Anda di halaman 1dari 19

PELECEHAN DAN KEKERASAN

SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF


GENDER

Dr. Tetep, S.Pd., M.Pd., CP.NLP.


Webinar Prodi PPKn dan Himadikpolkum IPI Garut, 01/04/2022
“Whipping and abuse are like
laudanum: you have to double the
dose as the sensibilities decline”
Harriet Beecher Stowe
DEFINISI KEKERASAN SEKSUAL

Setiap perbuatan merendahkan, menghina,


menyerang, dan/ atau perbuatan lainnya
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang,
dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa,
bertentangan dengan kehendak seseorang,
yang menyebabkan seseorang itu tidak
mampu memberikan persetujuan dalam
keadaan bebas, karena ketimpangan relasi
kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat
atau dapat berakibat penderitaan atau
kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual,
kerugian secara ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau politik (RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual)
PELECEHAN SEKSUAL

Kekerasan Seksual yang dilakukan dalam bentuk


tindakan fisik atau non-fisik kepada orang lain,
yang berhubungan dengan bagian tubuh
seseorang dan terkait hasrat seksual, sehingga
mengakibatkan orang lain terintimidasi, terhina,
direndahkan, atau dipermalukan
Perspektif Permendikbu No 30 tahun 2021
Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan
merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau
menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi
seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau
gender, yang berakibat atau dapat berakibat
penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang
mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan
hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi
dengan aman dan optimal.
PERSPEKTIF ISLAM
Islam mengharamkan segala bentuk kekerasan
dan penindasan termasuk kejahatan seksual.
Allah SWT berfirman,

“… Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya


perempuanmu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan
kehidupan duniawi.” (QS. An-Nur: 33)
PERSPEKTIF GENDER

Berbicara tentang pelecehan seksual, sering kali yang menjadi


korban adalah perempuan. Kekerasan/pelecehan seksual yang
terjadi pada seorang perempuan dikarenakan sistem tata nilai
yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk yang lemah
dan lebih rendah dibandingkan laki-laki; perempuan masih
ditempatkan dalam posisi subordinasi dan marginalisasi yang
harus dikuasai, dieksploitasi dan diperbudak laki-laki dan juga
karena perempuan masih dipandang sebagai second class
citizens.
PERSPEKTIF GENDER

Stereotype maskulinitas (laki-laki) dan feminimitas (perempuan)


mencakup berbagai aspek karakteristik individu, seperti
karakter atau kepribadian, perilaku peranan, okupasi,
penampakan fisik, ataupun orientasi seksual. Jadi misalnya
laki-laki diciri oleh watak yang terbuka, kasar, agresif, dan
rasional, sementara perempuan bercirikan tertutup, halus,
afektif, dan emosional. Dalam hubungan individu laki-laki diakui
maskulinitasnya jika terlayani oleh perempuan, sementara
perempuan terpuaskan feminitasnya jika dapat melayani laki-
laki.
PERSPEKTIF GENDER
Pelecehan seksual termasuk sebagai tindak kekerasan terhadap
perempuan sebagai hal yang perlu digugat karena merupakan
manifestasi ketidakadilan sehubungan dengan peran dan perbedaan
gender, di samping manifestasi lainnya seperti marginalisasi, sub-
ordinasi, pelabelan negatif/stereotype terhadap kaum perempuan
(Mansour Fakih, 1996: 13-15).
Gender-based abuse adalah …based violence that results, in physical,
sexual, or pyschological harm or suffering to women including threats
of such acts, coercion, or arbitrary deprivation of liberty, whether
occuring in public or private life. (Cholil, 1996: 1)
BEBERAPA PERSPEKTIF PELECEHAN SEKSUAL
1. Melirik atau menatap dengan terus menerus seseorang yang berada pada ruangan yang
sama sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada diri orang tersebut.
2. Komunikasi seksual yang cabul di media sosial, termasuk di dalamnya mengirimkan
kalimat bernada seksual, foto diri ataupun orang lain yang menunjukkan ketelanjangan.
3. mengikuti terus-menerus atau menguntit
4. Undangan, panggilan telepon, atau email yang diterima secara terus-menerus dan tidak
diinginkan oleh korban.
5. Mengirim email atau pesan teks yang eksplisit mengandung pesan berbau seksual atau
mengandung kata-kata intimidatif secara seksual
6. Kata-kata sugestif yang diucapkan secara verbal, gerakan tubuh atau suara yang
mengandung ajakan atau mencerminkan hasrat seksual yang ditujukan kepada korban.
BEBERAPA PERSPEKTIF PELECEHAN SEKSUAL
1. Deklarasi kasih sayang atau pendekatan kasih sayang yang berkelanjutan yang tidak
diinginkan, termasuk pemberian hadiah atau penggunaan materi sugestif secara
seksual dari sistem komputer kampus maupun dari komputer pribadi pelaku.
2. Eksibisionisme atau perilaku memamerkan alat kelamin di lingkungan kampus.
3. Perilaku yang tidak disukai atau kontak yang bersifat seksual yang menyinggung,
mengintimidasi, mempermalukan atau mempermalukan seseorang
4. Sentuhan fisik atau keakraban yang tidak disukai, termasuk dengan sengaja menyikut
seseorang pada bagian tubuh tertentu terutama dada/payudara dan sisi tubuh,
menepuk pantat, kontak terhadap alat kelamin, pundak, mencium dan berpelukan,
menyentuh bibir atau tangan, di mana seluruh perbuatan itu dilakukan tanpa
persetujuan korban.
Sumber : Buku Saku SOP UI
DATA PELECEHAN SEKSUAL
DATA PELECEHAN SEKSUAL

Data Survei Nasional Pengalaman Hidup Perempuan


Nasional (SNPHPN) Tahun 2021, sebanyak 26% atau 1 dari 4
perempuan usia 15 hingga 64 tahun mengalami kekerasan
fisik dan/atau seksual oleh pasangan atau selain pasangan.
Selain itu, 34% atau 3 dari 10 anak laki-laki dan 41,05% atau 4
dari 10 anak perempuan usia 13-17 tahun pernah
mengalami satu jenis atau lebih kekerasan selama hidupnya.
LET’S SPEAK
Thank You୧⍤⃝💕

Anda mungkin juga menyukai