO selaku dosen mata kuliah Profesionalisme Kebidanan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengcapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membanun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 02 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi.............................................................................................................................3
2.2 Tujuan...............................................................................................................................3
2.3 Macam-Macam Komplikasi Masa Nifas Yang Sering Timbul Dan Penanganannya......4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................21
3.2 Saran...............................................................................................................................21
Daftar Pustaka..........................................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi
ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas
kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi
kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan
penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah
lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau
penyulit. Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil,
karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini, dan masa
nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa
setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas
dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya,
masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah
melahirkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Deteksi Dini Masa Nifas ?
1.2.2 Apa tujuan dari Deteksi Dini Masa Nifas ?
1.2.3 Apa Saja Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas Dan
Bagaimana Upaya Penanganannya ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Dari Deteksi Dini Masa Nifas
1.3.2 Untuk Mengetahui Tujuan Dari Deteksi Dini Masa Nifas
1.3.3 Untuk Mengetahui Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Tumbul Pada Masa
Nifas Dan Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya Penanganannya

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Deteksi dini komplikasi pada masa nifas adalah memantau kondisi ibu dan bayi
pasca persalinan dalam rangka menghindari komplikasi yang mungkin terjadi, dan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan
(post partum), bayi dan keluarga khususnya serta masyarakat pada umumnya.

2.2 Tujuan
2.2.1 Deteksi dini komplikasi masa nifas 2 jam pertama
- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah
yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
- Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
- Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan.
Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
- Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
- Ajarkan ibu dan keluarganya bagimana menilai kontraksi uterus dan jumlah
darah yang keluar dan bagimana melakukan masase jika uterus menjadi
lembek.
- Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi
ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.

2.2.2 Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 jam masa nifas


- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

3
- Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan seta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

2.2.3 Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 hari masa nifas


- Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
- Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
- Memastikan ibu mendapat makanan yangbergizi dan cukup cairan.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
- Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

2.2.4 Deteksi dini komplikasi masa nifas 6 minggu masa nifas


- Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
- Memberikan konselin KB secara dini.

2.3 Macam-Macam Komplikasi Masa Nifas Yang Sering Timbul Dan Penanganannya
2.3.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan post partum paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan
darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi.
Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kehilangan darah serius
yang paling sering dijumpai di bagian ostetrik. Sebagai penyebab langsung
kematian ibu, perdarahan post partum merupakan penyebab sekitar ¼ dari
keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetric yang diakibatkan oleh
perdarahan post partum. (Marmi.2014:161)

4
Perdarahan Per Vagina/Perdarahan Post Partum/Post Partum
Hemorargi/Hemorargi Post Partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. (Suherni.dkk.2009.128)
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini.
1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang – kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah jug tersebar pada spon,
handuk dan kain didalam ember dan dilantai.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal
pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat
mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
(Marmi.2014:161)

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan


terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin
harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

Jenis Perdarahan Pervaginam

1. Perdarahan Post Partum Primer


Perdarahan post partum primer adalah mencakup semua kejadian
perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.

Penyebab:

a. Uterus atonia, yang dapat terjadi karena plasenta atau selaput ketuban
tertahan.

5
b. Trauma genital, yang meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan
peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi.
c. Koagulasi Intravasculer Diseminata.
d. Inversi Uterus.
2. Perdarahan Post Partum Skunder
Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian
PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa
post partum.

Penyebab:

a. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan


b. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di
cerviks,
vagina, kandung kemih, rektum)
c. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio saesaria, ruptur uterus)

Penatalaksanaan Perdarahan

1. Perdarahan Post Partum Primer


a. Perdarahan Post Partum Atonia
1) Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
2) Kaji kondisi pasien ( denyut jantung, tekanan darah, warna
kulit, kesadaran, kontraksi uterus ) dan perkiraan kehilangan
darah yang sudah keluar. Jika pasien dalam kondisi syok,
pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah
kesalah satu sisi.
3) Berikan oksitosin 10 iu intravena dan ergometrin 0.5 intravena.
Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV.
4) Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk kros cek,
berikan NaCl L/15 menit apabila pasien mengalami syok.
( pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk menangani syok),
pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.
5) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.

