Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MATA KULIAH

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

“ABORTUS IMMINENS”

Dosen Pembimbing :

Eli Rahmawati S.SiT.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
NOR ASRIANA (NIM : P07224118021)

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

POLTEKKES KEMENKES KALTIM

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah “
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal “ dengan tema “ ABORTUS IMMINENS “.

Sehubungan dengan penyelesaian makalah ini dengan rasa rendah hati disampikan pula
rasa terima kasih yang setulus tulus nya. Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna
oleh karena kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 5


B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan ........................................................................................ 6

BAB II DASAR TEORI

A. Pengertian kegawatdaruratan................................................. 7
B. Pengertian Abortus Imminens ................................................. 8
C. Etiologi........................................................................................ 9
D. Patofisiologi................................................................................ 10
E. Tanda dan Gejala....................................................................... 11
F. Pemeriksaan penunjang............................................................ 13
G. komplikasi................................................................................... 14
H. Diagnosa...................................................................................... 14
I. Tinjauan asuhan kebidanan..................................................... 15

BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian .................................................................................. 16
B. Identifikasi masalah ................................................................... 18
C. Diagnosa/masalah potensial ...................................................... 21
D. Tindakan segera ......................................................................... 23
E. Rencana tindakan ...................................................................... 26
F. Penatalaksanaan tindakan ........................................................ 27
G. Evaluasi tindakan asuhan kebidanan ...................................... 28

3
BAB IV PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................ 31
B. Saran .......................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut world Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu
diindonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu, perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan, dan infeksi (Kurniawan, 2016). Abortus imminens adalah terjadinya
perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam
kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan
perdahan bercak hingga sedang, servik tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada
pembukaan), uterus usia gestasi, keram perut bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada
atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks (Rukyah,2010).

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus
antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tinggi nya angka chemical pregnancy loss yang tidak
diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet, misalnya sperma dan disfungsi oosit (prawirohardjo, 2014). Di amerika serikat,
angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara 10-20%. Menurut Depkes RI diindonesia
abortus menempati urutan kedua penyebab AKI yaitu sebanyak 26%, di indonesia terdapat 43
kasus abortus per 100 ribu kelahiran hidup. Kejadian abortus diindonesia paling tinggi diasia
tenggara, yaitu sebesar dua juta dari 4,2 juta kasus (Rahmani, 2014). Berdasarkan SDKI 2012
angka kematian ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI indonesia yang
mencapai 305 per 100.000 pada tahun 2015, penyebab langsung kematian ibu tahun 2013 adalah
pendarahan 30,3 % hipertensi 27, 1% infeksi 7,3%, partus lama 0%, abortus 0% , laim-lain 40,8%
(Kemenkes RI, 2015). Kejadian Abortus diindonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya
terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup.

Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran. Jika kehamilan berlanjut janin yang
dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran prematur, ketuban pecah dini,
preeklamsia, solusio plasenta dan intrauterine Growth Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini
juga diketahui bahwa usia ibu, penyakit sitemik seperti diabetes militus, hipotiroidisme,
meningkatkan risiko abortus imminens.

Penyakit-penyakit ibu seperti penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi karena
pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya : kematian fetus dapat dapat
disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus ; keracunan Pb, nikotin,
gas racun, alkohol dan lain-lain, ibu yang akfeksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
paru berat, anemi gravis; malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,

5
kekurangan vitamin A, C, atau E, dan diabetes melitus juga merupakan faktor penyebab
terjadinya abortus imminens (Yakistiran dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas pada rumusan masalah pada studi kasus ini adalah ‘’bagaimana
Asuhan Kebidanan pada Pasien dengan Masalah Abortus Imminens’

C. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal
dengan abortus imminens .

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEGAWATDARURATAN
Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak di rencanakan dan mendadak atau terhadap semua pasien
yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien
dengan penyakit atau cedera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.
Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya. Membahas tentang fenomena dan penatalaksaan
kehamilan, persalinan, perperium baik dalam keadaan normal maupun up normal.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterine
keekstrauterine. masa neonatus adalah periode selama 1bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28
hari setelah lahir).
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin.masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minngu atau 28
hari setelah lahir).
B. Abortus imminens
1. Pengertian abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(oleh akibat-akibat tertentu)pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20
minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore,tanda-tanda kehamilan
perdarahan hebat ver vagina ,pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.
Abortus adalah suat usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan
secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Berikut ini macam-macam abortus :
a. Berdasarkan kejadiannya
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhri kehamilan tersebut (syaifuddin,2002). Abortus spontan di bagi atas :
a. Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang (kusmiati,2009). Abotus imminens adalah
terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 25 minggu,
dimana janin masih didalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim.
apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila
janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penetuan kehidupan
janin dapat dialakukan dengan pemeriksaan USG (ultrasonografi) untuk melihat

7
gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan
melalui alat dopler atau leneak apabila janin sudah mencapai usia 12- 16 minggu.
Abortus imminen adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih
mungkin berlanjut dan di pertahankan . abortus imminens adalah abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
b. Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana hasil
konsepsi maish berada dalam kavum uteri ( saifuddin,2002).
c. Abortus Inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan palsenta biasa
nya keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah ( cunningham , 2005 ).
d. Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan atau janin, selaput
ketuban dan palsenta sudah keluar( hellen farrer, 1999).
e. Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali beturut turut atau lebih (kusmiati, 2009).
f. Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi adanya penyebaran kuman atau
toksin kedalam sirkulasi dan kavum peritonium dapat menimbulkan septicemia, sepsi
atau peritonitis ( saifuddin, 2002).
g. Abortus septic
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran, kuman atau toksinya
kedalam peredaran darah atau peritonium ( saifuddin 2002 )
h. Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengakami abortus imminens, perdarahan
pervagina berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam
rahim ( hellen farrer, 1999)
2. Abortus buatan
Abortus adalah yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan ( kusmiati, 2009). Berdasarkan pelaksanaan nya

1. Abortus medisinalis ( abortus therapeutik)


Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika dteruskan
kehamilanya, akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa dilakukan
abortus buatan spontan ( manuaba, 2007)
2. Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantara nya akibat
perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang
tidak terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi ( manuaba, 2007).

C. ETIOLOGI

8
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati
50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus merupakan gabungan dari
beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah :
a. Faktor janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama, yakni:
1. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan
kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2. Embrio dengan kelainan local
3. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)

Produk konsepsi yang abnormal menjadi oenyebab terbanyak dari abortus spontan.
Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan klomosom dan
sebagian besar akan gugur (benson, 2008)

b. Faktor maternal
1. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3. Bakteri- misalnya Salmonella typi
4. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vascular
6. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7. Faktor imonologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan:
a. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum
sebelum minggu ke-8
b.  Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9. Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau
retroflexio uteri gravidi incarcerata.

9
10. Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
(Benson, 2008:298)
c. Faktor eksternal
1. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan
dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2. Obat-obatan
3. Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di
buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan
penyakit ibu yang parah.
4. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)

d. Faktor resiko
1. Usia
Usia dibawah 20  tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk hamil
dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu
reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang
masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum
siap untuk hamil.
2. Paritas Ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi
resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
(Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko
abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3. Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.
Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%
(Prawirohardjo, 2008).
4. Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang
diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan
yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan
segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan
(Prawirohardjo, 2008).

10
5. Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian
tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis
diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6. Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat
dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7. Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali
lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita
yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
D. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
(Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta
hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang
tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin
biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat

11
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
E. Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif

F. Pemerikasaan penunjang
a. Hasil UGS menunjukkan
1. Buah kehamilan masih utuh ada tanda kehidup
2. Meragukan
3. Buah kehamilan tidak baik,janin mati.
4. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati.
5. Pemeriksaan dobler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
6. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium
1. Tes urine
2. Hemoglobin dan hematokrit
3. Menghitung trombosit
4. Kultur darah dan urine
c. Pemeriksaan genekologi
1. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi ,
tercium bau busuk dari vulva
2. Inspekulop:perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
3. Colok vagina:porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba teraba atau tidak
jaringan dalam cavum utyeri,besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,

12
tidak nyeri saat porsio digoyang, douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
(ratihrochmat,2009).

G. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
1. Perdarahan yang banyak disebut syok hemorogik
2. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septi atau endoseptik (wiknjokstro,2007)
H. Diagnosa
Diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui ostium
uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar
tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita
hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat
berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305).
I. Penanganan
a. Istirahat–baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
b. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Saifuddin, 2007:149)
e. Terapi defesiensi hormon pada abortus imminens

Jenis hormon dosis awal dosis pemeliharaan

distrogesteron 40 mg per oral 10 mg setiap 8 jam

alilesterenol 20 mg per oral 5 mg setiap 8 jam

13
Hidroksiprogesteron 500 mg intramuskuler 250 mg setiap 12 jam, bila
kaproag ada perbaikan, lanjutkan
dengan 250 mg perhari
hingga 7 hari setelah
perdarah berhenti.

f. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam
mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
g. Penenang penobarbital 3x 30 gram valium
h. Anti pendarahan : gestanom, dhopaston
i. Anti kontraksi Rahim : duadilan, ppaverin.
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Manangemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan
bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus
berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil
(Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang terdiri
dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
2. Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997)
Konsep tujuh langkah manangemen kebidanan menurut varney (1997),yaitu :
a. Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)pengkajian merupakan suatu langkah awal yang
dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data
dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis
unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:

Data Subyektif
1. Identitas pasien
Nama          : Dikaji dengan tujuan agar dapat  mengenal/memanggil penderita dan
tidak keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 1996).

14
Umur           : Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2002).
Agama          : Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama
dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan
(Ibrahim, 1996).
Suku/bangsa   : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ibrahim,
1996).
Pendidikan      : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling
yang diberikan serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Pekerjaan         : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji
apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya keadaan
yang lebih parah (Wildan dan Hidayat, 2008).
Alamat             : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan pada pasien (Ibrahim, 1996).
2. Keluhan utama
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang
dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah
sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian
bawah.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan
pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan
terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit
jantung, asma, hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada
sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat
berisiko pada waktu persalinan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan ini dikaji untuk
mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma,
hipertensi dan DM.
c. Riwayat kesehatan keluarga

15
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)  riwayat kesehatan ini dikaji untuk
mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji
adakah riwayat kecacatan pada keluarga.

4. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui
usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama
haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu)
merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu untuk
mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan yang
sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
b. Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun Wildan dan Hidayat, (2008) perlu dikaji untuk menyatakan
tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah
sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).
b. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah,
konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali
ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka
kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Wildan dan
Hidayat, 2008).
c. Pola istirahat.
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan
berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu
(Wildan dan Hidayat, 2008).
d. Personal hygine
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian dalam,
mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu

16
dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Wildan dan
Hidayat, 2008).
e. Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami
karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang
terjadinya kontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
f. Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat
mempengaruhi kehamilan (Wildan dan Hidayat, 2008).
g. Psikososiosspritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan
yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan Hidayat,
2008). Dalam kasus abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan
cemas akan kehilangan bayinya.

Data objektif
1. Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi
yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung
kondisi selama hamil berjalan baik, maka keadaan umum pasien dan tanda-
tanda fisik hendaknya tidak ada masalah (Wildan dan Hidayat, 2008).
2. Pemeriksaan tanda vital
a. Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan tekanan
diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya
kelainan pada sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang
dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan
diastolik kurang dari 80 mmhg (Uliyah, 2006).
b. Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama detak
jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit
(Uliyah, 2006).
c. Pemeriksaan pernafasan

17
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal
orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit (Uliyah, 2006).
d. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga bisa
digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit.  Pemeriksaan ini bisa
dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang
dewasa yaitu 36-37 0C (Uliyah, 2006).
3. Antropometri
a. Berat badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk
membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi
(Varney, 1997).
b. Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm,
dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik (Mansjoer, 1999).
c. LILA
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari
23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4. Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ
tubuh pasien (Wildan dan Hidayat, 2008).
a. Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan kebersihan
rambut (priharjo,2007).
b. Muka : untuk mengetahui pucat karena anemia (Prihardjo, 2007).
c. Mata : dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat
berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning
mengarah pada hepatitis (Saifudin, 2002).
d. Hidung: untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan pada
hidung atau tidak (Prihardjo, 2007).
e. Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga (Prihardjo, 2007).
f. Mulut : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan gigi
(Prihardjo, 2007).
g. Leher : untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar (Liewellyn, 2001).

18
h. Dada: untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal
atau tidak (Prihardjo, 2007).
i. Abdomen : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor,
linea nigra, dan strie gravidarum. Pada kasus abortus iminens akan dikaji
ada tidaknya nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan, (Liewellyn,
2001).
j. Genetalia : Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi atau
penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna perdarahan
(Liewellyn, 2001).
k. Anus : Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak (Liewellyn,
2001).
l. Ekstremitas : pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek
tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa dan
pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan dan
jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik (Wheeler, 2004)
5. Pmeriksaan obsstetri
a. Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada
ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia dikaji jumlah
perdarahan dan warna perdarahanyang keluar (Wildan dan Hidayat,
2008).
b. Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli, tinggi
fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan palpasi karana
umur kehamilan masih muda (Wildan dan Hidayat, 2008).
c. Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit berarti
kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian
janin, dalam kasus abortus iminens belum dilakukan auskultasi (Wildan
dan Hidayat, 2008).
6. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk mengetahui
apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak, seperti:pemeriksaan

19
laboratorium, USG, periksa panggul luar, pemeriksaan panggul dalam, PP
test, hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher) (Wildan dan Hidayat, 2008).

b. interprestasi data
Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa
masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian
terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
Intepretasi Data

1. Diagnosa Kebidanan

Seorang ibu G..P..Ab..umur… tahun  hamil … minggu, dengan abortus iminens.


DS :

a.    Pernyataan dari ibu ini kehamilan yang keberapa

b.     Pernyataan dari ibu mengenai umur ibu

c.    Pernyataan dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau tidak

d.   Pernyataan dari ibu mengenai HPHT

e.     Pernyataan dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah

DO:

a. ekspresi wajah

b. keadaan umum

c. kesadaran

d. berat badan sebelum hamil

e. berat badan sekarang

f. tinggi badan

g. LILA

h. vital sign: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi

20
i. TFU

j. Hb

k. PP test positif (+)

i. Hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina terdapat fleks atau tidak,


porsio tertutup atau terbuka, terdapat nyeri tekan atau tidak, digoyangkan terasa nyeri
atau tidak.Adnexa parametrium kanan dan kiri terasa nyeri atau tidak, cavum
douglas menonjol atau tidak.

m. diagnosa masalah

permasalahan yang muncul pada abortus imminens yaitu adanya perasaan cemas.

n. diagnosa kebutuhan

KIE cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi

Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi

Monitor tanda-tanda vital

C. .diagnosa potensial .

Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang
telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman, diagnosa
potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens (Wildan
dan Hidayat, 2008).

d. antipasi tindakan segera

Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi pada diagnosa potensial.
Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk
mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi. Antisipasi tindakan
segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera kolaborasi dengan
dokter Obsgyn, (Wildan dan Hidayat, 2008).

e. perencanaan

21
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling,
atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau
psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang
diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien. Perencanaan
yang harus dipikirkan pada kasus abortus iminens adalah:

1. beri ibu dukungan psikologis dan libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis

2. observasi keadaan umum dan tanda vital ibu

3. kaji perdarahan pasien tiap jam

4. anjurkan bed rest total

5. kolaborasi dengan dokter obgyn untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan
pasien

6. anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan tidak melakukan coitus selama satu
bulan setengah perdarahan berhenti

7. anjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau
bertambah banyak

f. pelaksanaan

Menurut Wildan dan Hidayat (2008), melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah
direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan,
sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh
asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana). Pelaksanaan pada kasus abortus
iminens adalah:

1. memberi ibu dukungan psokologis

Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan support kepada
ibu, dan mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan, serta menghadirkan keluarga yang
paling dekat dengan ibu.

2. mngeobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu setiap 1 jam

22
Mengkaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah pembalut yang
digunakan selama ibu berada ditemapt pelayanan.

3. menanjurkan ibu bed rest total atau istirahat rebah baik ditempat pelayanan maupun dirumah
selama 48 jam, apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdaraham dalam waktu 48 jam
akan berhenti.

4. melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi
keluhan pasien yaitu :

-penenang penobarbital : adona, transamin

-vitamin B komplek

- hormonal : ;progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsidi dan untuk mengurangi kerentanan
otot-otot rahim ( misalnya: gestanon, dhupaston).

-anti kontraksi rahim : duvadilan, papaverin

5. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperberat keadaan seperti:
angkat junjung berat, bekerja terlalu keras dan hindari stres serta tidak
melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti.

6. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau
bertambah banyak.

c. Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah
memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.
Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami
perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa
asuhan yang diberikan belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen umunya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan
serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinik (Wildan dan Hidayat, 2008).

Dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa masalah dan
kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian terhadap pasien
tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).

23
BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA


NY…R…..DENGAN…abortus imminens……..DI…puskesmas sontolo 1……

No. Register                               : 009876


Tanggal Masuk BMP/Puskesmas/ Rumah Sakit    :
Tanggal Pengkajian                    :

A. Langkah 1. Pengumpulan Data


1. Identitas Ibu  / Suami       
a.  Nama : Ny. Rinda
           b.  Umur : 30 tahun
           c.  Suku : bugis
           e.  Agama : islam
           f.  Pendidikan : smp
           g.  Pekerjaan : irt
           h.  Alamat : jl revolusi no 38

2. Riwayat Kehamilan/Persalinan/Nifas sekarang : -

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Nifas
Tgl Lahir Umur Pen- Jenis Penolong BB/ Kea- Pen- Kea- Menyusu Pen-
yulit PB daan yulit daan i yulit
gr/cm
10-10- 5 thn Tidak Laki- Bidan 2900 Baik Tidak baik ekslusive Tidak
2015 ada laki gram ada ada

24
4. Riwayat Kesehatan / Penyakit Yang Diderita Sekarang Dan Lalu : tidak ada

5. Riwayat Psikososial, Spiritual, dan Ekonomi : baik

6. Tindakan yang telah diberikan sebelumnya : tidak ada

7. Pemeriksaan Fisik 
a. Keadaan Umum : baik         
b. Kesadaran : composmentis
c. Tinggi Badan : 158
             Berat Badan : 48 kg
d. Tanda-tanda vital  
1)      Tekanan darah : 110/70
2)      Nadi                   : 80x/menit
3)      Suhu badan        : 36
4)      Pernafasan         : 20x/menit
e. Kepala : tidak ada odema,bersih dan tidak berketombe
f. Wajah : simetris
g. Mata :konjungtiva merah muda, seklera putih
h. Mulut, bibir dan gigi :tidak ada stomatitis,tidak ada karies gigi, bersih
i. Leher :tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
j. Dada & Payudara: simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing
k. Abdomen : tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas oprasi
l. Ekstermitas atas & bawah: simetris,tidak ada odema, reflek patela (+)
m. Genital : keluar flek-flek
n. Anus :
o. Pemeriksaan :
1)      Vagina              :
2)      Portio                :
3)      OUE / OUI        :

25
4)      AD / CD            :
5)      Pengeluaran       :
p.    Pemeriksaan laboratorium
1)  Plano test             :
2)  Darah lengkap :10,5 gr
3) Kimia darah :
4) Pemeriksaan lab lain : janin tunggal hidup intrauterine

B.  Langkah 2 . Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual


1. Diagnosa
Data Subjektif
- Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 23.00
- Ibu mengatakan cemas dan takut setelah keluar flek-flek kemudian keluar darah merah
segar disertai mules pada perut
- Ibu mengatakan kehamilan anak ke-2

Data Objektif
- KU : sedang
- kesadaran: composmentis
- TTV:
TD : 110/70
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36’c
Pernapasan : 20x/menit
BB: 48 kg
TB: 158 cm
LILA : 24 cm

2. Masalah
Data Subjektif

26
- ibu merasa cemas dan takut setelah flek-flek kemudian keluar darah merah segar

Data Objektif
-

C.  Langkah 3. Diagnosa / Masalah Potensial dan Antisipasi Tindakan


      1. Diagnosa Potensial
- abortus insipiens, abortus inkomplit.
     
D.  Langkah 4. Tindakan Segera &/ Kolaborasi
1 rawat inap dan bedrest total
2. kolaborasi
Dengan rekan sejawat(bidan), pihak tansportasi(ambulance)
3. merujuk
Merujuk kerumah sakit/ ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai

F.  Langkah 5. Rencana Tindakan/Intervensi


           1. beri tahu ibu hasil pemeriksaan
2. beri dukungan psikologis pada ibu
3. jelaskan pada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap dan dirujuk kerumah sakit
4. jelaskan kepada ibu pentingnya bed rest total dan dan mengurangi aktivitas
5. observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
6. memberitahu ibu harus cukup makan dan minum
7. kolaborasi dengan dokter dan memberikan obat
8. berkolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan USG
9. dokumentasi
                                     
                     

F.  Langkah 6. Penatalaksanaan Tindakan /Implementasi

27
1.memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau
ancaman keguguran.
2. memberikan dukungan bahwa ibu tidak perlu khawatir dan cemas, karena janin masih bisa
dipertahankan.
3. menjelaskan kepada ibu bahwa ibu harus di rawat inap dan dirujuk ke rumah sakit yang
memadai agar keadaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter
4. memberitahun hasil pemeriksaan ibu
TD: 110/70 N: 80x/menit
Suhu: 36 c RR: 22x/menit
5. memberitahu ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
dan bayi didalam kandungan dan mempercepat pemulihan.
6. kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien dan meminta terapi obat
yang sesuai. Terapi obat yang diberikan yaitu:
Asam folat 1x1
Vit C 1x1
Diminum segera
7. kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan
janin dalam kandungan, hasil pemeriksaan USG oleh dokter pada pukul 10.00 wib yaitu
janin tunggal ,letak janin melintang ,gerakan janin (+),insersi plasenta di corpus posterior
uteri
8. mendokumentasikan tindakan di buku RM

G.   Langkah 7. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan


1. ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan dan ibu merasa yakin dirinya dapat melaluinya
dengan baik dengan dukungan suami dan keluarga
2. ibu bersedia dilakukan rawat inap dan dirujuk kerumah sakit
3. ibu bersedia untuk dibedrest total dan mengurangi aktivitasnya
4. telah dilakukan pemeriksaan tanda –tanda vital dan pemantauan keadaan umum ibu
5. ibu bersedia makan dan minum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pda
bayinya.

28
6. telah diberikan obat sesuai terapi obat dari dokter dan ibu bersedia meminumnya sesuai
dengan dosis.
7. telah dilakukan pemeriksaan USG dan ibu mengerti hasil pemeriksaan
8. telah dilakukan pendokumentasian

DOKUMENTASI SOAP
S:
- ibu mengatakan keluar flek-flek
- ibu mengatakan cemas dan takut setelah keluar flek-flek kemudian keluar darah merah
segar disertai mules pada perut
- ibu mengatakan ini kehamilan anak yang ke-2

O:
-KU : baik
- kesadaran : composmentis
TD: 110/70 suhu : 36 c
N: 80x/menit Rr: 20x/menit
Djj: 140x/menit
Letak janin melintang

A : Ny. R umur 30 tahun G2P1A0 hamil usia 11 minggu 3 hari dengan abortus imminens

P:
1. memberitahu keluarga pasien bahwa kan dilakukan tindakan
2. memberitahu keluarga nya untuk memberikan dukungan agar ibu tidak khawatir dan
cemas
3. memberikan obat terapi yang dianjurkan oleh dokter

29
4.memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 28
minggu atau berat janin 1000 gram (prof. Dr. Ida Bagus Gde manuaba, SpOG,2004)

Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagai/ seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan
sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2 s, pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan dan seluruhnya.

Abortus imminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya.

Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus
selanjutnya(sarwono,2008)

Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny.R G2P1A0 Uk 12 minggu dengan abortus imminens yaitu
pada tahap pengkajian yang terdiri dari data subyektif diperoleh data secara lengkap. Data yang
didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menemukan identifikasi diagnosa.

Saran
Mengharapkan mahasiswa mampu meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang ilmu kebidanan dan mampu memberkan asuhan kebidanan pda setiap ibu
hamil, ibu bersalin, dan nifas bayi dan anak dalam praktek kebidanan klinik.

30
Daftar Pustaka
Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes Depkes RI, WHO, JHPIEGO. 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta,
Pusdiknakes RI.
 Saifudin,Abdul Bari.2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP
SPWiknjosastro, Hanifa, 2002. IU. Jakarta : YBP – SP
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
       Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2006. Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2008. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

31
32

Anda mungkin juga menyukai