Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu atau 42 hari.

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis, setelah keluarnya plasenta,

kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental

lactogen, estrogen dan progesteron menurun (Walyani. 2017).

WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa kematian ibu

adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42

hari setelah persalinan (masa nifas) dengan penyebab yang berhubungan langsung

atau tidak langsung setelah persalinan. Kematian ibu akibat komplikasi dari

kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia 15- 49 tahun diseluruh

dunia. Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari

kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan,

terutama pada masa 2 jam postpartum (2 jam pasca persalinan).

Kira-kira 75% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan parah (sebagian

besar perdarahan pasca salin) yaitu perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi

lahir, infeksi ( biasanya pasca salin ), tekanan darah tinggi saat kehamilan

(preeklamsia/ eklamsia), partus lama/ macet, aborsi yang tidak aman (Endang,

2019).
Pada tahun 2019 AKI di Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan, target AKI Indonesia pada tahun 2015

adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup (Sali, 2019).

Pada Provinsi Riau Jumlah kematian ibu tahun 2019 yakni sebanyak 125

kematian ibu, dengan rincian kematian ibu nifas 59 orang, ibu bersalin 35 orang

dan ibu hamil 31 orang meningkat di bandingkan dengan tahun 2018 ( Profil

kesehatan Provinsi Riau 2019).

Pada Kabupaten Kampar angka kematian ibu Tahun 2017 yaitu sebanyak

12 orang, lebih rendah bila dibandingkan dengan AKI Provinsi Riau Tahun 2012

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup yang mana salah satu penyebabnya ialah

dengan kasus perdarahan pada masa nifas (Profil Kesehatan Kabupaten Kampar

2018).

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu

dan bayi. Masa 2 jam pasca persalinan merupakan pemantauan perubahan-

perubahan yang terjadi pada masa nifas untuk mengantisipasi komplikasi pada

masa nifas. Dalam waktu 2 jam ini dilakukan monitor ketat tekanan darah setiap

15 menit, suhu tubuh setiap 4 jam pada 8 jam pertama lalu setiap 8 jam pada 8

jam berikutnya (Silfiyana, 2019).

Pada masa nifas 6 jam setelah persalinan sampai 2 minggu setelah

persalinan perlu dipantau kembali dengan tujuan mencegah terjadinya perdarahan,

memastikan involusi uteri berjalan normal, menilai adanya kelainan pasca

melahirkan, memastikan ibu mendapat cukup cairan, 3 memastikan ibu menyusui


dengan baik, memberikan konseling kepada ibu terutama kepada ibu kelahiran

pertama karena belum memiliki pengalaman (Walyani, 2017).

Komplikasi persalinan seringkali terjadi pada minggu pertama masa nifas.

Komplikasi fatal yang umumnya terjadi seperti perdarahan, sepsis, eklamsia dapat

menyebabkan kematian ibu pada masa nifas (Yustiawan, 2018). Beberapa kondisi

yang sering dihadapi oleh ibu masa nifas yaitu perdarahan pasca persalinan,

infeksi, cairan keluar dari vagina, inkontinensia urine, payudara bengkak, baby

blues syndrome. Nyeri saat berhubungan seks (Putri. 2020).

Upaya penurunan AKI pada ibu nifas dengan memberikan asuhan sesuai

dengan standar yang dilakukan 3 kali jadwal kunjungan nifas (KF) yaitu KF 1, KF

2 dan KF 3 pasca persalinan. Upaya untuk mengurangi Angka Kematian Bayi

(AKB) dengan memberikan asuhan dengan standar asuhan yang dilakukan 3

kali jadwal kunjungan neonatus (KN) yaitu KN 1, KN 2, KN 3 setelah lahir,

selain itu untuk mencegah peningkatan 3 AKI dan AKB pemerintah juga

menyedikan rumah sakit PONEK untuk pasien yang mengalami kegawatdaruratan

(Kemenkes RI, 2017).

Jumlah ibu nifas di Puskesmas Air Tiris pada bulan Januari-Mei tahun

2022 yaitu terdapat 378 ibu nifas. Dan di klinik bersalin bidan Nurhayati Amd.

Keb di dapati 11 ibu nifas pada tanggl 1-14 bulan juni 2022.