6
6) Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan
40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40
tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan
kompresi bimanual.
8) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,
maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk
menentukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
9) Jika ada infeksi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti
dengan demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera
berikan antibiotic berspektrum luas.
10) Lakukan pencatatan yang akurat. (Suherni.dkk.2009.130)

Penatalaksanaan lanjut

Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24 – 48 jam, hal tersebut meliputi:

1) Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik.


2) Darah yang hilang
3) Suhu
4) Denyut nadi
5) Tekanan darah
6) Kondisi umum (misal kepucatan, tingkat kesadaran)
7) Asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan rata-rata 1 liter
dalam 6 – 8 jam)
8) Tranfusi darah harus dipantau dan volume yang di tranfusikan harus dicatat
sebagai asupan cairan.
9) Pengeluaran urine
10) Membuat catatan yang akurat. (Suherni.dkk.2009.130)

Hal yang harus diperhatikan:

1) Jangan pernah tinggalkan pasien sendirian sampai perdarahan terkendali dan


kondisi umum lainnya bagus.
2) Pada kasus perdarahan post partum atonia jangan pernah memasukkan pack
vagina.

7
3) Jika penolong berada dirumah, puskesmas tanpa fasilitas dan keterampilan
yang diperlukan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas dan keterampilan
yang memadai. (Marmi.2014:164)

b. Perdarahan Post Partum Traumatik


1) Pastikan asal perdarahan, perineum (robekan atau luka episiotomi),
vulva (ruptur varikositis, robekan atau hematoma; hematoma
mungkin tidak tampak dengan jelas tapi dapat menyebabkan nyeri
dan syok), vagina, serviks (laserasi), uterus (ruptur atau inversi uterus
dapat terjadi dan disertai dengan nyeri dan syok yang jelas).
2) Ambil darah untuk kros cek dan cek kadar Hb
3) Pasang infus IV, NaCl atau RL jika pasien mengalami syok
4) Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan cukup
5) Perkiraan darah yang hilang
6) Periksa tekanan darah, denyut nadi, dan periksa kondisi umum
7) Jahit robekan
8) Berikan antibiotik berspektrum luas
9) Membuat catatan yang akurat.

2. Perdarahan Post Partum Sekunder


a. Masukkan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus kedaruratan.
b. Percepat kontraksi dengan cara melakukan massage uterus, jika uterus
masih teraba.
c. Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah sebelum
dilakukan rujukan.
d. Berikan oksitosin 10 iu IV dan ergometrin 0.5 IV. Berikan melalui IM
apabila tidak bisa melalui IV.
e. Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk kros cek, berikan NaCl 1
l/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar
3 liter untuk mengatasi syok), pada kasus syok yang parah gunakan
plasma ekspandar.
f. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu
oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit.
g. Berikan antibiotik berspektrum luas.
8
h. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah pengaruh
anestesi.

2.3.2 Infeksi Masa Nifas


Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas
adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint
Committe on Maternal Welfare, AS). Infeksi nifas terjadi 1-3%. Infeksi jalan
lahir 25-55 % dari semua kasus infeksi. (Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia
Dwi. 2014 : 244)
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia
yang terjadi pada setiap saat antara arwitan pecah ketuban (rupture membran)
atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana teradapat dua
atau lebih dari hal-hal berikut ini :
1. Nyeri pelvik.
2. Demam 38, 5˚C atau lebih.
3. Rabas vagina yang abnormal.
4. Rabas vagina yang berbau busuk.
5. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa
nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genetal merupakan
komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari, payudara dan
pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi
dapat dilihat dari temperature atau suhu pembekakan takikardi dan malaise.
(Heryani Reni, 2012 : 112)
Sedangkan gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri
pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu beresiko terjadi
Infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi
pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan
serviks,

9
infeksi post SC kemungkinan yang terjadi. (Heryani Reni, 2012 : 112)

Penyebab Infeksi Nifas


Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ
kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi
Ektogen (kuman datang dari luar), Autogen (kuman dari tempat lain), dan
Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri). Selain itu, infeksi nifas dapat
disebabkan oleh Streptococcus Haemolyticus Aerobic, Staphylococcus Aerus,
Escheria Coli, dan Clostridium Welchii. (Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia
Dwi. 2014 : 244)

