Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS DENGAN KASUS


HEMORAGIA POST PARTUM DI PUSKESMAS WILANGAN
KABUPATEN NGANJUK

Oleh :

ATIK DWI YULISTINA


NIM. 20200609144

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2021
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

DENGAN KASUS HEMOREGIA POST PARTUM” di Puskesmas Wilangan

Kabupaten NGANJUK telah disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan

pada :

Hari/tanggal : , Juni 2021

, Juni 2020

Mahasiswa

ATIK DWI YULISTINA

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Rahma K D , SST.,M.PH Marhenis Zuliana, S.Tr.Keb

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian dari Sumber Pustaka..................................................................4
2.1.1. PengertianHemoragia Post Partum..............................................4
2.1.2. Etiologi
4
2.1.3. Predisposisi..................................................................................4
2.1.4. Perdarahan Post Partum...............................................................5
2.1.5. Diagnosis.....................................................................................5
2.1.6. Gejala dan tanda..........................................................................5
2.1.7. Penyebab Hemoragia Post Partum..............................................6
2.2. Kajian dari Jurnal Penelitian.................................................................21
2.3. Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb..............................................23
BAB 3 :TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif.........................................................................................26
3.2 Data Objektif..........................................................................................30
3.3 Interpretasi Data.....................................................................................33
3.4 Intervensi................................................................................................34
3.5 Implementasi..........................................................................................35
3.6 Evaluasi..................................................................................................36
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan................................................................................................37
BAB 5 : KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................41
5.2 Saran.......................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN

Dkk : Dan Kawan Kawan


Fe : Ferrum
gr : gram
Hb : Hemoglobin
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Kg : Kilogram
Mg : Miligram
RI : Republik Indonesia
WHO : World Health Organization

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan post partum atau perdarahan pasca persalinan adalah salah

satu penyebab kematian ibumelahirkan. Tiga faktor utama penyebab

kematian ibumelahirkan adalah perdarahan post partum atau perdarahan

pasca persalinan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.

Perdarahan menempati prosentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%).

Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10-

60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami

pendarahan pasca persalinan, namun selanjutnya akan mengalami

kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah

kesehatan yang berkepanjangan.

Kematian ibu di Indonesia diibaratkan sama dengan penumpang 1

pesawat jumbo jet yang membawa  352 penumpang jatuh ke laut setiap

minggunya atau sama dengan 2 kematian ibu per jam. Meskipun demikian

bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada

tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila

penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target

tersebut di masa mendatang sulit tercapai. Perdarahan postpartum

merupakan bagian terbanyak dari perdarahan obstetrik sebagai penyebab

kematian maternal. Secara medis penyebab perdarahan postpartum

disebabkan oleh faktor 4T, yakni tonus (atonia uteri), trauma (robekan jalan

lahir), tissue (retensi plasenta atau sisa plasenta) dan trombin (kelainan
koagulasi darah). Kegagalan penanganan perdarahan obstetrik dipegaruhi

oleh beberapa faktor keterlambatan, baik keterlambatan pengenalan adanya

perdarahan, intensitas perdarahan, keterlambatan transportasi dan

keterlambatan dalam penanganan. Keterlambatan rujukan meningkatkan

kematian maternal sebanyak 5,27 kali dan keterlambatan penanganan di

rumah sakit 12,73 kali. Perdarahan lebih dari 1500 ml menaikkan kematian

maternal sebanyak 4,18 kali (Siswosudarmo,2009).

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan pelayanan

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Hemoragia post partum

1.2.2. Tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan HPP

2. Mengidentifikasi diagnosa yang dihadapi klien

3. Menentukan rencana asuhan

4. Mengimplementasi asuhan

5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi mahasiswa

Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan

kebidanan serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan pada ibu

nifas dengan HPP.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bagi

peserta didik. Untuk menambah literatur atau bacaan di perpustakaan

yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

HPP.

1.4.1 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan/ informasi dalam asuhan ibu nifas dengan

HPP.

1.4.2 Bagi Ibu bersalin/nifas

Untuk menambah informasi dan pengetahuan kepada ibu tentang

asuhan masa nifas dengan HPP.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian dari Sumber Pustaka

2.1.1. Pengertian Hemoragia Post Partum

1. Definisi Tradisional

- Kehilangan darah > 500 mL pada persalinan pervaginam

- Kehilangan darah > 1000 mL pada seksio caesaria

2. Definisi Fungsional

- Kehilangan darah yang potensial mengakibatkan ketidakstabilan

hemodinamik (Made Kornia Karkata, 2009 : 523)

2.1.2. Etiologi

1) Atonia uteri (50-60 %). – tonus

2) Retensio placenta (16-17%). – tissue

3) Sisa placenta (23-24 %). – tissue

4) Laserasi jalan lahir (4-5 %). – trauma

5) Kelainan darah (0,5-0,8 %). - trombin

2.1.1. Predisposisi

Umur (yang terlalu tua atau terlalu muda pada saat melahirkan), paritas

(Multi para atau grandemulti), partus lama, obstetri oprastif dan narkose,

uterus terlalu tegang dan besar, kelainan pada uterus (myoma uteri), Sosek

yang kurang yang dapat menyebabkan malnutrisi.

2.1.2. Perdarahan Post Partum

1). Sekunder, yaitu terjadi > 24 jam sesudah bayi lahir (Late postpartum)

2). Primer, yaitu terjadi < 24 jam sesudah bayi lahir (Early postpartum)

2.1.3. Diagnosis
1). Palpasi: kontraksi uterus dan TFU.

2). Inspeksi: Uri, ketuban (lengkap atau tidak), aapakah ada robekan di

vagina atau adanya varises.

3). Eksplorasi cavum uteri: sisa uri dan ketuban, robekan rahim, placenta

suksenturiata.

4). Pemeriksaan laboratoris: DL (Hb), Faal hemostasis, Clot observastion

test (COT).

5). Pemeriksaan USG jika diperlukan.

2.1.4. Gejala dan tanda

GEJALA & TANDA PENYULIT DIAGNOSIS


KERJA
Kontraksi uterus (-) / lembek Syok Atonia uteri
Perdarahan segera setelah anak Bekuan darah di
lahir serviks
Darah segar setelah bayi lahir Pucat Robekan jalan
Kontraksi uterus baik Lemah lahir
Plasenta lengkap Menggigil
Plasenta belum lahir  30 menit Tali pusat putus ok Retensio
Perdarahan segera traksi >> plasenta
(inversio uteri)
Perdarahan lanjut
Plasenta / sebagian kulit ketuban Uterus kontraksi Tertinggalnya
tidak lengkap tinggi fundus tetap sebagian
Perdarahan segera plasenta
Uterus tak teraba Syok neurogenik Inversio uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat & limbung
Tampak tali pusat
Subinvolusi uterus Anemia Endometritis
Nyeri tekan perut bawah dan Demam atau sisa
uterus fragmen
Perdarahan
Lokhia mukopurulen dan berbau
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan

dengan komplikasi perdarahan postpartum adalah sebagai berikut :


1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.

2.1.5. Penyebab Hemoragia Post Partum

A. Atoni Uteri

1) Pengertian

• Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi

& retraksi normalnya merupakan sebab terpenting perdarahan pasca

partum

• Atonia uteri adalah melemahnya otot uterus sehingga tidak terjadi

kontraksi pada uterus,setelah kelahiran plasenta.

• Atonia uteri terjadi bila terjadi bila miometrium tidak berkontraksi.

Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan

plasenta terbuka lebar.(Yulianingsih, 2009).

• Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat dapat diketahui, tetapi

bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari, pasien (ibu)

telah kehilangan banyak darah sebelum ibu tampak pucat dan gejala

lainnya. Perdarahan karena atonia uteri, uterus tampak membesar dan

lembek.

2) Etiologi

• Hidramnion

• Janin besar

• Gemelli

• Kelahiran traumatik/ SC
• Penggunaan anaestesi halogen-magnesium sulfat

• Persalinan lama atau cepat

• Korioamnionitis

• Induksi dg oksitosin

• Kelainan conginital pd bagian maternal yg lunak

• Presentasi abnormal

• Jaringan parut

3) Faktor resiko

• Polihidramnion , kehamilan kembar, makrosomia (janin besar)

• Persalinan lama

• Persalinan terlalu cepat

• Persalinan yang sering (m ultipara/paritas tinggi)

• Anastesi yang dalam

• Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin

• Dapat juga terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan

memijit dan

• Mendorong uterus kebawah sementara plasenta belum lepas dari uterus

4) Faktor Predisposisi

• Umur yg terlalu muda/terlalu tua

• Sering pada multi para & grandemulti

• Partus lama & partus terlantar

• Obstetri operatif & narkosa

• Distensi uterus hidramnion,gemelli,makrosomia

• Kelainan uterus  mioma uteri


• Faktor sosial ekonomi  malnutrisi / KEK

5) Patofisiologi

• Distensi uterus miometrium tregang berlebihan otot2 uterus lelah

inersia uteri miomitrium gagal mempertahankan kontraksi  15”

setelah plasenta lahir kontraksi uterus (-) ATONIA UTERI

6) Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis atonia uteri terdiri dari:

a. Kontraksi uterus lembek, lemah dan membesar atau fundus uteri

masih tinggi

b. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir

c. Bila kontraksi lemah setelah masasse atau pemberian uterotonika,

kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat

Gejala yang ada :

 uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah

anak lahir (perdarahan post partum primer)

 gejala yang kadang timbul:

 syok/tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,ekstremitas

dingin, gelisah, mual, dan lain-lain

7) Penatalaksanaan

Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus

diobati karena perdarahan yang normalpun dapat membahayakan seorang

ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami

perdarahan post partum, persalinan berikutnya harus di rumahsakit. Pada

persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim
jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari

dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir, dilakukan upaya

penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat

perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri, dilakukan

masase rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila

tidak memberikan hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan

kompresi bimanual pada rahim. Bila perlu dilakukan tamponade utero

vaginal, yaitu dimasukkan tampon kassa ke dalam rahim sampai rongga

rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinan

pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau

pengangkatan rahim.

B. Rentensio Plasenta

1) Pengertian

Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam

setelah janin lahir atau Retensio plasenta adalah keadaan dimana

plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.

Gejala yang selalu ada : plasenta belu lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik.

Gejala yang kadang – kadang timbul : tali pusat putus akibat raksi

berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

2) Penyebab retensio plasenta :


a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan

tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :

- Plasenta adhesive : plasenta yang melekat pada desidua

endometrium lebih dalam.

- Plasenta inkerta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus

desidua endometrium sampai ke miometrium.

- Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium

sampai ke serosa.

- Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembuus serosa atau

peritoneum dinding rahim.

b. Plasenta sudah lepas dari dinding rahim namun belum keluar karena

atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim

(akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi

plasenta keluar (plasenta inkarserata).

3) Prosedur manual plasenta sebagai berikut :

a. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam

narcosis, karena relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama

bila retensi telah lama. Sebaiknya juga pasang infuse NaCL 0,9 %

sebelum tindakan dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva

termasuk daerah seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri

sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetric ke dalam

vagina.

b. Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksi.

Tangan kanan dengan posisi obstetric menuju ke ostium uteri dan


terus ke lokasi plasenta; tangan kanan dalam ini menyusuri tali pusat

agar tidak terjadi salah jalan (false route).

c. Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu

(asisten). Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan

tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta

yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat.

Kemudian dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking (ulner),

plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah

terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan

dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang

dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.

d. Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta

secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat

dilalui dengan dilatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan

dalam nakrosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim

juga sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi didinding

belakang. Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual

seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal ini tindakan dihentikan.

e. Setelah plasenta lahir dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera

dilakukan kompresi bimanual uterus dan disuntikkan ergometrin 0,2

mg IM/IV samapi kontraksi uterus baik.

C. Inversio Uteri

1. Pengertian
Inversiio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian

atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan

mengalami inverse jika bagian dalam menjadi diluar saat melahirkan

plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya

waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil

dan uterus akan terisi darah.

2. Pembagian inversion uteri :

a. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol ke dalam

kavumuteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

b. Inversio uteri sedang : terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.

c. Inversio uteri berat : uterus dan vagina semuanya terbalik dan

sebagian sudah keluar vagina.

3. Penyebab inversion uteri ;

a. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan,

tekanan intra abdominal yang tinggi ( mengejan dan batuk ).

b. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual

plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

4. Faktor – faktor yang memudahkan terjadinya inversion uteri :

a. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.

b. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Frekuensi inversion uteri ; angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.

5. Gejala klinis inversion uteri :


a. Dijumpai pada kala III atau postpartum dengan gejala nyeri yang

hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta

masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat

terjadi stranguasi dan nekrosis.

b. Pemeriksaan dalam :

1. Bila masih inkomplit aka pada daerah simfisis uterus teraba

fundus uteri cekung ke dalam.

2. Bila komplit, diatas simfisis uterus teraba kosong dan dalam

vagina teraba tumor lunak.

3. Kavum uteri sudah tidak ada.

6. Penanganan inversio uteri :

a. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu

mendorong rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan

hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran

plasenta dengan tajam.

b. Bila telah terjadi maka terapinya :

- Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah

serta perbaiki keadaan umum.

- Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa.

- Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per

abdominal (operasi Haultein) atau per vaginam (operasi menurut

Spinelli).
- Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi

ringan yaitu dengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik

untuk mencegah infeksi.

D. Robekan Jalan Lahir

Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir

segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang

kadang – kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari

perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia

uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik

biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

a. Robekan serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga serviks

seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan

pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan

dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan

yang tidak mau berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan

uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan

jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

Robekan serviks sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan

bibir belakang serviks dijepit dengan klem Fenster, kemudian serviks

ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan,


selanjutnya robekan dijahit dengan catgut Kromik dimulai dari ujung

untuk menghentikan perdarahan.

b. Robekan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum

tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,

tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam.

Terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada

dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum. Robekan

dinding vagina harus dijahit, sedangkan buat kasus kolporeksis dan

fistula visikovaginal harus dirujuk kerumah sakit. Kolporeksis adalah

suatu keadaan dimana terjadi robekan di vagina bagian atas, sehingga

sebagian uterus terlepas dari vagina, robekannya memanjang atau

melingkar.

c. Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum

umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala

janin lahir terlalu cepat, sudut arkus lebih kecil daripada biasa, kepala

janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran panggul yang

lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.

Perdarahan pada traktus genetalia sebaiknya dicurigai, ketika

terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi

uterus yang kuat.


Robekan perineum dibagi atas empat tingkat :

1) Tingkat I : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenaikulit perineum. Pada penjahitan robekan perineum

tingkat I dapat dilakukan dengan memakai catgut yang dijahit

secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan (figure of

eight)

2) Tingkat II : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot

perinea transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani. Dalam

pengelolaan robekan tingkat II sebelum dilakukan penjahitan jika

dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka

pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu

dengan cara robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing

dijepit dengan klem kemudian digunting hingga rata pinggirnya

dan setelah itu dilakukan penjahitan. Mula-mula otot dijahit

dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan

catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa

vagina dimulai dari puncak robekan, sampai kulit perineum

dijahit secara jelujur.

3) Tingkat III : robekan mengani seluruh perineum dan otot

springter ani. Pada penjahitan robekan tingkat III, mula-mula

dijahit dinding depan rectum, kemudian fasia perirectal dan fasial

septum rektovaginal sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot

sfingter ani yang terpisah dijepit dengan klem / pean lurus,

kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catguk kromik sehingga


bertemu kembali, selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis

seperti menjahit robekan perineum tingkat II.

4) Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum. Pada robekan

perineum tingkat IV karena tingkat kesulitan untuk melakukan

perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadi gangguan maka pasien

dirujuk ke rumah sakit.

d. Hematoma Vulva

1). Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar

hematoma, pada hematoma yang kecil tidak perlu di operatif

cukup kompres.

2). Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia

dan presyo, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma

tersebut. Dilakukan sayatan disepanjang hematoma yang paling

terenggang, seluruh bekuan dikeluarkan sampai hematoma

kosong, dicari sumber perdarahan dihentikan dengan mengikat

atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan

kemudian dijahit, dalam perdarahan difus dapat dipasang drain

atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan

ujung kasa tersebut diluar.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan

jalan lahir adalah :


a) Jika atonia uteri : Kontraksi uterus lembek, lemah dan membesar

(fundus uteri masih tinggi).

- Kontraksi uterus lembek, lemah dan membesar ( fundus uteri

masih tinggi ).

- Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

- Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika,

kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.

b) Jika robekan jalan lahir

- Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

- Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus

menerus, penangnanannya : ambil speculum dan cari robekan.

- Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung

uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

E. Sisa Plasenta

Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak

lengkap, maka harus dilakukan ekksplorasi dari kavum uteri. Potongan

potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui, biasanya

menimbulkan perdarahan postpartum lambat. Kalau perdarahan banyak

sebaiknya sisa – sisa plasenta ini segera dikeluarkan walaupun ada demam.

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga

rahim dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan

postpartum lambat (biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan).

Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan

perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim
baik. Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan

subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau berlangsung terus

dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan akibat sisa plasenta jarang

menimbulkan syok.

Penanganan:

1. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.

Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat

dikeluarkan secara manual. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit

dengan hati-hati karena dinding rahim relative tipis dibandingkan

dengan kuretase pada abortus.

2. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan per oral

3. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan

2.2. Kajian dari Jurnal Penelitian

FitriRachmania (2017) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas

tentang Perdarahan Postpartum

Berdasarkan penelitian di RSUD Cibinong kabupaten Bogortahun

2017diketahui bahwa ibu postpartum dengan umur berisiko,sebanyak 41


responden yang mengalami perdarahan postpartum dengan

persentase(43,6%) dan tidak mengalami perdarahan postpartum

berdasarkan umur tidak berisiko,sebanyak 53 responden dengan

persentase(56,4%).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Retno (2016) yang menyimpulkan bahwa sebagian ibu yang

mengalami perdarahan postpartum berada pada umur berisiko

(<20tahundan>35tahun). Umur berkaitan dengan kesiapan ibu dalam

reproduksi.Menurut Depkes(2007) yaitu usia ibu hamil kurang dari 20

tahun lebih berisiko karena rahimdan panggul ibu belum siap bereproduksi

dengan baik,sehingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami

persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan yang bisa berakibat

terjadinya komplikasi persalinan.Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada

usia lebih dari 35 tahun kurang siap untuk menghadapi kehamilan dan

persalinan cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas,

diabetes, mioma uterus persalinan lamadanpenyakit-penyakitlainnya.

Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas berdasarkan paritas

sebanyak51(54,3%) memiliki paritas berisiko dan sebanyak43 (45,7%)

memiliki paritas tidak berisiko.Hasil penelitian ini sesuai teori Saifuddin

(2002) yaitu paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan

pasca persalinan karenapada setiap kehamilan dan persalinan terjadi

perubahan pada serabut otot diuteru yang dapat menurunkan kemampuan

uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk melakukan penekanan pada

pembuluh-pembuluhdarah yang membuka setelah lepasnya plasenta. Hasil

penelitian sesuai penelitian Megasari (2013)bahwa Ibu yang paritas >3


beresiko mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan ibu yang

paritasnya2-3.

Jurnal Nova Liana Fasha(2018) Hubungan Anemia Dalam Kehamilan

Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul

Berdasarkan penelitian di RSU PKU Muhammadiyah Bantul 2018

diketahui bahwa hasil analisis data menunjukkan 51.9% responden

mengalami anemia dalam kehamilan. Responden yang mengalami anemia

sebanya 37(71,2%) mengalami perdarahan post partum. Berdasarkan hasil

ujichi square diperoleh nilaip 0,000(p<0,05),OR 5,078 (CI: 2.205-11.694),

halini menunjukkan terdapat hubungan anemia dalamkehamilan dengan

perdarahan postpartum. Ibu hamil dengan anemia mempunyai resiko 5 kali

lebih besar terjadi perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang

tidak anemia.

Menurut Manuaba (2010) Bahayaanemia pada ibu hamil

saatpersalinan :gangguan his- kekuatan mengejan,KalaI

dapatberlangsunglama dan terjadi partus terlantar,Kala II berlangsung lama

sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi

kebidanan,KalaIII dapat diikuti retensio plasenta,dan perdarahan postpartum

akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder

dan atonia uteri. MenurutUlya, D(2012), menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikas anatar aneima dengan kejadian peradrahan

postpartum. Hal ini didukung dengan penelitian Hikmah, N (2015) yang


menunjukkan bahwa salah satufaktor yang memengaruhi terjadinya

perdarahan post partuma dalah kejadian anemia kehamilan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Aryani,F (2017) terdapat

39(30.5%)ibu hamil anemia mengalami perdarahan postpartum.Ibu hamil

dengan anemia mempunyai peluang 5 kali lebih besar untuk mengalami

perdarahan postartum dibandingkan dengan yang tidak mengalami

anemia.Didukung hasil penelitian Sandven I (2017) yang menyatakan

bahwa risiko ibu hamil dengan anemia dengan kejadian perdarahan

postpartum sebesar4,27.

2.3. Tinjauan Managemen 5 Langkah Asuhan Kebidanan

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien (Varney,

2007).Manajemen Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan, dan rangkaian atau

tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien

(Varney, 2007)

Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb

Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien, Bidan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan menurut Managemen 5 Langkah :

1. Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu :

a. Anamnesa yang lengkap.

b. Pemeriksaan umum.

c. Pemeriksaan fisik.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap.

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

3. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah-langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi.

4. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan oleh Bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya, tetapi Bidan tetap memikul

tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

5. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah atau diagnosa.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


1. PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: ATIK DWI YULISTINA Di

: Puskesmas Wilangan

Tanggal : 16 juni 2021 Pukul : 12.00 WIB

1.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Ibu :Ny. Maya Nama Suami :Tn. Ahmad

Umur :34 tahun Umur :35 tahun

Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama :Islam Agama :Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta

Alamat :Wilangan

1.1.2 Alasan datang berkunjung

Pasien rujukan dari BPS. Pasien mengalami perdarahan400 cc jam 23.50

tanggal 15-06-2020, setelah mengalami persalinan spontan di BPS tanggal


15-06-2020 jam 23.45 dengan BB bayi 4000 gr dan PB=50cm. tanggal 15-

06-2020 jam 10.00 kembali mengalami perdarahan ±300cc.

1.1.3 Keluhan utama

Ibu merasa nyeri perut bagian bawah, merasa lemah setelah melahirkan dan

merasa keluar darah dari jalan lahir.

1.1.4 Riwayat menstruasi

 Menarche : 14 tahun

 Siklusmenstruasi : 28 hari, teratur

 Lama : 7 hari

 Banyaknyadarah : 2-3 kali ganti pembalut

 Konsistensi : normal

 Dysmenorhoe : tidak

 Flour albus : tidak

 HPHT : 26 september 2020

 HPL : 5 juni 2021

1.1.5 Status perkawinan

 Kawin : 1 Kali

 Lama kawin : 5 tahun

1.1.6 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


No. Suami Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB Ket
ke-
Umur penyul Penol Jenis Temp penyul penyul L/ BB/ menyusui H/
PB
P M

1. 1 9 Tdk Bdn Spt RS Tdk Tdk P 3k - 4 Inj


bln ada ada ada g th 3
bl
2. 1 Tdk Bdn Spt BP Tdk Tdk L - -
9 ada S ada ada 4k -
bln g

1.1.7 Riwayat kehamilan sekarang

- Hamil yang ke 1 dengan umur kehamilan 9 bln

- Gerakan anak dirasakan pertama :Ibu mengatakan merasakan adanya

gerakan> 10 kali/ hari.

- Periksa kehamilan : TM I : Periksa, berapa kali: 2x

TM II : Periksa, berapa kali:3x

TM III : Periksa, berapa kali:3x

Status TT : T5

- Keluhan yang dirasakan selama hamil ini: mual muntah, pusing, sering

BAK

1.1.8 Riwayat persalinan sekarang

1) Bersalin tanggal : Tanggal 15 juni 2021, jam: 23.45 WIB

2) Cara persalinan : Spontan belakang kepala.

3) Perdarahan : ± 400 cc

4) Penyulit/ Komplikasi : perdarahan 400 cc


5) Kronologi : ibu datang ke BPS Juniati jam 23.30

tanggal 15-06-2020, datang dengan keluhan kenceng-kenceng,

TD=140/80 mmHg, TFU=36 cm (3 jari bawah PX), DJJ (+), VT = 10

cm, Eff 100%, Ket (+),Kepala Hodge III, crowningJam 23.45 wib Bayi

lahir Spontan Biasa / ♂ dengan Berat badan bayi = 4000 gr dan

Panjang badan 50 cm, anus (+), kelainan (-).Jam 23.50 wib Placenta

lahir spontan Duncan lengkap perdarahan ±400 cc, perineum rupture

derajat I.Jam 23.55 Infus RL grojok + drip oksi 1 ampul. Infus RL II

maintenance, perdarahan berhenti, TD=100/70 mmHg, TFU = 3 jari

bawah pusat, Kontraksi uterus keras.

1.1.9 Riwayat nifas sekarang

Jam 23.50 ibu mengalami perdarahan 400 cc, bidan memasang infus RL I +

piton drip 1 ampul, dimana TD = 100/70 mmHg

Jam 10.00 ibu mengalami perdarahan lagi sebanyak 300 cc dengan

Tekanan Darah + 90/60 mmHg, kemudian ibu dirujuk ke Poned Pusksmas

Wilangan

1.1.10 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar :tidak ada

b. Penyakit keturunan : tidak ada

c. Penyakit lain dalam keluarga: tidak ada

1.1.11 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun: tidak mempunyai penyakit menahun seperti flu

 Penyakit menurun: asma


 Penyakit menular: tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS

1.1.12 Latar belakang budaya dan dukungan keluarga

- Kebiasaan/ upacara adat istiadat saat hamil: ibu mengatakan dalam

keluarganya mengadakan tradisi 4 bulan dan 7 bulanan

- Pantangan saat sesudah melahirkan/ masa menyusui: tidak ada

- Kebiasaan keluarga yang menghambat: tidak ada

- Kebiasaan keluarga yang menunjang: tidak ada

- Dukungan dari suami: memenuhi semua kebutuhan istri dan anaknya

- Dukungan dari keluarga yang lain: keluarga memperhatikan masa

nifasnya

1.1.13 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Makan 3 kali sehari, nasi, lauk, sayur, kadang-kadang buah.

b. Pola Eliminasi

Tidak ada keluhan, ibu BAB rutin satu-dua kali setiap hari, BAK tidak

ada gangguan, tidak nyeri, selama hamil sering BAK

c. Pola istirahat tidur

Ibu istirahat teratur, 7 jam / hari selama hamil.

d. Pola Aktivitas

Ibu melaksanakan pekerjaan rumah seperti biasanya

e. Perilaku Kesehatan

mandi 2x/hari, sikat gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu.Ibu tidak pernah

merokok, minuman keras, ketergantungan obat dan jamu-jamuan.


1.2 DATA OBJEKTIF

1.2.1 Pemeriksaan Umum

 KU : Lemah

 Kesadaran : composmentis

 Tekanan Darah : 110/70 mmHg

 Suhu : 36,8 C

 Nadi : 88x/mnt

 RR : 18x/mnt

 BB sekarang : 60 kg

 TB : 156 cm

1.2.2 Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

 Kepala : tidak ada benjolan

 Muka : Kelopak mata: tidak ada oedema

Conjungtiva : merah muda, tidak pucat

Sklera : putih, tidak kuning

 Mulut dan gigi : Bibir : tidak pucat, tidak kering

Lidah : tidak ada stomatitis

Gigi : tidak ada caries

 Hidung :Simetris : iya

Sekret : tidak ada

Kebersihan : bersih
 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

 Dada : Simetris : iya

Pembesaran payudara : normal

Hiperpigmentasi : iya ka/ki

Papila mammae : menonjol ka/ki

Keluaran : ada ka/ki

Kebersihan : bersih ka/ki

 Perut : Pembesaran : normal

Bekas luka operasi : tidak ada

Linea : tidak ada

Striae : tidak ada

Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Anogenetalia : Vulva vagina warna : merah muda

Luka parut : tidak ada

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Keluaran : lochea rubra

Hemorroid : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Kekakuan sendi: tidak ada


b. Palpasi

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

Struma : tidak ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran : tidak ada

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

TFU : TFU 1 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : kontraksi uterus lembek,

Kandung kemih : kosong

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada,

tangan kanan terpasang infus RL III kosongan sisa 400 cc

1.2.3 Pemeriksaan penunjang : tidak ada

2. INTERPRETASI DATA

Diagnosa : P 2A0 dengan hemoragia post partum

DS : Ibu merasa nyeri perut bagian bawah, merasa lemah setelah melahirkan

dan merasa keluar darah dari jalan lahir.

DO :

 HPHT : 26 September 2020

 HPL : 05 juni 2021

 Keadaan umum : lemah


 Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi :88x/menit

Suhu :368 0C

Pernafasan :18x/menit

TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek, lochea rubra.

3. INTERVENSI

1) Advice Dokter : tanggal 17-06-2021 jam 12.10

- O2 Masker

- Infus RL grojol

- Injeksi Methergin 1 ampul IM

- Drip oksitosin 2 ampul

- Cek DL

- Eksplorasi jalan lahir

2) Perbaiki keadaan umum ibu

- Memasang O2 Masker
- Memasang infuse tangan kiri

3) Berikan uterotonika untuk perbaikan kontraksi uterus ibu

- Injeksi methergin 1 ampul / IM

- Drip piton 2 ampul dalam RL IV taki

4) Lakukan eksplorasi uterus

5) Persiapan pemasangan kondom kateter

Persiapan alat :

Kondom, kateter, infus set, cairan RL, tali pengikat, kasa.

6) Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai instruksi dokter

- pengambilan darah vena 3 cc untuk cek labor DL, FH, Kimia klinik

7) Berikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

- Ceftriaxon 2 gr dalam PZ 100 cc Taka

8) .Injeksi transamin 500 mg / IV

9) Injeksi methergin 1 ampul / IV

4. IMPLEMENTASI (Tanggal: 16 juni 2021, Jam: 12.20 WIB)

1) Memerbaiki keadaan umum ibu

Evaluasi:

- O2 Masker telah terpasang

- Infuse tangan kiri (TAKI) RL IV + piton 2 ampul

2) Memberikan uterotonika untuk perbaikan kontraksi uterus ibu

Evaluasi: Telah dilakukan Injeksi methergin 1 ampul dan drip piton 2

ampul kedalam RL IV Lakukan eksplorasi uterus

3) Melakukan eksplorasi uterus

Evaluasi:
Pada pelaksanaan eksplorasi uterus didapatkan sisa plasenta, SAR dan

SBR intake, portio intake, kontraksi hipotoni.

V/V : fluxus (+) Fluor (-)

P : Terbuka 1 cm.

4) Memasangan kondom kateter

Evaluasi: Kondom kateter telah dipasang oleh dokter

5) Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai instruksi dokter

Evaluasi: Pengambilan darah telah dilaksanakan dan meminta keluarga

mengantarkan ke laboratorium.

Hasil Pemeriksaan Lab :

DL

Hgb 6,7 gr/dL

Hct 20,7 %

Plt 225 L x 103 ul

6) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

Evaluasi: Ceftriaxon dalam 2 gr PZ 100 cc Taka netes

7) Injeksi transamin 500 mg / IV

8) Injeksi methergin 1 ampul / IV

5. EVALUASI (Tanggal: 16 Maret 2021 Jam: 13.00 WIB)

Data Subjektif: Klien mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang

diberikan petugas kesehatan.

Data Objektif :
 Keadaan umum : Baik

 Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Nadi :80x/menit

Suhu :368 0C

Pernafasan :20x/menit

TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras, lochea rubra.

Analisa /Diagnosa : P 2A0 dengan hemoragia post partum

Penatalaksanaan :

1. Observasi KU dan perdarahan klien

BAB 4

PEMBAHASAN
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi,2015).

Penyebab Klasik kematian ibu disamping infeksi dan preeklampsi adalah

perdarahan post partum. Banyak factor yang akan mempengaruhi terjadinya

perdarahan post partum dan ada beberapa penyebab yaitu atonia uteri, robekan

servik, sisa plasenta, inversion uteri dan kelainan koagulopati. Dari berbagai

penyebab tersebut pada penanganan HPP harus berdasarkan factor penyebab agar

tindakan yang dilakukan bisa efektif dan efisien.

Kasus hemoragia post partum yang terjadi pada Ny”M” disebabkan oleh

tertinggalnya sisa plasenta di dalam uterus yang mengakibatkan terjadinya

perdarahan dan hipotonia uteri. Hipotonia terjadi penyebab utama adalah karena

masih ada sisa plasenta didalam rahim sehingga rahim tidak bisa berkontraksi

dengan baik, pembuluh darah yang belum terjepit dengan baik oleh serabut otot

rahim mengakibatkan terjadinya perdarahan. Perdarahan yang melebihi 1000 cc

akan mengakibatkan terjadinya anemia, karena 1000 cc darah yang keluar sama

artinya dengan pengeluaran 400 mg zat besi.

Kasus HPP pada Ny “M” cepat tertangani dan teratasi dengan baik. Pada

kasus ini telah dilaksanakan prosedur sesuai dengan penatalaksaan hemoragia post

partum, dimana pada saat pasien datang tindakan ABC resusitasi dilaksanakan

secara cepat, pemasangan O2 Masker dan pemasangan infuse 2 line ditambah

dengan pemberian uterotonika seperti oksitosin. Kemudian dicari penyebab

perdarahan, dimana pada saat itu penolong melakukan eksplorasi pada jalan lahir
dan uterus. Pada eksplorasi jalan lahir ditemukan jahitan luka robekan jalan lahir

terjahit dengan baik dan tidak ditemukan darah yang merembes dari bekas jahitan,

kemudian dilakukan eksplorasi uterus, dimana ditemukan adanya sisa plasenta

berupa selaput plasenta, ini merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan

post partum pada ibu.

Setelah diyakini uterus telah bersih dari sisa plasenta tindakan penolong

selanjutnya adalah memasang tampon kondom kateter untuk menutup pembuluh

darah yang masih terbuka akibat tidak terjepit oleh serabut otot rahim yang

disebut dengan hipotonia uteri. Pemasangan dikatakan berhasil jika tidak ada lagi

ditemui darah yang merembes dari mulut rahim. Pemberian uterotonika oksitosin

di drip sebanyak 2 ampul didalam RL 500 cc, kemudian methergiin injeksi 1

ampul secara IM, pemberian uterotonika ini untuk memperbaiki kontraksi rahim

yang lembek menjadi baik. Kemudian diberikan ceftriaxon 2 gr dalam 100 cc PZ

yang berguna untuk mencegah terjadinya infeksi karena melakukan eksplorasi

pada uterus. Kemudian pemberian transamin 500 mg secara intra vena untuk

mencegah rasa nyeri pada ibu sehingga ibu bisa merasa nyaman dengan kondisi

tubuhnya.

Tindakan gawat darurat dan penanganan hemoragia post partum sesuai

penyebab telah dilakukan setelah itu pasien di observasi dengan baik, dan pasien

sudah dalam keadaan stabil tidak ditemukan adanya tanda-tanda terjadinya

infeksi, dimana suhu tubuh dalam batas normal. Kemudian tidak ditemukan

terjadinya tanda-tanda syok anafilaktik karena tekanan darah pasien cenderung

dan nadi dalam batas normal. Perdarahan negative, tampon kondom kateter

berhasil, uterus sudah mulai sedikit mengeras. Pada pasien dilakukan pemeriksaan
labor ditemukan Hb pasien 6,7 gr/dl yang mengakibatkan anemia berat yang

disebabkan kehilangan darah yang terlalu banyak akibat hemoragia post partum,

untuk mengatasi masalah tersebut penolong mengganti darah yang hilang

sebanyak 700 cc Whole blood. Dengan penggantian 700 cc WB telah memberikan

peningkatan Hb pada pasien yaitu menjadi 8,4 gr/dl yang disebut anemia ringan.

Berdasarkan penelitian di RSU PKU Muhammadiyah Bantul2018 diketahui

bahwa hasilanalisisdata menunjukkan51.9%responden mengalamianemiadalam

kehamilan. Responden yangmengalamianemia sebanya 37(71,2%)

mengalamiperdarahanpost partum. Berdasarkan hasil ujichi squarediperoleh nilaip

0,000(p<0,05),OR 5,078 (CI: 2.205-11.694), halini menunjukkan

terdapathubungan anemia dalamkehamilan dengan perdarahan postpartum.

Ibuhamildengananemia mempunyairesiko5kali lebih besarterjadi

perdarahanpostpartum dibandingkan denganibuyangtidakanemia.

Menurut Manuaba (2010) Bahayaanemia pada ibu hamil

saatpersalinan :gangguan his- kekuatan mengejan,KalaI dapatberlangsunglama

danterjadipartus terlantar,KalaIIberlangsung lamasehinggadapat

melelahkandansering memerlukan tindakan operasi kebidanan,KalaIII

dapatdiikuti retensioplasenta,dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala

IV dapat terjadiperdarahanpost partumsekunderdan atonia uteri. MenurutUlya,

D(2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikas anatar

aneimadengankejadian peradrahanpostpartum.

HalinididukungdenganpenelitianHikmah, N (2015)yang menunjukkan bahwa

salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya perdarahan post partum adalah

kejadian anemia kehamilan.


Hasil penelitian ini sejalan dengan Aryani,F (2017) terdapat 39(30.5%) ibu

hamil anemia mengalami perdarahan postpartum.Ibu hamil dengan anemia

mempunyai peluang 5 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postartum

dibandingkan dengan yang tidak mengalami anemia.Didukung hasil penelitian

Sandven I (2017) yang menyatakan bahwa risiko ibu hamil dengan anemia

dengan kejadian perdarahan postpartum sebesar4,27.

Ibu telah diperbolehkan pulang setelah perawatan selama tiga hari dengan

kondisi sudah tidak terjadi lagi perdarahan post partum, kontraksi rahim baik dan

keadaan umum ibu baik. Pendidikan kesehatan yang didapat berupa personal

hygiene agar ibu tidak mengalami infeksi, makanan yang mengandung zat besi

dan asam folaat tinggi untuk perbaikan uterus seperti kacang-kacangan, sayur

bayam, susu, dan brokoli. Kemudian pendidikan kesehatan mengenai ASI

eksklusif agar ibu bisa memberikan nutrisi terbaik untuk bayinya dan dengan

menghisap papilla mammae ibu juga bermanfaat untuk perbaikan kontraksi rahim.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari kasus diatas dan bagaimana cara menanganinya diambil

kesimpulan bahwa dalam penanganan pada kasus hemoragia post partum

pada NY “M” telah dilaksanakan sesuai teori yang ada. Penanganan juga
dilaksanakan secara cepat dan tepat sehingga pasien cepat tertangani dan

terhindar dari diagnose potensial seperti syok anafilaktik.

5.2 Saran

Kasus hemoragia post partum merupakan salah satu penyebab

meningkatnya angka kematian ibu, diharapkan bagi yang tenaga kesehatan

yang mendapat kasus tersebut agar tahu penanganan yang cepat dan tepat,

jika tidak mampu menangani sebaiknya cepat merujuk. Dalam merujuk

pasien diharapkan tidak hanya merujuk dengan pemasangan infuse ditambah

uterotonika saja , tetapi juga dilakukan tindakan untuk menutup pembuluh

darah yang terbuka pada uterus, tindakan yang mudah saja seperti kompresi

bimanual interna atau eksterna, namun jika bisa dengan menggunakan tampon

kondom kateter, agar pada saat perjalanan merujuk tidak banyak darah yang

keluar karena sudah dilakukan penutupan pembuluh darah yang terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri Rachmania (2017) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Nifas tentang


Perdarahan Postpartum Diakses pada Tanggal 17 Februari 2021 Pukul
10.30 WIB
Marmi.(2015). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nova Liana Fasha(2018) Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian


Perdarahan PostpartumDi RSU PKU Muhammadiyah Bantul Diakses pada
Tanggal 17 Februari 2021 Pukul 10.30 WIB
Nugroho, Dr. Taufan, dkk.(2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Suherni, dkk.(2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai