Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA

IBU NIFAS Ny. “S” P1001 POST PARTUM HARI KETIGA


DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS WILANGAN
KECAMATAN WILANGAN
KABUPATEN NGANJUK

Oleh :

ATIK DWI YULISTINA,SST,Keb


202006090144

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan Pada Ny. “S” P1001 Post Partum Hari Ke 3 Dengan Bendungan ASI
Di Puskesmas WILANGAN Kecamatan WILANGAN Kabupaten Nganjuk,
mahasiswa atas nama :

Nama : Atik Dwi yulistina


NIM : 202006090144

Telah disahkan pada tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Rahma K.D,SST,M.PH Marhenis Zuliana, Amd.Keb


A.TINJAUAN PUSTAKA

I. Masa Nifas
1. Defenisi Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan

segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-mingu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa

setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan

kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi,

2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum

hamil). Masa mifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2016)

Masa nifas (pueperium) adalah pulihnya kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas 6-8

minggu (Astutik, 2015).

2. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:

1. Peurperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Peurperium intermedial,yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang

lamanya 6-8 minggu.


Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau waktu bersalin memiliki komplikasi

(Rukiyah, 2014)

3. Perubahan-perubahan Masa Nifas

1. Perubahan fisik masa nifas:

1) Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan rahim

(involusi).

2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).

3) Kelelahan karena proses melahirkan.

4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.

5) Kesulitan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).

6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul, dan bokong).

7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan).

2. Perubahan Psikis Masa Nifas

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan

sampai hari ke 2 (fase taking in)

2) Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul

persaaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke 3-10)

3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase

letting go (hari ke-10-akhir masa nifas)

3. Pengeluaran lochea terdiri dari :

1) Lochea rubra: hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur sisa-siasa

ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.


2) Lochea sanguinolenta: hari ke 3-7, terdiri dari: darah bercampur lendir,

warna kecokelatan.

3) Lochea serosa: hari ke 7-14, berwarna kekuningan.

4) Lochea alba:hari ke 14-selesai nifas, hanya merupakan cairan putih.

5) lochea purulent: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6) Locheastatis: lochea tidak lancar (Walyani, 2015)

4. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas

1. Kunjungan 1 (6-8 jam masa nifas)

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujukan bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

berhasil dilakukan.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal uterus berkontraksi fundus di

bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.


c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit pada bagian payudara ibu. cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan)

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal uterus berkontraksi fundus di

bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit pada bagian payudara ibu. cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

4. Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia alami atau bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Anggraini,

2010).

5. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Menurut (Lockhart RN. MSN, 2017)bidan memiliki peran dan tanggung

jawab dalam memberikan asuhan masa nifas.

1. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi.


2. Mendukungan dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial, serta

memberikan semangat pada ibu.

3. Membangun kepercayaan diri ibu dalam menjalankan peran sebagai pada

ibu.

4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu termasuk pendidikan dalam

menjalankan peran sebagai orang tua.

5. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

6. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman serta membantu ibu dalam menyusui bayinya.

7. Membuat kabijakan dan perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kagiatan administrasi

8. Mendeteksi komplikasi dan berbagai kondisi yang memerlukan rujukan,

serta merespon terhadap kebutuhan ibu, terutama pada saat-saat penting,

yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu.

9. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,

serta mempraktikkan keberhasilan yang aman.

10. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosis, membuat rencana tindakan, serta melaksanakan

rencana tersebut. Manajemen asuhan tersebut dibuat untukmempercepat

proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

11. Memberikan asuhan secara profesional.


6. Proses Nifas

Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.

a. Perubahan involusi setelah bayi lahir dengan TFU setinggi pusat dan

berat uterus 1000 gram.

b. Perubahan involusi setelah plasenta lahir dengan TFU 2 jari bawah

pusat dan berat uterus 750 gram.

c. Perubahan involusi 1 minggu dengan TFU pertengahan pusat-simfisis

dan berat uterus 500 gram.

d. Perubahan involusi 2 minggu dengan TFU tidak teraba diatas simfisis

dengan berat uterus 350 gram.

e. Perubahan involusi 6 minggu dengan TFU bertambah kecil dan berat

uterus 50 gram.

f. Perubahan involusi 8 minggu dengan TFU sebesar normal dan berat

uterus 30 gram (Rukiyah, 2014).