Patofisologi Infeksi Nifas


Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (plasenta). Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4
cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui serviks, vulva, vagina dan
perineum. Infeksi nifas dapat terjadi karena manipulasi penolong yang tidak steril
atau pemeriksaan dalam berulang-ulang, alat-alat tidak steril suci hama, infeksi
droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi, infeksi nosokomial
rumah sakit, infeksi intrapartum, dan hubungan seksual akhir kehamilan yang
menyebabkan ketuban pecah dini. (Sari Eka Puspita dan Rimandini Kurnia Dwi.
2014 : 245)
Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain :
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain
(pneumonia, penyakit jantung).
b. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan
ketuban pecah dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses
pencegahan infeksi yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
e. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
10
Tanda dan Gejala Infeksi Nifas

1. Demam.
2. Nyeri pelvik.
3. Nyeri tekan di uterus.
4. Lokia berbau menyengat (busuk).
5. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
6. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan
nanah. (Suherni.dkk.2009.133)

Klasifikasi Infeksi Nifas


Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan
endometrium meliputi :
a. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah
dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yamg terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah.
b. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah dari daerah ulkus.
c. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum
dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki endometrium (biasanya
pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh
endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan

11
getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi
yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
e. Septikemia dan Piemia
Pada septikemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk,
nadi menjadi cepat (140-160 kali/menit atau lebih).Penderita meninggal
dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala
menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum sudah merasa sakit,
perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan
embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia
ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
f. Peritonitis
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula
kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat
fasies hippocratica. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak
seberat peritonitis umum.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah nasogastrik suction, berikan infus
(NaCl atau Ringer Laktat), antibiotik sehingga bebas pana selama 24 jam
(ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg
BB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam).
Laparatomi dilakukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
g. Selulitis Pelvik
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di
kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai
terhadap kemungkinan sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan.
Di tengah-tengah jairngan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
12
h. Salpingitis dan Ooforitis
Gejala Salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.
Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadangkadang jaringan infeksi
menjaral ke tuba fallopii dan ovarium disini terjadi salpingitis dan/abfritis
yang sukar dipisahkan dari pelvio peritonitis.
i. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang-cabangnya. Tromboflebitis, dikelompokkan sebagai berikut :
1) Pelvio Tromboflebitis
- Nyeri pada perut bawah atau samping, pada hari ke 2-3 masa nifas
dengan atau tanpa panas.
- Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhu badan naik turun
secara tajam, dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
- Terdapat leukositosis.
- Pada periksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang
paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan
dalam.(Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010: 120)

2) Trombolfebitis Femoralis
- Keadaan umum baik, subfebris selama 7-10 hari, kemudian mendadak
naik pada hari ke 10-20, yang disertai menggigil dan nyeri.
- Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda-tanda seperti kaki
sedikit fleksi dan rotasi keluar serta sulit bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki yang lain. Nyeri hebat pada lipat paha
(daerah paha). Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah
nyeri.(Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010: 120)

Penanganan :

- Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada


kaki, setelah mobilisasi kaki endaknya tetap dibalut elastik atau
memakai kaus kaki panjang selama mungkin.
- Kondisi ibu jelek, sebaiknya jangan mneyusui.
- Antibiotik dan analgesik.

13
2.3.3 Kelainan Payudara
a. Bendungan ASI
Bendungan ASI disebabkan oleh pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mammae
bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganan
sebaiknya sdimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan-kelainan, bila terjadi juga berikan terafi
simptomatis atau sakitnya (analgetik) sebelum menyusukan lakukan
pengurutan dahulu sehingga sumbatan hilang.
Selama 24-48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal,
payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan
suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang
berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan
prekuser regular untuk terjadi laktasi. Keadaan ini bukan merupakan
overdestensi sistem lakteal oleh susu.

Gejala
- Payudara panas
- Keras
- Nyeri pada perabaan
- Suhu tubuh tidak naik

Penganan
- Menyokong payudara dengan BH yang menopang dan pemberian
analgetik
- Beri stilbestrol dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan
pijitan.

b. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitls ini dapat terjadi
kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari
ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Gejala
- Rasa panas dingin di sertai dengan kenaikan suhu
- Penderita merasa lesu
- Tidak nafsu makan payudara membesar, nyeri.
- Kulit merah pda suatu tempat di bagian payudara
- Membengkak sedikit
- Nyeri saat perabaan

14
Pencegahan
- Perawatan puting susu pada masa laktasi merupakan usaha
penting mencegah mastitis.
- Perawatan puting susu dengan cara membersihkan puting susu
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan
susu yang sudah mengering.
- Bila ada retak/luka puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada
bagian payudara yang sakit sampai luka senbuh. ASI dikeluarkan
dengan pemijatan.

