Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJUAN MATERI

A. DEFINISI MASA NIFAS


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya placenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari). Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu kata puer yang artinya bayi dan
parous melahirkan.Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan
bayi.puerperium adalah masa pulih kembali .Sekitar 50 % kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pascapersalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi.. Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau puerpeium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini
yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011). Masa nifas atau puerperium dimula
sejak 1 jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
t (Saifuddin, 2009) .

B. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS


Dalam masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah
sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah (Pitriani, 2012) :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

3
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
c. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
d. Memberikan pendidikan tentang perawatan kesehatan di, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi, kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana
f. Mempercepat involusi alat kandungan
g. Melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan
h. Melancarkan pengeluaran lochea
i. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi
hati dan pengeluaran sisa metabolisme

C. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM MASA NIFAS


Bidan memilki peran yang sangat penting dalam pemberian asuhann post
partum.Adapun peran bidan pada masa nifas menurut Saleha (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan merespon kebutuhan dan komplikasi pada saat 6-8
jam setelah persalinan,m6 hari setelah persalinan , 2 minggu setelah
persalinan dan 6 minggu setelah persalinan
2. Memberi dukungan terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
degan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psiologis
selama masa nifas
3. Sebagai promoter hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis
4. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara menciplakan rasa
nyaman.
5. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
dengan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
6. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan .

4
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa, dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk
mempercepat prosespemulihan komplikasi dengan memenuhi kebuluhan
ibu dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional Asuhan ibu nifas oleh
bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas .

D. TAHAPAN MASA NIFAS


Tahapan masa nifas dibagi menjadi (Jannah,2011) :
1. Puerpurium dini : masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
2. Puerpuium intemedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara6-8 minggu
3. Remote puerpurium : wktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi

E. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Berdasarkan Program dan kebiakan teknis masa nifas, paling sedikit
dilakukan 4 kali kunjungan masa nifas, dengan tujuan yaitu
Memelihara kondisi kesehatan ibu dan bayi (Pitriani, 2012):
1. Mendeteksi terhadap kemungkinan kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya
2. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
3. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu dan bayi.
Kunjungan masa nifas terdiri dari (Pitriani, 2012) :

5
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan kunjungan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonid uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika
perdarahan belanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pembrian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuan kunjungan:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. iMemastikan bu mendaptkan makanan, cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan) Iujuan kunjungan: Sama
seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan kunjungan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia atau bayi
alami
b. Menanyakan KB yang diinginkan

F. PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

6
1. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Dalam istilah medik, payudara disebut glandulla mammae yang
berasal dari bahasa latin Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang
terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Terletak sekitar iga kedua atau
ketingan sampai iga keenam alau kelujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan
beratnya pada wanita ham adalah 200 gram. Pada wanita hamil aterem
mencapai 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram.

Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya akan
mengecil setelah menopouse. Pembesaran terutama disebabkan oleh
pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Besarnya payudara tidak menjamin banyaknya jumlah air susu yang
dihasilkan.Payudara berkembang sejak usia kehamilan enam minggu dan
cepat membesar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan ampulla
sedangkan progesteron merangsang perlumbuhan lunas-unas alveoli
Hormon-hormon lain, seperti prolakn,growth hormon adrenokostikosteroid

7
dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar susu Payudara tersusun dari
jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Secara Mikroskopis
payudara perempuan memiliki 3 unsur, yakni kelenjar susu (alveolus) yang
menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus dan jaringan penunjang
yang mengikat kelenjar-kelenjar susu . Dilihat dari luar, payudara terbagi
menjadi tiga bagian ulama, yaitu :
a. Korpus Mamae
Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri
dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-
100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu
atau sistem duktus schingga merupakan sualu pohon. Bila diikuti
pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran
air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae
duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus/gudang susu
(ampula) di mana tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus
laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus.
Tiap-tiap dukfulus pada perjalanan selanjutnya disusun oleh
sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari dukiuhis yang terbuka
dan sel-sel accini yang menghasilkan air susu dan dikeingi otot
plsiopithel) yang berfungsi memeras air susu keluar dari avi Alveoli
juga dikelilingi pembuluh darah yang membentuk zat-zat gizi pada sel -
sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu
ibu. Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada korpus mamae
tersusun atas bagian-bagian: Jaringan ikat Jaringan lemak Pembuluh
darah Svaraf Pembuluh limfe Jaringan lemak disekeliling alveoli dan
laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran
payudara besar atau keci memiliki aleoli dan duktus lakliferus yang
sama, sehingga dapal menghasilkan ASI yang sama banyaknya.
Disekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan berkonttraksi