Tanda-tanda Bahaya

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah:

1. Demam tinggi hingga melebihi 38

2. Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba betambah banyak (lebih pembalut

2x dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan

berbau busuk.
3. Nyeri perut hebat/terus menerus dan pandangan nanar/masalah

penglihatan.

4. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah

penglihatan.

5. Pembengkakan wajah, jari-jari atau tangan.

6. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki,

7. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

8. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui.

9. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau

nafas terengah-engah.

10. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

11. Tidak bis buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air

kecil.

12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu menmghasuh bayinya atau diri

sendiri dan depresi pada masa nifas (Maryunani, 2016)

7. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjaryang terletak dibawah kulit,

atas otot dada dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Payudara

tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Diameter

payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-rata sekitar

200 gram, tergantung individu, pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-600

gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram(Marmi,

2015). Payudara terletak secara vertikal diantara kosta II dan IV. Secara horizontal
mulai sternum sampai linea aksilaris medialis. Payudara bentuknya bervariasi

fungsionalnya. Pembesaran disebabkan oleh karena pertumbuhan stoma jaringan

penyangga dan penimbunan lemak. Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus,

masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus terdiri dari 10-100. Puting susu

terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang-lubang kecil merupakan muara

dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat syaraf, pembuluh getah bening, serat-

serat otot polos yang memiliki kerja seperti spinter dalam mengendalikan aliran

susu (Rukiyah, 2014)

Sumber : (Walyani, 2015)

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan

(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammaeterdiri dari

parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus

Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli) Lobus dan Alveolus.

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40


duktus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing

dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu

pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan

saluran air susu yang disebut duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi

duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada

sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel

kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras

air susu keluar dari alveoli (walyani,2015)

8. Langkah-langkah Menyusui yang Benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di

sekitar puting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan

menghadap ke ibu dengan posisi menyangga seluruh tubuh bayi, jangan hanya

leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus,hadapkan bayi ke dada ibu,
sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu. Dekatkan tubuh bayi ke

tubuh ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya, dan menunggu sampai mulut

bayi terbuka lebar.

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir

bawahh bayi terletak dibawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan

benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebbar, dan

bibir bawah bayi terbuka lebar (Saleha, 2009).

9. Proses Produksi ASI

Dalam pembentukan ASI terdapat dua reflex yang berperan sebagai

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :

1. Reflex Prolaktin

Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan hormon prolaktin

memegang perang penting dalam proses pembuatan kolostrum, namun jumlah

kolostrumnya masih terbatas, karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan

progesteron yang kadarnya memang tinggi. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli

yang fungsinya untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui

akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak.

2. Reflex let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofisis, rangsangan yang

berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan neurohipofisis yang kemudian

dikeluarkan oksitosin. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan memengaruhi sel

mioepitelim. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya mengalir melalui

duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

3. Reflex mencari (rooting reflex)

Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu

apabila ia diletakkan di payudara.

4. Reflex menghisap

Saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu

sampai ke langit keras dan punggu lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan

pipi.

5. Reflex menelan

Gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks ini merangsang

pembentukan rahang bayi (Saleha, 2009).

10. Manfaat Pemberian ASI

1. Manfaat untuk bayi :

a. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan.

b. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi

ampai usia 6 bulan.

c. ASI mengandung zat pelindung / antibodi yang melindungi terhadap

penyakit.

d. Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai 6 bulan menyebabkan

perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.

e. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.

f. Dengan diberikannya ASI maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi.
g. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai

dengan kebutuhan bayi.

h. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.

2. Manfaat untuk ibu :

a. Mencegah perdarahan masa nifas.

b. Mempercepat involusi uterus.

c. Mengurangi resiko terjadinya anemia.

d. Mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara.

e. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang ibu

dengan bayi yang dilahirkan.

f. Mempercepat kembali ke berat badan semula.

g. Sebagai salah satu metode KB sementara (Astutik, 2015).

II. Bendungan ASI

1. Defenisi Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus

laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau

karena kelainan pada puting susu. Keluhan adalah payudara bengkak, keras panas,

dan nyeri (Anggraini, 2010).

Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu,

sehingga sisa ASI terkumpulan pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari

ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan

puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus (Marmi,

2015).
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara

dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.hal ini bukan disebabkan

overdistensi dari Saluran Sistem laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan

berlebihan pada limfatik dan vena Sebelum laktasi(walyani,2016).

Payudara bengkak adalah keadaan dimana payudara terasa lebih penuh

(tegang) dari myeri sekitar hari ketiga atau kwwmpat sesudah melahirkan . biasanya

disebabkan oleh testis di vena dan pembuluh limfe ,tanda bahwa asi mulai banyak

disekresi. Pembekakan sering terjadi pada payudara dengan elastisitas yang kurang.

Namun, jika payudara bengkak dan ibu tidak mengeluarkan ASI, maka ASI akan

menumpuk dalam payudara. Lalu, menyebabkan areola menjadi lebih

menonjol,puting lebih datar dan sulit untuk dihisap bayi.

Cara paling aman agar payudara tidak membengkak adalah dengan

menyusukan bayi segera setelah lahir. Jika payudara masih terasa berat ,maka

keluarkan ASI dengan cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya perawatan

pasca melahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta mudah

ditangkap oleh bayi(Andina Vita sutanto,2018).

Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi

ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh,gejala yang dirasakan pasien

adalah rasa berat pada payudara ,panas, dan keras , sedangkan pada payudara

bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien merasakan sakit, puting susu kencang

, kulit mengkilat walau tidak merah , ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau di

isap , dan badan demam setelah 24 jam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa

hal,antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan


kurang baik, kurang sering mengeluarkan ASI, atau karena ada pembatasan waktu

menyusui. Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi ,perlu dilakukan beberapa

hal,seperti menyusui dini, perlekatan yang baik,dan menyusui on demand.Bayi

harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat

menyusu,sebaliknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.(Ari

Sulistyawati,2013)

2. Etiologi

Payudara bengakak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu

sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain

produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik,

mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada pembatasan waktu

menyusui. Hal ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu,

penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat

menyebabkan sumbatan pada duktus (Nanny Lia Dewi, 2011).

Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang memiliki produksi

ASI banyak, jikaa diraba terasa keras dan terkadang menimbulkan nyeri serta

seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda

kemerahan di payudara dan demam..(Andina vita sutanto,2018)

3. Patofisiologi
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sukar di susu oleh

bayi karena kalang payudara lebih menonjol , puting lebih datar dan sukar di hisap

oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit pada payudara nampak lebih

mengkilat, ibu merasa demam dan payudara ibu terasa nyeri. Oleh karna itu sebelum

disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar

payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu (Mansyur, 2014).

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada

payudara bengkak : payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat

walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24

jam. Sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila

ASI dikeluarkan tidak ada demam (Marmi, 2015).

4. Diagnosis Bendungan ASI

1. Buah dada nyeri dan bengkak

2. Terjadi 3-5 hari nifas

3. Kedua buah dada nyeri biar tertekan (Walyani, 2015).

5. Pencegahan

1. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.

2. Menyusui bayi tanpa jadwal ( non jadwal dan on demand).

3. Keluarkan ASI denga tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan

bayi.

4. Jangan memberikan minuman lain pada bayi.


5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan ( masase dan sebagainya)

(Marmi, 2015).

1. Membuat areola (permukaan hitam di payudara) menjadi elastis areola yang

elastis dapat masuk lebih dalam jauh dimulut bayi untuk membantu lidah

bayi menghisap ASI lebih optimal.

2. Tekan jari-jari anda kedalam menuju dinding dada dan hitung perlahan

lahan hingga hitungan ke 50.

3. Tekanan harus mantap dan tegas ,namun tetap lembut untuk mengindari rasa

sakit.

4. Jika ibu ingin,orang lain dapat membantu dengan menggunakan ibu jari.

5. .Hindari kuku yang panjang saat melakukan perawatan ini.

6. Jika payudara cukup besar atau sangat bengkak , lakukan perawatan ini

dengan posisi ibu berbaring telentang. Posisi ini dapat menunda kembalinya

pembengkakan areola serta memberikan lebih banyak waktu untuk menekan

areola dengan menggunakan jari-jari.

7. Lunakan areola setiap sebelum menyusui (atau memompa) sampai bengkak

hilang .

8. Untuk beberapa ibu, bendungan ASI ini memakan waktu 2-4 hari.

9. Buatlah sesi memompa singkat , dengan jeda untuk kembali melunakan

areola kembali jika diperlukan.

10. Gunakan hisapan alat pompa dengan kekuatan sedang atau ringan, untuk

mengurangi kembalinya pembengkakan ke areola.(Sutanto,2018).

6. Cara untuk menangani Bendungan ASI adalah dengan :


A. Susui bayi semau dan sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas

waktu.

B. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau

pompa ASI yang efektif.

C. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan

kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, lakukan pijatan lembut pada

payudara, leher dan punggung.

D. Setelah menyusui, kompres payudara dengan air dingin untuk mengurangi

bengkak.

7. Langkah Pijat Oksitosin

a. Memberitahukan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan ,tujuan

maupun cara kerjanya untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu.

b. Menyiapkan peralatan dan ibu dianjurkan membuka pakaian atas ,agar dapat

melakukan tindakan lebih efisien .

c. Mengatur ibu dalam posisi duduk dengan kepala bersandarkan tangan yang

dilipat ke depan. Letakan tangan yang diipat dimeja yang ada di

depannya,dengan posisi tersebut diharapkan bagian tulang belakang menjadi

lebih mudah dilakukan pemijatan.

d. Melakukan pemijatan tangan meletakan kedua ibu jari sisi kanan dan kiri

dengan jarak satu jari tulang belakang. Gerakan tersebut dapat merangsang

keluarnya oksitosin yang dihasilkan oleh hifofisis posterior.


e. Menarik kedua jari yang berbeda di costa 5-6 menyusuri tulang tulang

belakang dengan membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu

jarinya.

f. Gerakan pemijatan dengan menyusuri garis tulang belakang ke atas

kemudian kembali ke bawah.

g. Melakukan pemijatan selama 2-3 menit.

8. Penatalaksanaan

1. Sangga payudara ibu dengan bebat / bra yang pas.

2. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit.

3. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.

4. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi lunak.

5. Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding ) dan

pastikan perlekatan bayi payudara ibu dengan bayi sudah benar.

6. Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu

mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran ASI

secara manual dari payudara.

7. Letakkan kain dingin / kompres dingin dengan es pada payudara setelah

menyusui atau setelah payudara di pompa.

8. Bila perlu, berikan Paracetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi

nyeri.

9. Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Walyani, 2015).


III. Proses Management Asuhan Kebidanan

Konsep manajemen asuhan keluarga adalah salah saatu asuhan yang

dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan keluarga. Dalam memecahkan

masalah pasiennya, bidan menggunakan manajemen yaitu suatu metode yang di

gunakan dalam menentukan dan mencari langkah – langkah pemecahan masalah

sertai melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan

kesehatan dengan menggunakan manajemen Hellen Varney,yaitu :

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah dalam kasus

kebidanan yang dilakukan secara sistematis ,diawali dari pengkajian data (data

subjektif dan objektif) dianalisis sehingga didapatkan diagnosa kebidanan aktual

dan potensial ,masalah dan kebutuhan ,adanya perencanaan pelaksanaan hingga

evaluasi.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut hellen varney adalah :

a) Langkah 1 (pengumpulan data dasar)

Langkah pertama meupakan awal yang akan menentukan langkah

berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien.

Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa suatu situasi yang

menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang komplek.

Bendungan ASI terjadi karena teknik menyusui yang salah karena ibu

tidak membersihkan puting susu dengan air hangat sebelum menyusui, perut

bayi tidak menghadap perut ibu , tidak mengeluarkan sedikit ASI dan

mengoleskan ke puting dan areola sebelum menyusu, bayi tidak disentuh


dengan jari ibu untuk membuka mulut bayi tidak melepaskan isapan bayi

dengan jari kelingking setelah bayi selesai menyusu, dan tidak

menyendawakan bayi setelah menyusui.Faktor lainya karena frekuensi

menyusui yang kurang , dan penggosongan mamae yang tidak sempurna , hal

ini sudah sesuai dengan Teori.penyebab Bendungan ASI adalah

penggosongan mamae yang tidak sempurna jika masih terdapat sisa ASI

didalam payudara setelah menyusui maka sisa ASI tersebut tidak di keluarkan

dapat menimbulkan Bendungan ASI . Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

yaiti bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak

aktif menghisap . maka akan menimbulkan bendungan ASI.(Anggraini,2010)

b). Analisis Bendungan ASI

Analisa yang sudah didapatkan sudah sesuai dengan hasil pengkajian data

subjektif dan objektif yaitu data subjektif ibu mengatakan bahwa payudaranya

terasa nyeri dan keras pada payudara sebelah kanan ,data objektif yang

didapatkan dari hasil pemeriksaan payudara Ny. () tidak simetris , payudara

kanan lebih besar dan teraba keras dan ada nyeri tekan , pada teori gejala

yang bisa terjadi pada Bendungan ASI adalah payudara penuh terasa panas,

berat dan keras terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.(Retno,2012)

c). Penatalaksanaan Bendungan ASI

Penatalaksanaan yang dilakukan tenaga kesehatan sesuai dengan teoriyaitu

menganjurkan menyusui bayinya sesering mungkin , menganjurkan kompres

hangat dan dingin pada ebelum menyusui,payudaranya yang terasa keras dan
nyeri, dan menganjurkan ibu untuk memijat lembut pada payudara sebelum

menyusui , menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI nya jika masih terasa

penuh setelah bayi menyusu, menganjurkan ibu untuk tetap menyusui dengan

payudara yang sakit,dan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya secara

esklusif selama 6 Bulan(Prawiroharjo,2012).

Henderson C. Dan Jones K 2009) Penatalaksanaan Bendungan ASI

adalah pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat

selama 5 menit , Keluarkan ASI sebagian ,dari bagian depan payudara

sehingga paydara menjadi lunak, Susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila bayi

tidak menghabiskan isi payudara,keluarkan sisanya dengan tangan. Kompres

payudara dengan air dingin setelah selesai menyusui.

Evaluasi akhir Bendungan ASI dapat disembuhkan selama 4 hari

dengan penanganan : memantau dan mengobservasi keadaan umum (KU) dan

Vital Sign (VS) ibu. Melakukan kompres hangat dan dingin . melakukan

perwatan payudara pasca persalinan dan teknik menyusui yang benar dan

durasi menyusui yang cukup serta pemijatan lembut pada payudara.

Pada langkah ini data dasar yang sudah terkumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan diagnosis yang spesifik ( sesuai

dengan nomenkaltur standar diagnosa ) atau masalah yang menyertai.

Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan masalah dan diagnosis keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosis, tapi membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah


rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai diagnosa sebagai

contoh diperoleh diagnosa dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa.

3. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa atau

masalah potensial. Hal ini berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah di dentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan ,sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada kasus Bendungan ASI masalah yang bisa timbul jika Bendungan

ASI ini tidak dapat diatasi maka akan terjadi Masitis dan bisa menyebabkan

Abses payudara dan terjadi infeksi pada masa nifas yang dapat menyebabkan

Kematian.

4. Tindakan Segera

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin

akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan

lainnya.

5. Intervensi ( Perencanaan )

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang mnyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasi atau di antisipasi, dan
pada langkah ini reformasi/ data dara yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

terindentifikasi dari kondidi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi

juga dari kerangak pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan

dengan ssosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

6. Implementasi ( Pelaksanaan )

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah intervensi dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim lainnya. Walau bidan melakukannya sendiri, ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan

langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen

yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan

asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-


benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam

diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.


II.TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada PostPartum Hari Ke3Dengan


Bendungan ASI DiPUSKESMAS WILANGAN
Kec. WILANGAN
Kab.Nganjuk

Tanggal pengkajian :14-06-2021

Pukul :10.00 WIB

No register : 13/06/2021
I. PENGKAJIAN
A. DataSubyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny.W Nama Suami:Tn. S
Umur :27Tahun Umur :34Tahun
Agama:Islam Agama :Islam
Pendidikan:SD Pendidikan :SMP
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Tani
Penghasilan:-- Penghasilan:Rp.2.000.000Ala
Alamat :wilangan–Nganjuk mat :wilangan
Nganjuk
2. KeluhanUtama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya, karena nyeri pada payudara
sebelah kiri, setelah melahirkan anak pertamanya pada tanggal 9-06-2021

3. Riwayat Kesehatan.
a. Penyakit yang lalu.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti, TBC,
Hepatitis,HIV/AIDS Tidak mempunyai riwayat penyakit menurun ( DM, Ashma)
Tidak mempunyai riwayat penyakit menahun(Hipertensi).
b. Penyakitsekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti, TBC,
Hepatitis,HIV/AIDS, Tidak mempunyai riwayat penyakit menurun ( DM, Ashma)
Tidak mempunyai riwayat penyakit menahun (Hipertensi).
c. Penyakitkeluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga tidak mempunyai dan tidak sedang menderita
penyakit menular seperti, TBC, Hepatitis, campak, HIV/Aids, Tidak mempunyai
riwayat penyakit menurun ( DM, Ashma) Tidak mempunyai riwayat penyakit
menahun(Hipertensi).

4. RiwayatObstetri.
a. Riwayat menstruasi.
Amernorhoe : 9 bulan ini
Menarche : Usia 12 Tahun
Lama : 7– 8 Hari
Siklus : 28 hari
Dismenorhoe : Tidak
pernah Fluor albus : Tidak
pernah
Banyak : + 3 – 4 kali / hari ganti pembalut
Teratur/tidak : Teratur
b. Riwayat Kehamilan,Persalinan danNifas yanglalu.
Tgl/Bln/ UsiaKe TempatP JenisPe Penyulit Anak
No. Penolong Nifas UsiaAnak
ThPersalin hamilan ersalinan rsalinan Kehamilan JK BB PB
an
1 9/06/2021 9 bl Poned pkm Normal Bidan Tidak ada p 3,4 50 Ya 5 hr

c. RiwayatKehamilansekarang.
Ibu mengatakan ini kehamilan ke I dengan usia kehamilan 9
bulan.ANC: 10 Kali di Poned Puskesmas Wilangan
Keluhan selama hamil mual Penyuluhan yang didapat Nutrisi, Persiapan
persalinan, aktifitas ibu, RT kehamilan
Riwayat Persalinan :
Melahirkan Tgl 9-06-2021, jam 05.00, secara Spt B ditolong Bidan di
Puskesmas WILANGAN
Penyulit: Kala I :Tidak Ada
Kala II :Tidak Ada
Kala III : Tidak Ada
KalaIV :Tidak ada
Jk♂BBL: 3200grPBL:49 cm Langsung menangis , IMD

RiwayatNifas:
Perdarahan +150 cc pemberian ASI IMD

5. Riwayat KB
Menjadi peserta KB :
Ibu mengatakan belum pernah KB
6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1kali
Lama : 1 tahun
Usia Pertama Menikah: 27Tahun
7. Riwayat Psikososial.
Ibu,suami dan Keluarga bahagia dengan kelahiran anak pertama ini.

8. RiwayatBudaya
Ibu mengatakan akan mengadakan slametan sepasaran dan selapanan.

9. Perilaku Kesehatan.
Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
Merokok:Ibu mengatakan tidak merokok
Minum minuman keras:Ibu mengatakan tidak minum minuman keras.

10. Pola Kebiasaan sehari –hari.


No. PolaKebiasaan Selamanifas
1. Nutrisi Makan3xsehari porsi1 piring nasi,sayur,lauk,buah
Minum + 2Lairputih /hari
2. Eliminasi BAB sehari1xkonstersi lunak warna kecoklatan
BAK sehari+ 6xjernih
3. Istirahat +5–6jamperhari

4. PersonalHigiene Mandi gosok gigi 2 x sehari


Keramas 1x sehari
5. Aktivitas Ringan,mengasuh bayi,memberikan ASI
B. DataObyektif
1. PemeriksaanUmum
KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Composmentis
KeadaanEmosional : Stabil
TTV :TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 370

2. PemeriksaanKhusus
a. Inspeksi :
Rambut :Warna hitam merata,tidak rontok,tidak ketombe kulit kepala
sehat
Wajah :Tidak ada edema, tidak pucat
Mata :conjungtiva merah muda, seklera putih,penglihatan baik
Hidung :tidak ada pengeluaran, tidak ada cuping hidung
Telinga :bentuk normal,simetris,tidak ada pengeluaran
Mulut :gigi bersih, tidak ada caries, gusi tidak mudah berdarah
Leher :bentuk normal,simetris,tidak benjolan/ pembesaran
Dada :tampak pembesaran payudara tidak simetris,putting
menonjol,Hiperpigmentasi pada areola
Abdomen :Terlihat benjolan dibawah pusat, tidak ada bekas operasi
Genitalia :Tidak adaedema, tidak ada laserasi, pengeluaran lochea rubra
Ekstremitas:Normal,simetris tidak ada edema, tidak ada varices

b. Palpasi :
Payudara :PengeluaranASI+/ +
Nyeritekan+pada payudara sebelah kanan, ada bendunganASI
Abdomen
TFU :Pertengahan pusat dan
sympisisUC :Keras

c. Perkusi
Reflekpatella: +/+
II. INTERPRETASIDATADASAR
A. Diagnosa :P1001Post Partum hari ke3 dengan bendungan ASI
DS : Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya, karena terasa nyeri pada
payudara sebelah kanan setelah melahirkan anak pertamanyatgl 9-6-2021
DO : K/U: Baik, kesadaran: komposmentis, T : 120/80 mmHg, S : 370, N
:88x/m,Respirasi : 20x/mt
Dada : Pembesaran pada payudara tidak simetris, hiperpigmentasi areola,
puting susu menonjol teraba keras ada bendungan ASI dan nyeri tekan
pada payudara sebelah kanan

