Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI


DOSEN PENGAMPU: YUNITA ANGGRIANI, S.TR.KEB., M.KEB

RESUME MATERI
KONSEP DASAR NIFAS
BREASTFEEDING

DISUSUN OLEH:
1. AMANDA LARASATI 210107036
2. ANTIKA VALENSI 210107033
3. DEA ASTUTI 210107002
4. SESI SETIA ANGGRAINI 210107070

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
T.A 2022/2023
MATERI 1
KONSEP DASAR NIFAS

A. Pengerian Masa Nifas


Istilah lain dari masa nifas atau masa involusi atau periode pasca
persalinan/post partum. Masa nifas disebut juga dengan istilah masa puerperium.
Istilah puerperium (berasa dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan).
Puerperium berasal dai bahasa Latin, yaitu puer, artinya bayi, dan parous, artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung kurang lebih 6 minggu
(Siti Saleha, 2009).
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil. Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium
disebut puerpera. Periode pasca partum berlangsun
g sekitar 6 minggu (Varney, 2007).
Masa nifas disebut juga masa involusi (periode dimana sistem reproduksi
wanita postpartum/pasca persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum hamil).
Masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan
sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
masa post partum dibagi dalam tiga tahap:
a. Immediate post partum dalam 24 jam pertama.
b. Early post partum period (minggu pertama)
c. Late post partum period (minggu kedua sampai minggu ke enam).

Di masyarakat Indonesia, masa nifas adalah periode 40 hari setelah melahirkan.

B. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama periode nifas
8. Memberikan asuhan secara professional.

C. Tahap Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu :
1. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,
tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam 1 Minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya
dengan baik.
3. Periode Pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu - 6 minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KE (Saleha, 2009).

D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.

Pelayanan kesehatan pada masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
salin oleh tenaga kesehatan terdiri dari:

1. Kunjungan 1: 6-8 jam setelah persalinan


Tujuan : Memeriksa tanda bahaya yang harus di deteksi secara dini yaitu: Atonia
uteri (uterus tidak berkontraksi dengan baik), robekan jalan lahir yang dapat
terjadi pada daerah: Perineum, dinding vagina, adanya sisa plasenta, seperti
selaput, kotiledon, ibu mengalami bendungan/hambatan pada payudara, Retensi
urin (air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau tidak keluar sama sekali). Agar
tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan beberapa upaya antara lain:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,rujuk jika perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; berikan ASI
awal; lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (lakukan Bounding
Attacment);
d. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan sehat (Saifuddin, 2006).

2. Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan


Tujuannya :
a. Mengenali tanda bahaya seperti: Mastitis (radang pada payudara), Abces
Payudara (payudara mengeluarkan nanah), Metritis, Peritonitis.
b. Memastikan involusi uterus berjalan normal : Uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau yang
abnormal dari lochea.
c. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
d. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memper- hatikan tanda-tanda
penyakit.
f. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan


Tujuannya: Sama dengan kunjungan nifas ke 2 (6 hari setelah persalinan).

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan


Tujuannya:
a. Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
MATERI 2

BREASTFEEDING

A. Anatomi Fisiologi Payudara


1. Anatomi Payudara
Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara horizontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di
jaringan sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superficial dan profundus,
yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200
gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-
800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya
mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papila atau puting.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna
jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan
kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat
ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus,
ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada
kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu
ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting
susu tersebut.
Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini
tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau "dot" ke dalam
mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada bentuk putting
terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan
(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari
parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus
Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungakan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu
pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan
saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus
laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.
Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,
tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli.
Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang
menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar
dari alveoli.

2. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua
reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan
reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.

B. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu
berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenegi tinggi yang
diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013).

C. Manfaat Pemberian ASI

Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,
keluarga dan Negara.

1. Manfaat bagi bayi


a. Komposisi sesuai kebutuhan.
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan.
c. ASI mengandung zat pelindung.
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
e. Menunjang perkembangan kognitif.
f. Menunjang perkembangan pengelihatan.
g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

2. Manfaat bagi ibu


a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan memper- cepat kembalinya rahim
kebentuk semula.
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi.
c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
d. Menunda kesuburan.
e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan. kanker payudara dan ovarium,
f. Mengurangi kemungkinan

3. Manfaat bagi keluarga


a. Mudah dalam proses pemberiannya.
b. Mengurangi biaya rumah tangga.
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk
berobat.

4. Manfaat bagi Negara


a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusui.
c. Mengurangi polusi. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.

Pada umur 6 bulan berikan makanan pendamping ASI me- makai MPASI metode
WHO. Pemilihan makanan pertama kali bagi bayi sangat penting, jadi jangan salah
pilih. WHO me- nyarankan pemberian ASI eksklusif hingga umur bayi genap 6 bulan,
kemudian memberikan MPASI yang tepat dengan tetap meneruskan menyusui hingga
anak setidaknya berusia 2 tahun. Sapih anak dengan bertahap ketika umurnya sudah
genap 2 tahun memakai metode penyapihan dengan cinta.

D. Upaya Memperbanyak ASI

Upaya untuk memperbanyak ASI, diantaranya:


1. Tingkatkan frekuensi menyusul/memompa/memeras ASI. Jika anak belum mau
menyusu karena masih kenyang. perahlah/pompalah ASI. Ingat, produksi ASI
prinsipnya based on demand sama seperti prinsip pabrik. Jika makin sering
diminta (disusul/diperas/dipompa) maka makin banyak yang ASI yang diproduksi.
2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering dikosongkan,
maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi psikologis ibu menyusui sangat
menentukan keberhasilan ASI eksklu- sif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih
kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor
psikologis ibu menyusui. Ingat: 1 pikiran "duh ASI peras saya cukup gak ya?"
maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon
oksito- sin (produksi ASI) untuk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI
menurun.
4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena ba- nyak orangtua merasa
bahwa ASInya masih sedikit atau takut anak tidak kenyang, banyak yang segera
memberi- kan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan
menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah
bingung puting terutama pemberian susu formula dengan dot. Begitu bayi
diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan.
Sehingga volume ASI makin berkurang.Makin sering susu formula diberikan
makin sedikit ASI yang diproduksi.
5. Hindari penggunaan DOT atau empeng. Jika ibu ingin memberikan ASI
peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dengan
menggunakan sendokbukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka anak
dapat mengalami bingung puting (nipple confusion) Kondisi dimana bayi hanya
menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot.
6. Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dengan
klinik laktasi.
7. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
8. Lakukan perawatan payudara: Massage/pemijatan payudara dan kompres air
hangat dan air dingin bergantian

E. Tanda Bayi Cukup ASI

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai
keadaan sebagai berikut:

1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali
pada 2-3 minggu pertama.
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebih muda
pada hari kelima setelah lahir.
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan.
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang
usianya).
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.

F. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman lain selama umur 0-6 bulan, bayi harus diberi kesempatan menyusu tanpa
dibatasi frekuensi dan durasinya. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan
meneruskan untuk menyusui hingga 2 tahun akan berkon- tribusi memberikan
makanan sehat dengan kualitas energi serta gizi yang baik bagi anak sehingga
membantu meme- rangi kelaparan dan kurang gizi. Menyusui adalah pemberian
makan pada bayi dan anak yang paling hemat. ASI adalah makanan berkualitas yang
bisa dijangkau oleh siapapun tanpa membebani perekonomian keluarga.

G. Cara Merawat Payudara (Perawatan Payudara)


Langkah-langkah perawatan payudara Menurut (Kumalasari, 2015) langkah
perawatan payudara diantaranya:
1. Persiapkan ibu
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Buka pakian
2. Persiapkan alat
a. Handuk
b. Kapas yang dibentuk bulat
c. Minyak kelapa atau baby oil
d. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
e. Baskom dua yang masing-masing berisi air hangat dan air dingin
3. Pelaksanaan
a. Buka pakian ibu, lalu letakkan handuk di atas panggkuan ibu tutuplah
payudara dengan handuk
b. Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak ibu
c. Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit
agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada
puting susu
d. Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu datar
e. Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari
4. Teknik Pengurutan Payudara
a. Pengurutan I
1) Licinkan kedua tangan dengan baby oil
2) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari pangkal payudara dengan
gerakan memutar berakhir pada daerah puting ( dilakukan 20-30 kali).
b. Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara
dan berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.
c. Pengurutan III Meletakkkan kedua tangan di antara payudara, mengurut dari
tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya
berlahan.
d. Pengurutan IV
1) Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah
putting.
2) Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian kira-
kira lima menit.
3) Keringkan dengan handuk dan pakailah BH khusus yang dapat menopang
dan menyanggga payudara

H. Teknik Menyusui
Adapun teknik dasar pemberian ASI sebagai berikut:
1. Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit, oleskan pada putting dan areola
(kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban putting.
2. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu bayi dengan satu
lengan. Kepala bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan
telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel pada badan ibu dengan kepala
bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
3. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari
atas. Jari yang lain menopang di bawahnya.Jangan menekan putting susu atau
areola-nya saja ( Icemi, 2013).
4. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh
pipi atau sisi mulut bayi dengan putting. Setelah bayi membuka mulut, segera
dekatkan putting ke mulut bayi. Jangan menjejalkan putting ke mulutnya. Biarkan
bayi mengambil inisiatif.
5. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam
mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak
akan mengalami tekanan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika
bagian putting saja yang di hisap bisa menyebabkan putting nyeri dan lecet.
6. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar
pernapasannya tidak terganggu.
7. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya
dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertamatama, hentikan isapan
dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi.
8. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.
9. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi
masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses
menyusui menjadi lancar (Hesty, 2008).

I. Masalah Dalam Pemberian ASI

Berikut ini beberapa penyebab kesulitan pemberian ASI dan gejala yang dapat
membantu Ibu mengenalinya :
a. Kolik
Gejala kolik dapat dilihat dari wajah yang memerah, tangan yang
mengepal, dan kaki yang diangkat-angkat ke arah dada disertai tangisan bayi
selama 2-3 jam. Kolik sering muncul 15 menit setelah minum susu. Tapi bisa
juga muncul kapan saja dalam minggu-minggu pertama. Kolik itu normal
dialami oleh satu diantara empat bayi.
b. Menangis sebelum minum ASI
Kebanyakan bayi menangis saat ia lapar. Seiring wak tu, Ibu akan
belajar untuk membedakan arti tangisan bayi. Segera berikan ASI bila tiba
saatnya bagi bayi mendapatkan ASI. Karena perut kecilnya butuh diisi ASI
lebih sering walau dalam porsi sedikit.
c. Menangis setelah minum ASI
Merawat bayi memang perlu kesabaran. Saat lapar bayi menangis,
setelah disusui pun bisa saja menangis. Biasanya hal ini terjadi karena ia kolik.
Karena itu, bantu bayi bersendawa setelah menyusu.
Cara Menyendawakan Bayi: Bayi digendong, menghadap ke belakang
dengan dada bayi diletakkan pada bahu Ibu. Kepala bayi disangga/ditopang
dengan tangan Ibu. Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi sendawa.
d. Kurang pertambahan berat badan
Penurunan berat badan setelah lahir wajar bagi bayi, tapi sebaiknya
upayakan agar berat badannya berang- sur-angsur naik lagi. Pertambahan berat
badan tiap bayi berbeda dan akan naik sesuai perkembangan masing-masing.
e. Muntah
Cukup normal bila bayi memuntahkan kembali sedikit ASI setelah
meminumnya. Ini disebut regurgitasi (gu- moh). Tapi jika bayi terus-menerus
muntah apalagi dalam jumlah yang banyak, mungkin bayi terkena ref- luks
sehingga harus dikonsultasikan oleh dokter anak.
f. Diare
Diare bisa disebabkan oleh virus atau ada masalah dalam pemberian
ASI. Jadi lebih baik berkonsultasi dengan dokter anak. Masalah kesehatan
g. Tidak enak badan bisa menyebabkan bayi kehilangan selera menyusu.
Misalnya bila flu berat disertai hidung tersumbat, bisa menyebabkan bayi sulit
bernafas. Bayi jadi enggan mengatupkan mulutnya untuk menyusu. Penyebab
lain adalah alergi makanan Ini bisa menye- babkan turunnya berat badan karena
ia sulit makan.
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Saifuddin, dkk , 2006. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai