Oleh :
Kelompok 3
Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yag Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas” disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Profesionalisme Kebidanan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan materi mengenai “Deteksi Dini Komplikasi Masa
Nifas” bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Wulan Tertiana Santhi.,
M.Keb., AIFO selaku dosen mata kuliah Profesionalisme Kebidanan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengcapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membanun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi.............................................................................................................................3
2.2 Tujuan...............................................................................................................................3
2.3 Macam-Macam Komplikasi Masa Nifas Yang Sering Timbul Dan Penanganannya......4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................21
3.2 Saran...............................................................................................................................21
Daftar Pustaka..........................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi
ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas
kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi
kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan
penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah
lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau
penyulit. Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil,
karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini, dan masa
nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa
setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas
dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya,
masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah
melahirkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari Deteksi Dini Masa Nifas ?
1.2.2 Apa tujuan dari Deteksi Dini Masa Nifas ?
1.2.3 Apa Saja Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas Dan
Bagaimana Upaya Penanganannya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Dari Deteksi Dini Masa Nifas
1.3.2 Untuk Mengetahui Tujuan Dari Deteksi Dini Masa Nifas
1.3.3 Untuk Mengetahui Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Tumbul Pada Masa
Nifas Dan Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya Penanganannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Deteksi dini komplikasi pada masa nifas adalah memantau kondisi ibu dan bayi
pasca persalinan dalam rangka menghindari komplikasi yang mungkin terjadi, dan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan
(post partum), bayi dan keluarga khususnya serta masyarakat pada umumnya.
2.2 Tujuan
2.2.1 Deteksi dini komplikasi masa nifas 2 jam pertama
- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah
yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
- Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
- Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan.
Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
- Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
- Ajarkan ibu dan keluarganya bagimana menilai kontraksi uterus dan jumlah
darah yang keluar dan bagimana melakukan masase jika uterus menjadi
lembek.
- Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi
ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
3
- Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan seta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
2.3 Macam-Macam Komplikasi Masa Nifas Yang Sering Timbul Dan Penanganannya
2.3.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan post partum paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan
darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi.
Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kehilangan darah serius
yang paling sering dijumpai di bagian ostetrik. Sebagai penyebab langsung
kematian ibu, perdarahan post partum merupakan penyebab sekitar ¼ dari
keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetric yang diakibatkan oleh
perdarahan post partum. (Marmi.2014:161)
4
Perdarahan Per Vagina/Perdarahan Post Partum/Post Partum
Hemorargi/Hemorargi Post Partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. (Suherni.dkk.2009.128)
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai
definisi ini.
1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang – kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah jug tersebar pada spon,
handuk dan kain didalam ember dan dilantai.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal
pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat
mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
(Marmi.2014:161)
Penyebab:
a. Uterus atonia, yang dapat terjadi karena plasenta atau selaput ketuban
tertahan.
5
b. Trauma genital, yang meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan
peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi.
c. Koagulasi Intravasculer Diseminata.
d. Inversi Uterus.
2. Perdarahan Post Partum Skunder
Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian
PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa
post partum.
Penyebab:
Penatalaksanaan Perdarahan
6
6) Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan
40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40
tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan
kompresi bimanual.
8) Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik,
maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk
menentukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
9) Jika ada infeksi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti
dengan demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera
berikan antibiotic berspektrum luas.
10) Lakukan pencatatan yang akurat. (Suherni.dkk.2009.130)
Penatalaksanaan lanjut
Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24 – 48 jam, hal tersebut meliputi:
7
3) Jika penolong berada dirumah, puskesmas tanpa fasilitas dan keterampilan
yang diperlukan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas dan keterampilan
yang memadai. (Marmi.2014:164)
9
infeksi post SC kemungkinan yang terjadi. (Heryani Reni, 2012 : 112)
1. Demam.
2. Nyeri pelvik.
3. Nyeri tekan di uterus.
4. Lokia berbau menyengat (busuk).
5. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
6. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan
nanah. (Suherni.dkk.2009.133)
11
getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi
yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
e. Septikemia dan Piemia
Pada septikemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk,
nadi menjadi cepat (140-160 kali/menit atau lebih).Penderita meninggal
dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala
menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum sudah merasa sakit,
perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan
embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia
ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
f. Peritonitis
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula
kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat
fasies hippocratica. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak
seberat peritonitis umum.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah nasogastrik suction, berikan infus
(NaCl atau Ringer Laktat), antibiotik sehingga bebas pana selama 24 jam
(ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg
BB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam).
Laparatomi dilakukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
g. Selulitis Pelvik
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di
kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai
terhadap kemungkinan sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan.
Di tengah-tengah jairngan yang meradang itu bisa tumbuh abses.
12
h. Salpingitis dan Ooforitis
Gejala Salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.
Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadangkadang jaringan infeksi
menjaral ke tuba fallopii dan ovarium disini terjadi salpingitis dan/abfritis
yang sukar dipisahkan dari pelvio peritonitis.
i. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang-cabangnya. Tromboflebitis, dikelompokkan sebagai berikut :
1) Pelvio Tromboflebitis
- Nyeri pada perut bawah atau samping, pada hari ke 2-3 masa nifas
dengan atau tanpa panas.
- Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhu badan naik turun
secara tajam, dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
- Terdapat leukositosis.
- Pada periksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang
paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan
dalam.(Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010: 120)
2) Trombolfebitis Femoralis
- Keadaan umum baik, subfebris selama 7-10 hari, kemudian mendadak
naik pada hari ke 10-20, yang disertai menggigil dan nyeri.
- Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda-tanda seperti kaki
sedikit fleksi dan rotasi keluar serta sulit bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki yang lain. Nyeri hebat pada lipat paha
(daerah paha). Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah
nyeri.(Rukiyah, Ai Yeyeh dkk, 2010: 120)
Penanganan :
13
2.3.3 Kelainan Payudara
a. Bendungan ASI
Bendungan ASI disebabkan oleh pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mammae
bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganan
sebaiknya sdimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan-kelainan, bila terjadi juga berikan terafi
simptomatis atau sakitnya (analgetik) sebelum menyusukan lakukan
pengurutan dahulu sehingga sumbatan hilang.
Selama 24-48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal,
payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Keadaan ini yang disebut bendungan air susu atau “caked breast”, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan
suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang
berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan
prekuser regular untuk terjadi laktasi. Keadaan ini bukan merupakan
overdestensi sistem lakteal oleh susu.
Gejala
- Payudara panas
- Keras
- Nyeri pada perabaan
- Suhu tubuh tidak naik
Penganan
- Menyokong payudara dengan BH yang menopang dan pemberian
analgetik
- Beri stilbestrol dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan
pijitan.
b. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitls ini dapat terjadi
kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari
ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Gejala
- Rasa panas dingin di sertai dengan kenaikan suhu
- Penderita merasa lesu
- Tidak nafsu makan payudara membesar, nyeri.
- Kulit merah pda suatu tempat di bagian payudara
- Membengkak sedikit
- Nyeri saat perabaan
14
Pencegahan
- Perawatan puting susu pada masa laktasi merupakan usaha
penting mencegah mastitis.
- Perawatan puting susu dengan cara membersihkan puting susu
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan
susu yang sudah mengering.
- Bila ada retak/luka puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada
bagian payudara yang sakit sampai luka senbuh. ASI dikeluarkan
dengan pemijatan.
Penanganan
- Segera setelah mastitis di temukan, pemberian susu dari payudara
yang sakit segera di hentikan dan berikan antibiotik
- Bila ada abses, nanah perlu di keluarkan dengan sayatan sedikit,
mungkin pada abses. Untuk kerusakan pada duktus laktiferus,
sayatan dibuat sejajar.
b. Penglihatan kabur
- Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berkurang setelah persalinan
- Perubahan ringan adalah normal.
- Perubahan penglihatan ini mungkin di sertai dengan sakit kepala yang
hebat dan mungkin merupakan gejala pre-eklamsi.
Gejala
- Ekspresi wajah ibu seperti menahan sakit
- Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandangan lebih jelas
- Tekanan darah meningkat (lebih dari normal)
- Kenaikan badan yang derastis selama masa kehamilan.
15
- Kaki oedema kanan-kiri.
Penanganan
1) Pre-eklamsi ringan
a) Rawat jalan
- Banyak istirahat
- Diet TKTP
- Diet rendah garam dan lemak
- Kondumsi vitamin, sayuran, dan buah.
- Pemberian sedatif ringan.
- Cek lab darah
- Cek lab urine.
b) Rawat inap
- Dalam dua minggu rawat jalan tidakj menunjukan perubahan
- Berat badan bertambah.
- Timbul salah satu gejala pre-eklamsi berat.
2) Pre-eklamsi berat
- Penderita di rawat di ruang tenag.
- Diit cukup protein (100 hram/hari)dan kurang garam (0,5 gram/hari)
- Infus RL 125/jam (20 tetes/menit)
- MgSO4 40gram.
16
- Aktivitas berkurang. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
b. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan EKG. (Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
Penanganan :
- Perbanyak istirahat.
- Diet TKTP rendah garam.
- Pemantauan melekat vital sign.
- Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam
- RS lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi).
(Sulistyawati Ari, 2009 : 189)
Penanganan
17
- Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang di temukan.
- Minum yang banyak.
- Kateterisasi bila perlu,
- Makan-makanan yang bergizi.
- Jaga kebersihan daerah genitalia.
Penaganan
- Pemberian dukungan mental pada ibu.
18
- Pemberian KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu
dan bayinya.
- Kaji sejauh mana dukungan keluarga dalam mengatasi masalah ini.
- Pasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam penyusunan menu
seimbang sesuai selera ibu.
2.3.8 Perubahan Pada Ekstremitas (rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan
dikaki)
Selama masa nifas dapat terbentuk trhombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
Faktor predisposisi
- Obesitas
- Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
- Riwayat sebelumnya mendukung
- Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
keadaan pembuluh vena.
- Anemia maternal
- Hypotermi dan penyakit jantung
- Endometritis
- Varicostitis
Manifestasi
Gejala
- Suhu badan meningkat selama 7 hari mulai hari ke 10-20 yang di sertai
menggil dan nyeri.
- Nyeri hebat pada lipatam paha.
- Oedema terjadi sesudah atau sebelum terjadinya nyer, pada umumny
terdapat pada paha.
- Nyeri pada betis.
Penanganan
- Kaki di tinggikan untuk mengurangi oedema.
- Kaki di balut dengan elastis.
- Tirah baring
19
- Antibiotik dan analgetik.
- Antikoagulansia untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan
mengurangi bahaya emboli.
2.3.9 Perubahan Psikologis (rasa sedih dan tidak mampu merawat bayi dan
dirinya sendiri)
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post
partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya
seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab
- Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut
yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
- Rasa nyeri pada awal masa nifas
- Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit
- Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
- Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
Etiologi
- Perubahan Hormon
- Stress
- ASI tida keluar dan bayi sakit.
- Frustasi yang tidak mau tidur.
- Kelelahan pasca melahirkan.
- Suami yang tidak mau membantu.
- Problem dengan orangtua dan mertua.
- Takut kehilangan bayi.
- Takut untuk memulai hubungan suami isteri.
- Rasa bosan si ibu dan problem dengan si sulung.
Penanganan
- Pelajari diri sendiri.
- Tidur dan makan yang cukup.
- Olahraga.
- Hindari perubahan hidup sebelum dan sesudah melahirkan.
- Beritahukan perasaan anda.
- Dukungan keluarga dan orang lain.
- Persiapkan diri dengan baik.
20
- Lakukan pekerjaan rumah tangga.
- Dukungan emosional.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplikasi pada masa nifas harus segera ditangani guna mencegah komplikasi
lebih lanjut. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Macam-macam komplikasi pada masa nifas yaitu :
1. Perdarahan Pervaginam
2. Infeksi Masa Nifas
3. Kelainan Payudara
4. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
5. Pembengkakan Di Wajah Atau Etstrimitas
6. Demam,Muntah,Rasa Sakit Waktu Berkemih
7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
8. Perubahan Pada Ekstremitas (Rasa Sakit, Merah, LunakDan
Pembengkakan Dikaki)
9. Perubahan Psikologis(Rasa Sedih Dan Tidak Mampu Merawat Bayi
Dan Dirinya Sendiri
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa membuat pembaca lebih mengerti tentang deteksi dini
komplikasi pada masa nifas. Sehingga bagi calon bidan ataupun mahasiswa dapat
memudahkan dalam proses pembelajaran baik menampilkan dalam bentuk diskusi
maupun sebagai bahan ajar.
22
DAFTAR PUSTAKA
23