Masalah :Nyeri Payudara


DS : Ibu mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri
DO :Ibu tampak kesakitan
Adan yeri tekan padapayudara sebelah kiri

III. ANTISIPASIMASALAHPOTENSIAL
DxPontensial:-Mastitis
-Abses payudara

IV. IDENTIFIKASIKEBUTUHANSEGERA
Perawatan payudara

V. INTERVENSI
Dx : P1001 Post Partum hari ke 3 dengan bendungan ASI
Tujuan: Bendungan ASI Teratasi

KriteriaHasil:
- Ibu dapat melakukan perawatan payudara
- ASI keluar lancar

Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapiutik dengan ibu dan keluarga
R: Ibu ada keluarga lebih kooperatif dan terjalinnya rasa percaya pada Bidan
1. Jelaskan dan anjurkan ibu untuk merawat payudara
R: Dengan perawatan payudara mempercepat proses penyembuhan
2. Ajarkan pada ibu caramenyusuiyang benar
R: Dapat memperlancar pengeluaranASI
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua payudara
R : Dengan pemberian ASI sesering mungkin, agar tidak terjadi bendungan
ASI dan nutrisi bayi terpenuhi serta memperlancar pengeluaran ASI
4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan personal hygiene pada payudara
R: Dapat mencegah infeksi
5. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
R: Mempercepat proses penyembuhan
6. Anjurkan ibu untuk kontrol 3 hari lagi atau jika ada keluhan
R: Kondisi ibu terpantau

Mx:Nyeri pada payudara

Tujuan: ibu menyusui bayinya tanpa nyeri

Kriteria Hasil:ibu dapat mengatasi nyeri yang dirasakan

Intervensi:

1. Anjurkan pada ibu untuk kompres hangat, dingin pada payudara

R: Dapat mengurangi rasa nyeri


2. Anjurkan pada ibu untuk menyangga payudara saat menyusui
R: Memberikan rasa nyaman pada ibu dan bayi

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal:14-06-2021 Jam 10.15 WIB
Dx :P1001 Post Partumhari ke3 dengan Bendungan ASI
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
2. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk merawat payudara
3. Mengajarkan pada ibu cara menyusui denganbenar
4. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui sesering mungkin dengan kedua payudara
5. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan personal hyegiene pada payudara
6. Menganjurkan pada ibu untuk konsumsi makanan yang bergizi
7. Menganjurkan ibu kontrol ke Bidan 3hari lagi atau jika ada keluhan

Mx
Nyeri pada payudara

1. Menganjurkan pada ibu untuk mengompres hangat dingin pada payudara


2. Menganjurkan pada ibu untuk menyangga payudara saat menyusui

VII. EVALUASI
Tanggal : 14-06-2021, Jam 09.20 WIB

Dx : P1001 Post Partumhari ke 3 dengan Bendungan ASI

S : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan

O: Ibu dapat mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

K/U : Baik, T : 120/80 mmHg, S : 370, N :88x/menit, RR 20x/mt


A : P1001 Post Partum hari ke 3 dengan Bendungan ASI
P : Intervensi dilanjutkan dirumah

Mx : Nyeri pada Payudara


S : Ibu mengatakan payudara sebelah kiri terasa nyeri
O : - Ada nyeri tekan
- Ada bendungan ASI
A : P1001 Post Partum hari ke 3 dengan Bendungan ASI
P : Intervensi dilanjutkan rumah

VIII. CATATAN PERKEMBANGAN


Tanggal : 21-06-2021, Jam : 09.30 WIB
Dx : P1001 Post Partum hari ke 7
S : Ibu mengatakan payudara sudah tidak nyeri dan ASI Lancar
O : K/U Baik, T :120/80 mmHg, S : 36.70c, N : 84 x/mt, RR : 20x/mt
A. : PI001 Post Partum hari ke 7
P. : - Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara
- Anjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
- Anjurkan ibu untuk kontrol bila ada keluhan.

Anda mungkin juga menyukai