Anda di halaman 1dari 5

Step 3

1. Klasifikasi nyeri
2. Patomekanisme nyeri
3. Faktor Risiko Nyeri Kepala
4. Etiologi Nyeri Kepala
5. Patofisiologi nyeri fungsional dari nyeri kepala
6. Langkah-langkah diagnosis
7. Red flags nyeri kepala

Step 4
1. Klasifikasi nyeri
Berdasarkan onset:
- Nyeri Akut: <3 bulan
- Nyeri Kronik: >3 bulan
Berdasarkan Klinis:
- Nyeri nosiseptif: rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada pasca trauma
operasi dan luka bakar.
- Nyeri neuropatik: rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf, seperti pada
diabetes mellitus, herpes zooster.
- Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui atau tidak ditemukan gangguan
fisik penyebab nyerinya, namun diduga karena faktor psikologisnya atau dengan istilah
lain nyeri akibat berbagai faktor psikogenik
2. Patomekanisme nyeri
Antara kerusakan jaringan sebagai sumber rangsang nyeri, sampai dirasakannya persepsi
nyeri terdapat serangkaian proses elektrofisiologik yang disebut nosisepsi, yaitu berturut-
turut sebagai berikut :
- Proses transduksi : proses dimana suatu rangsang nyeri (noxious stimuli) baik berupa
rangsang mekanis, termis maupun kimiawi yang diterima oleh ujungujung saraf
(nerve endings) akan diubah menjadi suatu aktifitas listrik.
- Proses transmisi : proses yang merambatkan rangsang melalui jalur saraf sensoris
menyusul proses transduksi.
- Proses modulasi : proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen
dengan asupan nyeri di kornu posterior. Proses ini desendern, dikontrol oleh otak
seseorang sehingga persepsi nyeri ini menjadi sangat pribadi dan subjektif,
dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pendidikan, atensi. Analgetik endogen yang
dimaksud ialah endorfin, serotonin dan noradrenalin.
- Persepsi, adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik dari proses-
proses tersebut di atas, sehingga menghasilkan suatu perasaan yang subjektif dikenal
sebagai persepsi nyeri.
3. Faktor Risiko Nyeri Kepala
- Konsumsi kafein
- Konsumsi alkohol
- Merokok
- Kurangnya aktivitas fisik
4. Etiologi Nyeri Kepala

Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi yang
tidak berbahaya (terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala yang timbul
pertama kali dan akut awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu
proses intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang lebih teliti.

Nyeri kepala bisa dirangsang karena faktor intra kranial (misalnya: meningitis, Sub
Arachnoid Haemorhage (SAH), tumor otak) atau faktor ekstra kranial yang umumnya
bukan kasus neurologi (misalnya: sinusitis, glaukoma) yang keduanya digolongkan
sebagai nyeri kepala sekunder.

- Circulation: Perdarahan intraserebral, perdarahan subaraknoidal.


- Encephalomeningitis.
- Migraine.
- Eye: Glaucoma, radang, keratitis, anomaly refraksi.
- Neoplasm (Tumor otak).
- Trauma capitis: Komusio, kontusio, perdarahan ekstradural, perdarahan subdular.
- Ear dan nose: Mastoiditis, otitis media, sinusitis, rhinitis.
- Dental: Gigi, gusi.
- Cluster headache.
- Otot: Tension headache.

- Arteritis temporalis.

- Trigeminal neuralgia.
5. Patofisiologi nyeri kepala

Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun
proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur peka nyeri di
kepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun diatas tentorium serebelli
dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar pada daerah didepan batas garis
vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (daerah
frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus.

Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah


tentorium (pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian atas dengan cabang-
cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut,
yaitu daerah oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi
oleh saraf kranial IX, X dan saraf spinal C-1, C-2, dan C-3. Akan tetapi kadang-kadang
bisa juga radiks servikalis bagian atas dan N. oksipitalis mayor akan menjalarkan
nyerinya ke frontal dan mata pada sisi ipsilateral. Telah dibuktikan adanya hubungan erat
antara inti trigeminus dengan radiks dorsalis segmen servikal atas. Trigemino cervical
reflex dapat dibuktikan dengan cara stimulasi n.supraorbitalis dan direkam dengan cara
pemasangan elektrode pada otot sternokleidomastoideus. Input eksteroseptif dan
nosiseptif dari trigemino-cervical reflex ditransmisikan melalui polysinaptic route,
termasuk spinal trigeminal nuklei dan mencapai servikal motorneuron. Dengan adanya
hubungan ini didapatkan bahwa nyeri didaerah leher dapat dirasakan atau diteruskan
kearah kepala dan sebaliknya.

Otot-otot yang biasanya terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m.


masseter, m. sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin
mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang
menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot.
Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan lama sehingga
menyebabkan ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang
mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri
secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.

6. Langkah-langkah diagnosis
- Anamnesis
Cara melakukan anamnesis pada pasien nyeri kepala adalah sebagai berikut:
 Pertanyaan yang pertama dilakukan adalah tentang menceritakan mengenai
keluhan nyeri kepala pasien. Hal ini penting untuk mengetahui karakteristik
nyeri kepala yang dikeluhkan pasien seperti apa.
 Pertanyaan selanjutnya adalah tentang bila terjadi serangan nyeri kepala, apa
yang dirasakan oleh pasien tersebut.
 Selanjutnya ada tiga pertanyaan yang harus ditanyakan sehubungan dengan
waktu:
a. Sudah berapa lama pasien menderita nyeri kepalanya (misal, sejak masih
sekolah, dst.).
b. Mengenai frekuensi nyeri kepalanya yaitu, apakah nyeri kepala seperti ini
sering dirasakan dan apakah nyeri kepala ini terjadi sebelum, selama, atau
sesudah menstruasi.
c. Pada saat terjadi serangan nyeri kepala tersebut, perlu ditanyakan mengenai
berapa lama nyeri kepala tersebut dirasakan (beberapa detik, menit, jam, atau
hari).
 Mengenai lokasi nyeri kepalanya, ada tiga pertanyaan yang harus diajukan,
diantaranya yaitu:
a. Pada bagian yang mana nyeri kepala tersebut mulai dirasakan dan apakah
mulai dari kening.
b. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada bagian dalam (seperti pada
migrain) atau pada permukaan kepala saja.
c. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada pasien tersebut ini berpindah-
pindah.
 Tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri kepala:
a. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya serangan nyeri kepala (misalnya,
nyeri kepala timbul setelah minum anggur merah, makan coklat, dll.).
b. Hal apa saja yang dapat menambah rasa nyeri kepala pada pasien tersebut
(misalnya, batuk, mengejan, sering kali berhubungan dengan meningkatnya
tekanan intrakranial).
c. Obat apa yang dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.
 Mengenai sifat (kualitas) nyeri kepala, perlu ditanyakan:
a. Bagaimana sifat nyeri kepala yang pasien rasakan (misalnya, kemeng,
panas, seperti ditusuk pisau, atau berdenyut).
b. Apabila mengalami serangan nyeri kepala, apakah pasien masih dapat
bekerja, tidur, dan sebagainya (misalnya bila tidak dapat tidur badan semakin
kurus, tidak dapat melihat TV menunjukkan nyeri kepala hebat).
 Masih ada empat pertanyaan lain yang perlu diajukan:
a. Apakah yang pasien rasakan selain nyeri kepala (misalnya, selama serangan
nyeri kepala pasien merasakan mual, muntah).
b. Upaya pengobatan yang pasien lakukan sebelumnya dan selain obat dan
suntikan perlu ditanyakan juga tentang akupuntur, pijat, dsb.
c. Menurut anda, apa penyebab nyeri kepala anda (misalnya, pasien takut
mengalami perdarahan otak, tumor otak, dsb.).
d. Setelah pasien lama menderita nyeri kepala, mengapa baru sekarang berobat
(misalnya, karena mendengar adanya obat baru, dsb).
 Sebaiknya, pada akhir anamnesis ditanyakan, apakah pasien masih ingin
menambahkan sesuatu.

- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan obyektif mencakup pemeriksaan kesadaran (GCS), pemeriksaan nervus
kranialis, dan pemeriksaan neurologis lainnya. Pemeriksaan ini terutama ditujukan ke
arah dugaan tentang tipe nyeri kepala sesuai dengan anamnesis. Adanya defisit
neurologi merujuk kepada nyeri kepala sekunder.
- Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui lokasi dari proses, bukan untuk
mengetahui etiologisnya. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan serial, dan biaya masih
dapat dijangkau oleh sebagaian besar masyarakat. Indikasi untuk EEG:
a. Bila terdapat gangguan lapangan penglihatan.
b. Bila terdapat gangguan fungsi saraf otak.
c. Bila pasien mengeluh black-out (epilepsi?, sinkope?).
d. Nyeri kepala yang menetap pada satu sisi disertai dengan gangguan saraf otak
ringan.
e. Perubahan dari lamanya dan sifat nyeri kepala.
f. Bila setelah diberikan pengobatan tidak ada perbaikan dari nyeri kepala.

2. CT scan
Pemeriksaan ini dapat diketahui tidak hanya letak dari proses tapi sering juga etiologi
dari proses tersebut. Sayangnya, biaya pemeriksaan masih mahal.
Indikasi terdapat kejang fokus:
a. Bila terdapat kejang fokal.
b. Bila terdapat defisit neurologis yang persisten.
c. Nyeri kepala pada satu sisi yang tidak berubah disertai dengan kelainan neurologis
kontralateral dengan adanya suatu bruit.

d. Perubahan dari pola nyeri kepala baik mengenai frekuensi, sifat, dan lamanya.
e. Penurunan kesadaran yang lebih lama dari satu jam disertai gangguan saraf otak.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dikerjakan hanya bila ada indikasi:
a. Darah, bila diduga adanya infeksi atau gangguan penyakit dalam (anemia,
gangguan metabolik).
b. Cairan serebro spinal (CSS) bila pada pemeriksaan klinis dicurigai adanya
meningitis.

7. Red flags nyeri kepala

Anda mungkin juga menyukai