8
dan memeras keluar AS. Keadaan hormon oksitosin menyebabkan otot
polos tersebut berkontraksi.
b. Aerola
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting dan areola
terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses refleks saat
menyusui, dan dacrah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau
bagian lengah yang berwarna kchitaman. Warna kegelapan disebabkan
oleh penipisan dan penimbuna pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau
12 dari payudara. Puting susu mengandung otot polos yang dapat
berkontraksi sewaktu àda rangsangan meny usu Pada umumnya, puting
susu menonjol keluar Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai
puting yang panjang, datar atau masuk ked Namun, bentuk puting tidak
selalu berpengaruh pada pross laklasi. Pada ujung puting susu terdapat
15-20 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung
sejumlah kelenjer seperti kelenjer keringat dan kelenjer lemak Kelenjar
lemak merupakan kelenjer Motgomery yang berfungsi sebagai kelenjar
minyak yang mengeluarkan cairan agar puting telap lunak dan lentur.
Di bawah arcola san yang besar melebar, discbul Sinus Lakliferus. Di
dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos
yang bila berkontraksi memompa ASI keluar
c. Papila Mammae (Puting Susu)
Saluran susu bermuara ke puting susu, putting susu terletak
setinggi kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran
payudara maka letaknya bervariasi pula. Putting susu memiliki lebih
kurang 20 ujung saluran susu yang berhubungan dengan kelenjar yang
berada di payudara. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan lemak dan
jaringan ikat yang berada diantara kelenjar susu dan saluran susu, agar
menjadi kesatuan. Selain ketiga unsur lersebut, terdapat ligamen yang

9
melekal di tulang dada dan otol (musculus pecloralis mayor) yang
berada di dasar payudara. Dengan bertambahnya usia, ligamen ini akan
kendur sehingga payudara akan tampak turun. Sementara itu otot
berfungsi untuk menggerakkan payudara jika otot digerakkan,
payudara akan ikut bergerak. Hal ini berarti otot berfungsi untuk
menggerakkan payudara Payudara juga berhubungan dengan kelenjar
getah bening.
Kelenjar getah bening yang erat hubungannya dengan payudara
adalah kelenjar gelah bening yang ada di ketiak di atas tulang
clavikula. Kelenjar getah bening ini berfungsi sebagai benteng yang
menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel
getah bening akan membesar. Kelainan yang terjadi pada payudara
sepe kanker, bisa terlokalisir pada kelenjar gelah bening lerscbu. Dalam
keadaan normal, kelenjar getah bening lidak terasa sewaklu diraba.
Namun kalau kanker menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar ini
akan terasa seperti benjolan kecil.
2. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan hormon yang dihasilkan placenta yaitu laktogen,
koriogonadotropin, estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan
alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara. Hormon laktogen dari
placenta dan hormon prolaktin dari hipofisis (glanduh pituilari anterior
merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI tidak berlangsung
sampai sesudah kelahiran bayi meskipun kadar prolaktin cukup tinggi
karena dihambal oleh estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan
progesteron menurun dengan lepasnya placenta sedangkan prolaktin tetap
tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen,
maka produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusuinya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan

10
sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi
prolaktin yang memacu sel-sel kelenjar meproduksi ASI, sehingga semakin
sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga
makin banyak produksi air susu. Reflek ini dikenal dg reflek prolaktin.
Dengan bayi mengisap juga merangsang hipofisis (glandula poslerior
mengeluarkan hormon oksitosin. Proses ini disebut refleks let dow atau
pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia buat bayi. Dalam hari-hari dini
laktasi, reflek pelepasan ASI ini dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, pelepasan ASI dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ibu
merasa takut, lelah, malu dan merasa tidak pasti atau bila merasa nyeri
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveoli mammae melalui duklus
ke sinus akliferus. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar
hipofisis (pituitari) posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel miopitel yang mengelilingi alveoli mammae dan duktus
laktiferus, Kontraksi sel miopitel ini mendorong ASI keluar dari alveoli
melalui dukus laktiferus munuju ke duktus laktiferus di mana ia akan
disimpan. Pada saat bayi mengisap, ASI dalam sinus tertekan keluar ke
mulut bayi.Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let dow atau pelepasan.
Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan
dapat terjadi bila ibu mendengar bayi mendengar atau sekedar memikirkan
bayinya Let down penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa let
down, bayi dapat mengisap terus menerus tetapi hanya memperoleh
sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpa di dalam payudara. Bila let
down gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak
dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti
berfungsi, dan laktasi akan berhenti.

G. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI


Bidan mempunyai peranan yang istimewa dalam menunjang pemberian

11
ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum yang terjadi peranan awal bidan di dalam
mendukung pemberian ASI adalah : (Pitriani, 2012)
1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari
payudara ibunya
2. Membantu ibu agar dia mampu menyusui bayi nya sendiri
Cara bidan dalam memberikan dukungan bagi pemberian asi
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah setelah lahir selama
beberapa jam pertama. sering disebut dengan inisiasi menyusu dini
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3. Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir. Semakin bayi
sering mengisap puting susu ibu maka pengeluaran ASI semakin lancar.
4. Menempatkan ibu di dekat kamar yang sama (rawat gabung/roming in)
Rawat gabung merupakan salah salu cara perawatan dimana ibu
ditempakan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin dan tanpa dijadwalkan
6. Memberikan kolostrum dan ASI saja menghindari susu botol dan dot
empeng.
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (The Academy of
Breastfeeding Medicine Protocol Committee ( 2010)
1. Memiliki kebijakan menyusui tertulis yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua staf perawatan kesehatan.
2. Latih semua staf perawatan kesehatan dalam keterampilan yang
diperlukan untuk menerapkan kebijakan ini.
3. Informasikan kepada semua wanita hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui.
4. Bantu ibu memulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah lahir.
5. Tunjukkan ibu bagaimana cara menyusui dan bagaimana
mempertahankan laktasi, bahkan jika mereka terpisah dari bayi mereka.

12
6. Bayi baru lahir tidak diberikan makanan atau minuman selain ASI,
kecuali diindikasikan secara medis.
7. Biarkan ibu dan bayi tetap bersama - 24 jam sehari.
8. Dorong pemberian ASI sesuai permintaan bayi
9. Jangan berikan dot atau dot buatan untuk bayi yang menyusui.
10. Membina pembentukan kelompok dukungan menyusui dan merujuk ibu
kepada mereka, saat keluar dari rumah sakit atau klinik.

H. MANFAAT PEMBERIAN ASI


1. Bagi Ibu
a. Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsng ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipófisis mengelurkan prolaktin. Prolaktin
masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen, akibatnva tidak ada
ovulasi. Metode ini isbut degan Metode Amenore Laktasi (MAL).
Berdasarkan Clinikal Protocol Academy of Breastfeeding Medicine
(2015) untuk menggunakan LAM (Lactation Amenorea Meetod)
dengan benar, penting bahwa ibu harus memahami masing-masing dari
tiga kriteria, yang dapat diingat menggunakan huruf '' LAM '' untuk
menunjukkan Laktasi, Amenore, dan jumlah Bulan mencakup tiga
kriteria untuk menentukan periode risiko kehamilan terendah. '' Apakah
Anda amenorrheic? '' Yang berarti Anda tidak mengalami perdarahan
menstruasi, atau perdarahan berdurasi> 2 hari (mendiskon setiap
perdarahan dalam 2 bulan pertama). '' Apakah Anda sepenuhnya atau
hampir sepenuhnya menyusui? '' Ini termasuk tidak memberikan bayi
Anda makanan tambahan atau cairan selain menyusui (lebih dari sekali
atau dua kali seminggu)? '' Apakah bayi Anda kurang dari usia 6
bulan?. Jika dia menjawab '' ya '' untuk ketiga pertanyaan, dia
memenuhi persyaratan untuk LAM. Jika salah satu dari tiga pertanyaan
di atas dijawab '' tidak, '' maka peluang kehamilannya meningkat, dan

13
dia harus disarankan untuk memulai kontrasepsi lain.
b. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil
bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan
lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya disisapkan sebagai
sumber tenaga dalam proses pruduksi ASI. Dengan menyusui lubuh
akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga tibunn lemak yang
berfungsi sebagai cadangan tcnaga akan lerpakai. Maka timbunan
lemak menyusut berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil
c. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjer hipófisis. Oksitosin membantu infolusi uls dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan
2. Bagi Bayi
a. Mengandung antibody
b. Membantu bayi dalam memulai awal kehidupannya dengan baik
c. Mengandung komposisi yang tepat
d. Mengurangi kejadian karies dentis
e. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi karena adanya ikatan
batin ibu dan bayi
f. Terhindar dari alergi
g. Meningkatkan kecerdasan
h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara
3. Bagi Keluarga
a. Aspek ekonomi
1) ASI tidak perlu dibeli dan bayi yang diberi ASI relative jarang

14
sakit sehingga
2) Menghemat pengeluaran untuk berobat.
b. Aspek psikologi
Dengan menyusui kelahiran lebih jarang (kaitkan dengan efek
kontrasepsi) sehingga hubungan keluarga lebih baik .
c. Aspek kemudahan
Menyusui praktis dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. Tidak
perlu menyiapkan air masak dan merebus botol susu

I. UPAYA MEMPERBANYAK ASI


Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran ASI adalah dengan
mengusahakan agar setiap kali menyusui payudara benar –benar telah menjadi
kosong. Karena dengan pengosongan payudara akan merangsang kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI. Selama menyusui ekslusif ibu harus
mendapat 700 kalori pada 0-4 bulan pertama, 500 kalori pada 6 bulan
berikutnya dan pada tahun kedua adalah 400 kalori.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
memperbanyak produksi ASI :
1. Pada minggu –minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk
merangsang produksi ASI
2. Motivasi untuk pemberian ASI sedini mungkin yaitu 60 menit segera
setelah bayi lahir
3. Membina ikatan batin antara ibu dan bayi dengan cara membiarkan bayi
bersama ibunya segera setelah bayi dilahirkan
4. Bidan mengajari cara perawatan payudara
5. Berikan bayi kedua payudara pada setiap kali menyusui
6. Biarkan bayi menghisap lama pada tiap payudara
7. Jangan terburu-buru memberi susu formula sebagai tambahan
8. Ibu dianjurkan untuk minum banyak baik berupa susu maupun air putih (8-
10 gelas/hari) / 1 liter susu perhari untuk meningkatkan kualitas ASI.

15
9. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas untuk menunjang
pertumbuhan bayi dan menjaga kesehatannya.
10. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur
11. Bila jumlah ASI masih tidak cukup dapat dicoba untuk diberikan tablet
Moloco B12 untuk menambah produksi ASI atau obat-obat lain sesuai
petunjuk dokter. Pucuk daun katuk membuat air susu lebih banyak keluar
12. Menghindari makanan yang menimbulkan kembung (ubi, singkong, kol,
sawi dan daun bawang), makanan yang merangsang (cabe, merica, jahe,
kopi, alcohol), makanan yang mengandung banyak gula dan lemak.

J. TANDA BAYI CUKUP ASI


1. Jumlah BAK dalam 1 hari paling sedikit 6 kali
2. Warna BAK tidak berwarna kuning pucat
4. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji
5. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan
cukup
6. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam
7. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui
8. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap bayi menyusu
9. Ibu dapat mendengar suara menelan ketika bayi menelan ASI
10. Berat badan bayi bertambah

K. ASI EKSLUSIF
ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih serta
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi
dan nasi tim kecuali obat maupun vitamin sesuai anjuran dokter. Selain
memenuhi semua kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi ASI memberi
kesempatan bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying serta perlindungan bagi
bayi yang tidak dapat dialihkan kepada siapapun. ASI ekslusif diberikan sejak

16
0-6 bulan. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

L. CARA MERAWAT PAYUDARA


Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan
minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya. Perawatan payudara
adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar
dengan lancar. Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui
1. Persiapan alat
a. Handuk
b. Kapas
c. Minyak kelapa / baby oil
d. Waslap
e. Baskom (masing-masing berisi: air hangat dan dingin)
2. Prosedur pelaksanaan;
a. Buka pakaian ibu
b. Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan
handuk.
c. Buka handuk pada daerah payudara.
d. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit.
e. Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu
yang datar.
f. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.

17
g. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
h. Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua payudara
i. Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak tangan kiri kearah
sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan
j. Pengurutun diteruskan samping,selanjutnya melintang, telapak tangan
mengurut kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.
k. Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari
tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu.
l. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya
menggengam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah
putting susu.
m. Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara bergantian kira-
kira 5 menit (air hangat dahulu)
n. Keringkan dengan handuk
o. Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga
payudara).

M. CARA MENYUSUI YANG BENAR


Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Sebagian besar
masalah menyusui disebabkan oleh pelekatan yang buruk pada bayi ke
payudara. Dengan demikian sangat penting untuk belajar bagaimana cara
menyusui yang benar. Berdasarkaan International Lactation Consultant
Association apabila perlekatan bayi ke payudara sudah benar maka ibu akan
merasa nyaman dan bebas memilih posisi yang diinginkan.
Langkah-langkah menyusui yang benar
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sangga seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,

18
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu,
3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu. Letakkan jari-jari Anda didada di
dinding bawah payudara.
4. Pegang payudara Anda dengan ibu jari di atas dan empat jari di bawah,
dan jauhkan jari-jari Anda dari areola. - Anda dapat melepaskan tangan
Anda begitu bayi Anda dalam posisi yang benar.
5. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka
lebar.
Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

Posisi-posisi menyusui yang benar


1. The Cradle Hold
Pegang bayi secara horizontal menghadap ibu. Ketika menyusui dari
payudara kanan, gunakan tangan kanan untuk menggendong bayi.Biarkan
kepala bayi beristirahat di lengan bawah, sambil menopang punggungnya
dengan lengan yang sama, & pegang pantatnya dengan tangan. Pastikan

19
lengan bawah bayi tidak menghalangi. Dukung payudara dengan tangan
kiri.
2. The Transitional Hold (Cross-over Hold)
Pegang bayi secara horizontal menghadap ibu.Saat menyusui dari payudara
kanan, gunakan lengan kiri untuk menggendong bayi. Dukung
punggungnya dengan lengan kiri, sambil meletakkan ibu jari dan jari di
pangkal kepala bayi, di bawah telinganya. Pastikan lengan bawah bayi
tidak menghalangi. Dukung payudara dengan tangan kanan.

3. The Football Hold


Pegang bayi di bawah lengan ibu & biarkan dia menghadap ke arah
payudara. Dukung bayi dengan bantal di bawahnya.Pegang bayi dekat ibu
dengan hidung menunjuk ke puting. - Gunakan lengan bawah untuk
menopang punggung & lehernya, dan tangan untuk memegang kepalanya.
(Posisi ini cocok untuk ibu yang menjalani seksio sesarea karena tidak
menekan perut).

4. The Side-berbaring Hold (Berbaring )


Bayi dan ibu berbaring di sisi mereka saling berhadapan. - Ibu harus relaks
tanpa otot tegang, sambil menjaga punggung dan pinggulnya dalam garis
lurus (misalnya, bantal di bawah kepalanya, di belakang punggung dan di
antara lutut tertekuk untuk dukungan & kenyamanan ekstra). Bayi perlu
didukung dan dijaga dengan baik (misalnya, selipkan handuk yang
digulung atau bantal kecil dengan kuat di belakang punggungnya, untuk
membuatnya tetap pada posisinya). Sesuaikan jarak bayi dari payudara
bagian bawah dengan menempatkan selimut yang terlipat di bawah
kepalanya. Untuk membantu penguncian, gunakan tangan yang
berlawanan untuk menopang payudara (tangan kanan untuk payudara kiri
dan sebaliknya).
Bayi yang menyusui biasanya tidak menelan terlalu banyak udara. Dengan
demikian, bersendawa hanya harus dilakukan sesuai kebutuhan, selama

20
beberapa menit. Tempatkan handuk kecil di atas bahu. Pegang bayi tegak di
bahu, dan dengan lembut tepuk atau gosok punggung bayi . Duduklah bayi
tegak di pangkuan. Dukung dada dan dagu dengan tangan sambil menstabilkan
kepalanya, dan gosok lembut punggung bayi.

N. MASALAH PEMBERIAN ASI


1. Putting susu datar/tenggelam
Cara mangatasinya: Puting susu ditarik-tarik sampai menonjol, kalau perlu
denganbantuan pompa susu.
2. Puting susu lecet / nyeri
Hal ini disebabkan oleh karena posisi menyusui atau cara menghisap yang
salah, puting susu belum meregang (belum siap untuk disusui), dan hisapan
bayi sangat kuat. Cara mengatasinya:
a. Mulai menyusui pada puting yang tidak sakit. Susui sebelum bayi
sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat

b. Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutupi areola diantara gusi atas
dan bawah

c. Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alcohol

d. Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai


menyusui. Letakkan jari kelingking di sudut bawah

e. Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting selesai menyusui

f. Biarkan puting kering sebelum memakai BH

g. Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas

h. Usahakan bayi menghisap sampai kebagian hitam disekitar puting


(aerola).

3. Payudara Bengkak

21
Sekitar hari ke 3-4 payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai
rasa nyeri. Cara mengatasinya:
a. Susuilah bayi sesuai kebutuhan

b. Susuilah bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan

c. Keluarkan ASI dengan pompa atau manual dengan tangan bila


produksi ASI melebihi kebutuhan bayi

d. Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat

e. Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal.

4. Radang Payudara
Terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan.Tanda-tandanya adalah: Kulit
payudara tampak lebih merah, Payudara mengeras, Nyeri dan berbenjol-
benjol. Cara mengatasinya:
a. Tetap menyusui bayi

b. Bila disrtai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan
menghilangkan rasa nyeri

c. Bila belum berhasil segera rujuk ke Puskesmas

d. Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur

5. Mastitis/ abses payudara


Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara.Untuk sementara
payudara yang abses tidak dipakai untuk menyusui.Rujuk ke
Puskesmas.Setalah sembuh bayi dapat menyusui kembali.
6. Bingung Putting
Bila ibu bekerja atau karena sesuatu hal bayi terpaksa diberikan susu
buatan, berikan dengan sendok, jangan dengan dot susu botol karena
menyusui dari dot berlainan dengan puting ibu. Ini untuk menghindari agar
bayi tidak bingung puting.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Tujuan dari
asuhan masa nifas adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
melaksanakan skrining yang komprehensif, mendukung dan memperkuat
keyakinan diri ibu, memberikan pendidikan tentang perawatan kesehatan di,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi, kepada bayinya
dan perawatan bayi sehat. Program nasional masa nifas adalah bidan
melakukan kunjungan 6-8 jam setelah melahirkan, 6 hari setelah melahirkan
dan 6 minggu setelah melahirkan.
ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun. Cara bidan dalam memberikan
dukungan bagi pemberian asi adalah membiarkan bayi bersama ibunya segera
setelah setelah lahir , mengajarkan cara merawat payudara, menempatkan bayi
rawat gabung bersama ibu, beri ASI semau bayi dan jangan memberikan
makanan atau minuman selain ASI. Ibu menyusui harus belajar cara menyusui
yang benar, dengan perlekatan bayi ke ibu dengan benar maka ibu akan merasa
nyaman dan dapat memilih posisi yang diinginkan. Kesalahan dalam posisi
menyusui menyebabkan masalah-masalah selama menyusui.

B. SARAN
Keberhasilan menyusui ditentukan oleh pengetahuan ibu mengenai

23
proses laktasi dari sebelum dia melahirkan. Oleh karena itu sebagai bidan untuk
mensukseskan ASI Ekskluisif bidan harus memberikan edukasi sejak dini saat
kunjungan ANC. Bidan juga harus aktif berperan dalam mempromosikan ASI
Ekslusif.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Cendikia Press


Jannah, Nurul.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Pitriani, Risa, Rika Andriyani. 2012. Panduan Lengkap Assuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal (ASKEB III). Yogyakarta: Budi Utama
Page, Debra. (2007). Breastfeeding: Learning the Dance of Latching. A Publication of
the International Lactation Consultant Association
Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati.2009.Perawatan Masa Nifas,
Yogyakarta : Fitramaya
Page, Debra. (2007). Breastfeeding: Learning the Dance of Latching. A Publication of
the International Lactation Consultant Association
The Academy of Breastfeeding Medicine Protocol Committee.(2010). ABM Clinical
Protocol#7: Model Breastfeeding Policy (Revision 2010). Mary ann
Liebert.Inc,5,4,173-177. Diunduh tanggal 6 September 2018 dari
Breastfeeding Medicine
The Academy of Breastfeeding Medicine Protocol Committee.(2015). ABM Clinical
Protocol#13: Contraception During Breastfeeding Revised (2015). Mary ann
Liebert.Inc,10,1,3-12. Diunduh tanggal 6 September 2018 dari Breastfeeding
Medicine
Wilujeng R, Arimima Hartati. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas.Surabaya.Griya Husada

24
25

Anda mungkin juga menyukai