BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Deteksi Dini Pada Masa Nifas
Deteksi Dini Masa Nifas adalah Memantau kondisi Ibu dan Bayi pasca persalinan dalam rangka menghindari komplikasi yang
mungkin terjadi,dan untuk mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan (post partum),
bayi dan keluarga khususnya serta masyarakat pada umumnya.
Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan
masase jika uterus menjadi lembek.
Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,
atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian
kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
2.3 Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas Dan Upaya Penanganan.
2.3.1 Perdarahan Masa Nifas (HPP)
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat
beberapa masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah
tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan
lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat
dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi
syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase
persalinan
Penyebab:
Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput ketuban tertahan).
Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
Koagulasi intravascular disetaminata.
Inversi uterus.
Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6
minggu masa post partum.
Penatalaksanaan:
Hemorargi post partum primer.
Hemorargi post partum atonik.
1) Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah
yang sudah keluar. Jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah hilang.
3) Berikan oksitosin (oksitosin untuk 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
4) Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok), pada
kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.
5) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6) Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40
tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.
8) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan baik, pastikan laserasi jalan lahir.
9) Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotik.
10) Lakukan pencatatan yang akurat.
Hal yang harus di hindari:
Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan telah terkendali dan keadaan umum telah stabil.
Pada kasus PPH atonik jangan pernah memasukkan pack vagina.
Jika penolong berada si rumah perlu dilakukan rujukan.Hemorargi post partum traumatic
Pastikan asal perdarahan.
Ambil darah untuk cros check dan lakukan sek kadar HB.
Pasang infus IV, NaCl atu Rl jika pasien mengalami syok.
Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup.
Perkirakan darah yang hilang.
Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum.
Jahit robekan.
Berikan antibiotik.
Membuat catatan yang akurat.
(cara-deteksi-dini-komplikasi-pada-nifas.html.Pada tanggal
8Oktoer 2014 pukul 21.23)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
2. Komplikasi pada masa nifas harus segera ditangani guna mencegah komplikasi lebih lanjut
3.2 Saran
• Mahasiswa
Semoga makalah ini bisa membuat pembaca lebih banyak mengerti tentang Deteksi dini komplikasi pada masa nifas
Sehingga bagi calon pendidik ataupun mahasiswa dapat memudahkan dalam proses pembelajaran baik menampilkan dalam
bentuk diskusi maupun sebagai bahan ajar.
• Bidan
Sebagai seorang bidan, kita harus melakukan kunjungan pada masa nifas karena pada masa ini terjadi banyak sekali komplikasi
dan penyulit yang harus di deteksi secara dini.
• Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung adanya peningkatan kreatifitas
mahasiswa.
Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
http://kebidanano.blogspot.com/
cara-deteksi-dini-komplikasi-pada-nifas.html.