PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari
setelah plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana
alat-alat kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas
merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya
memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis,
2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).
Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya
yaitu timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan
progesterone yang merangsang kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga
selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan
atau minuman. Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi
asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan
karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan
mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan
pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif
dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2016).
Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak
semua menyusui bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan
sikap ibu, sedangkan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan
1
keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya
promosi susu formula (Hanifah, Astuti, & Susanti, 2017). Kondisi ini
menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan pemberian ASI
dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI
dalam payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan
payudara berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena
tidak dapat menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis
pada ibu yaitu ibu akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa
cemas yang berdampak pada semakin menurunnya produksi ASI
(Deswani, Gustina, & Rochimah, 2014).
Agar tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti bendungan ASI
yang akan berdampak pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar
mengurangi resiko kematian pada bayi, maka ibu harus dibekali dengan
pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI. Pengetahuan tentang
pemberian ASI ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan ibu tentang
pemberian ASI dan meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada
ibu dan angka kematian bayi, maka disini dibutuhkanlah peran tenaga
kesehatan untuk memberikan dukungan berupa informasi tentang
pentingnya kesiapan ibu dalam pemberian ASI, karena semakin baik
pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif, maka seorang ibu akan
memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula
peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Aprilia, 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2. Apa saja perubahan fisiologis masa nifas?
3. Apa saja kebutuhan dasar ibu nifas?
4. Apa saja adaptasi psikologis masa nifas?
2
5. Apa saja tujuan asuhan masa nifas?
6. Bagaimanakah kebijakan program nasional masa nifas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Praktek memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan
asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan pada ibu
nifas normal.Praktikan mampu memberi asuhan kebidanan pada ibu
nifas normal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan
komunikasi yang baik dan benar kepada ibu hamil, serta
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
b. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang secara lengkap dengan benar dan tepat pada ibu hamil.
c. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau
informasi yang telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan
yang dilakukan.
d. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan
analisa yang telah ditentukan.
e. Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun.
f. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang
dilakukan.
g. Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode
SOAP.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bahkan tahunan.
5
a. Lokia rubra
Hari pertama dan kedua merupakan darah segar sisa-sisa selaput
ketuban, sisa mekonium (feses janin), sel-sel desidua, sisa-sisa
verniks kaseosa, dan lanugo.
b. Lokia sanguinolenta
Hari ketiga hingga hari ketujuh cairan yang keluar adalah lokia
sanguinolenta, terdiri atas darah dan sisa jaringan.
c. Lokia serosa
Seminggu kemudian hingga 2 minggu, cairan yang keluar mulai
berwarna kekuningan atau disebut lokia serosa.
d. Lokia alba
Setelah dua minggu, cairan yang keluar mulai berwarna putih
atau disebut lokia alba.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Penurunan produksi progesteron, menyebabkan nyeri ulu hati dan
konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Ini terjadi karena
kurangnya aktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan
cairan selama persalinan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum, ini dikarenakan
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala 2 persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma
ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.
4. Perubahan Sistem Endokrin
6
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL
secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum.
HCG sudah tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum.
7
kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga mencegah distensi
abdominal dan konstipasi. Ambulasi pada ibu nifas dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kekuatan dan kemampuan Ibu.
3. Eliminasi
Eliminasi juga penting untuk ibu nifas karena mencegah terjadinya
distensi abdominal. Berbagai rangsangan dapat diberikan pada ibu jika
mengalami kesulitan dalam eliminasi, seperti rendam duduk dan
kompres hangat.
4. Higiene
Area perineum merupakan daerah yang harus mendapatkan
perhatian khusus dalam hal kebersihan. Ibu terkadang merasa takut
untuk menyentuh area tersebut, terutama pada ibu yang terdapat luka
jahit di perineum. Bidan bisa mengajarkan ibu dengan cara mengalirkan
air hangat ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi.
Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya, dengan melakukan
perawatan payudara secara rutin akan terhindar dari infeksi.
5. Istirahat
Ibu nifas juga membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu
mempercepat pemulihan organ-organ dan kelancaran produksi ASI.
Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang dan tidur malam.
8
4. Pengaruh budaya
9
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah.
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
10
b. Manilai adanya demam
c. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
danistirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
e. Memberi konseling kepada ibu tentang asuhan kepada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi
sehari-hari
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”S” P1A0H1 POSTPARTUM NORMAL
HARI KE-5 DENGAN GANGGUAN PRODUKSI ASI PASCA
PERSALINAN DI BPM HJ. ST NURHAYATI, S.ST., M.MKES
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1) Biodata
Ibu Suami
Nama Ny.”S” Tn.”R”
Umur 27 Tahun 29 Tahun
Suku/Bangsa Sasak/Indonesia Sasak/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 D3
Pekerjaan Guru Wiraswasta
Alamat Kekalik Kijang, Kekalik Jaya
2) Keluhan Utama
12
Ibu habis melahirkan 5 hari yang lalu di tanggal 28 November 2022 di
Rumah Sakit Permata Hati secara normal, Ibu mengeluh gangguan
produksi ASI .
3) Riwayat persalinan
Tanggal : 03-12-2022
Jam persalinan : 09.00 Wita
Penolong persalinan : Bidan
Jenis persalinan : Normal
Komplikasi persalinan : Tidak ada komplikasi
Placenta
a. Lahir : Lengkap
b. Ukuran/Berat : 3100 gram
c. Tali pusat : ±55 cm
d. Kelainan : Tidak ada
Warna kulit kemerahan, menangis spontan dan tonus otot baik
BB : 3100 gram Apgar Score : 10
PB : 52 cm
Cacat bawaan : tidak ada
4) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
5) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita Sekarang/ Yang Lalu
1. Jantung : Tidak Pernah
2. Hipertensi : Tidak Pernah
3. Diabetes melitus : Tidak Pernah
4. Malaria : Tidak Pernah
5. Ginjal : Tidak Pernah
6. Asma : Tidak Pernah
7. Hepatitis : Tidak Pernah
8. Riwayat kembar : Tidak Pernah
13
9. Lain-lain, sebutkan : Tidak Pernah
6) Riwayat Operasi/SC : Tidak pernah ada operasi sebelumnya
7) Riwayat alegi obat : Tidak Pernah
b. Pola Minum
Frekuensi 8x/hari
Jenis Air putih, susu, dll
Porsi ± 1 gelas habis 1x minum
Keluhan/Pantangan Tidak ada
14
c. Pola Istirahat
d. Pola eliminasi
BAB 1-2x/hari
BAK 3-4x/hari
Keluhan Tidak ada
11) Menyusui
Menyusui Iya
Keluhan ASI tidak lancar
B. Data Objektif
15
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tingkat kesadaran : Baik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5˚C
Respirasi : 20x/menit
Pengukuran tinggi badan dan berat badan :
BB sebelum hamil : 52 kg
BB selama hamil : 60 kg
Kenaikan BB selama hamil : 8 kg
TB : 156 cm
LILA : 26 cm
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Warna hitam, tidak ada ketombe, dan tidak ada
benjolan
b. Muka
Bentuk : oval
Cloasma : ada
Oedema : tidak ada
c. Mata
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterus
d. Hidung
Bentuk : simetris
Polip : tidak ada
e. Gigi dan Mulut : bersih, tidak ada bau mulut, ada karies gigi
f. Telinga : bersih, tidak ada secret
16
g. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembengkakan kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
Pembendungan vena jugularis : Tdak ada pembendungan
Pergerakan leher : Aktif
h. Payudara
Bentuk : Simetris
Keadaan putting susu : Menonjol, Colostrum ada.
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
i. Abdomen
Bekas luka oprasi : Tidak ada bekas luka operasi
tertutup verban
Linea Nigra : Ada
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik (terasa bulat dan keras)
Kandung kemih : Kosong
Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas atas
Oedem : Tidak ada
Pergerakan : Normal
Warna kuku : Tidak pucat.
Ekstermitas bawah
Oedem : Tidak ada
Pergerakan : Normal
Warna kuku : Tidak pucat
Varises : Tidak ada
j. Genitalia
Lochea : Sanguelenta
Bau : Tidak berbau
Perineum : Tidak ada robekan
17
Anus : Tidak ada nyeri tekan
C. ANALISA
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
D. PELAKSANAAN
Tanggal/jam : 03 Desember 2022
Jam : 09.00 Wita
18
VII. EVALUASI Tanggal/jam : 01-04-2021 jam : 02:30 Wita
a. Keadaan ibu masih sedikit nyeri pada daerah luka operasi ditandai
bila bergerak ajah ibu meringis
b. Hasil observasi tanda-tanda vital ibu dalam batas normal ditandai
dengan
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,6˚ C
19
n. Ibu sudah bisa melakukan gerakan di tempat tidur dengan miring
ke kiri dan kekanan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
20
perlu diperhatikan perubahan- perubahan fisiologis, anatomis, dan psikologis
yang terjadi sehingga dapat segera diketahui jika terjadi kasus patologis yang
muncul pada saat ini.
Dari seluruh data yang di kumpulkan Ny.”N” tidak memiliki masalah dalam masa
nifasnya hanya mules saja. Yang mana setelah di periksa tidak ada tanda-tanda
infeksi ataupun hematoma. S e h i n g g a d i p e r l u k a n pemberian KIE terhadap
ibu dan keluarga bahwa hal itu tidak perlu di takutkan karena mules setelah
melahirkan itu hal yang biasa.
Dari data objektif yang di peroleh tidak ada keadaan patologis pada
Ny.”N” ,itu bisa di lihat dari TFU nya yang 2 jari di bawah pusat
dengan konsistensi uterus yang keras, ibu juga sudah bisa BAK dan kandung
kemih ibu kosong. Pada reaksi psikologis ibu masuk pada fase taking in dimana
Ny.”N”masih mengambil peran pasif dan bergantung pada ibu kandungnya untuk
perawatannya, mengungkapkan lewat kata-kata tentang proses persalinan dan
melahirkan dan perasaan takjub ketika melihat bayinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan kepada ibu pada masa nifas
normal, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas normal
tidak ada perbedaan yang menyolok antara teori dan praktek semua
dikerjakan sesuai apa yang ada dalam teori.
21
2. Dalam menerapkan manajemen kebidanan penulis pada kasus ini
mulai dari pengkajian sampai evaluasi, tidak didapatkan masalah yang
spesifik, karena ibu nifas masih dalam batas normal, yang didukung
dengan data penunjang, sehingga penulis dapat menganalisa /
menegakkan diagnosa serta melaksanakan asuhan kebidanan.
B. Saran
1. Untuk Bidan
a. Betapa pentingnya penerapan asuhan kebidanan masa nifas, karena
masa ini merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayi, dengan
meningkatkan pengetahuan serta mutu pelayanan kesehatan.
b. Pentingnya memberikan konseling yang terus menerus tentang
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat
merubah perilaku yang kurang mendukung terhadap kesehatan.
2. Untuk Ibu dan Keluarga
a. Untuk ibu nifas sebaiknya selalu memperhatikan kebutuhan
dirinya, seperti nutrisi yang cukup, serta kebersihan dirinya secara
keseluruhan, karena pada masa nifas sangat rentan terhadap infeksi.
b. Untuk keluarga hendaknya selalu memberikan dorongan dan
semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu dalam merawat bayinya
dan memenuhi kebutuhannya.
22