RESUME MATERI
KONSEP DASAR NIFAS
BREASTFEEDING
DISUSUN OLEH:
1. AMANDA LARASATI 210107036
2. ANTIKA VALENSI 210107033
3. DEA ASTUTI 210107002
4. SESI SETIA ANGGRAINI 210107070
Pelayanan kesehatan pada masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
salin oleh tenaga kesehatan terdiri dari:
BREASTFEEDING
2. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua
reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan
reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
B. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu
berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenegi tinggi yang
diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013).
Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,
keluarga dan Negara.
Pada umur 6 bulan berikan makanan pendamping ASI me- makai MPASI metode
WHO. Pemilihan makanan pertama kali bagi bayi sangat penting, jadi jangan salah
pilih. WHO me- nyarankan pemberian ASI eksklusif hingga umur bayi genap 6 bulan,
kemudian memberikan MPASI yang tepat dengan tetap meneruskan menyusui hingga
anak setidaknya berusia 2 tahun. Sapih anak dengan bertahap ketika umurnya sudah
genap 2 tahun memakai metode penyapihan dengan cinta.
Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai
keadaan sebagai berikut:
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali
pada 2-3 minggu pertama.
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebih muda
pada hari kelima setelah lahir.
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan.
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang
usianya).
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.
F. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman lain selama umur 0-6 bulan, bayi harus diberi kesempatan menyusu tanpa
dibatasi frekuensi dan durasinya. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan
meneruskan untuk menyusui hingga 2 tahun akan berkon- tribusi memberikan
makanan sehat dengan kualitas energi serta gizi yang baik bagi anak sehingga
membantu meme- rangi kelaparan dan kurang gizi. Menyusui adalah pemberian
makan pada bayi dan anak yang paling hemat. ASI adalah makanan berkualitas yang
bisa dijangkau oleh siapapun tanpa membebani perekonomian keluarga.
H. Teknik Menyusui
Adapun teknik dasar pemberian ASI sebagai berikut:
1. Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit, oleskan pada putting dan areola
(kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban putting.
2. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu bayi dengan satu
lengan. Kepala bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan
telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala
bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
3. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari
atas. Jari yang lain menopang di bawahnya.Jangan menekan putting susu atau
areola-nya saja ( Icemi, 2013).
4. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh
pipi atau sisi mulut bayi dengan putting. Setelah bayi membuka mulut, segera
dekatkan putting ke mulut bayi. Jangan menjejalkan putting ke mulutnya. Biarkan
bayi mengambil inisiatif.
5. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam
mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak
akan mengalami tekanan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika
bagian putting saja yang di hisap bisa menyebabkan putting nyeri dan lecet.
6. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar
pernapasannya tidak terganggu.
7. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya
dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertamatama, hentikan isapan
dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi.
8. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.
9. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi
masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses
menyusui menjadi lancar (Hesty, 2008).
Berikut ini beberapa penyebab kesulitan pemberian ASI dan gejala yang dapat
membantu Ibu mengenalinya :
a. Kolik
Gejala kolik dapat dilihat dari wajah yang memerah, tangan yang
mengepal, dan kaki yang diangkat-angkat ke arah dada disertai tangisan bayi
selama 2-3 jam. Kolik sering muncul 15 menit setelah minum susu. Tapi bisa
juga muncul kapan saja dalam minggu-minggu pertama. Kolik itu normal
dialami oleh satu diantara empat bayi.
b. Menangis sebelum minum ASI
Kebanyakan bayi menangis saat ia lapar. Seiring wak tu, Ibu akan
belajar untuk membedakan arti tangisan bayi. Segera berikan ASI bila tiba
saatnya bagi bayi mendapatkan ASI. Karena perut kecilnya butuh diisi ASI
lebih sering walau dalam porsi sedikit.
c. Menangis setelah minum ASI
Merawat bayi memang perlu kesabaran. Saat lapar bayi menangis,
setelah disusui pun bisa saja menangis. Biasanya hal ini terjadi karena ia kolik.
Karena itu, bantu bayi bersendawa setelah menyusu.
Cara Menyendawakan Bayi: Bayi digendong, menghadap ke belakang
dengan dada bayi diletakkan pada bahu Ibu. Kepala bayi disangga/ditopang
dengan tangan Ibu. Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi sendawa.
d. Kurang pertambahan berat badan
Penurunan berat badan setelah lahir wajar bagi bayi, tapi sebaiknya
upayakan agar berat badannya berang- sur-angsur naik lagi. Pertambahan berat
badan tiap bayi berbeda dan akan naik sesuai perkembangan masing-masing.
e. Muntah
Cukup normal bila bayi memuntahkan kembali sedikit ASI setelah
meminumnya. Ini disebut regurgitasi (gu- moh). Tapi jika bayi terus-menerus
muntah apalagi dalam jumlah yang banyak, mungkin bayi terkena ref- luks
sehingga harus dikonsultasikan oleh dokter anak.
f. Diare
Diare bisa disebabkan oleh virus atau ada masalah dalam pemberian
ASI. Jadi lebih baik berkonsultasi dengan dokter anak. Masalah kesehatan
g. Tidak enak badan bisa menyebabkan bayi kehilangan selera menyusu.
Misalnya bila flu berat disertai hidung tersumbat, bisa menyebabkan bayi sulit
bernafas. Bayi jadi enggan mengatupkan mulutnya untuk menyusu. Penyebab
lain adalah alergi makanan Ini bisa menye- babkan turunnya berat badan karena
ia sulit makan.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Saifuddin, dkk , 2006. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
LAMPIRAN