Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

“PLACENTA PREVIA”

HALAMAN JUDUL
Disusun oleh:
ULFA PRATIWI, S.Ked
196100802034

Pembimbing:
dr. Ida Bagus Wicaksana, Sp.OG

KEPANITERAAN
KLINIK ILMU KESEHATAN REPRODUKSI WANITA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PLACENTA PREVIA
Ulfa Pratiwi, S.Ked.
196100802034

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat
mengikuti Ujian Akhir di SMF Ilmu Kesehatan Reproduksi Wanita

Laporan Kasus ini disahkan oleh:


Pembimbing,

dr. Ida Bagus Wicaksana, Sp.OG

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Placenta Previa”. Laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan
Reproduksi Wanita di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penulis sadar
bahwa dalam proses penyelesaian penulisan laporan kasus ini banyak mengalami
kendala namun semua ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, kerjasama, dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut
dapat diatasi.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Ida
Bagus Wicaksana, Sp.OG sebagai pembimbing saya yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, saran, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
perhatiannya selama penyusunan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung,
memberikan motivasi dan juga teman-teman yang selalu memberikan semangat
kepada saya dalam penyusunan laporan kasus ini hingga dapat terselesaikan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya laporan kasus ini dapat
berguna dan membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-
mahasiswi jurusan kesehatan lain yang sedang dalam menempuh pendidikan,
referat ini berguna sebagai referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu
pengetahuan.

Palangka Raya, 2021

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................2
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................3
2.1. Anamnesis..........................................................................................3
2.2. Pemeriksaan Fisik..............................................................................7
2.3. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................9
2.4. Daftar Abnormalitas........................................................................ 10
2.5. Diagnosis Kerja................................................................................11
2.6. Diagnosis Banding...........................................................................11
2.7. Planning Terapi................................................................................11
2.8. Follow Up Harian.............................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
3.1. Perdarahan Antepartum....................................................................17
3.2. Placenta Previa.................................................................................18
3.3. Solusio Placenta...............................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................37
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Klasifikasi Placenta Previa............................................................. 25


Gambar 3.2 Placenta Previa Total...................................................................... 29

DAFTAR ISI

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap.................................................... 15


Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Analisis Kimia Darah......................................... 16
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Lainnya............................................................... 16

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perdarahan sebelum, sewaktu dan setelah persalinan adalah suatu kelainan
emergensi yang berbahaya dan memiliki resiko tinggi mengancam ibu dan janin.
Pada umumnya perdarahan pada kehamilan lanjut jauh lebih berbahaya dibanding
perdarahan pada kehamilan muda atau abortus. Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta previa, solusio
plasenta). The Canadian Perinatal Network mengatakan bahwa 806 wanita
dengan perdarahan diantara kehamilan 22 minggu dan 28 minggu diantaranya
mengalami solusio plasenta 32%, plasenta previa 21% dan perdarahan servikal
6.6%.1
Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih memegang peran
penting sebagai penyebab utama kematian maternal di dunia, diikuti oleh
hipertensi dan infeksi pada kehamilan. Setiap tahunnya, terestimasi sekitar
500.000 angka kematian pada ibu hamil dan perdarahan adalah 30.8% sebagai
penyebabnya. Perdarahan pada kehamilan juga 99% terjadi di negara berkembang
dan hanya 1% terjadi di negara maju. 2 Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi,
yakni sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sayangnya, angka tersebut jauh
dibanding target AKI MDGs pada tahun 2015, yakni 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup.3
Pada prakteknya, karena gejala yang seringkali tidak khas dan dianggap
tidak berbahaya menyebabkan banyaknya penundaan diagnosis dan pengobatan.
Padahal, kasus perdarahan perlu didiagnosa sesegera mungkin dan diberikan
tatalaksana awal untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin. Melakukan deteksi
dini dan asuhan antenatal yang teratur serta pentalaksanaan secara dini dapat
mengurangi angka mortalitas pada ibu hamil. Penggunaan Ultrasonografi (USG)
pada kasus kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta) sangat akurat dan
membantu mendiagnosis kelainan letak plasenta segera. Jika terjadi perdarahan
antepartum, perlu ditentukan apakah kehamilan tersebut bisa diterminasi atau
tidak. Menentukan keputusan untuk dilakukan persalinan perlu diputuskan segera
mungkin, namun jika tidak, terdapat berbagai hal yang perlu dipersiapkan untuk
menunjang kehamilan agar ibu dan janin dapat diselamatkan.4
Perdarahan antepartum lebih berbahaya karena seringkali mengancam
nyawa ibu dan janin. Pada prakteknya, karena gejala yang seringkali tidak khas
dan dianggap tidak berbahaya menyebabkan banyaknya penundaan diagnosis dan
pengobatan. Padahal, kasus perdarahan perlu didiagnosa sesegera mungkin dan
diberikan tatalaksana awal untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin.1,4
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai
perdarahan antepartum, diagnosa, pencegahan dan tatalaksana agar pada
prakteknya, perdarahan antepartum dapat diketahui dan diobati sesegera mungkin.

1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
penulis dan pembaca mengenai Placenta Previa serta sebagai salah satu syarat
agar bisa mengikuti ujian akhir di SMF Obstetrik dan Ginekologi.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada hari Jumat, 25 Juni 2021 dengan pasien sendiri
(auto-anamnesis) di ruang Cempaka RSUD dr, Doris Sylvanus Palangka Raya.

2.1.1 Identitas Pasien


a. Nama pasien : Ny. DN
b. Umur pasien : 24 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tanggal lahir : 08 Desember 1996
e. No. Rekam Medik : 36.63.45
f. Masuk Rumah Sakit : 25 Juni 2021
g. Pendidikan Terakhir : S1
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Alamat : Jl. Brokoli V
j. Berat Badan/Tinggi Badan : 59 kg / 148 cm
k. Suku : Dayak
l. Jumlah kehamilan sebelumnya :-
m. Agama : Islam
n. Nama suami : Tn. AS

2.1.2 Keluhan Utama


Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).

2.1.3 Riwayat penyakit sekarang


Pasien dengan G1P0A0 datang dengan keluhan terjadi perdarahan dari
jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien masuk Rumah Sakit pada hari Jumat, 25
Juni 2021. Perdarahan banyak dan darah berwarna merah segar. Pasien telah

3
mengganti pembalut sebanyak 2 kali. Keluarnya darah tanpa disertai rasa nyeri
ataupun mual muntah.
Pasien mengeluhkan mules-mules sejak 9 jam SMRS, mules-mules
dirasakan hilang timbul dan tidak sering. Nyeri perut (-), kencang-kencang (-),
pusing (-), sesak napas (-), buang air kecil (+), buang air besar (+).
Pasien melakukan pemeriksaan USG dengan Sp.OG saat usia kehamilan
28 minggu dan didapatkan hasil placenta previa serta janin letak sungsang,
taksiran berat janin 2300 gram dengan taksiran persalinan pada tanggal 8 Agustus
2021. Rapid test SARS-COV2 didapatkan hasil non-reaktif.

2.1.4 Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit Maag sejak 5 tahun yang lalu. Asma (-),
DM (-), hipertensi (-), anemia (-), riwayat operasi (-).

2.1.5 Riwayat Menstruasi dan Perkawinan


a. Menstruasi
a. Menarche : usia 15 tahun
b. Siklus : teratur (30-31 hari)
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Banyaknya : ± 3 pembalut perhari
e. Dysmenorrhea : nyeri haid biasa
f. HPHT : 30 November 2020
g. HPL :
h. Tanda-tanda kehamilan : Amenorea, pergerakan janin, DJJ
i. Pergerakan Fetus dirasakan pertama kali: minggu ke 18 kehamilan
b. Status perkawinan
a. Status perkawinan : menikah
b. Jumlah pernikahan : 1 kali
c. Usia saat menikah : 22 tahun
d. Lama menikah : 2 tahun
e. Jumlah anak hidup :-

4
f. Jumlah anak meninggal :-

2.1.6 Keluhan yang dirasakan saat kehamilan ini


a. Mual muntah : kehamilan 17-24 minggu
b. Rasa lelah : dirasakan
c. Nyeri perut : tidak pernah
d. Sakit kepala berat/terus menerus : trimester awal
e. Penglihatan kabur : tidak ada
f. Perasaan nyeri/ panas saat BAK : tidak dirasakan
g. Rasa gatal pada vulva dan vagina : tidak ada keluhan
h. Pengeluaran pervaginam : lendir biasa berwarna bening

2.1.7 Diet Makanan


a. Pola makan dalam sehari : makan teratur 3x sehari
b. Jenis makanan : nasi dan lauk-laukan biasa, minum
susu hamil
c. Perubahan pola makan : ada mual muntah saat trimester
awal.

2.1.8 Pola eliminasi sehari-hari


a. Buang air kecil (BAK) : baik
b. Buang air besar (BAB) : baik

2.1.9 Kebiasaan dan Gaya hidup


a. Pola istirahat dan tidur : istirahat cukup, pola tidur baik tidak
terganggu
b. Seksualitas : aktif, tapi jarang selama kehamilan
c. Aktivitas : sedang, selama kehamilan pasien
tetap bekerja sebagai ibu rumah tangga

2.1.10 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

5
● Riwayat kehamilan dan persalinan (-)

2.1.11 Riwayat Kesehatan


Riwayat yang pernah di alami : Jantung : (-)
Hipertensi : (-)
Hepar : (-)
DM : (-)
Maag : (+)
Anemia : (-)
HIV : (-)
Campak : (-)
Malaria : (-)
Operasi : (-)
Lain-lain : (-)

2.1.12 Riwayat Perilaku Kesehatan


a. Penggunaan alkohol / obat sejenis : tidak ada
b. Obat / jamu yang di konsumsi : tidak ada
c. Merokok : tidak ada

2.1.13 Riwayat Sosial


a. Kehamilan ini direncanakan / di inginkan : kehamilan
direncanakan
b. Status perkawinan, jumlah dan lamanya : menikah, 1 kali, 2
tahun
c. Susunan keluarga yang tinggal serumah : tinggal dengan
suami

2.1.14 Keterangan Lain


a. Pasien rutin meminum tablet penambah darah dan vitamin
kehamilan yang diberikan dokter.
b. Pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal Care) ke
dokter spesialis kandungan setiap bulan

6
2.2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
● Suhu : 36,7
● TD : 97/55 mmHg
● Nadi : 103 x/menit, kuat angkat, tunggal, dan
regular
● Respirasi : 20 x/menit
● SpO2 : 99%
d. Status generalis
a) Tinggi badan : 148 cm
b) Berat badan : 47 kg
c) BB Pranatal : 59 kg
d) Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-,
pupil isokor (±2 mm), refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+
e) Hidung : discharge (-)
f) Mulut : labium oris pucat (+), sianosis (-), lidah
pucat (-), atrofi papil lidah (-), faring hiperemis (-), tonsil T2-T2.
g) Leher :
● Tekanan vena jugularis (JVP) normal
● Pembesaran kelenjar getah bening (-)
● Pembesaran tiroid (-)
h) Thorax
Pulmo
Inspeksi Simetris kiri = kanan, ketertinggalan gerak (-)
Auskultasi Vesicular basal sound +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Palpasi Fremitus vokal kanan=kiri, ekspansi dada kiri = kanan
Perkusi ● Sonor di semua lapang paru
● Batas paru-hepar di ICS VI LMCD
● Batas paru-lambung di ICS V LMCS

Cor

7
Inspeksi Thrill (-)
Auskultasi ● S1-S2 tunggal dan regular, murmur (-), gallop (-)
● Heart rate = 103x/menit, regular, tunggal
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi ● Batas kiri di ICS V linea midclavicularis sinistra
● Batas dextra di linea sternalis dextra
● Pinggang jantung di ICS II linea sternalis sinistra
● Batas bawah di ICS V linea sternalis sinistra

i) Abdomen
Inspeksi Tampak membesar (Cembung)
Auskultasi Bising usus 10x/menit
Palpasi Teraba bagian-bagian janin dan ekstermitas, nyeri saat
dipalpasi (-).
Nyeri tekan di regio suprapubik dan inguinalis dextra
(-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi Tympani→ ascites (-), shifting dullness (-)

j) Esktremitas
Extremitas superior dextra Extremitas superior sinistra
● Akral hangat, capillary refill ● Akral hangat, capillary refill time
time <2 detik, sianosis (-) <2 detik, sianosis (-)
● Pucat palmar (-) ● Pucat palmar (-)
● Motorik : 5 ● Motorik : 5
Sensorik dalam batas normal Sensorik dalam batas normal

Extremitas inferior dextra Extremitas inferior sinistra


● Akral hangat, capillary refill ● Akral hangat, capillary refill
time <2 detik, sianosis (-) time <2 detik, sianosis (-)
● Pucat plantar (-) ● Pucat plantar (-)
● Motorik : 5 ● Motorik : 5
Sensorik dalam batas normal Sensorik dalam batas normal

e. Status Obstetri
Abdomen

8
Inspeksi Tampak pembesaran (cembung)
Palpasi ● Leopold I : teraba kepala, TFU 27 cm (3 jari dibawah
procesus xiphoideus)
● Leopold II: punggung kanan
● Leopold III : Presentasi bokong
● Leopold IV : Convergen
His 1x10 menit, 10 detik
DJJ 151-166x/menit
Pemeriksaan Tidak dilakukan
dalam

2.3 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan darah lengkap

Tanggal Pemeriksaan
Indikator Nilai Rujukan
25 Juni 2021 1 Juli 2021
Hb 10,5 - 18.00g/dL 10,2 g/dL 7,9 g/dL
Leukosit 4.500 - 11.000/μL 9,76/μL 8,31/μL
Hematokrit 37 – 48% 29,6% 25,4%
Trombosit 150x103-400x103/μL 255.000/μL 250.000/μL
MCV 86 - 102 fL 88,6 fL 81,2 fL
MCH 25,6 – 30,7 pg 30,5 pg 25,2 pg
MCHC 28,2 – 31,5 g/dL 34,5 g/dL 31,1 g/dL

Tabel 2.2 Hasil pemeriksaan analisis kimia darah


Tanggal Pemeriksaan
Indikator Nilai Rujukan
25 Juni 2021 1 Juli 2021

9
GDS <200 mg/dL 128 mg/dL -
Ureum 21 – 53 mg/dL 18 mg/dL -
Creatinin 0,7 – 1,5 mg/dL 0,64 mg/dL -
HbsAg (-)/Negatif Negatif -
SGOT/AST <31 U/L - -
SGPT/ALT <32 - -

Tabel 2.3 Hasil pemeriksaan lainnya

Indikator Nilai rujukan Hasil Tanggal pemeriksaan


Rapid test SARS COV-2 Non-reaktif Non-Reaktif 25 Juni 2021
Rapid Anti HIV Negatif Negatif 25 Juni 2021

b. Pemeriksaan USG : tidak dilakukan (-)

2.4 Daftar abnormalitas


a. Anamnesis
a) Perdarahan dari jalan lahir, sebanyak 2 pembalut
b) Mules-mules
b. Pemeriksaan fisik
a) Konjungtiva anemis (+/+)
b) Pengeluaran darah segar dari jalan lahir
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab darah Hb : 10,2 g/dL

2.5 Diagnosis kerja


Diagnosis kerja pada kasus pasien Ny. DN adalah:
G1P0A0 usia kehamilan 30-32 minggu perdarahan antepartum et causa
Placenta Previa

10
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus pasien Ny. DN adalah
1. Perdarahan antepartum et causa placenta previa
2. Perdarahan antepartum et causa solusio placenta

2.7 Planning terapi


1. Inf. RL + Nairet 1 mg/8 jam 20 tpm
2. Inj. Ceftriaxone 2x1gr
3. Inj. Kalnex 3x50 mg
4. Inj. Dexametason 2x5 gr
5. Sedia darah PRC 1 kolf
6. Observasi keadaan umum, perdarahan dan DJJ

2.8 Follow-up Harian

25 Juni 2021 26 Juni 2021


S Keluar air-air (-), perdarahan Keluar air-air (-), perdarahan
pervaginam (+), His (+), nyeri perut (-), pervaginam (+), His (+), nyeri perut (-),
kencang-kencang (-) kencang-kencang (-)
O Keadaan umum : tampak sakit sedang Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos Mentis. Kesadaran: Compos Mentis.

Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital


TD : 97/55 mmHg TD : 100/77 mmHg
N : 103 x/menit, kuat angkat, reguler N : 89x/menit, kuat, reguler
RR : 20x/menit RR : 20x/menit
S : 36,7oC S : 36,5oC
SpO2 : 99% SpO2 : 99%

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik


● Keluar air-air (-) perdarahan dari

11
GCS = E4V5M6 jalan lahir (+) tidak aktif, nyeri
perut (-), HIS (+)
Inspeksi : Perdarahan dari jalan lahir ● DJJ : 150-155 x/menit
(+), air-air (-), His (+), nyeri perut (-)
Palpasi: TFU 3 jari dibawah procesus
xiphoideus Pemeriksaan Penunjang
DJJ: 151-166 x/menit -

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan lab Hb rendah (10,2)
Hasil pemeriksaan Swab SARS COV-2
(-)
A G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan
antepartum et causa Placenta Previa antepartum et causa Placenta Previa
P ● Inf. RL + Nairet 1 mg/8 jam 20 tpm ● Observasi keadaan umum,
● Inj. Ceftriaxone 2x1gr perdarahan dan DJJ
● Inj. Kalnex 3x50 mg ● Bedrest
● Inj. Dexametason 2x5 gr ● Pro USG Kandungan
● Sedia darah PRC 1 kolf ● Terapi lanjut
● Observasi keadaan umum,
perdarahan dan DJJ
27 Juni 2021 28 Juni 2021
S Keluar air-air (-), perdarahan Keluar air-air (-), perdarahan
pervaginam (+) tidak aktif, His (+), pervaginam (+) tidak aktif, His (+),
nyeri perut (-), kencang-kencang (-) nyeri perut (-), kencang-kencang (-)
O Keadaan umum : baik Keadaan umum: baik
Kesadaran: Compos Mentis. Keasadaran: Compos mentis

Tanda-tanda vital Tanda-tanda Vital:


TD : 100/60 mmHg TD : 102/70 mmHg
N : 88x/menit, kuat angkat, reguler N : 90x/menit, kuat angkat,
reguler
RR : 19x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,8oC
S : 36,5oC
SpO2 : 98%
SpO2 : 99%

12
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik:
● Keluar air-air (-) perdarahan dari ● Keluar air-air (-) perdarahan dari
jalan lahir (+) tidak aktif, nyeri perut jalan lahir (+) tidak aktif, nyeri
(-), HIS (+) perut (-), HIS (+)
● DJJ : 140-148 x/menit ● DJJ : 145-150 x/menit

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang


● - ● -

A G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan
antepartum et causa Placenta Previa antepartum et causa Placenta Previa
P ● Observasi keadaan umum, perdarahan ● Observasi keadaan umum,
dan DJJ perdarahan dan DJJ
● Bedrest ● Bedrest
● Terapi lanjut ● Terapi lanjut
● Pro SC elektif tanggal 1Juli 2021
29 Juni 2021 30 Juni 2021
S Keluar air-air (-), perdarahan Keluar air-air (-), perdarahan
pervaginam (+) tidak aktif, His (+), pervaginam (+) berkurang, His (+),
nyeri perut (-), kencang-kencang (-) nyeri perut (-), kencang-kencang (-)
O Keadaan umum : baik Keadaan umum : baik
Kesadaran: compos mentis Kesadaran: compos mentis

Tanda-tanda Vital: Tanda-tanda Vital:


TD : 100/70 mmHg TD : 100/60 mmHg
N : 80x/menit, kuat angkat, reguler N : 85x/menit, kuat, reguler
RR : 18x/menit RR : 19x/menit
S : 36,6oC S : 36,7oC
SpO2 : 99% SpO2 : 97%

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik

● Keluar air-air (-) perdarahan dari ● Keluar air-air (-) perdarahan dari
jalan lahir (+) berkurang, nyeri perut jalan lahir (+) berkurang, nyeri
(-), HIS (+) perut (-), HIS (+)
● DJJ : 140-148 x/menit ● DJJ : 140-145 x/menit

13
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang
● - ● -
A G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan
antepartum et causa Placenta Previa antepartum et causa Placenta Previa
P ● Observasi keadaan umum, perdarahan ● Observasi keadaan umum,
dan DJJ perdarahan dan DJJ
● Bedrest ● Bedrest
● Pro SC elektif tanggal 1Juli 2021 ● Pro SC elektif tanggal 1Juli 2021
● Puasa pukul 00.00 WIB
1 Juli 2021 2 Juli 2021
S Pasien dipersiapkan untuk operasi. Nyeri perut post SC (+), kaki sudah
Pasien sudah kooperatif dan siap bisa ditekuk (+)
mengikuti operasi.
Puasa mulai pukul 00.00 WIB
O Keadaan umum : baik Keadaan umum: tampak lemas
Kesadaran: compos mentis Keasadaran: Compos mentis

Tanda-tanda Vital: Tanda-tanda Vital:


TD : 108/70 mmHg TD : 110/75mmHg
N : 80x/menit, kuat angkat, reguler
N : 74x/menit, kuat angkat,
RR : 18x/menit reguler
S : 36,5oC RR : 18x/menit
SpO2 : 99% S : 36,5oC
SpO2 : 99%
Pemeriksaan Fisik
● GCS = E4VXM5 Pemeriksaan fisik:
● Mata = CA +/+, pupil isokor +/+,
refleks cahaya +/+ ● GCS = E4VXM5
● Mata = CA +/+, pupil isokor +/+,
refleks cahaya +/+
● Kaki sudah bisa ditekuk
Pemeriksaan Penunjang
● Perdarahan pervaginam sedikit
● Cek HB post Sectio Cesaria, ● TFU 2 jari dibawah umbilicus
HB 10,5 g/dL ● Kontraksi uterus baik
● ASI belum keluar

14
Pemeriksaan Penunjang
● -
A G1P0A0 uk. 30-32 minggu perdarahan P1A0 Post SC H 1 a/i Placenta previa
antepartum et causa Placenta Previa totalis
P ● Oksigenasi 2-4 lpm NK ● Observasi keadaan umum, tanda-
● IVFD RL 500 cc tanda vital, perdarahan
● Pemasangan kateter + urine bag ● Oksigenasi 2-4 lpm NK
● IVFD RL 500 cc drip tramadol (1
ampul), ondansentron (1 ampul),
oksitosin (1 ampul)
● Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram IV
● Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
3 Juli 2020
Nyeri perut post SC minimal
Pasien tidur dengan nyaman
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis

Tanda-tanda Vital:
TD : 110/80 mmHg
N : 80x/menit, kuat, reguler
RR : 18x/menit
S : 36,6oC
SpO2 : 98%

Pemeriksaan fisik:
● GCS = E4VXM5
● Mata = CA +/+, pupil isokor +/+,
refleks cahaya +/+
● TFU 2 jari dibawah umbilicus
● Perdarahan sedikit, lochea (+) rubra
● Kontraksi uterus baik
● Buang air kecil (+)

15
Pemeriksaan Penunjang
● -
P1A0 Post SC H 2 a/i Placenta previa
totalis

● Belajar mobilisasi (berdiri, jalan


perlahan)
● Lepas kateter + urine bag
● Pasien boleh pulang

2.9 Pemeriksaan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

16
3.1 Perdarahan Antepartum

3.1.1 Definisi
Perdarahan kehamilan lanjut atau yang sering dikenal sebagai Hemoragia
Antepartum (HAP) adalah perdarahan dari saluran genitalia yang terjadi setelah
kehamilan 24 minggu dan sebelum persalinan janin. Namun, masih terdapat teori
yang berbeda mengenai batas minggu kehamilan lanjut jika dilihat dari berat janin
dan kemungkinan hidupnya janin diluar uterus.1
Pada umumnya perdarahan pada kehamilan lanjut jauh lebih berbahaya
dibanding perdarahan pada kehamilan muda atau abortus. Perdarahan antepartum
yang berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta previa,
solusio plasenta), sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta (pada umumnya kelainan serviks) cenderung tidak berbahaya. Oleh
karena itu, pada perdarahan antepartum perlu dipikirkan terlebih dahulu apakah
kemungkinan perdarahan bersumber dari kelainan plasenta.1
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG)
mengklasifikasikan tingkat keparahan HAP menjadi Spotting – noda, bercak darah
yang ditemukan pada celana dalam atau pembalut Minor Haemorrhage –
perdarahan kurang dari 50mL Major Haemorrhage – perdarahan 50-1000 mL,
dengan tidak adanya tanda-tanda syok Massive Haemorrhage – perdarahan lebih
dari 1000 mL dan/atau tanda-tanda syok.4

3.1.2 Epidemiologi
Kejadian perdarahan antepartum terjadi pada pertengahan sampai awal
trimester ketiga. Dari penelitian Lipitz dan kawan-kawan dilaporkan bahwa 4 dari
65 wanita dengan perdarahan diantara 14 minggu sampai 26 minggu disebabkan
oleh plasenta previa atau solusio plasenta. Dilaporkan pula bahwa 3 dari 65 janin
meninggal dunia karena perdarahan antepartum. The Canadian Perinatal Network
mengatakan bahwa 806 wanita dengan perdarahan diantara kehamilan 22 minggu
dan 28 minggu diantaranya mengalami solusio plasenta 32%, plasenta previa 21%
dan perdarahan servikal 6.6%. Frekuensi perdarahan antepartumsekitar 3% dari
seluruh persalinan. Di Indoensia, contohnya di RS Tjipto Mangunkusumo,

17
dilaporkan bahwa 14% pasien yang datang bersalin mengalami perdarahan
Antepartum.1

3.1.2 Etiologi
Perdarahan antepartum yang berbahaya dan paling sering ditemui
umumnya bersumber pada kelainan plasenta (70%), lesi lokal pada saluran
kelamin (25%), dan sisanya penyebab yang tidak diketahui (5%). Perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta
previa, solusio plasenta), sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta (pada umumnya kelainan serviks) cenderung tidak berbahaya.1

3.2 Placenta previa

3.2.1 Definisi
Placenta previa adalah placenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum.1

3.2.2 Insiden
Placenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada
beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari
1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan
meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetric yang memungkinkan
deteksi dini, insiden placenta previa bisa lebih tinggi.1

3.2.3 Etiologi
Sejalan dengan bertambah membesarnya placenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah placenta tersebut bermigrasi.1

18
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua didaerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang yang pasti. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tidak memadai mugkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas
tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi,
dan sebagainya dapat berperan sebagai factor risiko bagi terjadinya placenta
previa. Cacat bekes bedah sesar berperan menaikkan insiden 2-3 kali. Pada
perempuan perokok dijumpai insidensi placenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
placenta melebar ke segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum.1

3.2.4 Klasifikasi
1. Placenta previa totalis atau komplit adalah placenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum
2. Placenta previa parsialis adalah placenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum
3. Placenta previa marginalis adalah placenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum
4. Placenta letak rendah adalah placenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap placenta letak normal.1

Gambar 3.1 Klasifikasi Placenta Previa

19
3.2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal. Oleh karena telah memulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak placenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
placenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka placenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak placenta yang terlepas. pada tempat itu akan terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari
placenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu
perdarahan pada placenta previa betapapun pasti akan terjadi (unavoidable
bleeding).1
Perdarahan ditempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena
elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti
karena terjadi pembekuan kecuali jika terjadi laserasi mengenai sinus yang besar
dari placenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih lama dan lebih
banyak. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung
progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan.
Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (painless).1
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal pada kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk
terlebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru
terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-

20
jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan. Perdarahan pertama
sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih separuh
kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat
perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih
mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang
mempu merusak plasenta lebih luas dan melepaskan tromboplastin kedalam
sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.1
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmn bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibanya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta inkreta,
bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke
buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih
sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah caesar. Segmen bawah
rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot
yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian
perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa misalnya dalam kala tiga karena
plasenta sukar melepas dengan sempurna (retentio placentae), atau setelah uri
lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.1

3.2.6 Gambaran Klinis


Ciri yang paling menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus
keluar melalui vagina dengan darah berwarna merah terang tanpa nyeri.
Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali
terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian jadi
berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan
mengalir.1
Pada placenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan bias sedikit sampai banyak mirip pada solusio placenta.

21
Perdarahan siperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi
sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian perdarahan bisa berlangsung sampai
pascapersalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen
bawah rahim pada placenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran placenta dengan tangan
misalnya pada retensio placenta sebagai komplikasi placenta akreta.1
Berhubung placenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis
dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.1

3.2.7 Diagnosis
Plasenta previa atau solusio plasenta harus selalu dipikirkan saat
menghadapi perempuan dengan perdarahan uterus pada paruh kedua kehamilan.
Kemungkinan plasenta previa tidak boleh disingkirkan hingga pemeriksaan
sonografi telah jelas menunjukan ketiadaan plasenta previa. Diagnosis ini jarang
dapat ditegakkan secara pasti dengan pemeriksaan klinis, kecuali jika jari
dimasukan melalui serviks dan plasenta di palpasi. Pemeriksaan serviks dengan
jari seperti demikian tidak diperbolehkan, kecuali perempuan tersebut berada di
ruang operasi dengan persiapan lengkap untuk pelahiran caesar segera, bahkan
sentuhan jari yang paling lembut sekalipun dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Selain itu, jenis pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan kecuali direncanakan untuk
pelahiran karena dapat menyebabkan perdarahan yang mengharuskan pelahiran
segera. Pemeriksaan persiapan ganda (double set-up) ini jarang diperlukan karena
letak plasenta hampir selalu dapat dipastikan dengan sonografi.1
Diagnosis placenta previa dapat ditegakkan dari Anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang:
a. Anamnesis
Terdapat beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada ibu mengenai
perdarahan, seperti sejak kapan, banyak, warna, konsistensi, dan
karakteristik dari perdarahan. Informasi mengenai nyeri seperti lokasi,
onset, frekuensi, dan skala nyeri juga dapat memperkuat diagnosis.

22
Beberapa pertanyaan seperti faktor pencetus, misalnya aktivitas seksual
sebelumnya dan trauma juga dapat membantu menyingkirkan diagnosis
yang lain. Pada placenta previa gejala yang khas adalah Perdarahan dari
jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri. Dapat disertai atau tanpa
adanya kontraksi.1,6
b. Pemeriksaan fisik
1. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu
atas panggul atau ada kelainan letak janin melalui pemeriksaan Leopold.
Selain itu, pada palpasi perut perlu diinterpretasikan apakah perut terasa
lunak atau tegang dan keras yang sering ditemukan pada solusio plasenta.
2. Pemeriksaan dalam. Pada ibu janin dengan curiga plasenta previa tidak
boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena akan mencetus perdarahan
yang lebih banyak. Oleh karena itu, pemeriksaan dalam hanya boleh
dilakukan di kamar operasi dengan segala persiapan rencana Caesar jika
diindikasikan untuk Sectio Cesarea pada plasenta previa totalis.
Pemeriksaan dalam berfungsi untuk mengetahui sumber dari perdarahan
dan juga tipe dari plasenta previa. Untuk pemeriksaan dalam dapat
dilakukan dengan Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.6
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG). USG telah menjadi diagnosa
gold standard pada diagnosa plasenta previa. Transabdominal USG
memberikan kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi
hingga 96-98%. Transvaginal USG juga memiliki tingkat ketepatan
diagnosis yang tinggi hingga mencapai 98-100%. Selain kedua jenis USG
tersebut, terdapat transperineal USG yang juga dapat membantu
menegakkan diagnosis dengan tingkat ketepatan 90%. Pemeriksaan USG
untuk mengetahui jenis plasenta previa dan taksiran berat badan janin.6

23
Gambar 3.2 Placenta previa total A. Sonogram placenta transabdominal
(kepala panah putih) dibelakang kandung kemih yang menutupi serviks (panah
hitam) B. gambaran sonografik placenta transvaginal (panah) yang separuhnya
menutupi serviks yang berdekatan dengan kepala janin. 5

Sejumlah peneliti menggunakan MRI untuk memvisualisasikan


abnormalitas plasenta, termsuk plasenta previa. Meskipun banyak
mendapat tanggapan positif, mengenai penggunaannya, kemungkinan MRI
akan menggantikan sonografi untuk pemeriksaan rutin dalam waktu dekat
ini adalah kecil. MRI dapat terbukti bermanfaat untuk diagnosis plasenta
akreta.6

3.2.8 Tatalaksana
1. Tatalaksana Umum :
 Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat).
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
 Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan.
 Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif. Pada kehamilan
antara 24-34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk pematangan paru janin.

24
2. Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif, agar janin tidak terlahir prematur dan upaya
diagnosis dilakukan secara non-invasif.
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
 Berikan tokolitik bila ada kontraksi : MgSO4 4g IV dosis
awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam, atau Nifedipin
3x20mg/hari. Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan
betamethason 12 mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
 Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat
per oral 60mg selama 1 bulan.
 Pastikan tersedianya sarana transfusi.
 Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan
segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Syarat terapi ekspektatif :


 Kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu) dengan
perdarahan sedikit yang kemudian berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik.
 Belum ada tanda impartu
 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb 8 gr atau lebih
dalam kadar normal)
 Janin masih hidup dan kondisi janin baik
Terapi Aktif
 Rencanakan terminasi kehamilan jika :
a) Usia kehamilan cukup bulan (≥37 minggu)

25
b) Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang
mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya
anensefali)
c) Pada perdarahan aktif dan banyak (500 cc atau lebih),
segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang usia
kehamilan
d) Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis (Hb <8 gr
%)
 Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada plasenta letak
rendah (marginalis atau lateralis) presentasi kepala,
perdarahan sangat sedikit, pembukaan serviks maka dapat
dilakukan pemecahan selaput ketuban dan berikan drip
oksitosin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
 Tatalaksana seksio sesaria
Indikasinya yaitu pada placenta previa totalis, placenta
previa primigravida, placenta previa janin letak lintang atau
sungsang, fetal distress, placenta previa lateralis jika
pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak, sebagian
OUI tertutup placenta, placenta terletak disebelah belakang
(posterior). Perdarahan mengalir sangat banyak dan cepat.7
3.2.9 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1) Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara
ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus
dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi
itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan
syok.
2) Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan

26
kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan
sampai permertium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta akreta
atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta
dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah berdarahan
dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus
yang sudah pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta
terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea
satu kali, naik menjadi 60-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3) Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
sangat banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada
semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim
ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak
yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti
penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ovarika,
hipogasrika, dtau pemasangan tampon, maka pada keadaan yang
lebih gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu
merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
4) Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal
ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5) Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37
minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6) Komplikasi lain plasenta previa yang dilaporkan dalam
kepustakaan lain selain masa rawat yang lebih lama, adalah
berisiko tinggi untuk solusio plasenta (Risiko Relatif (RR) 13,8),

27
seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), perdarahan
pasca persalinan (RR 1,7), kematian maternal akibat perdarahan
(50%), dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9%.8

3.2.10 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada placenta previa dewasa ini lebih baik
jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkaitan dengan diagnosis
yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG disamping ketersediaan
transfusi darah dan infus cairan telah ada dihampir semua rumah sakit.1

3.3 Solusio Placenta

3.3.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal placenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Solusio plasenta jauh
lebih berbahaya dibanding plasenta previa bagi ibu hamil dan janinnya. Beberapa
studi menyebutkan solusio plasenta ditegakkan bila terdapat perdarahan pada usia
kehamilan di atas 24 minggu dan sebelum kelahiran, namun secara definitif
diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah partus jika terdapat hematoma pada
permukaan maternal plasenta. Terdapat beberapa istilah untuk penyakit ini yaitu
abruptio placentae, ablatio placentae, dan accidental hemorrhage.5
Terdapat dua bentuk utama solusio plasenta. Perdarahan akibat solusio
plasenta umumnya menyusup antara membran plasenta dan uterus dan akhirnya
keluar melalui serviks, menyebabkan perdarahan eksternal (80%). Yang lebih
jarang, darah tidak berhasil keluar tetapi tertahan diantara plasenta yang
terlepas dan uterus, menyebabkan perdarahan terselubung (concealed bleeding,
20%). Solusio plasenta dapat total atau parsial. Perdarahan terselubung jauh
lebih berbahaya bagi ibu dan janin. Bahaya ini timbul bukan hanya karena
kemungkinan koagulopati komsumtif, tetapi karena banyak dan luas perdarahan
tidak diketahui dengan segeradan diagnosis umumnya terlambat. (8,9)

28
3.3.2 Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal tersebut dibawah ini diduga merupakan faktor-
faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain. Riwayat solusio plasenta
sebelumnya. Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dnegan
riwayat solusio plasenta adalah resiko berulangnya lebih tinggi dibanding yang
tidak memiliki riwayat tersebut. Resiko relatif 10-25%. Faktor usia ibu.
Peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan peningkatan umur ibu, hal
ini karena semakin tua umur ibu, semakin tinggi juga frekuensi hipertensi kronik.
Faktor trauma. Trauma yang dapat terjadi antara lain karena dekompresi
uterus pada hidramnion dan gemeli. Selain itu, juga dapat dicetus dengan tarikan
pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin, versi luar atau tindakan
pertolongan. Trauma langsung juga dapat mencetuskan terjadinya solusio
plasenta. Kemudian adanya Leiomioma uteri. Dapat menyebabkan resiko solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.9

3.3.3 Klasifikasi
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran
klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solutio
plasenta ringan, solusio, plasenta sedang, dan solusio plasenta berat.
Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta :1
1) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2) Solusio plasenta parsialis, plasenta terlepas sebagian.
3) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

Klasifikasi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan : 5


1) Solusio plaseta dengan perdarahan keluar (revealed hemorrhage).
Biasanya perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan

29
miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikaslis dan keluar melalu
vagina.
2) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi (concealed hemorrhage).
Ada kalanya, perdarahan tersebut tidak akan keluar melalui vagina dan
tersembunyi di dalam uterus jika, bagian plasenta sekitar perdarahan masih
melekat pada dinding rahim, selaput ketuban masih melekat pada dinding
rahim, perdarahan masuk ke dalam kantong gketuban setelah selaput
ketuban pecah karenanya, dan bagian terbawah janin umumnya kepala
menempel ketat pada segmen bawah rahim.

3.3.4 Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai oleh pedarahan kedalam desidua basalis akibat
cedera vaskular lokal. Desidua kemudian memisah, meninggalkan lapisan tipis
yang melekat ke miometrium. Karena itu, proses dalam tahap paling awal
terdiri atas pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pemisahan,
kompresi, dan akhirnya menghancurkan plasenta didekatnya. Ditemukan
adanya bukti histologis peradangan yang lebih banyak terlihat pada kasus
solusio plasenta dibandingkan pada kontrol normal. Sebagai kemungkinan lain,
areteri spiralis dapat ruptur, menciptakan hematoma retroplasenta. Pada kasus
ini, terjadi perdarahan, terbentuk bekuan, dan permukaan plasenta tidak dapat
lagi menyediakan pertukaran metabolik antara ibu dan janin.8,10
Dalam tahap dini, mungkin tidak ditemukan gejala-gejala klinis, dan
pemisahan hanya ditemukan pada saat pemeriksaan plasenta yang baru
dilahirkan. Pada kasus-kasus seperti ini, terdapat cekungan berbatas tegas pada
permukaan maternal plasenta. Cekungan ini biasanya berdiameter beberapa
sentimeter dan ditutupi darah yang telah membeku dan berwarna gelap. Karena
diperlukan beberapa menit untuk memunculkan perubahan anatomis ini,
plasenta yang sangat baru mengalami pemisahan dapat tampak sepenuhnya
normal saat dilahirkan. Usia bekuan retroplasenta tidak dapat ditentukan secara
pasti.11

30
Faktor mekanikal jarang meyebabkan pemisahan plasenta prematur (1-
5%). Temasuk didalamnya trauma abdomen, dekompresi tiba-tiba dari uterus
misalnya seperti pelahiran bayi kembar pertama, atau ruptur membran pada
hidramnion, atau traksi pada tali pusar yang pendek.10
Mekanisme lain yang mungkin adalah dimulainya kaskade kooagulasi.
Hal ini dapat terjadi contohnya pada trauma yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin jaringan. Aktivasi faktor koagulasi ini pada saatnya dapat
berperan untuk memulai pembentukan bekuan pada hemodinamik yang stasis
terjadi pada placenta pool.10 Perdarahan terselubung atau tertahan (tersamar)
mungkin terjadi bila :
1. Terdapat efusi darah dibelakang plasenta, tetapi tepinya masih tetap
melekat
2. Plasenta sepenuhnya terpisah tapi membran masih melekat ke dinding
uterus
3. Darah memperoleh akses ke rongga amnion setelah menembus membran
4. Kepala janin memenuhi segmen bawah uterus sehingga darah tidak bisa
lewat

Namun yang paling sering terjadi adalah membran secara bertahap


terdiseksi lepas dari dinding uterus dan darah cepat atau lambat akan
mengalir ke luar. Pada beberapa perempuan, perdarahan dengan pembentukan
hematoma retroplasenta dapat berhenti sepenuhnya tanpa pelahiran.11
Perdarahan pada solusio plasenta hampir selalu berasal dari ibu. Hal
ini logis karena pemisahan terjadi dalam desidua ibu. Pada 78 perempuan
dengan solusio plasenta nontraumatik ditemukan tanda perdarahan janin-ke-
ibu pada 20%-nya. Pada semua kasus tersebut, volume darah janin kurang
dari 10 mL. Sebaliknya, perdarahan janin yang bermakna jauh lebih mungkin
terjadi pada solusio traumatik. Pada kondisi ini, perdarahan janin terjadi
akibat robekan atau fraktur dalam plasenta, bukan akibat pemisahan plasenta
itu sendiri. Perdarahan janin rata-rata bervolume 12 mL pada sepertiga
perempuan yang mengalami solusio traumatik.11

31
3.3.4 Gambaran Klinis
Tanda dan gejala solusio plasenta dapat sangat bervariasi tergantung
derajat pemisakan plasenta.5,8 Misalnya, perdarahan eksternal dapat sangat
banyak, tetapi pemisahan plasenta mungkin tidak sedemikian luas untuk
mengganggu kesejahtraan janin. Kadang-kadang, tidak ditemukan perdarahan
eksternal, tetapi plasenta telah terlepas seluruhnya dan janin meninggal sebagai
akibat langsung dari pemisahan plasenta. Perdarahan dapat berwarna merah gelap
atau berupa bekuan keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan uterus tegang terus
menerus mirip his partus prematurus.8,11,12
1. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya <250 mL.
Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari
sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak. Gejalagejala perdarahan
sulit dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang kehitaman.
Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
2. Solusio plasenta sedang
Luas plasenta yag terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar 250-1000mL. Umumnya
perdarahan darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala
dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus
menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan takikardia.
3. Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1000mL atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi
keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik
jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua
janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang
ditandai pada oliguria biasanya telah ada.

3.3.6 Diagnosis

32
Diagnosis solusio placenta dapat ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang:
a) Anamnesis. Pada anamnesis, umumnya dapat ditemukan nyeri
perut yang bersifat tiba-tiba dan diikuti dengan perdarahan
pervaginam yang bersifat banyak, terdapat gumpalan darah dan
berwarna kehitaman. Pergerakan anak mulai hebat awalnya
kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti, selain itu pasien
sering merasa pusing, lemas, pucat. Riwayat trauma juga perlu
diperhatikan pula jika terdpat tanda Syok tidak sesuai dengan
jumlah darah keluar (tersembunyi); Anemia berat; Gawat janin
atau hilangnya denyut jantung janin; Uterus tegang terus
menerus dan nyeri
b) Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pemeriksaan tanda
vital ibu secara umum dan pemeriksaan jantung janin.
Pemeriksaan vaginal dengan cara digital maupun menggunakan
spekulum dapat dilakukan jika kemungkinan plasenta previa
sudah disingkirkan. Tonus uteri perlu di monitor. Tinggi fundus
harus diperiksa secara berkala karena perdarahan terselubung
dapat memperbesar ukuran uterus
c) Pemeriksaan penunjang
● Pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pada USG dapat
ditemukan seperti daerah terlepasnya plasenta, darah,
tepian plasenta dan posisi janin.
● Pemeriksaan laboratorium. Pada cek lab darah rutin,
biasa dapat ditemukan Hb yang menurun. Periksa
golongan darah dan lakukan crossmatch test karena
sering terjadi kealinan pembekuan darah
hipofibrinogenemia.10,11,13

3.3.7 Tatalaksana

33
Terapi solusio plasenta tergantung pada usia gestasi dan kondisi ibu
serta janin. Bila janin sudah mencapai usia viabel, dan jika persalinan
pervaginam belum dapat dilaksanakan, pelahiran caesar darurat dipilih oleh
sebagian besar klinisi. Pada perdarahan eksternal masif, resusitasi intensif
dengan darah dan kristaloid serta pelahiran segera untuk mengendalikan
perdarahan merupakan tindakan penyelamatan jiwa bagi ibu dan diharapkan
janin. Jika diagnosis belum dapat dipastikan, dan janin hidup, tetapi tanpa
tanda-tanda terganggunya kesejahteraan janin, observasi ketat dapat
dilakukan di fasilitas yang mampu melakukan intervensi segera.
Pada solusio plasenta ringan apabila kehamilannya kurang dari 36
minggu, perdarahannya kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit,
uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita dapat dirawat secara
konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat. Umumnya kehamilan
diakhiri dengan induksi atau stimulasi partus pada kasus yang ringan atau
janin telah mati. Sedangkan pada solusio plasenta berat apabila
perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio placenta bertambah jelas,
atau dalam pemantauan USG daerah solusio placenta bertambah luas, maka
pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup,
dilakukan operasi Sectio Caesaria. Operasi Sectio Caesaria dilakukan bila
serviks masih panjang dan tertutup, setelah pemecahanketuban dan pemberian
oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera
dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus disusul dengan
pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc Dextrosa 5% untuk
mempercepat persalinan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan
pervaginam kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi
darah yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang menghendaki
persalinan dilakukan perabdominal. Pimpinan persalinan pada solusio
placenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sehingga kelahiran terjadi
dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak akan

34
selesai dalam waktu 6 jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infus
oksitosin, satu-satunya cara adalah dengan melakukan Sectio Caesaria.11,14

3.3.8 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan dilakukan persalinan segera. Umumnya,
perdarahan yang terjadi sangat banyak dan hebat menyebabkan ibu
mengalami syok perdarahan yang hebat.
2. Syok
Dahulu syok dipercaya kadang-kadang terjadi pada solusio
plasenta tidaklah sebanding dengan jumlah perdarahan. Menurut
anggapan tersebut, tromboplastin plasenta memasuki sirkulasi ibu
dan mencetuskan koagulasi intravaskular serta berbagai
karakteristik sindrom emboli cairan amnion. Hal tersebut
sebenarnya jarang terjadi, dan syok hipovolemik sesungguhnya
secara langsung disebabkan kekurangan darah pada ibu.
Sebaliknya, hipotensi atau anemia tidak harus ditemukan bahkan
pada kasus perdarahan terselubung yang ekstrim sekalipun. Oliguri
akibat hipoperfusi ginjal yang tidak adekuat, yang ditemukan pada
kondisi ini, responsif terhadap infus darah dan cairan intravena
yang agresif.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah. Biasa hal ini disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma akan menurun akibat
dari terjadinya perdarahan yang hebat sehingga fungsi pembekuan
darah akan terganggu. Secara spesifik, hipofibrinogenemia yang
bermakna secara klinis (kadar plasma < 150 mg/dL)
ditemukan.temuan ini disertai dengan peningkatan produk
degradasi fibrinogen-fibrin dan/atau D-dimer, yang merupakan
produk pemecahan spesifik fibrin. Faktor koagulasi lain yang

35
menurun secara bervariasi. Koagulopati konsumtif lebih mungkin
terjadi pada solusio yang terselubung pada kondisi seperti ini
tekanan intrauteri lebih tinggi sehingga mendorong lebih banyak
tromboplastin untuk memasuki sistem vena ibu.
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh
keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Hipovolemi
akan menyebabkan perfusi ginjal terganggu dan membuat
terjadinya nekrosis tubuli ginjal. Oliguria dan proteinuria akan
terjadi akibat dari nekrosis tubuli dan korteks ginjal.11

3.3.9 Hjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, wanita berusia 24 tahun dengan diagnosa G1P0A0 hamil
aterm 30-32 minggu dengan diagnosis perdarahan antepartum et causa placenta
previa. Dalam kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
Diagnosis pendarahan antepartum ditegakkan mulai dari anamnesis
didapatkan informasi bahwa pasien sudah mengalami pendarah sejak 1 jam SMRS

36
dan perdarahan sebanyak 2 pembalut, darah berwarna merah segar dari jalan lahir
tanpa disertai rasa nyeri.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan penampilan pasien lemas dan lemah
dengan konjungtiva anemis. Saat dilakukan pemeriksaan laboratorium, darah
menunjukkan Hb 10,2 mg/dL yang mengindikasikan adanya anemia ringan.
Penyebab pendarahan banyak dari jalan lahir di diagnosis sebagai akibat
terjadinya placenta previa atau terjadinya implantasi dari placenta pada segmen
bawah rahim. Diagnosis tersebut didasari dari gambaran darah dan gejala yang
diderita pasien. Darah yang keluar berupa darah segar berwarna merah tanpa
disertai keluhan nyeri perut. Diagnosis banding dari diagnosis ini adalah solusio
placenta. Diagnosis banding plasenta previa dan solusio plasenta harus selalu
dipikirkan saat menghadapi perempuan dengan perdarahan uterus pada paruh
kedua kehamilan. Kemungkinan plasenta previa tidak boleh disingkirkan hingga
dilakukan pemeriksaan klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada kasus ini perlu dilakukan pemeriksaan USG lanjutkan untuk mengetahui
apakah yang menjadi kausa dari pendarahan tersebut, pemeriksaan USG
merupakan gold standard yang dapat menunjang dari klinis pasien.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik dari inspeksi ditemukan tanda tanda
anemia diantaranya : pasien tampak pucat, konjungtiva anemis (+). Pada
pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 97/55mmHg, suhu 36,7°C, nadi
103x/menit, respirasi 20x/menit dan SpO2 99% didapatkan nilai normal dan tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda syok karena perdarahan. Dari Pemeriksaan
penunjang didapatkan bahwa pasien mengalami anemia ringan.
Tatalaksana awal yang dilakukan pada kasus ini adalah melakukan
dilakukan Observasi DJJ, observasi tanda tanda vital ibu, pemeriksaan head to toe
dan memeriksa perdarahan banyaknya keluaran perdarahan dari jalan lahir.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan melalui intravena dengan Ringer
Laktat 500 ml dan drip ampul Nairet (Terbutaline sulfat 1 mg/ml)/8 jam . Karena
keadaan pasien stabil dan tidak ada ditemukan tanda-tanda syok ataupun
perdarahan yang semakin banyak maka tatalaksana terminasi kehamilan dapat
ditunda dengan evaluasi ketat dari DJJ, tanda vital dan perdarahan dari jalan lahir.

37
Tatalaksana terminasi kehamilan dengan Sectio Cesaria dilakukan atas
indikasi Placenta previa berdasarkan gejala klinis pasien adalah perdarahan
antepartum sedikit sampai banyak, darah segar berwarna kemerahan, perdarahan
sewaktu-waktu dapat berhenti dan berulang tanpa sebab dan perdarahan tanpa
disertai rasa nyeri. Pada pasien didapatkan anemia ringan maka perlu dilakukan
transfusi darah PRC 1 kolf untuk mengkoreksi kehilangan darah sebelum
dilakukan rencana Sectio Cesaria.
Tindakan Sectio Cesaria dilakukan untuk menghindari dari komplikasi
perdarahan hebat jika dilakukan persalinan pervaginam. Karena pada placenta
previa terjadi plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis maka jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai permertium. Dan dapat terjadi
retensio plasenta pada bagian plasenta yang sebagian sudah terlepas timbullah
berdarahan dalam kala tiga.

BAB V

KESIMPULAN

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau yang sering dikenal sebagai


perdarahan antepartum adalah salah satu dari penyebab perdarahan pada ibu
hamil. Perdarahan antepartum adalah perdarah dari saluran genitalia yang terjadi
setelah kehamilan 24 minggu dan sebelum persalinan janin. Perdarahan sebelum,
sewaktu dan setelah persalinan adalah suatu kelainan emergensi yang berbahaya
dan memiliki resiko tinggi mengancam ibu dan janin. Perdarahan antepartum

38
yang berbahaya umumnya disebabkan oleh kelainan plasenta (plasenta previa,
solusio plasenta).
Pada prakteknya, karena gejala yang seringkali tidak khas dan dianggap
tidak berbahaya menyebabkan banyaknya penundaan diagnosis dan pengobatan.
Padahal, kasus perdarahan perlu didiagnosa sesegera mungkin dan diberikan
tatalaksana awal untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin. Melakukan deteksi
dini dan asuhan antenatal yang teratur serta pentalaksanaan secara dini dapat
mengurangi angka mortalitas pada ibu hamil. Penggunaan Ultrasonografi (USG)
pada kasus kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta) sangat akurat dan
membantu mendiagnosis kelainan letak plasenta segera. Jika terjadi perdarahan
antepartum, perlu ditentukan apakah kehamilan tersebut bisa diterminasi atau
tidak. Menentukan keputusan untuk dilakukan persalinan perlu diputuskan segera
mungkin, namun jika tidak, terdapat berbagai hal yang perlu dipersiapkan untuk
menunjang kehamilan agar ibu dan janin dapat diselematkan.
Plasenta previa atau solusio plasenta harus selalu dipikirkan saat
menghadapi perempuan dengan perdarahan uterus pada paruh kedua kehamilan.
Kemungkinan plasenta previa tidak boleh disingkirkan hingga pemeriksaan
sonografi telah jelas menunjukan ketiadaan plasenta previa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan Edisi ke 4. IV. jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.

2. Khan KS,Wojdyla D, Say L, Gülmezoglu AM,Van Look PF.WHO


analysis of causes of maternal death: a systematic review. Lancet
2006;367:1066–74

3. Kementerian Kesehatan RI. Mother’s Day, Situasi Kesehatan Ibu. Pusat


Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014

39
4. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Antepartum
Haemorrhage.reen-top Guideline No 63. 2011.

5. Cunningham G, Leveno JK, Bloom LS, Hauth CJ, Gilstrap L, et al.


Williams Obstetrics. 23rd Edition. The McGraw Hill Companies. United
States of America. 2009.

6. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Placenta Praevia,


Placenta Praevia Accreta and Vasa Praevia: Diagnosis and Management.
Green-top Guideline No. 27. London: RCOG; 2011.

7. Tatalaksana perdarahan antepartum. Pertemuan ilmiah tahunan ke IV IDI


kabupaten bekasi. dr.Nandi Nurhadi, Sp.OG

8. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD,
Cunningham FG, dkk., editor. Williams gynecology. Second Edition. New
York Chicago San Francisco: McGraw-Hill Medical; 2012. 1401 hlm.

9. Yang Q,Wen SW, Phillips K, Oppenheimer L, Black D,Walker MC.


Comparison of maternal risk factors between placental abruption and
placenta previa. Am J Perinatol 2009;26:279–86.

10. Hamilton-Fairley D. Lecture notes: obstetrics and gynaecology.


Chichester, West Sussex; Hoboken, NJ: Wiley-Blackwell; 2009.

11. Pernoll ML, Benson RC. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics &
gynecology. New York: McGraw-Hill, Medical Publishing Division;
2001.

12. Londok dkk. Karakteristik perdarahan antepartum dan perdarahan


postpartum. Jurnal e-Biomedik, Volume 1. E-Biomedik. 2013;

13. Edmonds DK, Dewhurst J, editor. Dewhurst’s textbook of obstetrics &


gynaecology. 7th ed. Malden, Mass: Blackwell Pub; 2007. 717 hlm.

14. Baker P, Campbell S, Lees C, editor. Obstetrics by ten teachers. 18th ed.
London : New York: Hodder Arnold ; Distributed in the United States of
America by Oxford University Press; 2006

40
41

Anda mungkin juga menyukai