Penanganan
- Segera setelah mastitis di temukan, pemberian susu dari payudara
yang sakit segera di hentikan dan berikan antibiotik
- Bila ada abses, nanah perlu di keluarkan dengan sayatan sedikit,
mungkin pada abses. Untuk kerusakan pada duktus laktiferus,
sayatan dibuat sejajar.

2.3.4 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur.


a. Sakit Kepala
- Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilam dan sering merupakan
ketidak nyamanan yang normal dalam kehamilan
- Sakit kepala yang mwnunjukas masalah serius adalah sakit kepala yang
menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
- Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu mungkin
merasa penglihatanya kabur atau berbayang.
- Sakit kepala dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.

b. Penglihatan kabur
- Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berkurang setelah persalinan
- Perubahan ringan adalah normal.
- Perubahan penglihatan ini mungkin di sertai dengan sakit kepala yang
hebat dan mungkin merupakan gejala pre-eklamsi.

Gejala
- Ekspresi wajah ibu seperti menahan sakit
- Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandangan lebih jelas
- Tekanan darah meningkat (lebih dari normal)
- Kenaikan badan yang derastis selama masa kehamilan.

15
- Kaki oedema kanan-kiri.

Penanganan
1) Pre-eklamsi ringan
a) Rawat jalan
- Banyak istirahat
- Diet TKTP
- Diet rendah garam dan lemak
- Kondumsi vitamin, sayuran, dan buah.
- Pemberian sedatif ringan.
- Cek lab darah
- Cek lab urine.
b) Rawat inap
- Dalam dua minggu rawat jalan tidakj menunjukan perubahan
- Berat badan bertambah.
- Timbul salah satu gejala pre-eklamsi berat.

2) Pre-eklamsi berat
- Penderita di rawat di ruang tenag.
- Diit cukup protein (100 hram/hari)dan kurang garam (0,5 gram/hari)
- Infus RL 125/jam (20 tetes/menit)
- MgSO4 40gram.

2.3.5 Pembengkakan Di Wajah Dan Ekstremitas


a. Deteksi melalui :
1) Data subjektif
- Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak.
- Ibu mengatakan sesak napas dan gampang capek.
- Ibu mengatakan badan terasa lemas.
2) Data ojektif
- KU kelihatan menurun (lemah).
- Vital sign : nadi kecil dan cepat, tensi turun, suhu normal, respirasi
meningkat.
- Terdapat odema pada wajah dan ekstermitas.
- Pasien kelihatan pucat.
- Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
- Berkeringat.

16
- Aktivitas berkurang. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
b. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan EKG. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)

Penanganan :
- Perbanyak istirahat.
- Diet TKTP rendah garam.
- Pemantauan melekat vital sign.
- Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam
- RS lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi).
(Sulistyawati Ari, 2009 : 189)

2.3.6 Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih


Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal
perinium. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Esherichia coli memiliki
pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).
Pada masa nifas dini, sentivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih
didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural
atau spinal sensasi peregangan kadung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra,
atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infus oksitosin
dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi
kandung kemih. Overdistensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air
kemih sering menyebabkan Infeksi menyebabkan infeksi saluran kemih.
Gejala
- Suhu tubuh meningkat
- Denyut nadi cepat
- Sakit saat di tekan daerah bagian atas simfisis pubis dan daerah lipatan
paha.
- Pemeriksaan labolatorium jumlah leukosit meningkat, terdapat bakteri.
- Ibu mengeluh sering anyang-anyangan.

Penanganan

- Penberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4x/hari

17
- Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang di temukan.
- Minum yang banyak.
- Kateterisasi bila perlu,
- Makan-makanan yang bergizi.
- Jaga kebersihan daerah genitalia.

2.3.7 Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Lama


Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau te
yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikanlah makanan yang
sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak.
Langsung turut mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti
dipengaruhi proses persalinanya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat
guna memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu
diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi
biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan
terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Sesudah
anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga.
Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula.
Apabila ibu menghandaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan
walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak. langsung turut
mengadakan proses persalianan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi
proses persalinanya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan
makanan sebanyakbanyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu,
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Kemungkinan Penyulit
- Pemenuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
- Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
- Kurang maksimalnya ibu dalam merawat bayinya.

Penaganan
- Pemberian dukungan mental pada ibu.

18
- Pemberian KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu
dan bayinya.
- Kaji sejauh mana dukungan keluarga dalam mengatasi masalah ini.
- Pasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam penyusunan menu
seimbang sesuai selera ibu.

2.3.8 Perubahan Pada Ekstremitas (rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan
dikaki)
Selama masa nifas dapat terbentuk trhombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
Faktor predisposisi
- Obesitas
- Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
- Riwayat sebelumnya mendukung
- Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
keadaan pembuluh vena.
- Anemia maternal
- Hypotermi dan penyakit jantung
- Endometritis
- Varicostitis

Manifestasi

- Timbul secara akut


- Timbul rasa nyeri akibat terbakar
- Nyeri tekan permukaan 

Gejala
- Suhu badan meningkat selama 7 hari mulai hari ke 10-20 yang di sertai
menggil dan nyeri.
- Nyeri hebat pada lipatam paha.
- Oedema terjadi sesudah atau sebelum terjadinya nyer, pada umumny
terdapat pada paha.
- Nyeri pada betis.

Penanganan
- Kaki di tinggikan untuk mengurangi oedema.
- Kaki di balut dengan elastis.
- Tirah baring

19
- Antibiotik dan analgetik.
- Antikoagulansia untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan
mengurangi bahaya emboli.

2.3.9 Perubahan Psikologis (rasa sedih dan tidak mampu merawat bayi dan
dirinya sendiri)
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post
partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya
seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab
- Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut
yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
- Rasa nyeri pada awal masa nifas
- Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit
- Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
- Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Etiologi
- Perubahan Hormon
- Stress
- ASI tida keluar dan bayi sakit.
- Frustasi yang tidak mau tidur.
- Kelelahan pasca melahirkan.
- Suami yang tidak mau membantu.
- Problem dengan orangtua dan mertua.
- Takut kehilangan bayi.
- Takut untuk memulai hubungan suami isteri.
- Rasa bosan si ibu dan problem dengan si sulung.

Penanganan
- Pelajari diri sendiri.
- Tidur dan makan yang cukup.
- Olahraga.
- Hindari perubahan hidup sebelum dan sesudah melahirkan.
- Beritahukan perasaan anda.
- Dukungan keluarga dan orang lain.
- Persiapkan diri dengan baik.

20
- Lakukan pekerjaan rumah tangga.
- Dukungan emosional.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplikasi pada masa nifas harus segera ditangani guna mencegah komplikasi
lebih lanjut. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Macam-macam komplikasi pada masa nifas yaitu :
1. Perdarahan Pervaginam
2. Infeksi Masa Nifas
3. Kelainan Payudara
4. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
5. Pembengkakan Di Wajah Atau Etstrimitas
6. Demam,Muntah,Rasa Sakit Waktu Berkemih
7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
8. Perubahan Pada Ekstremitas (Rasa Sakit, Merah, LunakDan
Pembengkakan Dikaki)
9. Perubahan Psikologis(Rasa Sedih Dan Tidak Mampu Merawat Bayi
Dan Dirinya Sendiri

3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa membuat pembaca lebih mengerti tentang deteksi dini
komplikasi pada masa nifas. Sehingga bagi calon bidan ataupun mahasiswa dapat
memudahkan dalam proses pembelajaran baik menampilkan dalam bentuk diskusi
maupun sebagai bahan ajar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ellen Atakari, S. N. (2021). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU NIFAS


TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI RSD
KALABAHI-NTT. Literasi Kesehatan Husada, 1.
Faizah Betty Rahayuningsih, E. Y. (2020). Efektivitas Metode Think Pair And Share Dalam
Pendidikan. University Research Colloqium, 177-181.
Ika Murtiyarini, Y. S. (2020). PEMBERDAYAAN KADER DALAM DETEKSI DINI
KOMPLIKASI MASA NIFAS DI DESA PENYENGAT OLAK KEC. JAMBI
LUAR KOTA KAB. MUARO JAMBI TAHUN 2019. Jurnal Binakes, 5-9.
SCRIBD. (2018). Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas. Layudha Ikhrima.

23

Anda mungkin juga menyukai