Anda di halaman 1dari 49

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2021


UNIVERSITAS TADULAKO

INTRAUTERINE FETAL DEATH

OLEH :
Regitha Madelin Y. Tandilino
N 111 19 020

PEMBIMBING :
dr. C. A. N. Rieuwpassa, Sp.OG(K)

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Regitha Madelin Y. Tandilino


No. Stambuk : N 111 19 020
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Refleksi Kasus : Intrauterine Fetal Death

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako.

Palu, Mei 2021


Pembimbing Dokter Muda

dr. C. A. N. Rieuwpassa, Sp.OG(K) Regitha Madelin Y.T.

2
BAB I

PENDAHULUAN

Intrauterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah
kelahiran janin yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti yang
ditunjukkan oleh tidak adanya pernapasan, detak jantung, denyut tali pusat, atau
gerakan volunter dari otot, terlepas dari durasi kehamilan. Kematian janin terjadi
setelah usia kehamilan yang ditentukan dan/atau berat janin, keduanya secara
historis tidak seimbang. Saat ini, definisi kematian janin dalam rahim yang paling
dikenal adalah kematian janin yang terjadi pada atau lebih dari 20 minggu
kehamilan atau pada berat lahir lebih dari atau sama dengan 350 gram.(1)
Secara global, kurang dari 5 persen kematian janin tercatat. Kematian janin
intrauterine merupaka penyebab utama kematian ke-5 di seluruh dunia. Saat ini
pemahaman tentang patofisiologi yang bertanggung jawab atas kematian janin
masih terbatas.(1) Satu dari setiap 200 wanita hamil di negara maju dilaporkan
memiliki kematian janin setelah usia kehamilan 20 minggu. Angka kematian janin
setelah usia gestasi 20 minggu di Amerika Serikat dilaporkan 6,23 per 1000 total
kelahiran untuk tahun 2003. Di Inggris dan Wales pada tahun 2007 angka
kelahiran mati setelah 24 minggu adalah 5,2 per 1000.(2)
Insidensi di Asia Selatan sebesar 31,9 per 1000 kelahiran. Insidensi di India
IUFD sebesar 9 per 1000 kelahiran. Tingkat terendah IUFD terdapat di Singapura
dan Finlandia sebesar 2 per 1000 kelahiran, sedangkan tingkat tertinggi di
Pakistan sebesar 47 per 1000 kelahiran dan 42 per 1000 kelahiran di Nigeria.(3)
Kematian janin dalam rahim memiliki banyak penyebab: komplikasi
intrapartum, hipertensi, diabetes, infeksi, kelainan bawaan dan genetik, disfungsi
plasenta, dan kehamilan yang berlangsung lebih dari empat puluh minggu.(1)
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan refleksi kasus ini adalah
untuk mengetahui dan mempelajari mengenai IUFD, bagaimana mendiagnosis
sebuah kasus IUFD serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap kasus IUFD.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Alamat : Desa Tambu
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Tanggal pemeriksaan : 17 Maret 2021 (03.30)
Tempat : IGD

B. ANAMNESIS
 Keluhan utama :
Nyeri perut bagian bawah

 Riwayat penyakit sekarang :


Pasien ibu hamil GVPIIIAI umur 28 tahun datang ke RS Undata dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah yang sudah dirasakan sejak kemarin sore.
Nyeri perut disertai dengan keluarnya darah dari jalan lahir. Menurut pasien
volume darah yang keluar saat itu cukup banyak dan bergumpal, warna
darah merah kehitaman. Pagi hari sebelum kejadian pasien mengaku pergi
ke tukang urut karna merasa nyeri perut. Setelah diurut pasien merasa
baikan namun pada sore harinya nyeri perut kembali dirasakan dan menurut
pasien saat itu juga pergerakan janin tidak lagi dirasakan. Selama hamil
pasien jarang memeriksakan kandungannya. Pusing (-), mual (-), muntah (-),
BAB dan BAK Lancar.
 Riwayat penyakit dahulu :
Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-).
 Riwayat penyakit keluarga :

4
Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-),
tidak ada di keluarga pasien mengeluhkan hal yang sama seperti pasien.
 Riwayat menstrusasi :
Pertama kali haid saat berusia 13 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama 7
hari, ganti pembalut 3 kali, tidak nyeri. Pasien terakhir menstruasi pada
tanggal 7 Juni 2020.
 Riwayat pernikahan :
Pasien menikah 1 kali, dengan suami sekarang sudah 9 tahun (2021)
 Riwayat ANC
2x (1x trimester I, 1x trimester II) di Puskesmas Tambu
 Riwayat Obstetri
Gravid : 5 partus : 3 abortus : 1
Anak Ke- Tahun Lahir Penolong Persalinan Jenis Kelamin
1 2013 Dokter Normal Perempuan
2 2014 - Keguguran -
3 2015 Bidan Normal Laki-laki
4 2017 Bidan Normal Perempuan
 Riwayat Kontraspesi :
Pil KB

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan tanda vital
 Kesadaran : kompos mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Pernapasan : 20 kali/menit
 Nadi : 80 kali/menit
 Suhu : 36.7 °C
 DJJ : Tidak terdengar
 Pemeriksaan fisik umum
 Kepala dan leher
- Kepala : normochepal
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil

5
bulat, isokor diameter 2 mm/2mm, refleks cahaya
(+/+).
- Mulut : mukosa bibir kering (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-).
- Leher : pembesaran KGB (-).
 Thorax
- Inspeksi : bentuk dada normal,pergerakan simetris kanan kiri
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), vokal fremitus
kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V midline clavicula
sinistra
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-/-)
 Abdomen
- Inspeksi : tampak cembung
- Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : terasa keras, nyeri tekan (+)
 Ekstremitas
- Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-).
- Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-).
 Pemeriksaan Obstetri
- Leopold I : Bagian tertinggi janin teraba bundar dan kenyal, kesan
bokong TFU 28 cm
- Leopold II : bagian kiri ibu teraba berbenjol-benjol kesan
ekstremitas, bagian kanan ibu teraba datar kesan punggung
- Leopold III : Bagian terendah janin teraba bundar keras kepala

6
- Leopold IV : konvergen, 4/5
- HIS : -
- DJJ : -
- Anak Kesan : Tunggal
- TBJ : 2635 gr

 Pemeriksaan ginekologi
Inspekulo :-
Pemeriksaan dalam :
 Vulva/vagina : Lesi tidak ada
 Porsio : lunak, tebal
 Pembukaan : 1-2cm, seujung jari
 Ketuban : (+)
 Bagian terdepan : Teraba bagian keras (presentasi kepala)
 Penurunan : Hodge 1
 Ubun-ubun kecil : belum dapat teraba
 Panggul kesan : cukup
 Pengeluaran : lendir (+), darah (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Rutin (17 Maret 2021)
Parameter Hasil Satuan Range Normal
WBC 18,63 103/uL 4,8 – 10,8
RBC 4,03 106/uL 4,7 – 6,7
HGB 7,3 g/dL 14 – 18
HCT 23,4 % 42 – 52
PLT 270 103/uL 150 – 450
GDS 91 mg/dL 70 - 140

 USG: -

E. RESUME

7
Pasien ibu hamil GVPIIIAI usia kehamilan 35 minggu umur 28 tahun
masuk dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang sudah dirasakan sejak
kemarin sore. Nyeri perut disertai keluarnya darah dari jalan lahir. Volume
darah yang keluar cukup banyak dan bergumpa, warna darah merah
kehitaman. Pagi hari sebelum kejadian pasien mengaku pergi ke tukang urut
karna merasa nyeri perut. Setelah diurut pasien merasa baikan namun pada
sore harinya nyeri perut kembali dirasakan dan menurut pasien saat itu juga
pergerakan janin tidak lagi dirasakan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, Tekanan darah 120/80 mmHg,
Nadi 80 x/menit, Pernapasan 20 x/menit, Suhu 36,7 oC. DJJ tidak ada, TBJ
2635 gr, Pemeriksaan dalam (VT) pembukan 1-2 cm.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan, WBC 18,63 x 10 3/uL, HGB
7,3 g/dL, HCT 23,4%.

F. DIAGNOSIS
GVPIIIAI + Gravid 35 minggu inpartu kala I fase laten + Susp. IUFD +
Anemia sedang

G. PENATALAKSANAAN
- Mengobservasi keadaan umum pasien
- Pasang IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Anbacim 1gr/12 jam
- Ferrous Sulfate 2x1 tab
- Transfusi PRC 1 labu/hari
H. TARGET
- Pemeriksaan USG oleh dr.Daniel Saranga, Sp.OG di ruangan KB RSUD
UNDATA

FOLLOW UP

8
17/3/2021 Dilakukan amniotomi oleh dr.Daniel Saranga, Sp.OG (K)
09.15
17/3/2021 Pemberian gastrul ¼ tablet/vaginam
09.25
17/3/2021 S : - Nyeri perut bawah bertambah (+) tembus belakang (+)
(09.45) O: Kesadaran : Compos mentis
KU : sedang
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 derjat celcius
P : 20x/menit
HIS : 5x/10’>40”
VT : pembukaan lengkap (9 cm)
A: GVPIIIAI + Gravid 35 minggu inpartu kala I fase aktif +
Susp. IUFD + Anemia sedang.

P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ferrous Sulfate 2x1 tab
- Injeksi Ambacin 1gr/12 jam
- Kontrol HB

17/3/2021 S : - Nyeri perut bawah (+) berkurang


09.50 O: Kesadaran : Compos mentis
KU : sedang
TD : 130/100 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 derjat celcius
P : 20x/menit
Post partus (+)
Lahir bayi perempuan BBL 1900 gram, PB 41 cm
dengan keadaan bayi mati (+)
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lokia (+)

9
A: PIvAI Post partum + IUFD + Anemia sedang

P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ferrous Sulfate 2x1 tab
- Injeksi Ambacin 1gr/12 jam
- Kontrol HB
- Inj.oxytocin 1 ampul
- Gastrul 4 tablet / rectal
Tranfusi 1 labu PRC

18/3/2021 S : Tidak ada keluhan. BAK (+) lancer


O: Kesadaran : Compos mentis
KU : sedang
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 derjat celcius
P : 20x/menit
Lokia (+)
HGB: 9 g/dl
A: PIVAI Post partum + IUFD ec Solutio Plasenta + Anemia
ringan

P:
- IVFD RL 20 tpm
- Ferrous Sulfate 2x1 tab
- Injeksi Ambacin 1gr/12 jam

Kontrol HB
19/3/2021 S : Tidak ada keluhan. BAK (+) lancer

10
O: Kesadaran : Compos mentis
KU : sedang
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5 derjat celcius
P : 20x/menit
Lokia (+)
HB: 10 g/dl
A : PIVAI Post partum + IUFD ec Solutio Placenta +
Anemia ringan

P :
- IVFD RL 20 tpm
- Ferrous Sulfate 2x1 tab
- Injeksi Anbacim 1gr/12 jam

Pasien rencana rawat jalan

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin setelah usia
kehamilan 20 minggu dan diklasifikasikan menjadi IUFD dini dan IUFD
lanjut. IUFD dini jika kematian janin terjadi sebelum usia kehamilan 24
minggu. Intrauterine Fetal Death (IUFD) lanjut jika kematian janin setelah
usia kehamilan 24 minggu. World Health Organization (WHO) dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) menyatakan
bahwa kematian janin (IUFD) adalah janin yang meninggal dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(3)
Di Amerika Serikat, misalnya, kematian janin intrauterine mengacu
pada kematian janin setelah usia gestasi 20 minggu. Sebaliknya, di Inggris
dan Wales, kematian janin intrauterin atau lahir mati mengacu pada
kematian janin setelah kehamilan 24 minggu.(2)

II. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, lebih dari 2,6 juta IUFD pada trimester ketiga di
seluruh dunia, yaitu 18,4 / 1000 total kelahiran. Meskipun angka kematian
bayi meningkat selama beberapa dekade terakhir, angka kelahiran mati telah
menurun lebih lambat.(4) Di AS, untuk kematian yang terjadi antara usia
kehamilan 22 minggu dan satu tahun kehidupan, 25,2% adalah kematian
janin dari usia kehamilan 22 hingga 27 minggu, 24,5% adalah kematian
janin dari usia kehamilan 28 minggu hingga kelahiran, 33,8% adalah
kematian neonatal kurang dari 28 hari. , dan 16,1% terjadi dari 28 hari
sampai usia 1 tahun.(1)

12
Angka kematian janin dalam rahim melampaui angka kematian bayi
di AS pada tahun 2013. Di AS, sekitar 1/168 kehamilan menghasilkan bayi
lahir mati atau 23.595 per tahun menurut data 2015. Angka kelahiran mati
di AS tetap tidak berubah sejak tahun 2006, 5.96 / 1000 kelahiran total. (1) Ini
melebihi negara industri lain seperti Swedia (3/1000 total kelahiran) dan
Prancis (3,87 / 1000 total kelahiran). Di negara berpenghasilan tinggi, angka
kelahiran mati bervariasi dari 1,3 hingga 8,8 / 1000 total kelahiran. Angka
kelahiran mati di Pakistan dan Nigeria adalah 40/1000.(5)

III. ETIOLOGI
1. Kelainan Plasenta:
Hambatan pertumbuhan janin dan kelainan plasenta adalah
temuan yang paling umum pada kematian janin. Kelainan plasenta juga
dapat ditemukan kematian janin tanpa bukti adanya gangguan
pertumbuhan. Tinggi fundus simfisis, digunakan untuk memperkirakan
pertumbuhan janin pada kunjungan prenatal, memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang rendah untuk mendeteksi bayi kecil untuk usia
kehamilan. Saat ini, hanya volume plasenta, sisipan velamentous, dan
keberadaan arteri umbilikalis tunggal yang dapat dideteksi sebelum
lahir. Mendiagnosis hambatan pertumbuhan janin dalam rahim sulit
dilakukan. Jika berat lahir kurang dari persentil ke-10, risiko hambatan
pertumbuhan adalah 30%, dan jika berat lahir kurang dari persentil ke-
3, risikonya adalah 70%. Risiko lahir mati relatif terhadap tingkat
hambatan pertumbuhan, dengan risiko lahir mati tertinggi pada mereka
yang melahirkan janin dengan hambatan pertumbuhan terbanyak.
Risiko lahir mati adalah 15/1000 untuk berat lahir kurang dari persentil
2,5 dan 25/1000 untuk berat lahir kurang dari persentil ke-5.(1)
Faktor plasenta seperti solusio plasenta ditemukan pada 6%
kematian janin. Riwayat solusio plasenta meningkatkan risiko lahir
mati. Risiko ini paling besar terjadi pada janin prematur. Penggunaan
kokain, merokok, hipertensi, dan preeklamsia meningkatkan risiko

13
solusio plasenta dan kematian janin. Selain itu, kondisi plasenta yang
tidak biasa, termasuk koriokarsinoma atau korioangioma, meningkatkan
risiko lahir mati.(1)
2. Diabetes
Diabetes meningkatkan risiko kematian janin hingga lima kali
lipat. Meningkatkan kontrol glukosa sebelum konsepsi mengurangi
tingkat kematian janin. Dengan kontrol glikemik yang optimal, risiko
kematian janin dapat dikurangi. Kontrol diabetes yang buruk ditentukan
oleh peningkatan hemoglobin glikosilasi sebelum kehamilan dan
kemudian dalam kehamilan dikaitkan dengan kematian janin. Pada
penderita diabetes tipe 2, memiliki risiko kematian janin. BMI yang
lebih tinggi dan peningkatan hemoglobin glikosilasi sebelum kehamilan
dikaitkan dengan kematian janin. Berat badan saat lahir dapat
dipengaruhi oleh diabetes dan juga terkait dengan risiko kematian janin.
Jika berat lahir kurang dari persentil ke-10, risiko kematian janin
meningkat enam kali lipat pada ibu dengan diabetes tipe 1 dan tiga kali
lipat pada ibu dengan diabetes tipe 2 dibandingkan dengan janin dengan
berat badan dalam persentil ke-10 hingga ke-90. Dengan diabetes tipe 2,
risiko kematian janin dua kali lipat lebih tinggi jika berat badan janin di
atas persentil ke-95. Angka tertinggi lahir mati adalah pada minggu ke-
38 untuk diabetes tipe 1 dan pada minggu ke-39 untuk diabetes tipe 2. (1)
3. Ras
Wanita kulit hitam di AS memiliki tingkat kelahiran mati yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ras lainnya. Kelompok ini
juga memiliki insidensi diabetes yang lebih tinggi, hipertensi, ketuban
pecah dini, dan solusio mungkin menyebabkan tingkat kelahiran mati
yang lebih tinggi.(6)
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko kematian janin, bahkan setelah
mengontrol diabetes, merokok, diabetes gestasional, dan preeklamsia.
Obesitas merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan

14
didefinisikan sebagai indeks massa tubuh lebih dari 30 kg / m2. Wanita
non-obes memiliki risiko lahir mati sebesar 5,5 per 1000. Risikonya
adalah 8 per 1000 untuk BMI 30 hingga 39,9 kg / m2 dan 11/1000 untuk
BMI yang lebih besar dari 40 kg / m2.(1)
5. Usia
Risiko lahir mati ditambah dengan usia ibu lanjut karena
peningkatan risiko aneuploidi dan komplikasi medis kehamilan. Bahkan
setelah mengendalikan faktor-faktor risiko ini, usia ibu di atas 35 tahun
memiliki peningkatan risiko lahir mati, yang ditekankan oleh
nuliparitas. IUFD dapat disebabkan oleh kelainan kromosom yang
mematikan, yang lebih umum terjadi ketika usia ibu lebih dari 35 tahun.
Tiga belas persen bayi lahir mati memiliki kariotipe yang abnormal.
Kariotipe abnormal ini termasuk sindrom Turner (XO pada 23%),
sindrom Down (trisomi 21 pada 23%), sindrom Edwards (trisomi 18
pada 21%), dan sindrom Patau (trisomi 13 pada 8%). Usia ayah di atas
40 juga meningkatkan risiko lahir mati. (1)
6. Penyalahgunaan zat.
Merokok tembakau meningkatkan risiko IUFD, baik antepartum
maupun intrapartum. Berhenti merokok pada awal trimester kedua
mengurangi risiko bagi orang yang bukan perokok. Dibandingkan
dengan tidak pernah perokok, wanita yang terpapar asap rokok orang
lain selama lebih dari sepuluh tahun di masa kanak-kanak atau 20 tahun
di masa dewasa di rumah atau sepuluh tahun di tempat kerja. Penyebab
langsung IUFD yang terkait dengan konsumsi alkohol belum
teridentifikasi, namun memiliki risiko terjadinya IUFD. (1)
Paling umum dalam kehamilan dengan komplikasi penggunaan
zat adalah hambatan pertumbuhan. Disfungsi plasenta, vasokonstriksi,
hipoksia, dan perubahan bahan kimia endogen yang bertanggung jawab
untuk mengatur kesejahteraan optimal, dikaitkan dengan peningkatan
risiko lahir mati yang terkait dengan penyalahgunaan zat. (1)
7. Usia Kehamilan> 38 minggu

15
Risiko lahir mati meningkat pada usia kehamilan awal dan
akhir. Induksi persalinan setelah 40 minggu dapat menurunkan risiko
IUFD dan operasi sesar. Pada 42 minggu, memiliki risiko IUFD. Ketika
mempertimbangkan manfaat menginduksi persalinan untuk mengurangi
IUFD, faktor lain termasuk yang merugikan pada neonatal dan ibu,
harus dipertimbangkan. Pada 41 minggu, persalinan harus dilakukan
untuk mencegah satu lahir mati. Induksi persalinan direkomendasikan
setelah 42 minggu dan mungkin dipertimbangkan setelah 41 minggu
kehamilan.(1)
8. Hipertensi
Hipertensi kronis meningkatkan risiko IUFD tiga kali lipat.
Hipertensi adalah kondisi umum yang mempersulit kehamilan,
insidensinya adalah 9,6%. Hipertensi gestasional menunjukkan
peningkatan risiko lahir mati dalam beberapa penelitian.(1)
9. Cacat lahir
Cacat bawaan, yang didefinisikan sebagai kelainan fisik atau
biokimia, kehamilan yang berhubungan dengan risiko IUFD yang lebih
tinggi. Deteksi cacat bawaan sebelum lahir dapat memengaruhi
kebijakan pengawasan antenatal dengan harapan dapat mengurangi
risiko lahir mati. Risiko IUFD untuk eksstrofi kandung kemih dan
untuk kompleks tungkai-tubuh-dinding; bahkan untuk cacat bawaan
yang tidak mempengaruhi organ utama, risiko lahir mati meningkat.
Risiko IUFD yang terkait dengan bibir sumbing dengan celah langit-
langit, defisiensi ekstremitas transversal, defisiensi ekstremitas
longitudinal, dan cacat ekstremitas terkait pita amnion. Peningkatan
risiko IUFD untuk agenesis sakral, spina bifida terisolasi, dan
holoprosencephaly mungkin diremehkan karena kegagalan
memperhitungkan penghentian kehamilan elektif. (1)
10. Polihidramnion
Polihidramnion mempersulit 1% hingga 2% kehamilan. Ini
didefinisikan sebagai indeks cairan ketuban lebih dari 24 cm atau

16
kantong vertikal terdalam dari cairan lebih dari atau sama dengan 8 cm,
seperti yang dinilai dengan USG abdomen. Lima puluh persen
penyebab polihidramnion adalah idiopatik. Dalam IUFD, ada hubungan
dengan peningkatan risiko makrosomia janin, serta peningkatan risiko
relatif lahir mati sebanyak dua hingga lima kali lipat. Polihidramnion
dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur yang lebih tinggi,
malpresentasi, prolaps tali pusat, yang mungkin menjelaskan mengapa
hal itu dikaitkan dengan peningkatan risiko IUFD. Ada juga risiko 3,2%
aneuploidi pada kehamilan dengan komplikasi polihidramnion
idiopatik, yang secara signifikan lebih tinggi daripada populasi umum
dan dapat berkontribusi pada peningkatan risiko IUFD. Polihidramnion
juga dikaitkan dengan kelainan bawaan dari sistem saraf pusat, sistem
pencernaan, sistem jantung, hidrops, dan aneuploidi, serta kondisi ibu
seperti diabetes, infeksi, dan diabetes insipidus yang terkait dengan
penggunaan litium. Sebuah studi yang dilakukan di Ethiopia
menunjukkan peningkatan 13,4 kali lipat risiko lahir mati pada
kehamilan dengan komplikasi polihidramnion. Tidak pasti apakah
kondisi janin atau ibu yang menyebabkan polihidramnion menyebabkan
risiko lahir mati yang lebih tinggi. Risiko hasil kehamilan yang
merugikan meningkat dengan tingkat polihidramnion pada wanita
dengan faktor risiko yang teridentifikasi untuk polihidramnion tetapi
tidak pada kasus idiopatik. Risiko ini dikaitkan dengan komorbiditas
yang terkait dengan kasus non-idiopatik, tidak termasuk diabetes. (1)
11. Oligohidramnion
Oligohidramnion didefinisikan sebagai Indeks Cairan Ketuban
(ICK) kurang dari atau sama dengan 5 cm, atau kantong vertikal
maksimum di bawah 2 cm. Kantung vertikal terdalam adalah
pengukuran yang lebih disukai karena ICK mendeteksi lebih banyak
kasus dugaan oligohidramnion dan polihidramnion, yang menghasilkan
lebih banyak induksi persalinan tanpa peningkatan hasil perinatal.(1)

17
Oligohidramnion dikaitkan dengan peningkatan risiko janin
kecil untuk usia kehamilan dan lahir mati. Pelahiran karena
oligohidramnion dapat diindikasikan pada usia kehamilan 36-37
minggu ketika tidak ada komorbiditas lain yang teridentifikasi atau
lebih cepat untuk pemantauan janin yang tidak meyakinkan. Pada
jangka waktu tertentu, bila tidak dikaitkan dengan faktor risiko lain,
kehamilan dengan oligohidramnion idiopatik memiliki hasil yang
serupa dengan kehamilan dengan volume cairan ketuban yang normal.
Disarankan bahwa oligohidramnion yang terisolasi dapat diikuti dengan
tes antenatal dan persalinan yang direncanakan setelah 39 minggu
kecuali diindikasikan karena alasan lain.(1)
12. Multiple Gestations
Gestasi kembar meningkatkan angka kelahiran mati sebanyak
empat kali. Hambatan pertumbuhan, kelahiran prematur, kelainan janin,
usia ibu lanjut, dan sindrom transfusi kembar mungkin menjadi faktor
penyebab. Kembar monokorionik memiliki risiko lebih tinggi untuk
lahir mati karena risiko keterikatan tali pusat. (1)
13. Infeksi
Di negara maju, infeksi menyumbang 19% dari IUFD sebelum
28 minggu, tetapi hanya 2% dari bayi lahir mati saat aterm. Jika infeksi
adalah penyebab IUFD, sering terjadi kelahiran prematur spontan.
Sebuah studi kohort AS menunjukkan infeksi sebagai kemungkinan
atau kemungkinan penyebab IUFD pada 12,9% kasus. Bakteri dominan
yang sering didapatkan termasuk Escherichia coli 29%, Streptococcus
grup B (GBS) 12%, enterococcus 12%, dan jarang Listeria
monocytogenes. Evaluasi plasenta menemukan bukti infeksi pada 99%
kasus kultur-positif. Organisme non-bakteri penyebab lahir mati
termasuk sitomegalovirus 8%, parvovirus 3%, sifilis 2%, dan virus
herpes simpleks 2%. Infeksi tidak mungkin menjadi penyebab lahir
mati kecuali jika terjadi otopsi atau temuan plasenta yang signifikan.
Skrining serologis untuk toksoplasmosis, klamidia, rubella, atau herpes

18
biasanya tidak diindikasikan jika infeksi ini tidak terdeteksi pada
pemeriksaan plasenta atau otopsi. Malaria harus diskrining di daerah
endemis. Virus human immunodeficiency meningkatkan risiko lahir
mati. (1)
Infeksi streptokokus grup B dikaitkan dengan penyebab lahir
mati pada 1% bayi lahir mati di negara maju dan 4% di negara Afrika.
Estimasi ini buruk karena rendahnya kualitas data yang dikumpulkan.
Di Mozambik, tingkat kelahiran mati terkait streptokokus grup B adalah
17%, yang mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat skrining yang
dilakukan di sana. GBS harus diisolasi dari situs tubuh yang steril
seperti cairan serebrospinal dan deteksi terisolasi dari permukaan, atau
usap plasenta tidak akan memenuhi syarat sebagai kasus yang terkait
dengan GBS. (1)
Memiliki infeksi klamidia yang diobati sebelum atau selama
kehamilan tidak meningkatkan risiko kelahiran prematur, hambatan
pertumbuhan intrauterin, atau lahir mati. (1)
14. Sindrom antifosfolipid
Untuk mendiagnosis sindrom antifosfolipid, satu kriteria klinis
ditambah satu kriteria laboratorium harus dipenuhi. Antibodi
antikardiolipin, antibodi anti-beta2 glikoprotein 1, atau antikoagulan
lupus, harus di atas persentil ke-99 dan muncul pada dua kesempatan
setidaknya dengan jarak 12 minggu. Dalam beberapa kasus, antibodi ini
mungkin tidak dapat dideteksi karena keterbatasan pengujian saat ini.
Antibodi ini dapat ditemukan pada 5% orang tanpa gejala klinis. Risiko
IUFD paling tinggi bila ketiga kriteria laboratorium positif dan terendah
bila antikoagulan lupus negatif. (1)
Peningkatan risiko morbiditas kehamilan pada wanita dengan
terlihat pada wanita dengan riwayat lupus eritematosus sistemik,
trombosis, hasil kehamilan sebelumnya yang merugikan, dan tingkat
komplemen rendah pada trimester pertama. Pasien dengan lupus
eritematosus sistemik memiliki 15% sampai 25% risiko IUFD dan perlu

19
diskrining untuk antibodi antifosfolipid sebelum lahir dan menawarkan
pengobatan untuk mengurangi hasil kehamilan yang merugikan. (1)
Kriteria klinis Sindrom Antifosfolipid: (7)
Satu atau lebih episode trombosis vena, arterial atau pembuluh
darah kecil dan /atau morbiditas kehamilan
- Trombosis : dibuktikan dengan pemeriksaan imaging atau histologi
- Morbiditas kehamilan :
o Satu atau lebih kematian fetus dengan morfologi normal pada
usia > 10 minggu kehamilan, atau
o Satu atau lebih kelahiran prematur sebelum usia 34 minggu
karena eklampsi, preeklamsi atau insufisiensi plasenta, atau
o Tiga atau lebih kematian embrio (< 10 minggu) , tanpa adanya
kelainan kromosom ayah dan ibu atau kelainan anatomi ibu atau
penyebab hormonal
Kriteria laboratorium : (7)
Adanya aPL (antifosolipid) pada dua atau lebih pemeriksaan
dengan jarak minimal 12 minggu dan tidak lebih dari 5 tahun sebelum
terjadinya manifestasi klinis
- IgG dan/atau IgM anticardiolipin (aCl) antibodi dengan titer
moderat atau tinggi (>40 isotop IgG antiphospholipid units/mL
atau IgM antiphospolipid unit/mL)
- Antibodi 2- glikoprotein 1 IgG atau IgM isotipe dengan titer >
99th persentil.
- Adanya aktivitas lupus antikoagulan
15. Kolestasis intrahepatik
Risiko IUFD hanya ditemukan pada subkelompok dengan
Kolestasis Intrahepatik berat yang ditentukan oleh asam empedu pada
atau > 100 mikromol / liter. Mayoritas wanita dengan Kolestasis
Intrahepatik akan memiliki asam empedu < 100 mikromol / L dan dapat
diyakinkan bahwa risiko mereka untuk IUFD tidak meningkat.

20
Konsentrasi asam empedu dapat berubah dengan cepat pada akhir
kehamilan dan, oleh karena itu, harus diukur setiap minggu.(1)

IV. PATOFISIOLOGI
Kelangsungan hidup janin dalam rahim bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi kesejahteraan bayi di dalam
rahim, fungsi unit uteroplasenta, kondisi lingkungan tempat tinggal janin, dan
tidak adanya faktor janin yang mematikan. Kombinasi dari faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan mempengaruhi fungsi penunjang yang
mempertahankan bayi tetap hidup. Kemampuan untuk mempertahankan dan
mendukung kehamilan bergantung pada berbagai kondisi fisiologis,
hormonal, dan adaptasi anatomi.(8)
Ketahanan uteroplasenta dapat dirusak oleh gangguan struktur, fungsi,
atau kelainan genetik atau gangguan seperti perdarahan atau infeksi. Temuan
plasenta ini dapat berupa; (8)
1) Insersi tali pusat tunggal,
2) Insersi tali pusat velamentous,
3) Insersi tali pusat furkate,
4) Insersi circummarginate pada membran plasenta,
5) Insersi circumvallate membran plasenta,
6) Immaturitas vili terminal,
7) Hipoplasia vili terminal,
8) Hiperplasia vili terminal,
9) Korioamnionitis akut pada membran plasenta,
10) Korioamnionitis akut pada lempeng korionik,
11) Funisitis akut,
12) Arteritis tali pusat akut,
13) Flebitis tali pusat akut,
14) Korionik plat vaskulitis akut pada pembuluh darah janin,
15) Perubahan degeneratif plat korionik plat korion,
16) Villitis akut,
17) Villitis kronis,

21
18) Vili avaskular,
19) Hematoma retroplasenta,
20) Infark parenkim,
21) Trombosis intraparenkim (intervillous), dan
22) Deposisi fibrin perivillous,
23) Deposisi fibrin intervillous,
24) Berat plasenta,
25) Rasio berat plasenta / berat lahir.
Kelainan plasenta dikaitkan dengan IUFD dan tanpa bukti kelainan
pertumbuhan. Temuan plasenta yang terkait dengan hambatan pertumbuhan
juga dikaitkan dengan peningkatan risiko IUFD. Efeknya akut dan parah.
Temuan termasuk korioamnionitis, perubahan degeneratif vaskular plat
korionik janin, deposit fibrinoid perivilous dan intervillous, trombus vaskular
janin di piring korionik. (8)
1. IUFD terjadi tanpa hambatan pertumbuhan, dampaknya akut dan berat,
seperti korioamnionitis, perubahan degeneratif korionik vaskular plate,
deposit fibrinoid perivilous dan intervillous, trombus vaskular janin di
piring korionik. (8)
2. Mengalami hambatan pertumbuhan pada kelahiran hidup saja. Temuan
termasuk arteri umbilikalis tunggal, yang dapat mengganggu sirkulasi
secara kronis dan menyebabkan hambatan pertumbuhan tanpa
menyebabkan lahir mati. Hipoplasia vili terminal dan infark parenkim
memiliki efek berbeda tergantung pada apakah janin prematur atau cukup
bulan. Prematur, mereka dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan dan
lahir mati, dan cukup bulan, mereka dikaitkan dengan hambatan
pertumbuhan dan kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa keparahan
yang lebih besar dapat menyebabkan lahir mati sebelum cukup bulan, dan
kondisi yang tidak terlalu parah dapat mengakibatkan hambatan
pertumbuhan dan kelahiran hidup. (8)
3. Memiliki hambatan pertumbuhan yang serupa pada kelahiran hidup dan
lahir mati. Berat plasenta pada kelahiran prematur dan pembentukan

22
trombus intraparenkim pada kelahiran aterm berhubungan dengan
hambatan pertumbuhan pada kelahiran mati dan kelahiran hidup. Dalam
kasus ini, penghinaan kedua mungkin menyebabkan bayi lahir mati. (8)
4. Memiliki pola hambatan pertumbuhan yang berbeda untuk kelahiran
hidup dan lahir mati. Ada efek yang lebih parah pada fungsi plasenta;
kelompok dengan restriksi pertumbuhan dan lahir mati serta efek yang
lebih ringan pada fungsi plasenta menghasilkan kelompok dengan
restriksi pertumbuhan dan kelahiran hidup. Kelahiran mati prematur
menunjukkan imaturitas vili terminal, vili avaskular, edema plasenta, atau
hematoma retroplasenta. Lahir mati cukup bulan menunjukkan hematoma
retroplasenta. Semua kelainan plasenta yang terkait dengan hambatan
pertumbuhan juga dikaitkan dengan lahir mati kecuali untuk hipoplasia
vili terminal. (8)
5. Solusio plasenta terjadi ketika pembuluh darah ibu terlepas dari plasenta
dan perdarahan terjadi di antara lapisan rahim dan sisi ibu dari plasenta.
Saat darah menumpuk, itu mendorong dinding rahim dan plasenta
terpisah. Plasenta adalah sumber oksigen dan nutrisi janin serta cara janin
mengeluarkan produk limbah. Difusi ke dan dari sistem peredaran darah
ibu sangat penting untuk mempertahankan fungsi plasenta yang
menopang kehidupan ini. Ketika penumpukan darah menyebabkan
pemisahan plasenta dari jaringan vaskular ibu, fungsi vital plasenta ini
terputus. Jika janin tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi, ia akan
mati.
Implikasi klinis solusio plasenta bervariasi berdasarkan luasnya
pemisahan dan lokasi pemisahan. Solusio plasenta bisa lengkap atau
parsial dan marginal atau sentral. (8)

V. DIAGNOSIS
Anamnesis
Historis dan data yang diperoleh selama perawatan prenatal rutin dan
perawatan perinatal akan membantu menentukan penyebab lahir mati di

23
sebagian besar kasus terlepas dari ketersediaan otopsi. Anamnesis harus
mencakup perincian tentang nyeri perut, perdarahan atau keputihan vagina,
tekanan panggul, dan terakhir kali gerakan janin dicatat.(1)
Riwayat ibu meliputi usia, graviditas, paritas, riwayat hipertensi,
diabetes, hiperkoagulabilitas, penyakit autoimun, atau kanker: paparan infeksi
(Zika, parvo, CMV, toksoplasmosis, sifilis, malaria): riwayat keluarga
kelainan genetik, keguguran berulang atau lahir mati: usia ayah dan riwayat
kelainan genetik. (1)
Riwayat kehamilan saat ini termasuk perdarahan uterus abnormal,
trauma, perawatan reproduksi, paparan obat atau radiasi, penambahan berat
badan, infeksi, penyakit menular seksual, hipertensi, preeklamsia, diabetes,
anemia, kelainan janin, atau hambatan pertumbuhan. (1)
Riwayat kebidanan masa lalu termasuk persalinan prematur, lahir
mati, atau janin yang dipengaruhi oleh hambatan pertumbuhan, serta
kehamilan dengan komplikasi preeklamsia, diabetes, trombosis vena dalam,
emboli paru, atau transfusi darah. (1)
Catatan imunisasi mencakup catatan semua imunisasi lengkap.
Pengujian status kekebalan dapat diindikasikan untuk penyakit endemik
seperti campak. (1)
Historis sosial mencakup pekerjaan, nutrisi, penggunaan zat,
kekerasan dalam rumah tangga, riwayat perjalanan, dan paparan terhadap
hewan apa pun. (1)
Hasil tes lab prenatal meliputi darah rutin, tipe dan skrining, HbsAg,
sifilis, HIV, rubella, tes prenatal untuk aneuploidi, toksikologi urin, skrining
diabetes. (1)
Pemeriksaan Fisik
Periksa pasien yang kesehatan janinnya menjadi perhatian secepat
mungkin untuk menghilangkan kekhawatiran dan memulai perawatan tepat
waktu. Coba auskultasi nada jantung janin dengan doppler janin dan, jika
diindikasikan, mulai pemantauan janin elektronik. Jika tidak dapat mengubah

24
nada jantung janin, lakukan USG perut untuk memastikan ada atau tidaknya
nada jantung janin sesegera mungkin. (1)
- Tanda vital: Berat badan, tekanan darah, detak jantung, laju pernapasan,
suhu.
- Waspada status mental, berorientasi, bingung, gelisah.
- Kulit: turgor kualitas pulsasi nadi.
- Abdomen: tanda trauma tumpul atau tajam termasuk memar atau
perdarahan, kontur, nyeri termasuk nyeri uterus, pelindung, nyeri tekan,
kontraksi, tinggi fundus simfisis, manuver Leopold.
- Punggung: nyeri Costovertebra.
- Ekstremitas: refleks, edema, ruam, gatal, petekie
- Kulit: ruam kulit atau tanda-tanda penyalahgunaan narkoba
- Pulmonal: sesak napas, takipnea, kerutan atau ronki
- Jantung: denyut jantung dan ritme
- Pelvis: perdarahan, keluarnya cairan, pemeriksaan serviks, kultur,
tunggangan basah.
Berdasarkan etiologi IUFD klasifikasi solusio plasenta didasarkan pada
temuan klinis berikut: (9)
1. Kelas 0: Tanpa gejala
- Penemuan bekuan darah di sisi ibu dari plasenta yang dilahirkan.
- Diagnosis dibuat secara retrospektif. (9)
2. Kelas 1: Ringan
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan vagina atau sedikit perdarahan
vagina.
- Nyeri uterus ringan
- Tekanan darah ibu dan denyut jantung normal.
- Tidak ada tanda-tanda gawat janin.(9)
3. Kelas 2: Sedang
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan vagina sampai perdarahan vagina
dalam jumlah sedang
- Nyeri uterus yang signifikan dengan kontraksi tetanik

25
- Perubahan tanda vital: takikardia ibu, perubahan ortostatik pada
tekanan darah.
- Bukti gawat janin
- Perubahan profil pembekuan: hipofibrinogenemia. (9)
4. Kelas 3: Parah
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan vagina hingga perdarahan vagina
yang berat
- Uterus tetanik / konsistensi seperti papan pada palpasi
- Syok ibu
- Perubahan profil pembekuan: hipofibrinogenemia dan koagulopati
- Kematian janin. (9)
Klasifikasi 0 atau 1 biasanya dikaitkan dengan pemisahan parsial dan
marginal; sedangkan, klasifikasi 2 atau 3 dikaitkan dengan pemisahan
lengkap atau pusat.(9)
Manifestasi Klinis Solutio Plasenta
1. Solusio Plasenta Ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-
hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang
yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin
masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi,
karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung. (10)
2. Solusio Plasenta Sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3
luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti
solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala
sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan  pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam
dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai

26
1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus- menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi
jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada
solusio plasenta berat.(10)
3. Solusio Plasenta Berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-
tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok
ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat
terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.(10)
Setelah Kelahiran
Lakukan pemeriksaan pada tali pusat dan plasenta dan catat temuannya,
termasuk pengukurannya. Catat di partograph temuan plasenta dan tali pusat.
Kultur plasenta seperti yang ditunjukkan dengan mengusap antara selaput
korionik dan ketuban dengan usap kultur aerob dan anaerobik. (1)
Pemeriksaan Bayi
Penolong persalinan harus melakukan pemeriksaan lengkap bayi segera
setelah lahir dan oleh ahli patologi. Sebuah bagan harus tersedia untuk
memandu penguji mencatat setiap alur berikut. (1)
- Pengukuran: berat badan, panjang, lingkar kepala, panjang kaki (jika
kurang dari 23 minggu, panjang kaki dapat digunakan untuk
memperkirakan usia kehamilan)
- Fitur wajah: telinga, mata, hidung, mulut, tempurung kepala.
- Leher dan punggung: higroma kistik, spina bifida, pigmentasi abnormal
- Kulit: maserasi, pengelupasan, pewarnaan
- Penyisipantali pusatl: sentral, marginal, membrane

27
- Dinding perut
- Gender: ambigu, female, male
- Ekstremitas: jari, lipatan telapak tangan
- Foto kepala, wajah, seluruh tubuh, tangan, dan kaki. Ambil foto detail bayi
dari arah anterior, posterior, dan lateral. Memotret dan merekam setiap
kelainan. Dapatkan izin untuk memotret bayi dan ketahuilah bahwa
beberapa budaya, mungkin tidak mengizinkan fotografi. (1)

Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta adalah pemeriksaan terpenting selain otopsi. Ini
dapat berkontribusi pada diagnosis IUFD dalam 53% kasus. (1)
Evaluasi makroskopis plasenta dapat dilakukan oleh petugas persalinan,
ahli patologi, atau keduanya. Penggaris, untuk referensi dimensi, harus
disertakan dengan semua gambar.
- Susun kembali membran untuk kelengkapan. Ambil foto sisi janin dan
sisi ibu dari plasenta.
- Ukur jarak terpendek dari pecahnya membran ke tepi diskus plasenta.
Perhatikan jenis penyisipan membran (normal, circummarginate, atau
circumvallate), warna, dan kilau.
- Jika kehamilannya multifetal, jelaskan ketebalan dan perlekatan
membran pemisah ke diskus. Catat lokasi dan jenis pemasangan tali
pusar dengan mengukur jarak dari tepi tali pusar.
- Catat panjang pembuluh darah pusar yang tidak terlindungi, trombus
pusar intravaskular, dan panjang total tali pusar.
- Jelaskan bagaimana tali pusarnya melilit. Jika lilitan seragam, hitung
jumlah lilitan 360 derajat pada tali pusar sepanjang 5 cm.
- Dokumentasikan setiap simpul atau lilitan tali pusar yang salah atau
benar. Jelaskan tentang edema tali pusat, perdarahan, laserasi, atau
avulsi.
- Potong tali pusat setiap 5 sentimeter dan catat diameter paling tebal dan
tertipis serta jumlah arteri / vena di setiap segmen.

28
- Potong tali pusar dan sisakan hanya 1 cm tali pusat yang menempel di
plasenta. Timbang plasenta setelah darah terkuras.
- Ukur dimensi plasenta terpanjang dan terpendek dan catat setiap lobus
ekstra atau bentuk yang tidak biasa
- Ukur ketebalan penuh setiap potongan dan catat pengukuran yang
paling tebal dan tertipis. Periksa semua permukaan.
- Catat setiap lesi yang ditemukan dan ambil fotonya.(1)

Evaluasi Mikroskopis Plasenta


Ambil balok berukuran 1 x 1 cm dari 4 lokasi plasenta. Ambil spesimen
dengan sisi ibu dari plasenta menghadap ke atas dan kirim sampel tidak tetap.
(1)

Autopsi
Jenazah bayi harus ditangani dengan hormat, dan otopsi harus
dilakukan tepat waktu untuk membantu keluarga melakukan penutupan.
Pendekatan otopsi bayi lahir mati belum standar. Namun, perlu diingat bahwa
dokumentasi temuan negatif sama pentingnya dengan dokumentasi temuan
positif. (1)
Beberapa pasien dan beberapa perawat mungkin merasa sulit untuk
membahas topik otopsi lahir mati. Pelaksanaan otopsi membutuhkan
persetujuan tertulis. Jaringan janin tidak dianggap sebagai bagian dari produk
konsepsi setelah 20 minggu usia kehamilan, dan oleh karena itu pemeriksaan
tidak dapat ditanggung oleh asuransi. (1)
Otopsi dapat mengidentifikasi penyebab lahir mati pada 46% kasus dan
dapat memberikan temuan baru pada 51% kasus. Pengetahuan ini dapat
digunakan untuk menasihati pasien tentang risiko kekambuhan dan untuk
memandu rekomendasi untuk perawatan prenatal di masa mendatang. (1)
Ahli patologi yang berpengalaman dalam evaluasi kelahiran mati
merupakan bagian integral dari tim. Jika seseorang dengan keahlian ini tidak
tersedia secara lokal, janin dan atau plasenta mungkin perlu dipindahkan,
sesuai peraturan, ke pusat evaluasi lain. (1)

29
Malformasi jantung tidak langsung terdeteksi pada pencitraan
postmortem, dan karenanya otopsi sangat berharga untuk dievaluasi. Anomali
ini mungkin terlewatkan pada USG obstetris rutin dan seringkali memerlukan
ekokardiogram janin untuk didiagnosis sebelum lahir. (1)
Otopsi lengkap mencakup pemeriksaan otak dan organ dalam. Ini
mungkin termasuk mengambil dan mengawetkan organ untuk dipelajari
nanti; namun, atas permintaan, semua organ dapat dikembalikan ke tubuh
setelah otopsi. (1)
Otopsi parsial juga bisa dilakukan. Dalam hal ini, keluarga menentukan
rongga tubuh apa yang boleh dimasuki. Pemeriksaan kepala dapat ditolak,
dan keluarga hanya dapat memberikan persetujuan untuk pemeriksaan
eksternal. Beberapa keluarga lebih menerima otopsi karena mengetahui
informasi ini. (1)
Otopsi dapat dilakukan bersamaan dengan studi radiologi. MRI, CT,
atau USG kualitas tinggi mungkin mengungkap tentang lesi intracavitary.
Jika terdeteksi, lesi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan biopsi jarum
yang dipandu untuk menyaring infeksi, tumor, atau keganasan. Dalam
beberapa kasus, studi radiologi ini dapat membantu meniadakan kebutuhan
akan otopsi lengkap. (1)
Otopsi dapat membantu memberikan informasi berharga ketika
ditemukan beberapa anomali yang tidak sesuai dengan suatu sindrom. Ini juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi kelainan ginjal dan penyebab hidrops
nonimun dengan tidak adanya higroma kistik. (1)
Foto harus diambil dari setiap kelainan yang terdeteksi karena dapat
ditinjau pada waktu yang berbeda dan oleh beberapa anggota tim perawatan
dan membantu mengidentifikasi penyebab IUFD dan langsung
penatalaksanaan kehamilan di masa depan. (1)
Radiologi
Berbagai modalitas pencitraan dapat digunakan untuk membantu dalam
evaluasi penyebab IUFD. Babygram adalah sinar-X lateral dan anterior-
posterior dari seluruh janin. Ini mungkin mengungkap displasia skeletal,

30
malformasi kostovertebralis, kalsifikasi ektopik, dan kumpulan gas yang
menandakan infeksi. Jika USG atau pemeriksaan menunjukkan adanya
masalah tulang, survei tulang lengkap harus dilakukan. Pemindaian tomografi
terkomputerisasi (CT) lebih baik untuk evaluasi kelainan tulang dan
kalsifikasi ektopik. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat
memungkinkan pemeriksaan organ dalam dengan mendeteksi kelainan yang
mirip dengan otopsi. Jika kerusakan sistem saraf pusat dicatat, pertimbangkan
ultrasonografi kranial, MRI, dan otopsi. (1)
Pemeriksaan Laboratorium
Pasien membutuhkan pemeriksaan darah rutin, glukosa, serta jenis dan
skrining untuk HIV dan sifilis. Ini membantu menyaring hemoglobinopati
ibu, infeksi, kontrol glikemik yang buruk, atau diabetes yang tidak
terdiagnosis dan aloimunisasi sel darah merah. Skrining obat urine harus
dipertimbangkan, terutama untuk kokain, yang terkait dengan hipertensi
maternal dan solusio plasenta.(1)

VI. PENCEGAHAN

Skrining untuk Infeksi


Skrining untuk infeksi rumit karena banyak wanita memiliki serologi
positif dari infeksi sebelumnya. Patogen bakteri paling umum yang terkait
dengan bayi lahir mati adalah E. coli, Streptococcus grup B, dan
Enterococcus. Kebanyakan bayi lahir mati terkait infeksi terjadi sebelum 24
minggu kehamilan. Cytomegalovirus (CMV) IgM dan IgG, Toxoplasmosis
IgM dan IgG, Parvovirus IgM dapat diuji sesuai indikasi klinis. Jaringan
fetoplasenta akan menunjukkan tanda diagnostik infeksi virus pada
histopatologi. Kultur virus jarang diperlukan.(1)
CMV adalah infeksi paling umum yang ditularkan di dalam rahim.
Biasanya, tidak ada temuan ultrasonografi yang abnormal, meskipun
perdarahan otak, kardiomegali, hepatomegali, asites ringan, dan usus
ekogenik dapat dilaporkan. Vaskulopati trombotik dicatat pada otopsi. Ginjal
adalah organ yang paling sering terkena, dan inklusi CMV dapat ditemukan

31
di sel epitel pada histologi. DNA sitomegalovirus dapat ditemukan di ginjal,
hati, otak, tiroid, paru-paru, jantung, pankreas, dan plasenta.(1)
Infeksi herpes intrauterine sangat jarang. 95% dari infeksi neonatal
didapat di peripartum. Meskipun herpes intrauterine dapat ditularkan selama
wabah primer atau sekunder, risikonya paling tinggi selama infeksi herpes
menyebar. Penularan intrauterine paling umum terjadi selama 20 minggu
pertama kehamilan dan dapat menyebabkan lahir mati atau kelainan bawaan.
Temuan klinis mungkin termasuk vesikula kulit atau jaringan parut, lesi mata
(chorioretinitis, microphthalmia, katarak), kerusakan neurologis (mikrosefali,
kalsifikasi intrakranial, kejang, encephalomalacia). Otopsi dapat
mengungkapkan kulit yang mengalami ulserasi dan nekrosis hati, kelenjar
adrenal, otak, dan membran plasenta. Hibridisasi in situ fluoresen dapat
mengkonfirmasi infeksi herpes.(1)
Infeksi Coxsackievirus dapat asimtomatik atau dapat menyebabkan
miokarditis janin, meningoensefalitis, atau sepsis umum. Temuan otopsi
mungkin termasuk artrogriposis ringan, meningoensefalitis nekrotik dengan
kalsifikasi vaskular, hipertrofi miokard ringan, dan villitis plasenta monositik
kronis. Teknik molekuler dapat memastikan adanya infeksi.(1)
Kultur plasenta aerobik, anaerobik, dan listeria dapat diperoleh jika
diindikasikan secara klinis. Untuk mencegah kontaminasi, usap harus diambil
dari ruang potensial yang terbuka dengan memisahkan korionik dari selaput
ketuban. Kultur dari bayi lahir mati paling baik diperoleh dari organ dalam.(1)
Sifilis RPR mungkin positif selama berbulan-bulan setelah pasien
dirawat. Sifilis spirochetes menginfeksi plasenta yang menyebabkan
pembesaran vili, villitis akut, funisitis nekrotikans, dan infeksi ketuban.
Plasentomegali menyebabkan lahir mati pada 50% janin yang terinfeksi
akibat disfungsi plasenta. Janin yang terinfeksi dapat menunjukkan involusi
timus, hepatosplenomegali, dan hidrops. Lesi mukokutan jarang terjadi. Di
mana insiden sifilis tinggi, ini adalah penyebab utama bayi lahir mati dan
memiliki potensi terbesar untuk meningkatkan hasil jika diskrining dan
diobati.(1)

32
Malaria, di daerah endemik, bertanggung jawab atas sejumlah besar
bayi lahir mati karena efeknya yang merusak pada plasenta. Profilaksis dan
penggunaan kelambu dapat mengurangi bayi lahir mati yang disebabkan oleh
infeksi ini. (1)

Skrining untuk Koagulasi Intravaskular Diseminata.


Koagulasi intravaskular diseminata sangat jarang terjadi pada bayi lahir
mati saat ini karena diagnosis dan penatalaksanaan dini. Dalam kasus
kematian janin yang tidak terdiagnosis selama lebih dari tiga minggu atau
dalam kasus lahir mati yang dipersulit oleh solusio plasenta atau sepsis,
Koagulasi Intravaskular Diseminata mungkin perlu disingkirkan. Tidak ada
uji laboratorium atau klinis tunggal untuk mendiagnosis Koagulasi
Intravaskular Diseminata. Jika ditemui dalam konteks bayi lahir mati,
pengobatan Koagulasi Intravaskular Diseminata.termasuk kelahiran mati dan
pengelolaan perdarahan dan atau sepsis; perawatan suportif dengan
pemberian produk darah sesuai indikasi; tutup pengawasan klinis dan
laboratorium ulangi; dan respons cepat / konsultasi spesialis. (1)
Untuk membantu dalam mendiagnosis Koagulasi Intravaskular
Diseminata dalam kasus non-emergent dimana hanya diagnosis klinis yang
dapat dicapai, skor Society on Thrombosis and Haemostasis (ISTH) yang
dimodifikasi direkomendasikan. Skor ditabulasi dengan menjumlahkan poin
yang diberikan ke (A) jumlah trombosit, (B) PT, dan (C) tingkat fibrinogen.
Poin mengikuti nilai dan dicetak tebal. Produk degradasi fibrin dikeluarkan
dari sistem penilaian ini karena meningkatkan kehamilan dan mengurangi
spesifisitas skor. (1)
a. Jumlah trombosit, (109 / L) <50 = 1: 50-185 = 2:> 185 = 0
b. Waktu protrombin, (detik) <0,5 = 0: 0,5-1 = 5: 1,0-1,5 = 25
c. Fibrinogen, (gram / liter) 3,0 = 25: 3,0-4,0 = 6: 4,0 - 4,5 = 1:> 4,5 = 0
Skor ISTH yang dihitung, diperoleh dengan menambahkan skor (A) +
(B) + (C), yang lebih besar dari 26, memprediksi probabilitas tinggi untuk
DIC bahkan tanpa gejala klinis yang jelas. (1)

33
Jumlah trombosit adalah tes yang paling berguna untuk DIC.
Trombositopenia, atau jumlah trombosit yang menurun, adalah nilai lab
terpenting yang harus diperhatikan, bahkan jika nilainya tetap di atas 100 x
109 / L. (1)
Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT) dapat
menjadi berkepanjangan, tetapi dapat juga tetap normal meskipun terjadi
perdarahan akut dan lebih lagi pada kasus solusio akut. Ini dikaitkan dengan
perubahan faktor pembekuan selama kehamilan, yang menyebabkan
trombosis. Oleh karena itu, pengobatan untuk Koagulasi Intravaskular
Diseminata dapat dimulai bahkan ketika PT dan PTT diperpanjang minimal.(1)
Kadar fibrinogen yang rendah merupakan diagnosis Koagulasi
Intravaskular Diseminata, dan pada kehamilan, kadar yang rendah jarang
terjadi kecuali untuk pengaturan perdarahan pascapartum masif. Tingkat
fibrinogen <2 g / L memiliki nilai prediksi positif 100% untuk perkembangan
menjadi Koagulasi Intravaskular Diseminata berat. Pertimbangkan untuk
mengganti fibrinogen dengan kriopresipitat bila kadar fibrinogen <1,5 g / L
dan mengganti trombosit bila kurang dari 50 x 10 9/ L, dan mengganti plasma
beku segar (30 mL / kg) bila PT dan PTT berkepanjangan.(1)

Skrining untuk Diabetes Melitus Gestational (DMG)


Menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG)/American
Diabetes Association (ADA):(11)
- Status Risiko Tinggi: Status risiko tinggi memerlukan pengujian glukosa
segera setelah kehamilan didiagnosis dan dilakukan lagi pada 24-28
minggu jika pengujian awal normal.
- Wanita dengan BMI> 25 (> 23 jika Asia Amerika) DAN satu atau lebih
faktor risiko:
o Obesitas> 40 atau acanthosis nigricans
o Riwayat pernah menderita Diabetes Gestational
o Riwayat keluarga diabetes pada kerabat tingkat pertama
o Menderita Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)

34
o Ketidakaktifan fisik
o Etnis berisiko tinggi (Afrika Amerika, Latin, Amerika Pribumi,
Amerika Asia, Penduduk Kepulauan Pasifik)
o Riwayat pernah melahirkan BBL > 4000g
o Hipertensi
o HDL <35
o TG> 250
o A1C> 5,7%
o Riwayat penyakit kardiovaskular.
Skrining dan Diagnosis Diabetes Melitus Gestational di luar Amerika Serikat
menurut International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups
(IADPSG) tentang Diagnosis dan Klasifikasi Hiperglikemia pada Kehamilan
tahun 2010: (11)
Nilai rujukan untuk Diagnosis DMG atau Diabetes Terbuka pada Kehamilan
- Kunjungan Prenatal Pertama
o Ukur GDP, A1C, atau GDS pada semua ibu hamil atau hanya wanita
berisiko tinggi
o Jika hasil menunjukkan diabetes nyata atau salah satu dari:
 Glukosa puasa ≥125 mg / dl;
 A1c ≥6,5%
 GDS ≥200 mg / dl
o Pengobatan dan tindak lanjut untuk diabetes yang sudah ada
sebelumnya
o Jika sebelumnya tidak terdiagnosis diabetes dan glukosa darah puasa
≥5.1 mmol / l (92 mg / dl) = Didiagnosis sebagai Diabetes Mellitus
Gestational
o Jika glukosa darah puasa <5,1 mmol / l (92 mg / dl) dan tidak ada
kriteria untuk DM yang nyata, test untuk DMG pada usia kehamilan
24 hingga 28 minggu dengan 75 gram TTOG (Tes Toleransi Glukosa
Oral)

35
- 24-28 Minggu kehamilan: Diagnosis DMG
o 2-jam 75-g TTOG: lakukan setelah puasa semalaman pada semua
wanita yang sebelumnya tidak ditemukan menderita diabetes atau
DMG yang jelas selama pengujian di awal kehamilan.
o Diabetes nyata jika glukosa plasma puasa ≥7.0 mmol / l (126 mg / dl)
o DMG jika satu atau lebih nilai sama atau melebihi nilai normal
Kriteria IADPSG dan ADA untuk Tes Toleransi Glukosa Oral 75-g Positif(11):
o Glukosa puasa ≥92 mg / dl
o Glukosa 1 jam ≥180 mg / dl
o Glukosa 2 jam ≥153 mg / dl
Normal jika semua nilai pada TTOG kurang dari ambang batas. (11)

VII. PENATALAKSANAAN
Mengkomunikasikan Diagnosis dengan Pasien
Bayi lahir mati dapat dikonfirmasi oleh ultrasonografer kedua jika
dianggap perlu. Diagnosis disampaikan kepada ibu oleh penyedia layanan
kesehatan secepat mungkin, dengan segala upaya untuk memberikan
privasi, empati, dan dukungan. Bagaimana ini terjadi akan tergantung pada
situasinya. Ultrasonografer biasanya menghubungi penyedia dan mengatur
konsultasi segera jika diagnosis dibuat tanpa peringatan sebelumnya. Jika
penyedia membuat diagnosis di samping tempat tidur, diagnosis harus
segera dikonfirmasikan dan disampaikan kepada pasien. Pasien mungkin
diberi pilihan untuk melihat gambar ultrasound dengan penyedia. Pasien
akan membutuhkan dukungan penuh kasih. Beberapa pasien mungkin perlu
segera pergi, sebagai mekanisme koping, dan harus didorong untuk
melakukannya jika secara medis stabil. Beberapa pasien mungkin
menghargai genggaman tangan sampai anggota keluarga dapat datang untuk
meminta dukungan. Empati dan dukungan ditunjukkan dengan mengatakan
Anda menyesal dan dengan menawarkan dukungan yang diinginkan pasien.

36
Ini mungkin termasuk memberikan informasi tertulis yang
menginstruksikan pasien bagaimana menghubungi Anda ketika mereka siap
dan bagaimana menjadwalkan janji temu tindak lanjut secepat yang
diinginkan. (1)
Upaya untuk mendapatkan pengukuran janin dan memindai kelainan
yang jelas dapat dilakukan jika diizinkan. Penting untuk memberi tahu
pasien bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun dan menunjukkan
rasa hormat kepada bayi dengan menyebut namanya. (1)
Jika pasien tidak stabil secara medis akibat komplikasi yang terkait
dengan kematian janin, maka seseorang harus memberikan informasi
dengan tenang, jelas, dan ringkas untuk mendapatkan persetujuan yang
diinformasikan untuk setiap prosedur mendesak. (1)
Memenuhi Kebutuhan Emosional
Saat merawat pasien/pasangan/keluarga yang mengalami kelahiran
mati, penting untuk menunjukkan rasa kasih sayang, empati, dan kepekaan
sambil memperhatikan kebutuhan emosional mereka. Diagnosis bayi lahir
mati sering dibuat atau dikonfirmasi dengan ultrasonografi bila tidak ada
ketidakmampuan untuk mendeteksi nada jantung janin atau secara acak
pada saat ultrasonografi dilakukan untuk sesuatu selain evaluasi lahir mati.
Pasien mungkin memiliki kekhawatiran yang mendasari mengenai
kesejahteraan janinnya atau mungkin disajikan dengan diagnosis ini tanpa
disadari. Emosi harus divalidasi. Jika perlu, janji tindak lanjut harus dibuat
secepat mungkin untuk pasien. Pasien harus didorong untuk membawa
orang pendukung. Setelah menjawab pertanyaan langsung dan menekankan
bahwa pasien tidak melakukan apa pun yang menyebabkan hasil ini, privasi
dan waktu harus disediakan sesuai keinginan pasien untuk mengatasi emosi
dan meminta dukungan. Tetap bersama pasien dan berikan dukungan
emosional sebanyak yang diperlukan. Lima tahap kesedihan adalah
penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Semua
ini mungkin dialami atau tidak pada saat diagnosis. Jika diagnosis dibuat

37
sebelum pengangkatan pasien, janji temu harus dibuat sesegera mungkin.
Pasien harus didorong untuk membawa orang pendukung. (1)
Mengkomunikasikan kabar buruk bukanlah keterampilan alami, dan
kemampuan seseorang untuk menyampaikan kabar buruk tidak selalu
meningkat seiring dengan pengalaman. Pasien mungkin mengalami reaksi
kabur dan harus segera pergi setelah menerima diagnosis. Ini harus
dihormati. Pasien harus diyakinkan bahwa dia aman dan dapat menelepon
kembali untuk berbicara dengan pengasuh jika sudah siap. Penyedia harus
siap menjawab semua pertanyaan yang diajukan, termasuk mengapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan apa, dan telah mencetak informasi untuk
dibawa oleh pasien. Pasien mungkin meminta informasi tentang mengapa
ini terjadi. Mereka harus diberi tahu bahwa ujian dan tes akan ditawarkan
untuk mencoba menjawab pertanyaan itu tetapi mungkin perlu beberapa
minggu untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. (1)
Salinan USG dapat ditempatkan dalam amplop tertutup dan
ditawarkan kepada pasien sebagai kenang-kenangan. Ini mungkin
ditawarkan pada saat ujian atau pada kunjungan berikutnya. (1)
Pasien mungkin bertanya tentang rencana pengelolaan setelah
diagnosis lahir mati, dan pengasuh harus siap untuk menyampaikan
informasi ini di lingkungan yang pribadi dan nyaman. Pengasuh harus
menanyakan apakah ada praktik agama atau budaya yang perlu dihormati. (1)
Management
Diskusi tentang cara persalinan akan tergantung pada usia kehamilan
bayi yang meninggal dunia, keinginan pasien, status fisik pasien, dan
riwayat kebidanan / pembedahan sebelumnya. Informasi yang diberikan
disajikan dengan jelas dan ringkas, dan konfirmasi pemahaman harus
diperoleh. (1)
Kelainan koagulasi yang disebabkan oleh pelepasan faktor jaringan
dari plasenta dapat terjadi jika janin yang mati dipertahankan selama
beberapa minggu. Risikonya sekitar 2%, dan diagnosis ini membutuhkan
intervensi segera. Jika tidak ada koagulasi intravaskular diseminata, infeksi,

38
atau preeklamsia dengan gambaran yang parah, ibu / pasangan dapat pulang
dan menindaklanjuti rencana penatalaksanaan. Jika manajemen hamil
diinginkan, persalinan spontan biasanya dimulai dalam dua minggu setelah
kematian janin. (1)
Biasanya, persalinan pervaginam adalah rute persalinan teraman
bahkan setelah persalinan sesar segmen bawah sebelumnya. Beberapa
wanita mungkin meminta operasi caesar primer atau berulang untuk
menghindari persalinan. Ini adalah opsi asalkan pasien sepenuhnya
menyadari risiko versus manfaat. (1)
IUFD sebelum 24 minggu paling baik dikelola dengan pelebaran dan
evakuasi oleh penyedia yang kompeten. Ini melibatkan pelebaran serviks
dan pengangkatan produk konsepsi secara manual. Seringkali serviks
dilatasi menggunakan laminaria yang ditempatkan di serviks pada malam
sebelum prosedur. Risiko prosedur ini lebih besar jika ukuran janin lebih
dari 24 minggu. Oleh karena itu, perkiraan ukuran janin dengan USG
kurang dari 24 minggu lebih penting daripada perkiraan usia kehamilan
dalam menentukan kesesuaian pelebaran dan evakuasi. Janin pada USG
mungkin berukuran lebih kecil dari usia kehamilan yang ditetapkan karena
baik hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh patologi yang mendasari
atau lahir mati sebelum diagnosis. Prosedur ini dianggap kurang morbid
dibandingkan induksi persalinan karena dikaitkan dengan risiko infeksi
yang lebih rendah. Jika pelebaran dan evakuasi tidak diinginkan, maka
ditawarkan induksi medis persalinan dengan menggunakan misoprostol.
Hingga 26 minggu, berikan misoprostol vagina 100 mcg setiap 6 jam untuk
maksimal 4 dosis. Jika dosis pertama tidak menghasilkan kontraksi yang
adekuat, dosis dapat digandakan hingga 400 mcg. Dosis harian maksimum
tidak boleh melebihi 1600 mcg. (1)
Kelahiran mati setelah 24 minggu dengan serviks yang baik (skor
Bishop> 6) dilakukan dengan dosis standar oksitosin sintetis. Kelahiran mati
setelah 24 minggu dengan serviks yang tidak menguntungkan (skor Bishop
<6) dengan tidak adanya bekas luka histerotomi sebelumnya dicapai dengan

39
misoprostol 50 mcg per vaginam diulang setiap 4 jam untuk maksimum 6
dosis. Jika dosis pertama tidak menyebabkan perubahan serviks atau lebih
dari dua kontraksi dalam 10 menit, dosis kedua dapat digandakan menjadi
100 mcg pervaginam dan lagi menjadi 200 mcg pervaginam empat jam
setelah dosis 100 mcg. Waktu rata-rata untuk pengiriman adalah 10 sampai
11 jam. Jika pelahiran tidak terjadi dalam 24 jam, rejimen dapat diulang satu
kali. Oksitosin dapat diganti setelah serviks mencapai 4 cm jika diperlukan.
Pemantauan elektronik tidak digunakan untuk induksi kematian janin.
Misoprostol tidak diulang jika terjadi lebih dari dua kontraksi dalam 10
menit karena risiko takisistol. (1)
Protokol yang berbeda dapat diikuti jika disetujui oleh fasilitas
pengiriman. Dalam beberapa kasus, balon foley digunakan untuk
mematangkan serviks. Dalam beberapa kasus, dosis tinggi [rejimen itosin
digunakan. (1)
Persalinan per vaginam tidak dikontraindikasikan pada kehamilan
kurang dari 24 minggu dengan komplikasi dari plasenta previa. Operasi
caesar lebih aman pada kehamilan dengan komplikasi plasenta previa dan
lahir mati selama 24 minggu. (1)
Wanita dengan kematian janin trimester ketiga dan serviks yang tidak
baik, dan riwayat operasi caesar harus menggunakan metode mekanis
pematangan serviks diikuti dengan oksitosin untuk induksi. Misoprostol
dapat dianggap sebagai pilihan hanya setelah mendapat persetujuan yang
seksama. Dosis terendah 25 sampai 50 mcg pervaginam harus digunakan,
dan dosis tidak boleh digandakan untuk mengurangi risiko ruptur uterus.(1)
Disproporsi janin-panggul jarang menjadi perhatian untuk kelahiran
mati, baik bokong atau kepala, tanpa adanya makrosomia. Tulang tengkorak
yang tumpang tindih dan kemunduran janin sering kali memungkinkan
persalinan bahkan janin besar. Bahu yang gigih atau kebohongan melintang
mungkin memerlukan percobaan versi internal atau eksternal. Jika tidak
berhasil, presentasi janin ini mungkin memerlukan sesar.(1)
Kecerdasan emosional

40
Bagi pasien, IUFD adalah peristiwa bencana. Meskipun dokter
mungkin berempati, pengalaman mereka tidak sebanding dengan
pengalaman orang tua lainnya. Akibatnya, komunikasi bisa dianggap dingin.
Sementara fokus pengasuh ada pada ibu dan masa depan, orang tua tetap
fokus pada bayinya. Orang tua mungkin tidak mengerti mengapa persalinan
pervaginam direkomendasikan dan akan membutuhkan komunikasi yang
jelas untuk memahami mengapa operasi caesar tidak lazim. Bagian dari
perawatan termasuk mendiskusikan strategi koping dan mendukung variasi
perilaku normal dan akan mendukung penyembuhan. Orang tua mungkin
dipengaruhi oleh staf. Konseling tentang otopsi harus dilakukan dengan cara
yang menghormati, yang memungkinkan keluarga untuk memahami tujuan
dan skala waktunya.(1)
Saat melahirkan, jika nama sudah dipilih, bayi harus disapa dengan
namanya. Kontak antara ibu dan bayi yang lahir mati harus ditawarkan;
pasien / keluarga harus diberi konseling dengan baik sebelum melahirkan
tentang hal-hal yang perlu mereka persiapkan. Mengembangkan hubungan
dengan bayi membuat kematian menjadi nyata, membantu mencegah
penarikan emosional dari kehilangan, dan membantu dalam transisi menjadi
orang tua. Orang tua mungkin lebih suka melihat hanya bagian bayi yang
tidak terlalu mengganggu, dan pakaian serta pembungkus bayi yang sesuai
sebelum melihat dan menggendong dapat ditawarkan. Para orang tua
memilih banyak pilihan berbeda mengenai melihat dan menggendong bayi
mereka, dan pilihan mereka harus dihormati. Dalam beberapa penelitian,
mendorong kontak dengan bayi yang meninggal telah dikaitkan dengan stres
pasca trauma, kecemasan, dan depresi. Hadiah kenangan seperti foto, seikat
rambut, atau kesan tangan atau kaki dapat dihargai terlepas dari apakah ibu /
keluarga memilih untuk menghabiskan waktu dengan bayi yang lahir mati
atau tidak. (1)
Pilihan untuk otopsi, manfaat dan biaya harus disajikan dengan cara
yang sensitif, informatif, dan tidak bias. Kebanyakan pemimpin agama
mendukung otopsi asalkan penguburan dilakukan dalam jangka waktu yang

41
wajar, dan orang tua diberi nasihat yang memadai. Ibu / keluarga perlu
dibantu dalam pengambilan keputusan untuk disposisi bayi baru lahir.
Keluarga mungkin memiliki pilihan untuk penguburan penuh atas biaya
mereka atau menggunakan mekanisme rumah sakit untuk pengelolaan
jenazah janin. Di Amerika Serikat, ini bergantung pada hukum negara
bagian masing-masing. Para orang tua diberi tahu bahwa akta kematian
janin dikeluarkan sebagai pengganti akta kelahiran. Hal ini dapat
mempengaruhi waktu istirahat yang diberikan oleh pemberi kerja untuk
pemulihan pascapersalinan.(1)
Beberapa wanita / keluarga tidak ingin berada di sekitar keluarga baru
lainnya saat ini. Gambar bayi baru lahir dan keluarga yang dipajang di area
perawatan terdekat mereka juga dapat memicu perasaan negatif. Semua
upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi kehilangan pasien sehingga
komentar atau gerak tubuh yang tidak disengaja dapat dihindari oleh staf
yang merawat. Pasien juga harus ditawari tempat tinggal di daerah yang
jauh dari bayi baru lahir jika diminta.(1)
Konseling tentang pembengkakan payudara, yang dapat menyebabkan
nyeri fisik dan emosional, sangatlah penting. Beberapa ibu akan meminta
informasi tentang bagaimana menghentikan produksi ASI secepat mungkin,
sementara yang lain mungkin ingin mempertimbangkan menyumbangkan
ASI secara emosional. (1)
Jika ada anak lain di rumah, mereka perlu diikutsertakan dalam proses
berduka dan penyembuhan. Pentingnya berbicara tentang bayi, mengatasi
perasaan/kesedihan, dan menghilangkan rasa bersalah telah terbukti.
Pengasuh harus menghubungi ibu/keluarga secara teratur untuk
mengevaluasi depresi pascapersalinan dan kebutuhan untuk rujukan. Duka
biasanya berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Duka disfungsional harus
diidentifikasi dan ditangani dengan tepat. Pasangan itu perlu dinasihati agar
mereka masing-masing memiliki mekanisme penanganan dan penyelesaian
duka yang sangat berbeda, yang akan membutuhkan rasa hormat dan

42
pengertian satu sama lain. Kelompok pendukung dapat membantu pasangan
sembuh setelah kematian bayi, dan sumber daya harus disediakan. (1)
Pada waktu yang tepat, kekhawatiran tentang keluarga berencana dan
kehamilan di masa depan dapat didiskusikan. Interval antar kehamilan
kurang dari enam bulan tidak terkait dengan hasil kehamilan yang
merugikan pada kehamilan berikutnya. Wanita/pasangan dinasihati agar
mereka dapat mencoba hamil kapan pun mereka siap. (1)

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Abortus

Kelahiran mati harus dibedakan dari keguguran. Usia kehamilan


paling akurat dihitung dengan membandingkan perkiraan usia kehamilan
yang dihitung dari periode menstruasi terakhir dengan perkiraan usia
kehamilan yang dihitung dari USG trimester pertama dan mengikuti aturan
penanggalan yang ditetapkan. Jika periode menstruasi terakhir tidak
diketahui dan tidak ada USG sebelumnya, perkiraan usia kehamilan dapat
diperkirakan dengan berat lahir atau panjang kaki janin. (1)
Kehamilan multifetal
Kehamilan multifetal harus dikesampingkan jika ada bayi lahir mati
yang didampingi oleh bayi kembar tiga atau kembar yang masih hidup.(1)

IX. PROGNOSIS
Setelah mengalami bayi lahir mati, risiko kambuh hampir dua kali lipat
dari wanita yang melahirkan secara hidup. Risiko ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk risiko maternal, usia kehamilan, dan penyebab
lahir mati yang teridentifikasi. Pada wanita dengan kelahiran mati yang
tidak dapat dijelaskan, risiko kekambuhan adalah 7,8 hingga 10,5 per 1000
total kelahiran. Kebanyakan terjadi sebelum 37 minggu. Risiko kematian
janin berulang yang terjadi saat aterm adalah 1,8 / 1000 total kelahiran.
Kehamilan berikutnya juga berisiko mengalami berat badan lahir rendah,
solusio, dan kelahiran prematur. Riwayat IUFD pada usia kehamilan kecil

43
saat aterm akan memiliki risiko lahir mati berulang sebesar 4,7 per 1000
kelahiran pada kehamilan berikutnya dibandingkan 2,1 per 1000 kelahiran
jika bayi kecil untuk usia kehamilan lahir hidup. Jika penyebab tertentu lahir
mati ditemukan, maka tinjauan pustaka dapat memperkirakan risiko lahir
mati lainnya. Jika bayi lahir mati memiliki kelainan bawaan yang
teridentifikasi, risiko untuk kehamilan berikutnya yang memiliki cacat yang
sama meningkat 7,6 kali lipat, dan risiko cacat yang berbeda pada bayi
berikutnya meningkat 1,5 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang anak
sebelumnya secara struktural normal. (1)
Gangguan iskemik plasenta yang mengakibatkan solusio, hambatan
pertumbuhan janin, preeklamsia, dan lahir mati semuanya merupakan
predisposisi kelahiran prematur. Wanita yang melahirkan sebelum usia
kehamilan, prematur, kelahiran hidup memiliki risiko lebih tinggi untuk
lahir mati pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita mungkin menunda
kehamilan di masa depan sampai mereka merasa telah mencapai penutupan
dan stabilitas psikologis setelah lahir mati. Interval biasanya adalah 6
sampai 12 bulan. Tidak ada periode optimal yang ditentukan untuk menunda
melahirkan anak. Interval mungkin tergantung pada rute persalinan dan
beberapa faktor kehidupan lainnya. (1)

X. KOMPLIKASI
Setelah lahir mati, komplikasi fisik mungkin termasuk bagian yang
tidak sempurna dari produk konsepsi yang memerlukan manajemen medis
atau bedah, infeksi, perdarahan, koagulasi intravaskular diseminata, cedera
uterus yang memerlukan perbaikan bedah, atau histerektomi. Ada
peningkatan risiko lahir mati berulang di masa mendatang. (1)
Berdasarkan faktor risiko yang diidentifikasi pada saat lahir mati
seperti preeklamsia atau diabetes, pasien mungkin berisiko lebih tinggi
terkena penyakit kardiovaskular di masa mendatang. Jika sindrom
antikardiolipin diidentifikasi selama evaluasi bayi lahir mati, wanita tersebut

44
mungkin berisiko mengalami stroke atau trombosis vena dalam (DVT) di
masa mendatang. (1)
Stresor psikososial mungkin termasuk kehilangan pekerjaan atau
pendapatan dan beban keuangan dari biaya perawatan kesehatan yang
timbul dalam menangani komplikasi kehamilan ini. Depresi, kecemasan,
dan gangguan pasca trauma mungkin timbul terkait dengan kesedihan dan
atau rasa bersalah yang tidak terselesaikan. Disfungsi hubungan mungkin
dialami dan dipersulit oleh stigma terkait tidak dapat melahirkan anak yang
sehat. Mekanisme koping yang tidak sesuai antara pasien dan pasangannya
dapat menyebabkan perselisihan. Pasien mungkin merasa takut akan
kehamilan di masa depan, yang dapat mengarah pada keputusan untuk
menghindari kehamilan di masa mendatang. Penyelesaian kesedihan
disfungsional mungkin muncul pada anggota keluarga lainnya, termasuk
anak-anak yang lebih kecil di rumah. (1)

45
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang yang tersedia. Pada anamnesis, pasien
perempuan GVPIIIAI umur 28 tahun datang ke RS Undata dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah yang sudah dirasakan sejak kemarin sore. Nyeri perut disertai
dengan keluarnya darah dari jalan lahir. Menurut pasien volume darah yang keluar
saat itu cukup banyak dan bergumpal, warna darah merah kehitaman. Pagi hari
sebelum kejadian pasien mengaku pergi ke tukang urut karna merasa nyeri perut.
Setelah diurut pasien merasa baikan namun pada sore harinya nyeri perut kembali
dirasakan dan menurut pasien saat itu juga pergerakan janin tidak lagi dirasakan.
Selama hamil pasien jarang memeriksakan kandungannya. Pasien terakhir
menstruasi pada tanggal 07-06-2020.
Dari anamnesis didapatkan pasien GVPIIIAI masuk dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah disertai keluarnya darah merah kehitaman dari jalan lahir pada
hamil trimester ketiga/ hamil tua. Hal ini diketahui dari HPHT pasien pada
tanggal 07-06-2020 jadi usia kehamilan pasien sekitar 35 minggu. Dalam
diagnosis pendarahan hamil tua ada tiga diagnosis banding yang dapat dipikirkan
yaitu vasa previa, plasenta previa, dan solutio plasenta. Pada vasa previa maupun
placenta previa darah yang keluar berwarna merah segar, sedangkan solutio
placenta darah yang keluar yaitu berwarna kehitaman dan bergumpal. Hal ini
sesuai dengan pengakuan pasien dari anamnesis. Dengan anamnesis lebih lanjut
pasien mengaku pergi ke tukang urut karna merasa nyeri perut dan setelah diurut
nyeri perut kembali dirasakan pada sore hari. Hal ini sesuai dengan penyebab dari
solutio placenta dimana salah satunya yaitu adanya riwayat trauma abdomen
sehingga dapat memicu terlepasnya plasenta dari dinding rahim. Kemudian pada
anamnesis berikutnya setelah diurut pasien juga tidak merasakan pergerakan
janin, dimana kemungkinan terjadi IUFD dikarenakan karena solutio plasenta

46
berat. Pada solutio placenta berat / derajat III plasenta telah terlepas lebih dari
2/3 permukaannnya, dan biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok
dan janinnya telah meninggal.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
80 x/menit, Pernapasan 20 x/menit, Suhu 36,7 oC. DJJ tidak ada, TBJ 2635 gr,
Pemeriksaan dalam (VT) pembukan 1-2 cm. Pada pemeriksaan DJJ menggunakan
doppler untuk menilai denyut jantung janin tidak terdengar, hal ini memperkuat
diagnosis pasien yaitu IUFD.
Pada pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan, WBC 18,63 x
103/uL, HGB 7,3 g/dL, HCT 23,4%. Dari hasil pemeriksaan penunjang darah
rutin, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami anemia sedang. Hal tersebut
dapat terjadi akibat pengeluaran darah dari jalan lahir, sehingga RBC dan
Hematokrit ikut menurun.
Diagnosis pasien adalah GVPIIIAI + Gravid 35 minggu inpartu kala I fase
laten + Susp. IUFD + Anemia sedang, maka penatalaksanaanya adalah IVFD RL
20 tpm; untuk mengembalikan keadaan hidrasi serta menjaga homeostasis tubuh
pasien. Injeksi Anbacim 1gr/12 jam. Anbacim berisikan antibiotik cephalosporin,
yaitu cefuroxime yang merupakan antibiotik spektrum luas yang diberikan atas
indikasi WBC 18,63 x 103/uL. Obat antibiotik cephalosprin generasi II ini bekerja
membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
Pasien juga diberikan Ferrous Sulfate 2x1 tab, kebutuhan Ferrous Sulfate atau zat
besi meningkat selama kehamilan karena pada ibu hamil terjadi peningkatan
volume plasma dan massa sel darah merah akibat peningkatan produksi sel darah
merah ibu. Transfusi PRC 1 labu diberikan atas indikasi HGB pasien <10 g/dl,
dan terjadi pengeluaran darah yang banyak
Untuk proses persalinan, pada pukul 09.15 dilakukan amniotomi oleh
dokter spesialis. Pada 09.25 pasien diberikan gastrul (misoprostol) ¼ tablet
pervaginam untuk meningkatkan kontraksi uterus, sehingga pasien lebih mudah
untuk mengedan. Pada pukul 09.45 terdapat kontraksi 5 kali tiap 10 menit dengan
durasi >40 detik. Saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan
lengkap yaitu 9cm. Pada pukul 09.50 lahir bayi perempuan dengan BB 1900 gram

47
PB 41 cm dengan keadaaan bayi dan tali pusat terlepas, tidak ada denyut jantung,
dan bayi tidak menangis. Pada pukul 09.55 plasenta lahir spontan dan lengkap,
dilanjutakan massage perut pasien, kemudian dilanjutkan pemberian injeksi
oxitosin 1 ampul + gastrul 4 tablet via rectal, agar sisa-sisa stosel dapat keluar.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Burke L, Maslovich M. Intrauterine Fetal Demise. [Updated 2020 Nov 8]. In


In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.

2. Datta S, Williams B. Previous fetal death. In: PRECONCEPTIONAL


MEDICINE. London; 2008.

3. Mardania N, Fransiska Ngo N, Sawitri E. GAMBARAN FAKTOR RISIKO


INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD). J Med Karya Ilm Kesehat.
2019;4(2).

4. Lawn JE, Blencowe H, Waiswa P, Amouzou A, Mathers C, Hogan D, et al.


Stillbirths: rates, risk factors, and acceleration towards 2030. Lancet Lond
Engl. 2016 Feb 6;387(10018):587–603.

5. Lawn JE, Blencowe H, Pattinson R, Cousens S, Kumar R, Ibiebele I, et al.


Stillbirths: Where? When? Why? How to make the data count? Lancet Lond
Engl. 2011 Apr 23;377(9775):1448–63.

6. Vintzileos AM, Ananth CV, Smulian JC, Scorza WE, Knuppel RA. Prenatal
care and black-white fetal death disparity in the United States: heterogeneity
by high-risk conditions. Obstet Gynecol. 2002 Mar;99(3):483–9.

7. Oehadian A. Sindroma antifosfolipid : pendekatan diagnostik dan terapi.


Bagian Penyakit Dalam FK Unpad RS Hasan Sadikin Bdg. 2009 Apr;1(1).

8. Bukowski R, Hansen NI, Pinar H, Willinger M, Reddy UM, Parker CB, et al.
Altered fetal growth, placental abnormalities, and stillbirth. Gebhardt S,
editor. PLOS ONE. 2017 Aug 18;12(8):e0182874.

9. Schmidt C, Skelly, Raines DA. Placental Abruption. In In: StatPearls


[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.

10. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom S, Gilstrap L, Cunningham FG.


Williams Obstetrics (23rd Edition). [Internet]. New York, USA: McGraw-Hill
Professional Publishing; 2010 [cited 2021 May 4]. Available from:
http://public.ebookcentral.proquest.com/choice/publicfullrecord.aspx?
p=4657822

11. Buschur E, Stetson B, Barbour LA. Diabetes In Pregnancy. In: Feingold KR,
Anawalt B, Boyce A, Chrousos G, de Herder WW, Dhatariya K, et al.,
editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000
[cited 2021 May 4]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279010/

49

Anda mungkin juga menyukai