Anda di halaman 1dari 15

Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

perspektif medikolegal
Referat
Pascal Adventra Tandiabang (N111 18 001)
Miftahul Jannah (N111 18 028)

Pembimbing:
Dr. dr. Hj. AnniSA Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F.
Pendahluan

Kekerasan

Perempuan Anak
TINJAUAN PUSTAKA
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Perempuan
Kekerasan Anak

Ketidaksetaraan Gender
(UU 23 Thn 2004)
Fisik maupun non-fisik,
aktif atau pasif yang
merugikan korban
< 18 Tahun
(UU 35 Thn 2014)
Epidemiologi

KomNas
Perempuan 2006 KPAI 2007

22.511 Kasus 600 kASUS


Faktor Risiko

Faktor Individu

Faktor Sosial Budaya

Stress Sosial Isolasi Sosial

Faktor Orang tua/ Kelurga


Bentuk Kekerasan
Terhadap Anak
Kekerasan Fisik

Kekerasan Emosional

Ancaman Penolakan Tidak Isolasi Pembiaran


diperhatikan

Kekerasan Verbal

Kekerasan Sexual
Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
Bentuk Kekerasan pada perempuan dikategorikan dalam 5 kelompok : 1
• Kekerasan seksual.
• Kekerasan fisik
• Kekerasan psikis
• Gabungan dua atau 3 gejala diatas
• Penelantaran (pendidikan, gizi, emosional).
Berdasarkan tempat terjadinya: 11
• Kekerasan di dalam rumah tangga (domestik)
• Kekerasan di tempat kerja atau sekolah
• Kekerasan di daerah konflik/pengungsian
• Kekerasan jalanan
Dampak Kekerasan
Terhadap Anak
Kekerasan Fisik

Kekerasan Emosional

Kekerasan Verbal

Kekerasan Sexual
Dampak Kekerasan
Terhadap Perempuan
Secara umum dampak kekerasan terhadap perempuan dapat dilihat dari
berbagai aspek seperti kesehatan mental, perilaku, kesehatan fisik,
ekonomi dan sosial. Terkait dengan kesehatan mental, perempuan yang
mengalami kekerasan mungkin dapat mengalami berbagai gangguan
mental seperti depresi, kehilangan rasa percaya diri, malu, trauma,
stress, merasa terasing, suka marah, kesepian, dan merasa tak berguna
atau tanpa harapan dalam hidupnya. Terkait tingkah laku, kekerasan
terhadap perempuan dapat memengaruhi perilaku perempuan seperti
berfikir atau melakukan tindakan untuk mengakhiri hidupnya,
penyalah-gunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, dan makan yang
tidak teratur. Permasalahan kesehatan fisik yang umumnya terjadi
akibat kekerasan terhadap perempuan antara lain mencakup cedera fisik
berupa luka, patah tulang, atau lebam, sakit punggung, sakit kronis,
sulit tidur, tekanan darah tinggi, keguguran kandungan dan
sebagainya.10
Dampak Kekerasan
Terhadap Perempuan
Dari sisi ekonomi, kekerasan terhadap perempuan dapat berakibat pada
kesulitan ekonomi seperti kehilangan pendapatan karena kehilangan
pekerjaan, biaya perawatan kesehatan, dan biaya-biaya lain yang
mungkin harus dikeluarkan. Sementara itu, dampak sosial dari
kekerasan terhadap perempuan yang mungkin langsung dirasakan oleh
perempuan dalam berbagai aspek. Stigmatisasi dan diskriminasi
mungkin bisa terjadi pada perempuan yang mengalami kekerasan.
Selain itu, perempuan korban kekerasan juga mungkin bisa merasa
asing atau khawatir dalam berhubungan dengan teman atau keluarga,
atau bahkan terisolasi dari keluarga dan teman-temannya
Perspektif Medikolegal

Istilah penganiayaan hanya merupakan istilah hukum dan


tidak dikenal dalam istilah kedokteran, oleh karena
penganiayaan dapat menimbulkan luka maka dalam
penulisan visum et repertum digunakan istilah luka sebagai
pengganti kata penganiayaan. Dengan kriteria kualifikasi
luka terdiri dari: 11
1. Luka ringan: yang tergolong luka yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.
2. Luka sedang: yang tergolong luka yang menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
atau pencaharian.
Perspektif Medikolegal
3. Luka berat, menurut KUHP pasal 90, maka “luka berat”
berarti :
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali atau yang
menimbulkan bahaya maut.
• Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan
tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian.
• Kehilangan salah satu panca indera.
• Mendapat cacat berat.
• Menderita sakit lumpuh.
• Terganggu daya pikir selama 4 minggu lebih.
• Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Perspektif Medikolegal

Perkosaan (KUHP Pasal 285).


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seorang perempuan bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun. 12

Persetubuhan dengan orang yang tidak berdaya (KUHP


Pasal 286).
Barangsiapa bersetubuh dengan seorang perempuan diluar
perkawinan, padahal diketahui bahwa perempuan itu dalam
keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun. 12
Perspektif Medikolegal

Persetubuhan dengan Anak dibawah 15 tahun (KUHP Pasal 287)


Barangsiapa bersetubuh dengan seorang perempuan diluar
perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
bahwa umurnya belum limabelas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas,
bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur
perempuan itu belum sampai duabelas tahun atau jika ada salah satu
hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
• Pasal 291 : Menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu
• Pasal 294: Korban adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak
yang berada dibawah pengawasannya, bujangnya atau bawahannya.12
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai