Disusun oleh :
A. PENGERTIAN
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono,2008)
B. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut
kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara
tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah
dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah
dan bisa bercampur darah (bloody shoe).
C. KLASIFIKASI
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009) adalah
sebagai berikut:
a. Priode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh karena
itu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
Pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Priode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini bisa memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
Tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.
D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut (Gerry morgan & Hamilton, 2010) adaptasi psikologis ibu
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
Pada kasus post partum spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi
menyebabkan terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan
kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan
perubahan pada vagina dan perineum terjadi rupture jaringan terjadi
trauma mekanis, personal hygine yang kurang baik, pembuluh darah
rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga
perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi.
Pada perubahan psikologis akan muncul taking in (ketergantungan)
taking hold ( ketergantungan kemandirian), letting go (kemandirian)
pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan
pelayanan ibu akan cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas,
sehingga muncul masalah keperawatan gangguan pola tidur. Taking
hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi, akan
cenderung butuh informasi karena mengalami perubahan kondisi
tubuh sehingga muncul masalah keperawatan kurang pengetahuan.
Letting go ibu akan mulai mengalami perubahan peran, sehingga akan
muncul masalah keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang
tua.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa
neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam
4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat
mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu:
(Mitayani, 2009)
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah
sakit.
D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan
otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Normal
8 minggu 30 gr
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan
luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar
luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir
minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali.
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini
berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo,
mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4) Lochea alba
5) Lochea purulenta
6) Lacheostatis
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan
pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M,
1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara
cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah
kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan (V Ruth B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post
partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil
bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih
untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir,
sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu
ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam
0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri
Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital
a) Suhu :
b) Nadi :
60 – 80 x/mnt
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali dalam
waktu 1 jam
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 0C (100,40F) disebabkan oleh efek
dehidrasi dari persalinan.
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita
keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama.
Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing
atau pusing
Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 38 0C
(100,4F0
Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik
akibat perdarahan.
Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid
(spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga
medis
2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: )
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke
3-5 post partum.
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
3. Gangguan psikologis
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
2 Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di
6 hari post
partum bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post partum
4 6 minggu Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
post partum maupun pada bayinya.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan
3.Latihan Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
Payudara dikeringkan.
6.Hubungan Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan atau berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke dalam
Rumah Tangga vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan hubungan
seksual setelah 40 hari.
7.Keluarga Berencana KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan tentang
KB adalah sebagai berikut:
Efek samping
Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.
Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai tali
pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.
Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air dan
sabun serta kering dengan baik.
4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi:
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis
dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari
keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran
ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu
dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,
protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah
perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.
Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada
daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan
lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang
air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah
belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang
kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau
menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir
ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald,
1991: 430)
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu.
Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB
untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
L. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat
roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti
biotic untuk mencegah infeksi.
3. Pengeluaran lochea.
Rubra, serosa dan alba.
4. Kandung kemih: distensi bladder.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama
24 jam pertama 380C.
setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler. Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
menurun 20 mmHg.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
RENCANA KEPERAWATAN
Berikan cairan
Temuan-temuan ini
Dorong masukan
menandakan
oral
hipovolemia dan
Beritahu dokter bila: perlunya peningkatan
haluaran urine < 30 cairan.
ml/jam, haus,
takikardia, gelisah,
TD di bawah rentang Mencegah pasien
normal, urine gelap jatuh ke dalam kondisi
atau encer gelap. kelebihan cairan yang
beresiko terjadinya
Konsultasi dokter
oedem paru.
bila manifestasi
kelebihan cairan Mengidentifikasi
terjadi. keseimbangan cairan
pasien secara adekuat
Pantau: cairan
dan teratur.
masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji haluaran urine, Mengidentifikasi
eleminasi BAK askep selama …x keluhan serta penyimpangan dalam
(disuria) b/d 24 jam, Pola keteraturan pola pola berkemih pasien.
trauma eleminasi (BAK) berkemih.
Ambulasi dini
perineum dan pasien teratur.
Anjurkan pasien memberikan
saluran kemih.
Kriteria hasil: melakukan ambulasi rangsangan untuk
eleminasi BAK dini. pengeluaran urine dan
lancar, disuria tidak pengosongan bladder.
Anjurkan pasien
ada, bladder
untuk membasahi Membasahi bladder
kosong, keluhan
perineum dengan air dengan air hangat
kencing tidak ada.
hangat sebelum dapat mengurangi
berkemih. ketegangan akibat
adanya luka pada
Anjurkan pasien
bladder.
untuk berkemih
secara teratur. Menerapkan pola
berkemih secara teratur
Anjurkan pasien
akan melatih
untuk minum 2500-
pengosongan bladder
3000 ml/24 jam.
secara teratur.
Kolaborasi untuk
Minum banyak
melakukan
mempercepat filtrasi
kateterisasi bila
pada glomerolus dan
pasien kesulitan
mempercepat
berkemih.
pengeluaran urine.
Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah stasis
urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan Kaji pola BAB, Mengidentifikasi
eleminasi BAB askep selama …x kesulitan BAB, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d 24 jam, Pola warna, bau, kemajuan dalam pola
kurangnya eleminasi (BAB) konsistensi dan eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet teratur. jumlah.
Ambulasi dini
yang tidak
Kriteria hasil: pola Anjurkan ambulasi merangsang
seimbang;
eleminasi teratur, dini. pengosongan rektum
trauma
feses lunak dan secara lebih cepat.
persalinan. Anjurkan pasien
warna khas feses,
untuk minum banyak Cairan dalam jumlah
bau khas feses,
2500-3000 ml/24 jam. cukup mencegah
tidak ada kesulitan
terjadinya penyerapan
BAB, tidak ada
cairan dalam rektum
feses bercampur Kaji bising usus yang dapat
darah dan lendir,
konstipasi tidak setiap 8 jam. menyebabkan feses
ada. menjadi keras.
Pantau berat badan
setiap hari. Bising usus
mengidentifikasikan
Anjurkan pasien
pencernaan dalam
makan banyak serat
kondisi baik.
seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran Mengidentifiakis
hijau. adanya penurunan BB
secara dini.
Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan Kaji toleransi pasien Parameter
pemenuhan askep selama …x terhadap aktifitas menunjukkan respon
ADL b/d 24 jam, ADL dan menggunakan fisiologis pasien
immobilisasi; kebutuhan parameter berikut: terhadap stres aktifitas
kelemahan. beraktifitas pasien nadi 20/mnt di atas dan indikator derajat
terpenuhi secara frek nadi istirahat, penagruh kelebihan
adekuat. catat peningaktan TD, kerja jnatung.
dispnea, nyeri dada,
Kriteria hasil:
kelelahan berat,
- Menunjukkan kelemahan,
peningkatan dalam berkeringat, pusing Menurunkan kerja
beraktifitas. atau pinsan. miokard/komsumsi
- Kelemahan dan Tingkatkan istirahat, oksigen , menurunkan
kelelahan batasi aktifitas pada resiko komplikasi.
berkurang. dasar nyeri/respon
Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka Mencegah
perineum, merawat kontaminasi silang
payudara, merawat terhadap infeksi.
bayi).
Resiko Setelah Beri
dilakukan kesempatan Meningkatkan
gangguan askep selama …x ibu untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
proses 24 jam, Gangguan perawatan bayi secara perawatan bayi.
parenting b/d proses parenting mandiri.
Keterlibatan
kurangnya tidak ada.
Libatkan suami bapak/suami dalam
pengetahuan
Kriteria hasil: ibu dalam perawatan perawatan bayi akan
tentang cara
dapat merawat bayi bayi. membantu
merawat bayi.
secara mandiri meningkatkan
(memandikan, keterikatan batih ibu
menyusui). dengan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan,Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-
2002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
_______ . (2012) . Konsep Dasar Masa Nifas . didapat dari http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-
masa-nifas/ [Diakses 25 Maret 2012]
_______.(2012). Laporan Pendahuluan Nifas. didapat
dari http://www.scribd.com/doc/54943523/Laporan-Pendahuluan-NIFAS-IsI [Diakses 25
Maret 2012]
_______.(20 12). Laporan Pendahuluan Masa Nifas. didapat
dari http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301005/bab2.pdf[Diakses 25
Maret 2012]
_______.(2012) . Masa Nifas. didapat dari http://midwifery-online.blogspot.com/2011/04/masa-
nifas.html [Diakses 25 Maret 2012