BPM Nurhayati Amd. Keb adalah salah satu BPM yang melayani

persalinan, dan saat pelaksanaan penulis mendapat ibu yang post partum/ibu
nifas 6 jam, dan setelah diberi penjelasan untuk diikuti dalam pemberian

asuhan maka ibu setuju.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun bagaimanakah

Asuhan Kebidanan pada Ny. S umur 36 tahun P3A0H3 ?.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada ibu nifas

b. Menentukan diagnose kebidanan

c. Menentukan masalah dan kebutuhan

d. Melakukan perencanaan asuhan Kebidanan pada masa nifas

e. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas

f. Melakukan pendokumentasikan asuhan kebidanan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Untuk menjamin pemuliahan proses organ reproduksi dan

mempertahankan proses laktasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pasien, keluarga dan masyarakat Untuk memberikan

informasi tentang kehamilan,sampai nifas serta


b. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah sumber

informasi dan bahan bacaan mahasiswi di universitas

pahlawan tuanku tambusai.

c. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman penulis dalam menerapkan manajemen

kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu

nifas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas (Post Partum)

1. Pengertian Masa Nifas (Post Partum)

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama

masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak

perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak

nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk

menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana

& Hakim, 2020).

2. Tahapan Masa Nifas (Post Partum)

Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami

oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan.

ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan.

b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu Later puerperium, yaitu waktu 1-6

minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu


untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa berminggu-

minggu, bulan dan tahun.

3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum)

Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum

Menurut Sutanto (2019) :

a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini

adalah :

1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

2. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

3. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.

4. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu

melahirkan.

5. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

6. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga

membutuhkan peningkatan nutrisi.

7. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian

kondisi tubuh tidak berlangsung normal.


b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

1. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat

bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

2. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan

meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.

3. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

4. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti

popok.

5. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi.

c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

1. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya.

Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga.

2. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi.

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah

keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic

gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesteron

menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah


ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan. Kadar

estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada

fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari.

Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh

sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak

hamil (Walyani, 2017).

Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas

menurut Walyani (2017) yaitu:

a. Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga

dan berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit

gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus

sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm.

Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus

terbagi dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan

serviks uteri. uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil Menurut

Walyani (2017) :

1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus

1000 gr.

2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari

bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.


3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.

4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba

diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr.

5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr.

Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara lain:

1) Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah

fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah

fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke salah

satu sisi.

2) Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan

mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar

jari dari umbilikus atas atau bawah.

3) Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus

yaitu uterus kerasa teraba sekeras batu dan uterus lunak.

b. Serviks

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang

bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher

rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina

dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran

vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk

serviks akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh


korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak

berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman

karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi

lunak. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat

dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks

hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu

persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

c. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga

uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang

vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6, 5

cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina mengalami

penekanan serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada

saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali.

Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan

merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan

tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat

dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa

nifas yang disebut lochea.


Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Lochea rubra/ kruenta Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri

dari darah segar barcampur sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel

desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.

2) Lochea sanguinolenta Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke

7 postpartum, karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah

bercampur lendir.

3) Lochea serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul

setelah 1 minggu postpartum.

4) Lochea alba Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya

merupakan cairan putih (Walyani, 2017) Normalnya lochea agak

berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya

akan berubah menjadi berbau busuk.

d. Vulva

Sama halnya dengan vagina vulva juga mengalami

penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses

melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan

labia menjadi lebih menonjol.

e. Payudara (mamae)

Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan

progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI


dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi

disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan

cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan

laktasi. ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI

adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal

dengan sebutan kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam

tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.

Perubahan payudara dapat meliputi:

1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormon prolactin setelah persalinan.

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari

ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses

laktasi (Walyani, 2017)

f. Tanda- tanda vital

Perubahan tanda- tanda vital menurut Walyani (2017) antara lain:

1) Suhu tubuh Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat

0,5⁰ celcius dari keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰

celcius. Setelah 12 jam persalinan suhu tubuh akan kembali seperti

keadaan semula.
2) Nadi Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat

sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan

kembali normal.

3) Tekanan darah Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih

rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan

pada proses persalinan.

4) Pernafasan Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat

karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/

mengejan dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin

tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali

normal.

g. Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)

Denyut jantung, volume dan curah jantung

meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya

aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban

jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,

dan pembulu darah kembali ke ukuran semula.

h. Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi

(section caesarea) biasanya membutuhkan waktu sekitar

1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat

kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan


biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan

energi yang begitu banyak pada saat proses melahirkan.

Buang air besar biasanya mengalami perubahan

pada 1- 3 hari postpartum, hal ini disebabkan terjadinya

penurunan tonus otot selama proses persalinan. Selain itu,

enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan

dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri

disekitar anus/ perineum setiap kali akan b.a.b juga

mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor

tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada

ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi

yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot

kembali normal.

i. Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher

buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine

dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu

12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta

dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan

air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan


ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu.

j. Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa

hiperpigmentasi pada wajah, leher, mamae, dinding perut

dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh hormon

akan menghilang selama masa nifas.

k. Sistem musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

C. Kebutuhan Masa Post Partum

a. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi

yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu.

Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah sebagai berikut:

1. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

2. Diet berimbang protein, mineral dan vitamin

3. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)

4. Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

5. Kapsul Vit. A 200.000 unit


b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan

agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum

bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk

berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat

tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap.

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan

penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-paru,

demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini:

1. Ibu merasa lebih sehat

2. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

3. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat

bayinya.

4. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca

persalinan, tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak

menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar

kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

c. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih,

jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih

disarankan melakukan kateterisasi.

Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum:
1. Berkurangnya tekanan intra abdominal.

2. Otot-otot perut masih lemah.

3. Edema dan uretra

4. Dinding kandung kemih kurang sensitiS

5. Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar

setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi

bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.

D. Kebersihan Diri Pada Masa Postpartum

seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu

kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting

untuk tetap terjaga.

Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

2. Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan

air dari depan ke belakang

3. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari

4. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan alat kelamin

5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat

kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut

(Elisabeth Siwi Walyani, 2017).


E. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum)

1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih

dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)

2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang

terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.

4. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit

sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang

memerah panas dan/atau sakit.

5. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa

sakit. warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.

6. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau

bayi.

7. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah(Wilujeng & Hartati,

2018).

F. Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera dangan

alat-alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persa linan disebabkan

oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi penyebab tertinggi

angka kematian ibu (AKI)(Anik Maryunani, 2017).


1. Tanda dan Gejala Infeksi Masa Nifas

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi

nifas, Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk

diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada

masa nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks

kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu

38'C atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.

Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10

hari pertama masa nifas.

Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:

a. Infeksi Lokal Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,

perubahan warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah,

mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat

meningkat.

b. Infeksi Umum Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat,

tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat

meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan

koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau dan

bernanah kotor.

2. Faktor Penyebab Infeksi

a. Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban

terlebih dahulu.

b. Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.


c. Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan,

khususnya untuk kasus pecah ketuban.

d. Teknik aseptik tidak sempurna.

e. Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.

f. Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran

plasenta manual).

g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri

yang tidak diperbaiki.

h. Hematoma.

i. Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari

1.000 ml.

j. Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.

k. Retensi sisa plasenta atau membran janin.

l. Perawatan perineum tidak memadai.

m. Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.

G. Perawatan Ibu Nifas (Post Partum)

1. Tujuan Perawatan Nifas (Post Partum)

Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan

pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit

maupun setelah keluar dari rumah sakit.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih,

(2019) :

a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas


Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi

adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi,

penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam

post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi

persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan,

lebih lebih bila partus berlangsung lama.

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan

untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin

bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air

bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang

dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun

dan air sebelum dan sesudahnya. JJika ibu mempunyai luka

episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka.

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan

mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk

melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan

placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan

konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan


permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan

standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri,

nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan

pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui :

1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup

3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum sebelum menyusui).

e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara

1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.

3. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui

Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting susu yang tidak

lecet.

4. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya

bendungan.
H. Kunjungan Masa Nifas (Post Partum)

a. Kunjungan I (6 - 8 jam setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan:

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan

rujuk jika perdarahan belanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa

nifas karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hypotermi

b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu

uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,

dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari

d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan kunjungan:

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia

atau bayi alami


2. Memberikan konseling untuk KB secara dini(Wahyuni,

2018).

BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Usia Kehamilan 40 Minggu

Tanggal : 7 juni 2022 Pukul : 17.00WIB Biodata

Ibu Suami

Nama : Ny.S Tn. M

Umur : 36 tahun 38 Tahun

Agama : islam islam

Suku/Bangsa : ndonesia Indonesia

Pendidikan : S1 SMA

Pekerjaan : IRT Karyawan

No.Hp : - Alamat : TJ. Berulak

Subjectif

Ibu mengatakan bahwa telah melahirkan bayinya dengan jenis kelamin laki-laki,

ASI pertamanya yang berwarna kuning suda keluar dan ia merasaan keadaannya

baik-baik saja.

Objectif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : composmentisnya

3. Pemeriksaan fisik

a. Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80x/i Suhu :36,3 ◦C Pernapasan : 24x/i

b. Payudara : pengeluaran ada, bentuk simetris, puting susu menonjol.

c. Uterus : konsistensi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik.

d. Pengeluaran lochea : warna merah, bau amis, jumlah 50 cc,

konsistensi Encer.

e. Perineum : tidak ada laserasi

f. Kandung kemih : kosong

g. Ekstremitas : oedem tidak ada, kemerahan tidak ada, refleks patella

positif kanan kiri.

h. Tidur : ibu tidur minimal 2 jam setelah post partum

Assesment

Ny. S postpartum 6 jam P3A0H3 ibu dan bayi sehat, perdarahan normal.

Planning

1. Melakukan observasi tanda-tanda vital , kontraksi, kandung kemih, dan

jumlah perdarahan

TD :110/80 mmHg, Temp : 36,3 ◦C, HR: 80x/i RR:24x/i

:Ibu sudah mengetahui keadaannya dan ibu mengatakan keadaan ibu dalam

batas normal.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ia alami merupakan

hal yang nomral, karena rahim yang keras dan mules berarti rahim sedang

berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada masa


nifas :Ibu sudah mengerti dan paham tentang peneyebab rasa mules yang ia

alami.

3. Mengajarkan ibu atau keluarga untuk massase uterus dengan tujuan agar

rahim tetap berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan :Ibu dan

keluarga sudah mengerti cara melakukan massase uterus dan sudah

melakukannya.

4. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti

a. Perdarahan pervaginam, pengeluaran cairan berbau busuk

b. Sakit kepala dan nyeri perut yang hebat

c. Nyeri saat berkmeih dan suhu tubuh ibu > 38◦C

d. Pembengkakan pada wajah, kaki dan tangan.

e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan nyeri :Ibu sudah

mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya agar tidak terjadi

hipotermi :Ibu akan tetap menjaga kehangatan tubuh bayi.

6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar :Ibu sudah mengetahui cara

menyusui yang benar.

7. Memberitahu ibu untuk sesering mungkin menyususi bayinya dan

menjelaskan manfaat ASI yang pertama kali keluar merupakan kolostrum

yang mengandung antibodi dan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi :Ibu sudah mengetahui manfaat ASI dan akan menyusui

bayinya sesering mungkin.


8. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini kekamar mandi dan

megajarkan ibu untuk melakukan perawatan perineum agar selalu menjaga

kebersihan perineum dengan tidak menyentuh daerah kelamin saat mencebok

serta mengganti doek sesering mungkin :Ibu sudah mengerti dan akan tetap

menjaga kebersihan diri terutama daerah kelaminnya.

9. Menyarankan kepada ibu agar tidak pernah menahan BAK dan BAB :Ibu

sudah berjanji tidak akan menahan BAB dan BAK


ASUHAN 3 HARI MASA NIFAS

Tanggal : 10 juni 2022

SUBJECTIF

Ibu mengatakan merasa keadaanya semakin membaik dan tidak ada keluhan,

bayinya masih tetap menyusui tanpa diberi makanan pendamping.

OBJECTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Pemeriksaan Fisik :

a. Tanda Vital

TD :120/80 mmHg Nadi :70x/i Suhu : 36,5◦C RR : 24x/i

b. Payudara : pengeluaran ASI normal, puting susu menonjol

c. Uterus : konsistensi uterus keras, TFU pertengahan simfisis ke pusat,

kontaksi uterus baik.

d. Pengeluaran lochea : lochea sanguilenta

e. Ekstremitas : oedem tidak ada, tidak ada kemerahan, refleks patella postif

kanan dan kiri.


Assesment

Ny.S post partum 3 hari P3A0H3 Keadaan semakin baik dan dalam keadaan

normal

Planning

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam keadaan baik

TD : 120/80 mmHg HR : 70x/i RR : 24x/i Temp : 36,5 ◦C

: Ibu sudah mengetahui keadaannya

2. Memastikan involusi uteri ibu berjalan normal, TFU pertengahan pusat

dengan simfisis, uterus berkontraksi baik, tidak ada perdarahan yang

abnormal dan tidak berbau : Ibu dalam keadaan normal

3. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu : Tidak ada

tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan ada atau tidak tanda-tanda

penyulit pada bagian payudara ibu : Ibu menyusui dengan baik dan benar

serta tidak ada penyulit yang ibu alami.

5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang seperti

nasi, sayur lauk, buah, minum minimal 6-8 gelas/hari dan menyarankan

tidak ada makanan pantangan bagi ibu nifas karena ibu nifas sangat

membutuhkan kalori yang cukup : Ibu akan mengkomsumsi makanan

yang bergizi seimbang seperti yang disarankan oleh bidan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Nifas hari pertama Masa nifas pada Ny. S diberikan asuhan

sampai hari ke tiga. Mulai Pada 6 jam postpartum dilakukan pemeriksaan fisik

dan didapati hasil keadaan ibu baik dengan tanda- tanda vital normal, kontraksi

baik, TFU 2 jari di bawah pusat, lochea rubra, sudah berkemih ke kamar mandi,

ibu sudah bisa duduk, miring kekanan dan ke kiri. Asuhan yang diberikan pada 6

jam masa nifas yaitu kurang dari 1 jam pertama, ibu sudah memberikan ASI pada

bayi yang disebut dengan proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Hal ini bisa

terjadi sebab ibu mau mencoba memberikan kolostrum setelah ibu mendengar

informasi yang diberikan bidan bahwa kolostrum adalah susu pertama dan inilah

yang dapat memberikan kekebalan tubuh pada bayi sehingga bayi tidak mudah

terserang penyakit, mengandung sel darah putih, protein tinggi rendah laktosa dan

antibodi yang paling tinggi dari pada ASI sebenarnya (Marmi, 2017).

Asuhan lain yang diberikan pada ibu adalah memberikan

konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai kebutuhan

istirahat untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis pada fase taking in


seperti postpartum blues pada ibu, dengan cara memberikan perhatian dan

dukungan melalui kehadiran suami atau keluarga serta membantu ibu dalam

perawatan bayinya seperti mengganti popoknya karena ibu postpartum

membutuhkan istirahat yang cukup (Rukiah, 2019).

Nifas hari ke tiga Pada kunjungan 3 hari masa nifas, keadaan

umum ibu baik dengan tanda-tanda vital normal, cairan yang keluar dari kemaluan

ibu berwarna merah kekuningan (lochea sanguinolenta), ASI lancar dan pola

nutrisi ibu baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemenkes (2017) yang

menyatakan bahwa pada hari ke 3-7 setelah persalinan terdapat pengeluaran

lochea yang disebut lochea sanguinolenta berwarna merah kekuningan. Ibu juga

masih mengonsumsi tablet Fe, tidak ada masalah saat BAK dan BAB.

Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap

hari. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air

setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan. Pada

kunjungan 3 hari masa nifas, perubahan psikologis ibu baik, yaitu ibu sudah

mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Menurut teori Rukiah, 2017

perubahan psikologis dibagi menjadi 3 fase yaitu fase taking in 1 sampai 2 hari

postpartum, taking hold 2 sampai 4 hari postpartum, dan letting go. Pada saat

kunjungan ini perubahan psikologis ibu termasuk dalam fase letting go (Rukiah,

2017).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 2 kali berjalan

dengan baik. Kunjungan dilakukan dengan cara home visit yang dimulai

dari kunjungan 6 jam postpartum, 3 hari postpartum, dengan tujuan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah dan mendeteksi, serta

menangani masalah - masalah yang terjadi. Selama memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas involusi berjalan dengan normal, proses laktasi

lancar dan tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi. Pada

pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S telah dilakukan sesuai standar

pelayanan dan berdasarkan teori yang ada dengan praktek yang nyata.

B. Saran

1. Bagi Bidan (BPM Nurhayati Amd. Keb) Diharapkan BPM dapat

mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan yang sudah baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan bacaan mahasiswi.


3. Bagi Pelaksana asuhan Selanjutnya Diharapkan dapat tetap

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan

kebidanan secara baik dan benar kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai